NPM : 4301.17.184
Kelas : Khusus
Mata kuliah : Sosiologi Hukum
Dosen : H. Asep Rozali, S.H., M.H.
Prihal : Quiz
Quiz
1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Sosiologi Hukum sebagai ilmu dewasa
ini, termasuk di indonesia?
2. Profresor Soetandyo Wignyo Soebroto mengemukakan bahwa hukum
merupakan konsep-konsep yang terdiri atas 5 kongsep. Di sisi lain dalam
persprektif sosiologi hukum, persoalan hukum bukanlah semata mata
rumusan/realita pasal-pasal dalam perundang-undangan, tetapi juga berobjek
pola perilaku manusia/masyarakat dalam institusi. Jelaskan keterhubungan
deari proposisi tersebut!
Jawaban
1. munculnya Sosiologi Hukum di Indonesia masih tergolong cukup baru. Namun
demikian sebagaimana juga telah dibicarakan sebelumnya bahwa sebagi suatu
pendekatan (approach) ia sudah hampir sama tuanya dengan Ilmu Hukum itu
sendiri. kalau dikatakan bahwa Sosiologi Hukum itu merupakan disiplin yang
relatif baru di Indonesia, maka hal itu tidak mengurangi kenyataan, bahwa Van
Vollenhoven sudah sejak di awal abad ini menggunakan pendekatan Sosial dan
Sosiologis terhadap hukum. Untuk kesimpulan awal, wacana hukum yang
melibatkan pendekatan Sosiologis sudah dimulai sejak sebelum didirikan
lembaga pendidikan tinggi Keadaan dan perubahan yang demikian itu pada
gilirannya menimbulkan dampak terhadap pemikiran mengenai hukum.
perilaku dan dengan demikian juga perilaku hukum yang berubah sangat
mempengaruhi hukum di Indonesia. Sebagai mata kuliah, Sosiologi Hukum
memasuki kurikulum Fakultas Hukum di Indonesia dengan nama “Hukum dan
Masyarakat”. Pada tahun 1980 terbit buku dengan nama yang sama, yang
merupakan karya pertama yang agak lengkap mengenai filsafat, pendekatan
dan analisis Sosiologis terhadap Hukum. Di tahun 90-an, mata kuliah tersebut
sudah makin biasa diberikan di Fakultas hukum serta menggunakan nama
“Sosiologi Hukum” Keterasingan para mahasiswa dan para sarjana hukum dari
paradigma, teori dan metode sosiologi (hukum) itu lebih diperkuat lagi tatkala
pendidikan hukum di Indonesia hingga kini masih saja dimaksudkan secara
kurang realistis sebagai studi profesi yang monolitik semata, yang meyakini
bahwa kehidupan bermasyarakat yang kompleks ini dapat begitu saja diatur
secara apriori menurut model-modelnya yang normatif-positif, yang ditegakkan
berdasarkan prosedur-prosedur bersanksi. Bermaksud begitu, pendidikan
hukum di Indonesia menganut tradisi Civil Law dari Eropa Kontinental lalu
cenderung memperlakukan hukum sebagai kaidah-kaidah positif (yang terumus
secara eksplisit dan terinterpretasi secara konsisten) yang terorganisasi di dalam
suatu sistem normatif yang tertutup, dengan metodenya yang monismus yang
ternyata dimaksudkan untuk hanya bisa mengenali prosedur-prosedur
penalaran yang formal-deduktif saja. Karena metode deduksi ini hanya
bermanfaat untuk menemukan dasar pembenaran atau dasar legitimasi (itu pun
hanya yang formal saja), dan tidak sekali-kali mampu menemukan hubungan
antarvariabel di alam amatan sebagaimana halnya metode induksi, maka tak
pelak lagi “ilmu hukum” ini sulit digolongkan ke dalam bilangan ilmu; yaitu
ilmu dalam artinya yang khusus sebagai (empirical) science.
2. Konsep
Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Control (Pengendalian Sosial)
Wibawa Hukum
Sistem hukum yang modern haruslah merupakan hukum yang baik, dalam arti
hukum tersebut harus mencerminkan rasa keadilan bagi para pihak yang
terlibat/diatur oleh hukum tersebut. Hukum tersebut harus sesuai dengan
kondisi masyarakat yang diaturnya. Hukum tersebut harus dibuat sesuai
dengan prosedur yang ditentukan. Hukum yang baik harus dapat dimengerti
atau dipahami oleh para pihak yang diaturnya.
Ciri ciri hukum modern margalante : jujur, tepat waktu, efisiensi, orientasi,
kemasa depan, produktif, tidak status symbol 91