TENTANG :
Oleh :
ADRIYANTI
NIM : 1121211065
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. ISMANSYAH, SH. MH
2012
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kepolisian kian memanas. Pihak Polri terus menyerang KPK, dan KPK terus berargumen
bahwa polisi tak berhak menangani kasus simulator SIM yang sebelumnya sudah
ditangani KPK. KPK merasa berhak menangani, karena merasa sudah mendahului
penyidikan, dan Polri pun mempunyai alasan yang sama untuk terus melanjutkan
penyidikan.
Menko Polhukam Djoko Suyanto secara khusus menggelar jumpa pers terkait
simulasi mengemudi di Korlantas ini sudah mengarah kepada polemik yang tak sehat.
Polemik ini harus dicarikan solusinya. Apalagi, kedua lembaga ini adalah lembaga
penegak hukum.
telah melanggar etika antarlembaga ketika melakukan penyitaan barang bukti kasus
dugaan korupsi Simulator Ujian SIM di Markas Korlantas Mabes Polri, Senin-Selasa
(30-31/7/2012) lalu. Pasalnya, Polri dan KPK telah diikat MoU dalam penanganan kasus
demikian sah menurut hukum salah satunya adalah tidak bertentangan dengan undang-
1
undang, tidak berlawanan dengan kesusilaan yang baik atau ketertiban umum (vide KUH
tuntas kasus ini. Jika tidak, perseteruan itu akan terus meruncing. Kasus seperti ini
memang harus ada sikap jelas, untuk hal-hal seperti ini adalah wewenang pemerintah.
Selama ini, penuntasan kasus yang berbau korupsi selalu ditangani KPK. Jadi, agar
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
1. Apa Penyebab Utama Terjadinya Saling Rebutan Kewenangan Menyidik antara KPK
dengan Polri.
2. Bagaimana Kewenangan Penyidikan Kasus Silmulator Sim antara Polri dengan KPK.
2
BAB II
PEMBAHASAN
dengan Polri
Lepas dari motif apa di balik saling merebut kewenangan untuk menyidik kasus
dugaan korupsi pengadaan simulator mengemudi roda dua dan empat di Korps Lalu
Lintas (Korlantas) Polri, sumber dari penyebab utamanya adalah undang-undang itu
yang masih memberi kewenangan menyidik kasus korupsi kepada tiga instansi sekaligus,
KPK sebagai lembaga khusus penyidik kasus korupsi, tetapi masih memberi
kemungkinan kepolisian dan kejaksaan untuk mengusut kasus korupsi juga. Termasuk
pasal-pasal yang dikemukakan sebagai dasar hukum opini yang mengatakan bahwa
Di bawah ini adalah beberapa pasal di UU KPK yang menyatakan KPK adalah
yang instansi yang paling berwenang menangani kasus korupsi, tetapi sekaligus juga
korupsi.
terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau
kejaksaan.
3
Pasal 8 ayat (3): Kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan
seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu
paling lama 14 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan KPK.
mengambil-alih kasus korupsi dari tangan kepolisian atau kejaksaan. Antara lain, karena
Pasal 50 ayat (1): Dalam hal suatu tindak pidana korupsi terjadi dan KPK belum
kepolisian atau kejaksaan, instansi tersebut wajib memberitahukan kepada KPK paling
Pasal 50 ayat (2): Penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan koordinasi secara terus menerus
dengan KPK.
Pasal 50 ayat (3): Dalam hal KPK sudah mulai melakukan penyidikan
sebagaimana dimaksud ayat (1), kepolisian atau kejaksaan tidak berwenang lagi
melakukan penyidikan.
KPK diberi kewenangan lebih penuh dan kuat daripada kepolisian dan kejaksaan,
undang-undang masih memberi ruang kepada polisi dan jaksa untuk menyidik kasus
korupsi. Jadi, ada tiga lembaga yang punya kewenangan untuk menyidik kasus korupsi,
pemberantasan korupsi, dengan tegas mengatur bahwa hanya KPK saja yang punya
wewenang untuk menyidik kasus korupsi, baik kecil, maupun besar, maka hampir pasti
4
tidak akan pernah ada kasus saling memperebutkan kewenangan menyidik kasus korupsi,
seperti yang sekarang ini terjadi antara KPK dengan kepolisian tersebut.
Harus diatur, wewenang menyidik kasus korupsi hanya ada di tangan KPK.
Sedangkan kepolisian dan kejaksaan berwenang menyidik kasus kejahatan lain di luar
Tentu saja pengaturan itu tanpa mengurangi kewajiban bagi ketiga instansi
tersebut untuk saling bekerja sama, bersinerji demi tercapainya hasil yang terbaik bagi
Untuk lebih memperkuat kewenangan KPK tersebut, dasar hukum KPK dan
(UUD 1945). Kalau KPK sudah diatur di dalam UUD 1945, maka tidak ada lagi seekor
tikus berkaki dua (dan berdasai) dari manapun, dan para cs-nya yang bisa
Untuk mendukung kekuatan hukum yang telah diberikan kepada KPK itu, maka
perlu juga dibangun gedung baru KPK yang memadai, menambah tenaga-tenaga
penyidiknya, dan seterusnya. Bilamana perlu, mengingat luas wilayah Indonesia yang
Niat untuk membangun infrastruktur (bangunan) KPK yang lebih baik dan
memadai, dalam kurun waktu dekat ini sulit direalisasikan. Apalagi ada segerombolan
anggota DPR yang terus menolak pembangunan gedung baru KPK itu. Tetapi, setidaknya
dengan pengaturan dasar hukum kewenangan tunggal penyidik kasus korupsi hanya ada
di tangan KPK, sudah relatif cukup menjamin bahwa tidak akan ada lagi saling rebut
kewenangan menyidik tersebut. Kendalanya kembali ke DPR, apakah mereka tidak akan
5
menjegal suatu pasal yang memberi kewenangan hanya kepada KPK sebagai lembaga
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
sedangkan penyidikan adalah tahap setelah penyelidikan karena peristiwa tersebut sudah
walaupun berbeda versi, baik oleh Polri maupun oleh KPK. Oleh karena itu, kasus ini
Negara Republik Indonesia (UU Polri), Kepolisian bertugas menyelidik dan menyidik
semua tindak pidana sesuai hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya. Kewenangan penyidik Polri diatur dalam Pasal 7 ayat (1) KUHAP:
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
6
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Di sisi lain, kewenangan KPK untuk menangani kasus korupsi diatur dalam Pasal
6 huruf c UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(UU KPK), bahwa KPK mempunyai tugas melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penyelidikan (Sprinlid).
Polri mengklaim penyelidikan kasus dugaan korupsi simulator SIM sesuai dengan
interogasi dan pengambilan keterangan dari 33 saksi yang dinilai tahu tentang pengadaan
lebih dahulu," kata Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Sutarman, Jumat (3/8)
kemarin. Sedangkan untuk penyidikan kasus ini, Sutarman menyebut tanggal 31 Juli
lebih dulu melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus simulator SIM. KPK telah
menyelidiki kasus ini sejak 20 Januari 2012 dan menaikkan ke tahap penyidikan tanggal
27 Juli 2012.
"Kami menaikkan status ini ke penyidikan sejak 27 Juli 2012 dan menetapkan DS
7
Korupsi Republik Indonesia. Nomor: KEP-049/A/J.A/03/2012, nomor: B/23/III/2012,
Korupsi.
Berikut kesepakatan dimaksud yang ditandatangani pada tanggal 29 Maret 2012
di Kejagung, yaitu bagian kedua tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi,
pasal 8:
1. Dalam hal PARA PIHAK melakukan penyelidikan pada sasaran yang sama, untuk
pihak KPK, dan perkembangannya diberitahukan kepada pihak KPK paling lama 3
terlebih dahulu dilakukan gelar perkara yang dihadiri oleh PARA PIHAK, yang
Dengan demikian, baik Polri maupun KPK, berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf g
UU Polri serta Pasal 6 huruf c UU KPK, keduanya memang memiliki kewenangan untuk
perkara korupsi walaupun sedang ditangani oleh Kepolisian atau Kejaksaan (Pasal 8 ayat
(2) UU KPK). Akan tetapi, pengambil alihan perkara korupsi tersebut harus dengan
Pasal 9 :
Pengambilalihan penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
8
1. laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;
2. proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-tunda
dipertanggungjawabkan.
Selain kewenangan untuk mengambil alih perkara korupsi, ada hal lain yang
menjadi kewenangan KPK yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU KPK dan Pasal
50 UU KPK:
Pasal 11
9
1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
rupiah).
Pasal 50
(1) Dalam hal suatu tindak pidana korupsi terjadi dan Komisi Pemberantasan Korupsi
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
(2) Penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilakukan koordinasi secara terus menerus dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
(3) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi sudah mulai melakukan penyidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepolisian atau kejaksaan tidak berwenang
(4) Dalam hal penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh kepolisian dan/atau
Mengutip artikel Polri Nyatakan Siap Dukung KPK , Polri menyatakan sudah
menangkap dan menahan para tersangka kasus korupsi pengadaan driving simulator
tersebut. Akan tetapi, bila melihat kembali Pasal 50 UU KPK, asalkan KPK juga sudah
memulai penyidikan kasus korupsi, maka Kepolisian atau Kejaksaan seharusnya patuh
pada undang-undang.
10
Seperti disebutkan dalam artikel KPK Klaim Lebih Dulu Tangani Kasus
Simulator, Ketua KPK Abraham Samad menyatakan bahwa KPK sudah mengeluarkan
Surat Perintah Penyidikan termasuk menetapkan tersangka pada 27 Juli 2012, sedangkan
mengatakan polisi baru akan menyerahkan kasus ini ke KPK jika ada perintah
pengadilan.
Menurutnya, Pasal 50 ayat (3) dan (4) UU KPK bisa dikatakan sebagai fungsi supervisi
yang melekat di lembaga KPK. Sedangkan di dalam UU Polri, tak ada satu pasal pun
m Perkapolri No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
kepentingan.
Berdasarkan uraian dan analisis di atas, kita tidak bisa menentukan siapa yang
lebih pantas untuk melakukan penyidikan karena keduanya (baik KPK maupun Polri)
11
memang memiliki kewenangan untuk menyidik. Tapi jika melihat dari segi etik, dalam
penanganan perkara memang sebaiknya objektivitas penyidik harus dijaga, yakni dengan
BAB III
PENUTUP
12
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas mengenai kewenangan penyidikan kasus simulator SIM antara
lebih berwenang dan lebih kuat secara yuridis dalam menangani kasus simulator
SIM. Bahkan, untuk menjaga objektifitas dan mencegah konflik kepentingan dalam
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan :
1. Sebaiknya undang-undang yang berlaku tidak memberikan kewenangan menyidik
kasus korupsi kepada tiga instansi sekaligus, yakni kepolisian, kejaksaan, dan KPK.
2. Sebaiknya jika ada aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, pengacara) yang
DAFTAR PUSTAKA
Hartanti, Evi, S.H., 2005. Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika : Jakarta
Marpaung, Leden, S.H., 1992. Tindak Pidana Korupsi : Masalah dan Pemecahannya Bagian
kedua. Sinar Grafika : Jakarta
13
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Keputusan Bersama Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Kejaksaan Agung, dan Kapolri
No. 08/KMA/1984, No. M.02-KP.10.06 Tahun 1984, No. KEP-076/J.A/3/1984, No.
Pol KEP/04/III/1984 tentang Peningkatan Koordinasi dalam Penanganan Perkara
Pidana (Mahkejapol)
http://news.detik.com/read/2012/08/03/182437/1982830/10/pshk-wewenang-penyelidikan-
simulator-sim-di-tangan-kpk
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
14
BAB I. : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Penyebab Utama Terjadinya Saling Rebutan Kewenangan
Menyidik antara KPK dengan Polri .. 3
B. Kewenangan Penyidikan Kasus Simulator SIM antara KPK
dengan Polri ... 6
DAFTAR PUSTAKA
15