Anggota Kelompok :
Fakultas Hukum
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan yang menganugerahkan ilmu
pengetahuan kepada manusia.Sehingga dengan ilmu pengetahuan manusia terangkatlah derajat
dan martabat manusia tersebut. Dan karena dengan kehendak dan ridho-Nya lah, maka tugas
makalah ini dapat tersusun dengan sebaik mungkin.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya terkhususnya kepada:
2. Kedua Orangtua kami yang ikut andil dalam pemberian saran & motivasi
3. Bpk. Dr. Sardjana Orba Manullang, S.H., M.H., M.Kn. Selaku Dosen
Atas bimbingan dan motivasi yang selalu membangun untuk memperbaiki dan terus memperbaiki
kesalahan-kesalahan kami sehingga kami dapat belajar lebih banyak lagi dan lebih memahami
materi makalah yang telah kami susun.
Untuk menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun kami nantikan
demi memenuhi maksud dan tujuan pembuatannya serta menjadikan makalah ini sebagai sumber
ilmu pengetahuan yang lebih baik lagi. Demi tercapainya makalah yang sebaik mungkin.
1|Kelompok 13
BAB I
PENDAHULUAN
Sosiologi hukum merupakan disiplin ilmu yang sudah sangat berkembang dewasa
menggunakan metode yang berkaitan dengan sosilogi hukum. Sosiologi termasuk ilmu
yang paling muda dari ilmu-ilmu sosial yang ada. Pembentukan sosiologi hukum sangat
berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat mulai memisahkan diri.
Ilmu tersebut kemudian berkembang dan mengejar tujuan masing-masing. Yang salah
satunya menjadi sosiologi hukum. Sosiologi erat kaitannya dengan hukum, serta
masyarakatnya.
2|Kelompok 13
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3.1 TUJUAN
3|Kelompok 13
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisa atau mempelajari hubungan
timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala lainnya. Dan, menurut R. Otje Salman,
Sosiologi Hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dan
R.Otje Salman Sosiologi hukum adalah suatu cabang kajian sosiologi yang
memusatkan perhatiannya pada ikhwal hukum sebagaiman terwujud sebagai bagian dari
Anzilotti, pada tahun 1882 seorang pakar dari Itali yang pertama kali
memperkenalkan istilah Sosiologi hukum, yang lahir dari pemikiran di bidang filsafat
hukum, ilmu hukum maupun sosiologi, sehingga sosiologi hukum merupakan refleksi inti
dari pemikiran disiplin-disiplin tersebut. Pengaruh filsafat hukum dan ilmu-ilmu hukum
4|Kelompok 13
Soetandyo Wignjosoebroto Sosiologi hukum adalah studi sosiologi terhadap
konstruksi sosial .
control, sosiologi hukum mengkaji hukum sebagai suatu kaidah khusus yang berlaku serta
sebagai suatu rujukan yang akan digunakan oleh pemerintah dalam hal melakukan
Sosiologi Hukum adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial. Salah satu misi
dari sosiologi hukum adalah memprediksi dan menjelaskan berbagai fenomena hukum,
yaitu bagaimana suatu kasus memasuki sistem hukum dan bagaimana penyelesaiannya.
kajian sosiologi yang termasuk pada keluarga ilmu pengetahuan sosial, cabang kajian
serta mempunyai kekhususan yang berbeda dengan kajian pada cabang-cabang sosiologi
yang lain. Sosiologi hukum berfokus pada masalah otoritas dan kontrol yang mungkin
kehidupan kolektif manusia itu selalu berada dalam keadaan yang relatif tertib
berketeraturan.
5|Kelompok 13
Sosiologi Hukum adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial. Salah satu misi
dari sosiologi hukum adalah memprediksi dan menjelaskan berbagai fenomena hukum,
yaitu bagaimana suatu kasus memasuki sistem hukum dan bagaimana penyelesaiannya.
pengadilan;
A. Dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. Sebagai contoh dapat
B. Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya. Sebagao contoh dapat disebut
misalnya: Undang-undang No. 22 Tahun 1997 dan Undang-undang No. 23 Tahun 1999
tentang Narkotika dan Narkoba erhdap gejala konsumsi obat-obat terlarang dan
semacamnya.
Menurut Esmi Warassih, antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu hukum mempunyai
hubungan yang saling melengkapi dan mempengaruhi. Perbedaan fungsi antara keduanya
6|Kelompok 13
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam
kehidupan bersama; keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan Suatu sanksi. Namun demikian,
hingga Sekarang belum diperoleh suatu pengertian hukum yang memadai dengan
kenyataan.
diungkapkan oleh Lemaire, bahwa hukum itu banyak seginya serta meliputi segala
lapangan kehidupan manusia menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi
Demikian pula Mr.Dr. Kisch mengatakan bahwa oleh karena hukum itu tidak dapat
dilihat/ditangkap oleh panca inder, maka sulit untuk membuat suatu definisi tentang hukum
Ruang lingkup yang paling sederhana dari kajian sosiologi hukum adalah
Oleh karena itu, sosiologi hukum menjadi alat pengkaji hukum yang berlaku di
masyarakat dengan paradigma yang sangat luas. Keluasannya disebabkan sosiologi sebagai
ilmu yang menguras kehidupan sosial, bukan oleh hukum yang menjenuhkan dan selalu
7|Kelompok 13
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung pada berbagai
faktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum dalam masyarakat yang
belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam masyarakat maju. Dalam setiap
masyarakat hukum lebih berfungsi untuk menjamin keamanan dalam masyarakat dan
sosial.Dalam hal ini, hukum hanyalah berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi saja
sehingga dalam kasus seperti ini bukan hukum yang mengubah masyarakat, melainkan
semakin mendapat perhatian dan aktual, sosiologi hukum belum memiliki batas-batas
tertentu yang jelas. Terdapat pertentangan antara ahli sosiologi dan ahli hukum mengenai
keabsahan sosiologi hukum. Ahli hukum memerhatikan masalah quid juris, sementara ahli
kekuatan hubungan-hubungan.
Sosiologi hukum dipandang oleh ahli hukum dapat menghancurkan semua hukum
sebagai norma, asas yang mengatur fakta-fakta, sebagai suatu penilaian. Para ahli khawatir,
8|Kelompok 13
Roscoe Pound memandang bahwa problem yang utama dewasa ini menjadi
perhatian utama para yuris sosiologis adalah untuk memungkinkan dan untuk mendorong
perbuatan hukum, dan juga untuk menafsirkan dan menerapkan aturan-aturan hukum, serta
untuk membuat lebih berharganya fakta-fakta sosial dimana hukum harus berjalan dan
dimasyarakat industri terjadi benturan stratifikasi sosial antara kelas borjuis (kaum yang
mempunyai modal) dengan kaum priorentar (kaum yang tidak mempunyai modal), maka
kaum borjuislah yang akan selalu menang sedangkan kaum priorentar akan selalu
dan status sangat berpengaruh tapi dilihat kenyataan sekarang tidak berlaku karena
bukanlah serba laten, melainkan yang bersifat contingen. Dalam masyrakat pula terdapat
kapasitas kepada warga masyarakat yang bersangkutan, dalam status yang telah
9|Kelompok 13
Dalam mengungkapkan idenya tentang hukum, Durkheim bertolak dari penemuan
yang terjadi dalam masyarakat. Dengan metode empirisya, ia melihat jenis-jenis hukum
dengan tipe solidaritas dalam masyarakat. Ia membuat perbedaan antara hukum yang
Dalam konsep Durkheim, hukum sebagai moral sosial, pada hakikatnya adalah
suatu ekspresi solidaritas sosial yang berkembang di dalam suatu masyarakat. Hukum
menurutnya adalah cerminan solidaritas. Tak ada msyarakat yang dapat tegak dan eksis
tanpa adanya solidaritas. Menurut Durkheim, hukum dirumuskan sebagai suatu kaidah
yang bersanksi.
Menurut Max Weber melihat perkembangan hukum dari masyarakat klasik sampai
masyarakat modern sekarang ini atau bisa dikatakan Hukum berdasarkan fatwa sampai
Pertama, sosiologi hukum mampu memberi penjelasan tentang satu dasar terbaik
untuk lebih mengerti Undang-undang ahli hukum ketimbang hukum alam, yang kini tak
lagi diberi tempat, tetapi tempat kosong yang ditinggalkannya perlu diisi kembali.
Kedua, sosiologi hukum mampu menjawab mengapa manusia patuh pada hukum
dan mengapa dia gagal untuk menaati hukum tersebut serta faktor-faktor sosial lain yang
memengaruhinya
10 | K e l o m p o k 1 3
Keempat, sosiologi hukum memberikan kemampuan – kemampuan untuk
mengadakan analisis terhadap efektivitas hukum dalam masyarakat, baik sebagai sarana
Pengaruhnya yang khas adalah dari istilah ‘Law In Action’, yaitu beraksinya atau
berprosesnya hukum. Menurut Pound, bahwa hukum adalah suatu proses yang
hakim atau pengadilan. Dengan maksud yaitu kegiatan untuk menetralisasikan atau
merelatifkan dogmatif hukum. Juga hukum sebagai sarana untuk mengarahkan dan
membina masyarakat.
Ajaran Kelsen “The Pure Theory of Law” (Ajaran Murni Tentang Hukum),
mengakui bahwa hukum dipengaruhi oleh faktor-faktor politisi sosiologis, filosofis dan
seterusnya. Kelsen juga mengemukakan bahwa setiap data hukum merupakan susunan
11 | K e l o m p o k 1 3
Filsafat hukum hans kelsen, teori hirarki gunor dasar sosial (merupakan ruang
lingkup filsafat). Filsafat hukum yang menyebabkan lahirnya sosiologi hukum tersebut
adalah aliran positivisme. Stratifikasi derajat hukum dimaksud adalah yang paling bawah
putusan badan pengadilan, atasnya uu dan kebiasaan, atasnya lagi kontitusi dan yang paling
atas grundnorm dasar/ basis social salah satu objek bahasan dalam social hukum. Hierarki
Filsafat hukum adalah cabang filasat yang membicarakan apa hakekat hukum itu,
apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum.
juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral
Filsafat adalah merupakan suatu renungan yang mendalam terhadap suatu objek
untuk menemukan hakeket yang sebenarnya, bukan untuk mencari perpecahan dari suatu
cabang ilmu, sehingga muncul cabang ilmu baru yang mempersulit kita dalam mencari
ilmu teoritis yang mempelajari keteraturan dari fungsinya hukum . tahap ini adalah
merupakan tahap penengah dari perkembangan atau pertumbuhan sosilogi hukum, akan
yang dipelajari dalam masyarakatrakat. Perbedaan yuridis normatif dan yuridis empiris
struktur analisis aturan proses perilaku logika pilihan ilmu pengatahuan praktis tujuan
12 | K e l o m p o k 1 3
penjelasan pengambilan keputusan hukum sebagai sosial kontrol bahwa social
kontrol/sosial engineering diartikan sebagai suatu proses, baik yang direncanakan ataupun
yang tidak direncanakan, yang bersifat mendidik, atau mengajak bahkan memaksa warga
serta efek dari tingkah laku orang dalam bidang hukum. Oleh Weber, tingkah laku ini
mempunyai dua segi, yaitu “luar” dan “dalam”. Dengan demikian sosiologi hukum tidak
hanya menerima tingkah laku yang tampak dari luar saja, melainkan juga memperoleh
penjelasan yang bersifat internal, yaitu yang meliputi motif-motif tingkah laku hukum,
maka sosiologi hukum tidak membedakan antara tingkah laku yang sesuai dengan hukum
hukum dalam masyarakat baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana untuk mengubah
13 | K e l o m p o k 1 3
Obyek sasaran Sosiologi Hukum adalah badan-badan yang terlibat dalam kegiatan
Dalam dunia hukum, terdapat fakta lain yang tidak diselidiki oleh ilmu
“Masalah utama yang yurist sosiologis yang adressing sendiri saat ini adalah untuk
mengaktifkan dan untuk memaksa pembuatan undang-undang, dan juga penafsiran dan
penerapan aturan-aturan hukum, untuk membuat lebih banyak akun, dan akun lebih
cerdas, fakta sosial di mana hukum harus dilanjutkan dan yang harus diterapkan”.
14 | K e l o m p o k 1 3
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari fenomena hukum dari sisinya yang
berbeda. Berikut ini disampaikan beberapa karakteristik studi hukum secara sosiologi:
tersebut.
memang agak asing kedengarannya bagi studi hukum “tradisional”, yaitu yang
bersifat perspektif, yang hanya berkisar pada apa hukumnya dan bagaimana
menerapkannya.
dari suatu peraturan atau pernyataan hukum. Pertanyaan yang bersifat khas
pendekatan sosiologi adalah bahwa yang pertama menerima apa saja yang
yang menaati hukum dan yang menyimpang dari hukum sama-sama merupakan
15 | K e l o m p o k 1 3
objek pengamatan yang setaraf. Ia tidak menilai yang satu lebih dari yang lain.
hukum. Sekali lagi dikemukakan di sini, bahwa sosiologi hukum tidak memberikan
penilaian melainkan mendekati hukum dari segi objektivitas semata dan bertujuan
Dalam teori-teori hukum biasanya dibedakan antara 3 (tiga) macam hal berlakunya
hukum sebagai kaidah Mengenai pemberlakuan kaidah hukum menurut Soerjono Soekanto
1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah
yang lebih tinggi tingkatnya atau bila berbentuk menurut cara yang telah ditetapkan
atau apabila menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya
16 | K e l o m p o k 1 3
2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif artinya kaidah
tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh
warga masyarakat atau kaidah tadi berlaku karena diterima dan diakui oleh masyarakat.
3. Kaidah hukum tersebut berlaku secara filosofis artinya sesuai dengan cita-cita hukum
mungkin kita lepaskan dari hal-hal yang berubah sedemikian rupa, tentu saja dituntut
perubahan hukum untuk menyesuaikan diri agar hukum masih efektif dalam
pengaturannya”.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada beberapa fungsi hukum dalam
masyarakat. Yaitu ;
1. Fungsi Menfasilitasi.
Dalam hal ini termasuk menfasilitasi antara pihak-pihak tertentu sehingga tercapai
suatu ketertiban.
2. Fungsi Represif.
Dalam hal ini termasuk penggunaan hukum sebagai alat bagi elite penguasa untuk
mencapai tujuan-tujuannya.
3. Fungsi Ideologis.
17 | K e l o m p o k 1 3
4. Fungsi reflektif
Dalam hal ini hukum merefleksi keinginan bersama dalam masyarakat sehingga
lain :
1. Hukum tertuis dapat ditafsirkan secara berbeda-beda, sesuai dengan sistem sosial dan
ekonomi masyarakat.
2. Hukum tertuis ditafsirkan secara berbeda-beda oleh berbagai sub kultur dalam
Dosen, advokat, polisi, hakim, artis, tentara, orang bisnis, birokrat dan sebagainya.
3. Hukum tertulis dapat ditafsrkan secara berbeda-beda oleh berbagai personalitas dalam
politik, dan psikososial. Misalnya golongan tua lebih menghormati hukum daripada
golongan muda. Masyarakat tahun 1960-an akan lebih sensitif terhadap hak dan
18 | K e l o m p o k 1 3
4. Faktor prosedur formal dan framework yang bersifat semantik lebih menentukan
5. Bahkan jika sistem-sistem sosial bergerak secara seimbang dan harmonis, tidak berarti
Manusia, sejak lahir telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup bersama dengan orang
lain, karena itu akan timbul suatu hasrat untuk hidup teratur, yang mana teratur menurut
seseorang belum tentu teratur buat orang lain sehingga akan menimbulkan suatu
integritas masyarakat. Dari kebutuhan akan pedoman tersebut lahirlah norma atau
kaedah yang hakekatnya muncul dari suatu pandangan nilai dari perilaku manusia yang
merupakan patokan mengenai tingkah laku yang dianggap pantas dan berasal dari
berkembangnya ilmu pengetahuan dan pola perilaku masyarakat dengan adanya proses
pengkhususan atau spesialisasi maka tumbuhlah suatu cabang sosiologi yaitu Sosiologi
hukum yang merupakan cabang dari ilmu ilmu-ilmu hukum yang banyak mempelajari
proses terjadinya norma atau kaedah (hukum) dari pola perilaku tertentu.
1. Dasar Sosial dari hukum, atas dasar anggapan bahwa hukum timbul serta tumbuh
19 | K e l o m p o k 1 3
2. Efek Hukum terhadap gejala sosial lainnya dalam masyarakat.
Dari uraian tersebut, kesimpulannya adalah bahwa dalam kerangka akademis maka
Filsafat hukum hans kelsen, teori hirarki gunor dasar sosial (merupakan
kebiasaan, atasnya lagi kontitusi dan yang paling atas grundnorm dasar/
basis social salah satu objek bahasan dalam social hukum. Hierarki hukum
20 | K e l o m p o k 1 3
Stufenbau des Recht-nya. Hukum itu tidak boleh bertentangan
hukum);
1. Mazhab sejarah : Carl von Savigny à hukum itu tidak dibuat, akan
masyarakatrakat.
social engineering“.
21 | K e l o m p o k 1 3
yaitu : Solidaritas mekanis : terdapat dalam masyarakatrakat
materiel.
normative. Sosiologi yang berorentasi hukum yaitu bahwa dalam setiap masyarakat,
Max weber, ada 4 tipe ideal, yaitu irasional formal, irasional material, rasional
material (berdasarkan konsep-konsep hukum ), dan rasional material. Letak dan ruang
lingkup sosiologi hukum dua hal yaitu dasar-dasar sosial dari hukum / basis sosial dari
dan kekeluargaan).
disiplin ilmu teoritis yg mempelajari keteraturan dari fungsinya hukum . tahap ini
22 | K e l o m p o k 1 3
Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum . Akan tetapi
yang dipelajari dalam masyarakatrakat. Perbedaan yuridis normatif dan yuridis empiris
model fokus social struktur analisis aturan proses perilaku logika pilihan ilmu
kontrol bahwa social control / social engineering diartikan sebagai suatu proses, baik
yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, yang bersifat mendidik, atau
mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah dan nilai yang
Dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu studi tentang aspek social yg actual
dari lembaga hukum , tujuan pembuatan peraturan yg efektif, studi tentang sosiologi
Arti penting tentang alasan-alasan dan solusi dari kasus-kasus individual yang
berisikan keadilan abstrak dari hukum yg abstrak pula. hukum dan kekuatan-kekuatan
sosial tempat kekuatan social itu adalah kekuatan uang sejak bangsa Indonesia
ekonomi, terjadi suatu proses perubahan social yang tidak kunjung berhenti di dalam
23 | K e l o m p o k 1 3
masyarakatrakat kota, kekuatan politik di dalam system demokrasi di indonesia,
penjelasan terhadap praktek-praktek hukum baik oleh para penegak hukum atau
sebagainya.
dengan sistem hukum utamanya sistem hukum Eropa Continental yang salah satu
cirinya adalah adanya kodifikasi hukum yang sistematis yang akan ditafsirkan lebih
lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Akan tetapi di indonesia juga masih banyak
berlaku hukum hukum adat yang berbeda – beda sehingga kajian tentang sosiologi
atas negeri ini. Pendidikan tinggi hukum yang boleh dipakai sebagai lambang dari
kegiatan kajian hukum baru dimulai pada tahun 1924, yaitu dengan dibukanya
Rechtchogeschool di Jakarta. Sebelum itu memang sudah ada Rechsschool yang yang
didirikan pada tahun 1909, dengan masa belajar enam tahun. Lembaga ini belum
dimasukkan ke dalam kategori keilmuan, karena separuh dari masa itu masih juga
24 | K e l o m p o k 1 3
Sosiologi hukum merupakan suatu disiplin ilmu dalam ilmu hukum yang mulai
di kenal pada tahun 60-an. Kehadiran sosiologi hukum di Indonesia memberikan suatu
pemahaman baru bagi masyarakat mengenai hukum yang selama ini dilihat sebagai
suatu sistem perundangan atau yang selama ini di kenal dengan pemahaman secara
normatif.
wilayah Indonesia masa itu (akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-
20). Sejak tahun 1920 mulai timbul minat sarjana-sarjana Belanda untuk
terbatas pada lingkungan suku atau kelompok etnik, tetapi lebih makro lagi.
25 | K e l o m p o k 1 3
Di antara mereka antara lain adalah B. Schrieke (1890-1945) yang menulis
bercorak sosiologi.
kampus lebih baru dibandingkan dengan cabang keilmuan sosial lain yang
seperti ini terasa unik dan menjadi pertanyaan mengapa lebih lambat
dan Pembinaan Hukum Nasional” tahun 1976, bahwa hukum tidak hanya
meliputi asas dan kaidah yang mengatur hidup manusia dalam mewujudkan
tahun 1976 “Hukum keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hidup
mencapai ketertiban dan keadilan saja, akan tetapi dapat pula berfungsi
26 | K e l o m p o k 1 3
sebagai saran untuk merubah / memperbaharui masyarakatrakat”.
tertarik kepada disiplin ilmu yang baru tersebut, seprerti yang dilakukan
tidak dapat lagi dipertahankan dalam hal ini putusan tersebut menggunakan
sisa-sisa dari materi pendidikan hukum dogmatik baru, diisi dengan materi
27 | K e l o m p o k 1 3
yang sifatnya mengasah nalar. Misalnya Penalaran Hukum, Metodologi
SOSIOLLOGI HUKUM
b) Pada hakekatnya, hal ini merupakan obyek yang menyeluruh dari sosiologi
hukum, oleh karena tak ada keragu-raguan lagi bahwa suatu sistem hukum
menghendakinya.
masyarakat
semua itu dapat diketahui melalui analisa empiris. Analisa Sosiologi akan
28 | K e l o m p o k 1 3
diterapkan. “Hukum dalam masyarakatrakat dan hukum pembangunan nasional
tahun 1976 “Hukum keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hidup manusia
memberikan manfaat yang sangat banyak untuk seluruh lapisan masyarakat. Jadi,
hukum itu tidak boleh hanya mengatur kepentingan perorangan melainkan harus
dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Pun juga, dalam teorinya berprinsip
mengurangi penderitaan.
setimpal dengan tindakan jahat tersebut dan sanksinya tidak boleh melebihi dari
29 | K e l o m p o k 1 3
BAB III
KASUS
Warga Dibongkar
Jakarta, CNN Indonesia -- Pendirian bangunan rumah ibadah yang tidak memiliki izin dituding
menjadi penyebab terjadinya konflik agama di masyarakat. Seperti yang baru-baru ini terjadi, warga
30 | K e l o m p o k 1 3
Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Mayjen Soedarmo
mengatakan kasus yang terjadi di Aceh Singkil terjadi karena warga menolak adanya gereja
tersebut. Penolakan tidak mendapatkan respon yang baik dari pemerintah daerah setempat
"Itu bisa disebabkan karena mereka (pihak gereja) tidak tahu soal aturan izin membangun rumah
ibadah atau mereka memang sengaja melanggar peraturan," kata Soedarmo, ketika dihubungi CNN
Menurutnya, dari 16 gereja yang ada di Aceh Singkil, 10 diantaranya diminta dibongkar oleh warga
karena tidak ada izin dan persetujuan dari warga. sementara enam lainnya diminta diurus surat
perizinannya."Dari 16 gereja, 10 diminta dibongkar, enam lainnya diminta untuk diurus izinya,"
ujarnya.
Soedarmo menjelaskan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika membangun rumah
ibadah. Syarat tersebut sesuai dengan kesepakatan antara Kementerian Agama dan Kementerian
Dalam Negeri yang tercantum dalam Peraturan Bersama Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 soal
"Syaratnya itu di antaranya harus mendapatkan persetujuan dari warga setempat paling sedikit 60
orang dan mendapatkan 90 KTP dan tanda tangan dari umat," ujarnya. Sebelumnya, kerusuhan
terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, Selasa (13/10). Sekelompok massa dengan
membawa senjata tajam mendatangi salah satu rumah ibadah dan melakukan pembakaran. Aparat
31 | K e l o m p o k 1 3
Satu orang warga tewas sedangkan beberapa lainnya terluka, termasuk tentara. Di antara ketujuh
orang yang terluka, enam berasal dari warga, sedangkan satu lainnya merupakan prajurit TNI.
ANALISA
Sosiologi hukum merupakan hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala sosial
lainnya terutama dengan struktur sosial dan dinamika sosial. Dalam kasus peristiwa konflik dan
pembakaran gereja di Aceh Singkil dapat kita analisis dalam ilmu semiotika yang berupaya
menemukan makna dalam terjadinya suatu berita. Dalam hal ini kita dapat menafsirkan “tanda”
yang ada dengan melihat apa yang ada di belakang dan melihat “tanda-tanda” kedepannya seperti
apa yang akan mungkin terjadi kemudian hari. Charles Sander Pierce, salah seorang pendiri
semiotika, pernah berkata “....dunia ini bertaburan dengan tanda-tanda, jika tidak tersusun dari
tanda-tanda yang ekslusif”. Oleh karenanya, amat logis bagi kita untuk memahami apakah tanda-
tanda itu dan bagaimana mereka berfungsi. Akhirnya manfaat dari semiotika adalah untuk
menggali dan mengerti tentang sesuatu dari tanda-tanda yang menarik dan mengandung petunjuk
Hukum tidak dapat dilepaskan dengan masyarakat, baik dalam pembuatan hingga
pelaksanaannya. Hukum pula disamping memiliki sifat normatif tetapi hukum juga memiliki
dimensi empiris. Dalam kasus ini hukum yang normatif yang tercantum dalam undang-undang
adalah tentang kerukunan ibadah beragama dan pembangunan rumah ibadah. Dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Keistimewaan Aceh dalam bidang agama, adat
istiadat, pendidikan dan peran ulama dan kemudian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
Tentang Pemerintah Aceh dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus
di Aceh dinilai sudah cukup sebagai dasar hukum pelaksanaan Syariat Islam di Aceh.
32 | K e l o m p o k 1 3
“Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa Aceh bebas untuk menjalankan hukum Allah SWT
bagi seluruh rakyatnya. Siapapun anda, suku apa saja, muslim atau non muslim harus patuh dan
taat terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Aceh,” tegas Juru Bicara FUI,
Hambalisyah Sinaga juga Ketua Front Pembela Islam (FPI) Aceh Singkil dalam CNN Indonesia.
Soedarmo menjelaskan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika membangun rumah ibadah.
Syarat tersebut sesuai dengan kesepakatan antara Kementerian Agama dan Kementerian Dalam
Negeri yang tercantum dalam Peraturan Bersama Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 soal kerukunan
beragama dan pembangunan rumah ibadah. Syaratnya itu di antaranya harus mendapatkan
persetujuan dari warga setempat paling sedikit 60 orang dan mendapatkan 90 KTP dan tanda
Pendirian rumah ibadah masih menjadi polemik dimana pendirian rumah ibadah saat ini
masih berada di bawah peraturan bersama menteri. Aturan ini perlu dievaluasi agar dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Emile Durkheim
bahwa hukum sebagai moral sosial, pada hakikatnya adalah suatu ekspresi solidaritas sosial.
Hukum sebagai moral sosial karena hukum harus dibuat berdasarkan kesepakatan masyarakat
membuat kesimpulan bahwa hukum sebagai moral sosial pada hakikatnya adalah suatu ekspresi
solidaritas sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat. Hukum adalah cerminan solidaritas.
Menurut Durkheim, dalam solidaritas ada konsep kolektif atau kesadaran bersama (common
consiousness), yang merupakan hasil kepercayaan dan perasaan dari seluruh anggota masyarakat.
Menurut Durkheim, terkait dengan hukum, dalam masyarakat terdapat dua jenis solidaritas, yaitu
solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis dapat ditemukan ekspresinya
33 | K e l o m p o k 1 3
dalam pelanggaran kaidah hukum yang bersifat represif. Solidaritas ini untuk menanggulangi
kolektif.
Sementara itu, dengan perkembangan kerja yang semakin cepat, individu-individu tidak
akan selamanya sama, sebab pekerjaan mereka mengikuti fungsi spesifik. Akan tetapi, perasaan
solidaritas mengikuti pembagian kerja, yang membawa pada posisi saling melengkapi. Hal inilah
yang menyebabkan kegiatan bersama sebagai sumber perasaan solidaritas dari macam-macam
peradaban tertentu. Sebagai pengganti saling bertentangan dan saling melengkapi satu sama
lainnya, sehingga pembagian kerja menentukan bentuk kontrak moral baru antara individu.
Durkheim menamakan ini sebagai solidaritas organis. Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan
Umum Kementerian Dalam Negeri Mayjen Soedarmo mengatakan kasus yang terjadi di Aceh
Singkil terjadi karena warga menolak adanya gereja tersebut. Penolakan tidak mendapatkan respon
yang baik dari pemerintah daerah setempat sehingga warga bersikap anarkis.
"Perlu ditegaskan, tidak ada maksud untuk tidak mengurus izin gereja. Tetapi realitasnya,
pengurusan izin mendirikan rumah ibadah sangat sulit dan bahkan sering tidak diperolehkan walau
sudah diupayakan maksimal," ungkap dia dalam siaran pers PGI (13/10).
Hal ini berkaitan dengan apa yang dikatakan Karl Marx bahwa hukum adalah alat yang
menyebabkan timbulnya konflik dan perpecahan, seperti diutarakan oleh Persekutuan Gereja-
Gereja di Indonesia (PGI) yang menyayangkan kekerasan ini. Pasalnya, sebelum kejadian sudah
ada kesepakatan antara Bupati Aceh Singkil, Muspida, Ulama dan sejumlah kelompok tentang
pembongkaran gereja. Dalam penilaian Henriette, kejadian itu juga tak tak lepas dari sulitnya
34 | K e l o m p o k 1 3
mendapat izin mendirikan bangunan (IMB) di tempat tersebut. Terhitung, sejak tahun 1979, 2012
hingga sekarang, pihak gereja selalu ditolak mendirikan bangunan. Kesulitan-kesulitan yang
timbul terhadap izin mendirikan bangunan dipengaruhi oleh birokrasi yang ada. Dimana dalam hal
ini Marx berpendapat bahwa hukum merupakan alat integrasi, akan tetapi hukum pula yang
merupakan pendukung ketidaksamaan yang dapat membentuk perpecahan kelas yang dalam hal
ini pihak pemerintah bisa saja mempersulit izin tersebut dengan alasan-alasan untuk melindungi
kelompok dominan. Bagaimanapun juga, hukum mengatur kepentingan masyarakat. Karena itu
tentu saja peranan hukum dalam masyarakat teratur dalam masyarakat cukup penting.
Sedangkan bagi kaum postmodem, “perbedaan” ini merupakan inti dari segala kebenaran.
Karena itu, mereka tidak mempercayai pada hal-hal yang universal, harmonis, dan konsisten.
Tidak ada musyawarah dalam mencari kebenaran dan menghadapi realitas. Yang ada hanyalah
postmodern percaya bahwa tidak ada suatu yang transenden dalam realitas. Menurut paharn
postmodem, realitas yang sama dapat ditafsirkan secara berbeda – beda oleh pihak yang berbeda
– beda. Karena itu, tidak mengherankan jika Jacques Derrida, seorang pelopor aliran postmodem,
mengajak manusia untuk berhenti mencari kebenaran (sebagaimana yang dilakukan oleh kaurn
pencerahan), bahkan seyogianya kita membuang pengertian kebenaran tersebut. Tidak ada
kebenaran yang absolut, universal, dan permanen. Yang ada hanyalah kebenaran menurut suatu
komunitas tertentu saja. Yang diperlukan bukanlah usaha mencari kebenaran, melainkan yang
diperlukan adalah percakapan dan penafsiran yang terus – menerus terhadap suatu realitas, tanpa
35 | K e l o m p o k 1 3
Para penganut critical legal studies mengkritik pandangan modern tentang organisasi
pemerintahan. Sebab, menurut para penganut aliran critical legal studies bahwa setiap sarana untuk
membatasi kekuasaan negara, akan cenderung juga merugikan masyarakat. Karena itu diperlukan
suatu cara yang bersifat resolusi, dimana terjadi pembatasan kekuasaan negara tanpa membatasi
aktifitas negara yang bersifat normatif. Kedepannya diharapkan kejadian ini tidak terulang lagi
yaitu dengan mengedepankan toleransi antar umat beragama. Negara mesti hadir sebagai perekat
kohesivitas sosial. Peraturan, regulasi, ketentuan terkait dengan pendirian rumah ibadah itu tetap
diperlukan. Peraturan Bersama Menteri (PBM) yang mengatur regulasi pendirian rumah ibadah
merupakan sesuatu yang sudah disepakati bersama dan melalui proses yang panjang. Peninjauan
ulang itu tidak harus berujung pada dicabutnya PBM tersebut. Jadi evaluasi itu harus dilakukan,
karena kemudian kita akan melihat apakah ada bagian-bagian tertentu yang harus disempurnakan
dari PBM itu. Tapi tidak menghilangkan semuanya, tapi justru bagaimana penyempurnaan-
penyempurnaan.
36 | K e l o m p o k 1 3
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
menjelaskan secara analiti empiris tentang persoalan hukum dihadapkan dengan fenomena-
fenomena lain dimasyarakat. Hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial
lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mempelajari sosiologi hukum.
Fungsi hukum dalam masyarakat tergantung dari berbagai faktor dan keadaan masyarakat.
Masyarakat yang sudah maju berbeda kebutuhan hukumnya dengan masyarakat yang belum maju.
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam
kehidupan bersama, keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Namun demikian, hingga
sekarang belum diperoleh suatu pengertian hukum yang memadai dengan kenyataan.
Hal ini dikarenakan hukum memiliki banyak segi dan bentuk, sebagaimana diungkapkan
oleh Lemaire, bahwa hukum itu banyak seginya serta meliputi segala lapangan kehidupan manusia
menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi hukum yang memadai dan
komperhensif.
37 | K e l o m p o k 1 3
Pada sosiologi hukum, hukum bercirikan sebagai pola perilaku sosial, dan institusi sosial
yang nyata dan fungsional di dalam sistem kehidupan masyarakat baik dalam proses pemulihan
ketertiban dan penyelesaian sengketa maupun dalam proses pengarahan dan pembentukan pola
3.2 SARAN
antara hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dan dalam kehidupan ssosialpun, harus dihindari
sikap acuh terhadap sesama demi menjaga keutuhan persaudaraan di dalam lingkup masyarakat
38 | K e l o m p o k 1 3
DAFTAR PUSTAKA
Yesmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosilogi Hukum, PT. Grasindo, Jakarta, 2008,
Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1982),
Roger Cotterrel, Sosiologi Hukum (The Sosiologi Of Law), Nusa Media, Bandung, 2012,
Esmi Warassih, Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, (Semarang: Suryandaru Utama,
2005),
Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, diterjemahkan oleh Rinaldi Simamora, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004),
Sugi Aritonang, “ Pengertian Dan Karakteristik Sosiologi Hukum”, Blog, diakes dari
18.03 Wib
39 | K e l o m p o k 1 3