Anda di halaman 1dari 22

RESUME MAKALAH

Di ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulaih Filsafat Hukum

Dosen Pengampu Dr. Fransiscus Xaverius Wartoyo, S.H., M.H., M. Pd

ihlDi Susun Oleh

Nama : Suradi

Npm : 203020522

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senangtiasa selalu tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penyusunan Resume ini dapat diselesaikan

pada bidang study filsafat hukum yang terbagi tiga kelompok dan masing-masing telah

memaparkan makalanya. Disususnya Resume ini diharapkan dapat memudahkan pemahaman

pembelajaran serta dapat memberikan sumbangsih dan pemikiran tentang pandangan para

ahli mengenai filsafat hukum.

Penulis menyadari bahwa dalam resume makalah ini masih terdapat kekurangan serta masih

jauh dari kesempurnaan, namun tentunya resume itu bertujuan untuk menjelaskan rinkasan

makalah agar mudah dipahami dan telah diupayakan sebaik mungkin demikian juga penulis

menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini tidak akan dapat selesai dengan baik tanpa

bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Dr. Fransiscus Xaverius Wartoyo, S.H., M.H., M. Pd. Sebagai Dosen Pengampu yang

dengan penuh semangat memberikan pemahaman dalam pembelajaran, arahan dan petunjuk

berharga dalam penyelesaian penulisan resume makalah ini. Semoga apa yang telah diberikan

oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian resume makalah ini baik dari kelompok

satu,kelompok dua serta kelompok tiga pada perkuliahan semester awal bidang study Filsafat

hukum mendapat balasan keberkahan Ilmu dari Tuhan Yang Maha Esa, semoga bermanfaat,

sekian dan terima kasih.

Balikpapan, 31 Oktober 2022

SURADI
NPM 203020522
Judul             : Resume Filsafat Hukum
Penulis           : Suradi
Npm         : 203020522

Program studi Magester Hukum


Universitas Balikpapan
 
Deskripsi Umum

BAB I  

Resume makalah kelompok 1 tentang pengertian dan Fungsi Filsafat Hukum

Dalam pengetahuan filsafat tidak hanya membahas salah satu permasalahan tertentu,
melainkan mencoba untuk menjelaskan dan menjawab berbagai persoalan melalui
pandangan-pandangan tertentu, oleh karena itu pengetahuan ini berasal dari pengalaman
seseorang selama hidupnya, yang mana pengalaman tersebut menghasilkan sebuah
kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimaksud tidak lantas menjadi pengetahuan filsafat
dalam arti teknis, melainkan pengalaman tersebut harus terus diteliti secara kontinu dengan
suatu metode berpikir yang mumpuni. Setelah pengalaman tersebut menghasilkan suatu
pemikiran mengenai hal tertentu, kemudian disusun secara sistematis berdasarkan hukum-
hukum logika.
Pengertian filsafat secara umum berasal dari kata philo dan sophia yang dalam Bahasa
Yunani diartikan cinta atau suka dan kearifan atau kebijaksanaan, maka dapat dikatakan
bahwa philosophia mempunyai arti mencintai kearifan dan atau kebijaksanaan bahkan
kebenaran. Ahli filsafat disebut juga dengan filsuf, yaitu orang-orang yang mencintai
kebenaran .
Pada umumnya filsafat mencakup tiga hal pokok, yakni ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
1) Ontologi dikaitkan dengan segala sesuatu yang ada, yang terdiri dari metafisika umum
dan metafisika khusus, metafisika umum menjelaskan mengenai keberadaan sesuatu,
sedangkan metafisika khusus meliputi teologi, antropologi, dan kosmologi. Teologi
membahas mengenai hakikat Tuhan dengan segala kebaikan, kebenaran, keadilan,
maupun sifat-sifat Tuhan, antropologi membahas mengenai manusia,
2) Epistemologi dikaitkan dengan kebenaran pengetahuan, yang terdiri dari logika,
metodologi, dan filsafat ilmu, logika membahas mengenai kegiatan berpikir yang
memiliki tujuan tertentu, metodologi membahas mengenai teknik penelitian agar
menemukan pengetahuan yang berlandaskan metode ilmiah, sedangkan filsafat ilmu
membahas mengenai pemikiran yang menyangkut landasan ilmu dalam berbagai aspek
kehidupan.
3) Aksiologi dikaitkan dengan nilai yang mencakup estetika dan etika, estetika membahas
mengenai keindahan, sedangkan etika membahas mengenai tingkah laku manusia, filsafat
hukum merupakan derivat dari filsafat etika yang membahas tentang perilaku manusia.

Mengingat luasnya cakupan objek dalam kajian filsafat hukum, maka diperlukan
pandangan para ahli mengenai fungsi dari filsafat hukum, sehingga dapat memberi pengaruh
terhadap praktik hukum sehari-hari.

Aristoteles mengatakan, “Particular law is that which each community lays down and
applies to its own members. Universal law is the law of nature.” berdasarkan terjemahan
bebas penulis ia mengatakan “Hukum adalah pijak mendasar untuk kehidupan anggota
masyarakat. Hukum alam merupakan hukum universal.” Grotius mengemukakan “Law is a
rule of moral action obliging to that which is right” berdasarkan terjemahan bebas penulis ia
mengatakan “Hukum adalah sebuah aturan tindakan moral yang membawa pada kebenaran.”
Filsafat hukum mencari arti hukum sebagai hukum, bukan mencari arti salah satu
hukum yang konkret, sebagai contoh pokok pelajaran filsafat hukum menjelaskan mengenai
apa yang dimaksud dengan hukum, apakah hukum dengan tata hukum itu sama, apakah
terdapat norma lain yang tidak ditentukan manusia yang dapat berfungsi sebagai dasar tata
hukum, apakah terdapat hukum yang tidak adil, dan kita juga memiliki keyakinan bahwa
setiap orang harus patuh terhadap hukum, yang jadi pertanyaannya keharusan tersebut berasal
dari mana, apakah berasal dari keyakinan setiap orang bahwa kita memiliki kewajiban etis
terhadap itu atau dari Tuhan, pokok pembahasan filsafat hukum diharapkan dapat
menjelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Definisi filsafat hukum banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
a. Meuwissen mengartikan filsafat hukum sebagai induk dari berbagai disiplin yuridis, ia
juga menjelaskan bahwa filsafat hukum merupakan refleksi atas dasar-dasar kenyataan,
sebuah bentuk hasil berpikir secara sistematis yang hanya akan merasa puas dengan hasil
yang diperoleh dari dalam pikiran (kegiatan berpikir) itu sendiri dan yang mencari
hubungan teoritikal terefleksi, yang terdapat gejala-gejala hukum dapat dimengerti dan
dipikirkan.
b. Bruggink menyatakan bahwa filsafat hukum adalah filsafat, sebab filsafat hukum
merenungkan seluruh persoalan fundamental dan masalah-masalah perbatasan yang
berkaitan dengan gejala hukum
c. Gustav Radbruch tentang filsafat hukum yang dikemukakan dalam bukunya yang
berjudul Outline of Legal Philosophy / Grundzuge der Rechtsphilosophie yaitu filsafat
hukum merupakan ajaran mengenai hukum yang benar (filsafat hukum itu mempelajari
hukum sebagai hukum).
d. Subekti, menjelaskan filsafat hukum sebagai sebuah cabang dari ilmu pengetahuan yang
bukan ilmu hukum, dan merupakan ranting suatu cabang ilmu filsafat yang dinamakan
ethica. Filsafat hukum merupakan suatu disiplin yang bersifat spekulatif, yang berkaitan
dengan penalaran-penalaran yang tidak mampu untuk diuji secara rasional.
e. Soedjono Dirdjosisworo, ia menjelaskan filsafat hukum merupakan pendirian atau
penghayatan kefilsafatan yang diyakini orang atau masyarakat maupun Negara mengenai
hakikat karakteristik serta landasan berlakunya suatu hukum.
f. Utrecht , filsafat hukum itu mampu untuk menjawab pertanyaan seperti apakah hukum itu
sebenarnya (persoalan adanya dan tujuan hukum), apa yang menyebabkan seseorang
mematuhi hukum (persoalan berlakunya hukum), apa yang menjadi parameter terhadap
suatu hukum yang dianggap baik dan buruk (persoalan keadilan hukum).
Abintoro Prakoso juga memaparkan dalam bukunya tersebut mengenai beberapa fungsi dari
filsafat hukum antara lain :1
1. Menghancurkan kekuasaan tradisi yang telah usang;
2. Meruntuhkan peraturan yang dipaksakan oleh pihak-pihak yang berkuasa, yang
tidak setuju adanya transisi untuk penggunaan yang baru, yang telah mengubah
efeknya secara praktis;
3. Menyerap unsur baru di luar hukum, dan membuat badan-badan baru dari bahan
yang baru tersebut;
4. Menyusun dan memberi sistem pada bahan hukum yang tersedia;
5. Mengukuhkan kaidah serta lembaga yang telah ditetapkan, jika masa pertumbuhan
diiringi oleh masa kestabilan dan masa rekonstruksi formal semata, hal inilah yang
sebenarnya telah diraih oleh filsafat hukum, akan tetapi selalu tujuan yang diakui
sendiri oleh filsafat, jauh lebih tinggi;
1
6. Filsafat hukum juga mengupayakan untuk memberikan suatu gambaran yang
menyeluruh dan tuntas atas pengawasan sosial, juga membuat peta kesusilaan,
hukum dan politik sepanjang masa;
7. Filsafat hukum memiliki keyakinan, bahwa mampu untuk mendapatkan kenyataan
hukum yang kekal, tidak berubah, tempat berpijak, mampu memberikan
kesanggupan dalam hal menegakkan suatu hukum yang sempurna yang
memungkinkan dapat menata hubungan antar individu untuk selamanya, sehingga
sanggup untuk menghilangkan berbagai ketidakpastian dan juga ditemukannya
kebebasan atas kebutuhan akan adanya perubahan;
8. Filsafat hukum telah berupaya untuk menstimulasi dalam mewujudkan program-
program yang lebih luas;
9. Filsafat hukum segera melakukan hal-hal yang dapat berguna secara praktis;
10. Filsafat hukum mampu menunjukkan kepada masyarakat agar tetap melaksanakan
hukum serta menyesuaikan dengan kondisi walau terkadang terdapat perubahan
radikal di bawah tekanan keinginan seseorang yang berubah secara terus-menerus
tanpa batas;
11. Filsafat hukum berusaha untuk menyajikan uraian rasional terkait hukum pada
suatu waktu tertentu serta pada suatu tempat tertentu, atau berusaha menguraikan
teori-teori umum mengenai ketertiban hukum dalam hal memenuhi kebutuhan
terhadap perkembangan hukum pada suatu masa tertentu, atau berusaha
menjelaskan secara universal atas hasil percobaan sebelumnya dan membuat
landasan berlakunya suatu hukum di mana dan kapan saja.

Filsafat hukum juga berfungsi untuk melihat hukum secara luas dan tidak terbatas pada
hukum positif, seseorang dituntun untuk berpikir secara kritis dan radikal, sehingga mampu
menghasilkan analisa-analisa yang tajam dalam menghadapi setiap persoalan hukum. Fungsi
lainnya, dapat menjadikan seseorang dan atau praktisi hukum untuk berpikir secara inovatif,
sehingga mampu dalam menghadapi berbagai persoalan hukum dan mampu untuk
mengembangkan hukum itu sebagaimana yang diinginkan masyarakat, sehingga
keberadaannya tidak menjadi sosok yang menakutkan, melainkan sebagai pelindung.

BAB II
Resume Makalah kelompok II tentang Karakter dan Aliran Dalam Filsafat Hukum
1. Karakteristik Filsafat Hukum
Karakteristik yang menjadi tolak ukur dalam berfilsafat terdapat tiga komponen
utama di antaranya menurut salah dalam buku filsafat hukum Serlika Aprita dan Rio yaitu
A. Radikal
Dari segi bahasa radikal berasal dari kata radix yang berarti akar atau disebut juga
dengan arche. Berpikir radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak
tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir, berpikir itu tidak
separo-separo, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya. Konsep radikal yang
dimaksud adalah sebuah pemikiran yang maju dan berkembang dan dinamis sesuai dan
layaknya Hukum yang bersifat dinamis dan tidak statis dengan sebuah perbedaan dengan
pendekatan ilmu lainnya yang memilik kepastian dalam setiap teori dan pemikiran hasil para
ahli. Sedangkan Filsafat Hukum harus berpikir dan menemukan hingga apa yang akan datang
dapat ditemukan jawaban dan dapat menjawab tantangan fenomena dan perbuatan.
Contoh konkrit bahwa penemuan dan perkembangan hukum mengenai konsep
keadilan restorative (restorative justice). Bahwa perubahan sifat dalam memberikan
penal dan berdasarkan penintensier , adanya pergeseran dalam pemberian hukuman dari
bentuk retributif atau teori pembalasan, teori pengambalian kepada masyarakat hingga
pada teori restorative bahwa penjatuhan pidana dengan berbagai tujuan hingga pada
teori restoratif menyamakan kembali kedudukan dan status antara Terdakwa dan
Korban.
b. Sangat Umum atau Universal
Berpikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pada bagian- bagian tertentu,
namun mencakup secara keseluruhan. Yang kemudian dideskripsikan bahwa filsafat
cenderung mengkaji segala hal yang menyangkut keseluruhan, baik masalah ada dan
tidaknya pun juga termasuk dalam pembahasannya, tanpa ada konsep suatu ilmu
tertentu yang menjadi pembatasannya.
Filsafat Hukum sangat umum dan Universal bahwa Hukum yang ada karena
adanya manusia dengan kepastian bahwa cara dan karateristik filsafat hukum haruslah
bersifat universal dan umum sehingga setiap manusia dapat mengerti dan diterima.
Pemikiran dan Filsafat hukum sebuah karakteristik ini diperlukan agar tiap-tiap teori
aling berhubungan dan diterima.
Cara berpikir dan hasil filsafat hukum ini memiliki banyak contoh konkritnya
seperti pada bagaimana tujuan hukum itu didapatkan dari berbagai ahli menyatakan
tujuan hukum untuk mendapatkan kepastian, kemanfaatan, dan keadilan 3 (tiga) hal
tersebut secara umum dan tidak perlu pengertian yang mendalam bahwa hukum
bertujuan untuk mencari sebuah kepastian suatu tindak dan perbuatan hukum,
bermanfaat dan adil.
C. Sistematis
Berpikir sistematis, artinya berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah
dengan penuh kesadaran, dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan
yang teratur. Yang berarti di mana perbincangan mengenai segala sesuatu itu dilakukan
secara teratur, bersistem, tersusun, sehingga urutan dan tahapannya mengikuti aturan
tertentu, dengan akibat mudah atau dapat diikuti siapa saja. Yang nantinya hasil dari
hal tersebut dapat diuji ulang oleh orang lain dengan tanda kutip hal tersebut
dikembalikan lagi bahwa harus hanya ada satu pengertian saja di antara berbagai asumsi
yang berkembang
Selain ketiga komponen utama yang menjadi karakteristik dari filsafat itu sendiri
masih ada beberapa komponen-komponen pendukung yang juga masih memiliki kaitan,
di antaranya
1. Faktual
Dideskripsikan bahwa hasil dari pemikiran filsafat cenderung sebagai praduga atau
anggapan-anggapan rasional tanpa kungkungan dari adanya dasaran ilmu ilmiah
2. Bersangkutan dengan Nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa Filsafat merupakan usaha untuk mencari
pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam
penilaian adalah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya
filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Nilai-nilai tersebut nanti akan
memunculkan terbentuknya tatanan nilai dalam segala aspek kehidupan.
3. Berkaitan dengan Arti
Segala yang berharga dan dianggap perlu dipertahankan keberadaannya dapat
disimpulkan mengandung hal yang berarti. Bagi para filosof-filosof demi
mengungkapkan gagasan yang mengandung kepadatan makna, perlu adanya penciptaan
kalimat- kalimat dengan bahasa yang logis dan tepat (ilmiah). Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari adanya keambiguan atau kesalahpahaman
pemaknaan
4. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat
logis). Dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru
sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke antitesis kemudian
sintesis, dan seterusnya sehingga tidak habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif
(dialektis) akan dapat menyuburkan intelektual.
Sedangkan Menurut Wirodiningrat, filsafat mempunyai karakteristik sendiri, yaitu
menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Yang dapat diartikan bahwa
A. Menyeluruh
Dalam arti segala yang dijadikan pemikiran ataupun pengkajian di dalam filsafat
tidak terbatas sekat-sekat aturan yang ada pada ilmu-ilmu lain. Hal ini membuktikan
bahwa pembahasan dalam filsafat itu luas dan tidak terpaut dengan satu pemahaman
dalam sudut pandang tertentu, yang di mana hasil dari pengkajian filsafat dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan cabang- cabang ilmu yang beragam.
B. Mendasar
Dalam arti kajian yang dilakukan di dalam filsafat bersifat menghakikat yang
diartikan bahwa ulasan yang dibahas di dalam filsafat telah melalui tahapan detail dan
pemikiran yang mendalam. Hal ini, membuat hasil dari pemikiran filsafat dapat
dijadikan pedoman bagi cabang-cabang ilmu yang lain.
C. Spekulatif
Dalam artian segala hasil pemikiran filsafat yang dijadikan pedoman oleh ilmuilmu lain,
telah membuka celah sebagai cikal bakal terbentuk dan ditemukannya ilmuilmu baru. Dengan
demikian dapat disimpulkan mengenai karakteristik filasafat hukum yaitu :
1. Filsafat Hukum membahas masalah-masalah hukum yang sifatnya umum;
2. Filsafat Hukum merupakan subspesies dari spesies etika dan genus filsafat;
3. Filsafat Hukum merupakan kegiatan dan hasil pemikiran tinggi, luas, dan mendalam
secara kontemplatif, spekulatif, deduktif, reflektif, komprehensif, sinoptis, metafisis,
kritis, rasional, transendental, integral, dan universal mengenai hakikat hukum;
4. Filsafat Hukum memandang hukum sebagai perwujudan nilai, sistem norma, dan
alat untuk mengatur masyarakat;
5. Filsafat Hukum mengkaji segala sesuatu secara mendasar/ mendalam/ fundamental/
radikal (radix, berarti akar);
6. Filsafat Hukum menjadi induk dari semua refleksi teoretis tentang hukum;
7. Filsafat Hukum berperan meneratas jalan bagi pertumbuhan dan pengembangan
ilmuilmu hukum baik ilmu hukum normative maupun ilmu hukum sosiologis;
8. Variasi pemikiran dalam filsafat hukum menimbulkan bermacam-macam aliran atau
ajaran filsafat hukum yang mengandung konsepsi-konsepsi atau teori hukum di
dalamnya serta;
9. Telaah Filsafat Hukum atas kehidupan kenegaraan/ ketatanegaraan dapat melahirkan
fondamen filsafat/filsafat dasar, pandangan/pendirian hidup nasional, cita-cita
hukum,norma dasar, norma asal/norma sumber, norma fundamental negara, jiwa
bangsa, asas kerohanian negara, dan adi cita atau ideologi nasional, serta cara hidup
bangsa suatu Negara.
2. Aliran-Aliran Dalam Filsafat Hukum
a. Aliran Hukum Alam
Hukum alam sebagai metode adalah yang tertua yang dapat dikenali sejak zaman
yang kuno sampai dengan awal permulaan abad pertengahan. Ia memusatkan diri pada
metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang berlainan. Dengan
demikian ia tidak mengandung norma-norma sendiri melainkan hanya memberi tahu
tentang bagaimana membuat peraturan yang sah.
Ciri-ciri hukum alam bersifat universal dan abadi dan bersifat otonom yang
validitasnya bersumber pada nilainya sendiri. Dalam kajian ontology, hukum alam
dapat dibedakan dalam tiga macam;
1. Rasionalisme :
berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi
itu adalah rasio manusia. Tokoh-tokoh Aliran Hukum Alam yang rasional adalah
Hugo De Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant, dan Samuel Von
Pufendorf.
2. Irrasionalisme :
berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu
bersumber dari Tuhan secara langsung. Pendukung Aliran Hukum Alam yang
irasional adalah Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante Alighieri, Piere Dubois,
Marsilius Padua, John Wyclliffe dan Johannes Huss.
3. Empirisme :
Berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna
tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca
indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain,
kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Paham ini
diperoleh oleh Francis Bacon yang hidup antara tahun 1561 – 1626, Thomas
Hobbes (1588 – 1679): John Locke (1632 – 1704) dan David Hume (1711 – 1776).
solute (Hegel).

b. Aliran Positivisme Hukum

Positivisme hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu secara tegas


memisahkan antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang
seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme hukum dapat dibedakan dalam
dua corak, yaitu:

1) Aliran Hukum Positif Analitis (Analytical Jurisprudence): John Austin (1790-


1859)
Hukum adalah perintah dari penguasa Negara. Hakikat hukum sendiri,
menurut Austin, terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum dipandang sebagai
suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.Austin pertama tama membedakan hukum dalam
dua jenis yaitu:

a) Hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws).


b) Hukum yang dibuat oleh manusia, dibedakan dalam :

1. Hukum yang sebenarnya (hukum positif), meliputi Hukum yang dibuat oleh
penguasa. Hukum yang dibuat oleh manusia secara individu untuk
melaksanakan hak hak yang diberikan kepadanya.
2. Hukum yang tidak sebenarnya, adalah hukum yang dibuat oleh penguasa,
sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum, seperti ketentuan
dari suatu organisasi olahraga. Hukum yang sebenarnya memiliki empat
unsur yaitu:

1) Perintah(command);
2) Sanksi(sanction);
3) Kewajiban(duty);
4) Kedaulatan(sovereignty).

2. Aliran Hukum Murni Hans Kelsen (1881-1973)


Mencermati ajaran yang digagas oleh Kelsen ini, membuat Curzon menarik
kesimpulan bahwa antara ajaran Kelsen dengan ajaran Austin keduanya memiliki
persamaan,antaralain:

1) Kedua-duanya ingin memisahkan hukum dari moral, dan sebagainya;


2) Kedua-duanya juga menggunakan analisis formal, kedua-duanya mengakui hukum
positif sebagai satu-satunya hukum;
3) Kedua-duanya melihat esensi hukum in terms of an ultimate concept.
4) Kedua-duanya menitik beratkan perhatiannya pada struktur dan fungsi negara. *

3. Aliran Utilitarianisme

Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai


tujuan utama hukum. Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness).
Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, tergantung kepada apakah hukum itu
memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat
dirasakan oleh setiap individu

4. Mazhab Sejarah

Mazhab sejarah lahir karena adanya faktor-faktor;

a. Rasionalisme abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal, dan
prinsip prinsip dasar yang semuarnya berperan Pada filsafat hukum, dengan terutama
mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa memperhatikan fakta sejarah,
kekhususan dan kondisi sosial;

b. Adanya semangat revolusi Prancis yang menentang adanya wewenang tradisi


dengan misi kosmopolitannya (kepercayaan kepada rasio dan daya kekuatan tekad
manusia untuk mengatasi lingkungannya), seruannya ke segala penjuru dunia.
c. Adanya pendapat yang berkembang saat itu, dimana hakim dilarang untuk
menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat memecahkan semua
masalah hukum. Code civil dinyatakan sebagai kehendak legislatif dan harus
dianggap sebagau suatu sistem hukum yang harus disimpan dengan baik sebagai
suatu yang suci karena dianggap lahir dari suatu yang murni.
d. Adanya kodifikasi Jerman setelah berakhirnya era Napoleon Bonaparte, yang
diusulkan oleh Thibaut, guru besar pada universitas Heidelberg di Jerman. Hukum
itu sukar untuk diselidiki, sedangkan jumlah sumbernya bertambah banyak
sepanjang masa, sehingga hilang keseluruhan gambaran darinya. Karena itulah harus
diadakan perubahan yang tegas dengan jalan penyusunan undang-undang dalam
kitab. Hal ini merupakan kebanggaan Jerman. Keberatan yang sering dikemukakan
adalah keberatan di daerah- daerah, hukum itu harus disesuaikan dengan keadaan
setempat yang khas dan bahwa orang harus menghormati apa yang sudah menjadi
keketentuan adat

Tokoh dan pemikiran mazhab sejarah adalah:

1) Friedrich Karl von Savigny (1770-1861)


2) Puchta (1798-1846)
3) Henry Summer (1822-1888)

5. Aliran Sociological Jurisprudence

Menurut aliran sociological jurisprudence ini, hukum yang bauj haruslah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara
tegas antara hukum positif (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika antar
tesis positivisme hukum dan antitesis mazhab sejarah. Positivisme hukum memandang
bahwa hukum ada karena ada perintah dari penguasa sedangkan aliran sejarah
memandang hukum justru lahir dari pengalaman, dan sociological jurisprudence
menganggap keduanya sama penting.

Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan sosiologi hukum. Dengan rasio


demikian, sosiologi hukum merupakan cabang sosiologi yang mempelajari hukum
sebagai gejala sosial, sedangkan Sociological Jurisprudence merupakan suatu mazhab
dalam filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat dan sebaliknya

6. Aliran Realisme Hukum

Beberapa ciri realisme hukum menurut Karl N. Lewellyn seorang ahli sosiologi
hukum adalah:

a. Tidak ada mazhab realis, Realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja hukum.
Tepatnya Liewllyn menyatakan ”realisme is not a philosophy, but a
technology...what realism was, and is, is a method nothon more”.
b. Realisme addalah konsepsi hukum yang terus berubah ddan alat untuk tujuan- tujuan
sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya. Realisme mengandung
konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih cepat daripada hukum.
c. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum dan seterusnya
ada, untuk tujuan-tujuan studi. Pandangan-pandangan tentang nilai harus selalu ada
agar tiap penyelidikan ada sasarannya, tetapi selama penyelidikan gambaran harus
tetap sebersih mungkin karena keinginan- keinginan pengamat atau tujuan etis.
d. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum
menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pengadilan dan orang- orang.
Realisme menerima definisi peraturan-peraturan sebagai “ramalan- ramalan umun
tentang apa yang akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan”, sesuai dengan
kepercayaan itu, realisme menggolongkan kasus-kasus kedalam kategori –kategori
yang lebih kecil dari pada yang terdapat dalam praktik di masa lampau.
e. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan
akibatnya.

7. Sociology of Law Pemikiran

Pemikiran Sosiologi ditandai oleh karakter seperti, pertama bahwa pandangan


hukum sebagai suatu metode kontrol sosial. Kedua, di samping itu para ahli hukum
sosiologis sangat skeptis dengan aturan- aturan yang ada dalam buku teks hukum yang
terkodifikasi, karena yang utama adalah hukum dalam kenyataan aktualnya. Ketiga
adalah para ahli hukum sosiologis pada umumnya sepakat bahwa pentingnya memanfaatkan
ilmu sosial, termasuk sosiologi.

Pada tataran teoretik terdapat istilah Sociology of Law sedangkan pada tataran
filsafat dipergunakan istilah Sociological Jurisprudence. Meskipun secara sepintas ada
kesamaan antara Sociology of Law dengan Sociological Jurisprudence, dan keduanya
memang tidak dapat dipisahkan, tetapi keduanya harus dibedakan. Sociology of Law
adalah bagian atau cabang Ilmu Sosiologi (Ilmu-Ilmu Manusia) dengan objek studinya
tentang hukum, sedangkan Sociological Jurisprudence termasuk cabang ilmu filsafat
hukum yang mempelajari hubungan timbal balik antara pengaruh hukum dan
masyarakat. Kesamaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence terletak
pada optik yang dipakai yaitu sama-sama menggunakan perspektif sosial dalam
memahami hukum.

8.Reirechtslehre
Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas) merupakan penentang paling keras
Positivisme Hukum. Dalam penentangan terhadap positivisme hukum, freirechtslehre
sejalan dengan kaum Realis Amerika Serikat. Hanya saja jika aliran Realisme
menitikberatkan pada penganalisisan hukum sebagai kenyataan dalam masyarakat, maka
freirechtslehre tidak berhenti sampai di situ.

Aliran hukum bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan


hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-undang,
melainkan menciptakan penyelesaian yang tepat untuk peristiwa yang konkret, sehingga
peristiwa-peristiwa berikutnya dapat dipecahkan menurut norma yang telah diciptakan
oleh hakim

BAB III
Resume Makalah kelompok III tentang Manusia Dan Pengetahuan Serta Sejarah
Filsafat Hukum

A.Pengertian Manusia Dari Perspektif Filsafat Hukum


Memahami manusia melalui sudut padang fisafat berarti memahami eksistensi diri
manusia dengan esensi yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup. Manusia diberkati
akal untuk berpikir dan menggunakan pemikiran tesebut untuk bertahan hidup. Eksistensi
manusia sebagai individu dapat ditelaah melalu tiga tahapan perkembangan seperti yang
dijabarkan oleh Zainal Abidin melalui Filsafat Eksistensi Soren Aabye Kierkegaard.
Menyadari bahwasannya manusia adalah makhluk yang unik, tidak ada definisi baku
tentang manusia akan eksistensinya. Zaenal Abidin, dalam bukunya yang berjudul
“Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat” menjabarkan definisi manusia
dari para ahli pikir dan ahli filsafat dengan memberikan sebutan kepada manusia sesuai
dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini dengan definisi sebagai
berikut;

1 Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi,


.
2 Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
.
3 Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa
. dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun,

4 Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai
. membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang
pandai membuat alat,
5 Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul
. dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
6 Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsipprinsip
. ekonomi dan bersifat ekonomis
7 . Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama
.

B. MANUSIA DAN PENGETAHUAN

Manusia adalah mahluk mulia. Perkembangan mahluk manusia telah jauh Iebih
pesat dari mahluk lainnya dalam hal berkehidupan. Manusia dibekali otak yang selain
mengatur gerak tubuh secara motorik, otak manusia mampu berpikir dan berkreasi,
sehingga dengan berimajinasi manusia dapat bertahan hidup.

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhankebutuhan


kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini, yang hendak diraih adalah
pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupakan makhluk yang
berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia
mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya
cipta, rasa, maupun karsa.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM

Perkembangan filsafat hukum dari masa ke masa dapat dikategorikan kedalam 3


masa, yakni zaman kuno, abad pertengahan dan zaman modern sebagai tahap lanjutan. Untuk
mempermudah pemahaman sejarah perkembangan filsafat hukum, berikut penulis sajikan
dalam bentuk tabel dibawah ini:

D. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM

Perkembangan filsafat hukum dari masa ke masa dapat dikategorikan kedalam 3


masa, yakni zaman kuno, abad pertengahan dan zaman modern sebagai tahap lanjutan. Untuk
mempermudah pemahaman sejarah perkembangan filsafat hukum, berikut penulis sajikan
dalam bentuk tabel dibawah ini:
ZAMAN PERIODE SEJARAH
Zaman Mesir Kuno
Kuno Pada masa ini undang – undang Hamurabi di
Babilonia sebagai undang – undang tertua yang
paling penting dalam sejarah, yang dibuat oleh raja
Babilonia Chammurabi (1800SM). Undang –
undang Hamurabi yang berbentuk tulisan prasasti
pada batu ini dianggap sebagai undang – undang
tertua yang tertulis dan dikenal orang, dan undang
– undang yang dibuat sebelum itu di pengaruhi
oleh
undang – undang tersebut.

Tiongkok Kuno Era filsafat pada zaman ini adalah filsafat


konfusius. Dalam filsafat konfusius aturan itu
ditunjuk dengan kata “Li” menurut Filsafat
konfisius Li mencakup prinsip – prinsip yang
menentukan aturan alam semesta, baik alam
maupun dunia manusia. Filosof – filosof Neo-
konfusian seperti Chou Tun'i (1017-1073)
menambahkan terdapat suatu zat yang tertinggi
(t'ai – chi) yang menjadi norma tertinggi sebagai
model yang mengandung norma – norma khusus
bagi “sepuluh ribu benda” Pada awal zaman
Monchou, abad ke-17 Filsafat ini menjadi filsafat
resmi resmi Cina. Oleh sebab Li bersifat
menentukan dalam hidup, maka hanya orang yang
mengetahui dengan baik Li dapat berkuasa. Berkat
pengetahuan tentang Li yang dapat mengatur
hidup Bersama.

Yunani Kuno Pada masa Yunani kuno terdiri atas sub masa Pra-
Socrates, sub masa Socrates, Plato, dan Aritoteles,
dan sub masa Stoa.
1. Pada masa Pra-Socrates, lahirlah undang –
undang Solon sebagai undang – undang
tertua di masa Yunani kuno khususnya di
Athena. Solon adalah seorang penyair,
filosof Yunani dan politikus yang hidup
antara abad ke-6 dan ke-7 SM (640-
560SM).Pada masa pemerintahannya, ia
melakukan perbaikan diberbagai bidang
peraturan undang-undangan dan
administrasi negara, membentuk majelis
Empat ratus(majelis perwakilan dari 4 suku
bangsa Athena yang dipilih) juga
membentuk mahkamah banding bagi
anggota masyarakat mempertahankan
sistem kasta sebagaimana yang berlaku
dalamtradisi membagi rakyat ke dalam 4
tingkat dan memberikan tugas-tugas
kenegaraan dan pemerintahan hanya
kepada golongan yang kaya yang
disebutnya “Timokrasi”
2. Socrates hidup pada tahun 469 – 399 SM,
pemikiran Socrates menjadi kritik kepada
kaum sofis. Sofis sebenarnya bukan suatu
maszab melainkan suatu aliran yang
bergerak dibidang intelek, karena istilah
sofis yang berarti sarjana, cendikiawan
seperi Pythagoras dan Plato disebut kaum
sofis. Filsuf dan sebutan sofis yang
dikenakan kepada para guru yang
berkeliling dari kota kekota dan kaum sofis
tidak menjadi harum lagi, karena sebutan
sofis menjadi sebutan yang menipu orang
lain/penipu karena para guru keliling
tersebut tidak bersalah sebagai orang
yang meminta uang bagi ajaran mereka.
Akan tetapi pada masa Pemerintahan
Perikles (Athena) kaum sofis menjadi
harum.
3. Perbedaan antara Socrates dengan Plato
adalah di mana Socrates menyediakan
definisi tentang hal yang bersifat
umum untuk menetukan hakekat atau
esensi segala sesuatu,karena tidak puas
dengan mengetahui, hanya tindakan
tindakan atau tindakan-perbuatan yang
sama, sedangkan
plato mengemukakan, bahwa hakekat atau
esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan
saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas
dari sesuatu yang berada secara konkrit
yang disebut “Idea” yang nyata ada dan
hanya satu yang bersifat kekal. Menurut
Plato, golongan didalam Negara yang idea
harus terdiri dari 3 bagian yaitu
a.Golongan yang tertinggi terdiri dari para
yang memerintah (orang bijak/filsuf),
b.Golongan pembantu yaitu para prajurit
yang bertujuan menjamin keamanan,
c.Golongan terendah yaitu rakyat biasa,
para petani dan tukang serta para pelaku
usaha yang menikmati hidup ekonomi
Negara.
4. Masa Aristoteles dapat dilihat dari 8
karyanya mengenai
Logika, Filsafat alam, psikologis, biologi,
metafisika, etika,politik dan ekonomi, dan
akhirnya retorika dan puitis. Pada
masanya, tidak hanya pengertian-
pengertian, tetapi akan tetapi
pertimbangan-pertimbangan dapat
digabungkan
gabungkan, sehingga menghasilkan
penyimpulan. Penyimpulan adalah suatu
penalaran dengannya dari dua
pertimbangan untuk dipertimbangkan yang
ketiga, yang baru yang berbeda dengan
kedua pertimbangan yang
mempersiapkannya.
5. Masa ini ditandai dengan adanya mazhab
Stoa, yaitu
Suatu mazhab yang mempunyai kebiasaan
memberi pelajaran di orong – lorong
tonggak (Stoa). Pemikir utamanya yang
juga bertindak sebagai pemimpin mazhab
adalah filosof Zeno (350-264 SM). Dengan
mengambil sebagian ajaran Aristoteles,
yaitu akal manusia itu merupakan bagian
dari rasio alam, dikembangkan suatu
pemikiran hukum alam yang bersumber dari
akal ketuhanan (logo dimana manusia dapat
hidup menyesuaikan diri).Hukum alam ini
merupakan dasar segala hukum positif.
Pandangan Stoa kemudian sangat
berpengaruh bagi para filosof Romawi
seperti Seneca, Marcus Aurelius, dan juga
Marcus Tillus Cicero.
Romawi Masa ini (abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M) para
ahli filsafat lebih menekankan perhatiannya pada
masalah bagaimana cara memperbaiki di seluruh
dunia yang sangat luas. Pada masa ini lahirlah
undang – undang Lembaran Duabelas (Lex
Duodecim Tabularum) sebagai undang – undang
tertua yang lahir pada permulaan masa republik
dimasa Romawi.Undang – undang ini mengakui
persamaan di antara semua kelas rakyat Romawi
dan menghapuskan perbedaan di depan hukum
antara si kaya dan si miskin.Lembaran tersebut
memuat peradilan, hukum pidana, hak sipil,
masalah kepemilikan dan hukum keluarga.

Masa Masa ini dimulai dengan runtuhnya perbaikan


akibat serangan bangsa lain yang dianggap
terbelakang, yang datang dari utara
yaitu yang suku – suku Germania. Karena tidak
ada peninggalan apapun dari suku bangsa yang
berkuasa, para ahli masa kini sukar untuk secara
Kegelapan pasti menentukan apa yang terjadi dimasa gelap
ini. Namun dapat diketahui adalah pengaruh
agama kristen mulai berkembang pesat disebabkan
oleh suasana kehidupan suku – suku waktu itu
yang tidak tenteram akibat peperangan yang
terusmenerus terjadi dikalangan mereka sendiri
atau diantara suku-suku

Abad Masa Corak pemikiran hukum pada masa Skolastik yang


Pertengaha Skolastik didasarkan pada ajaran Kristen. Ajaran ini dimulai
n setelah lahirnya mazhab baru yang disebut Neo –
Platois, dengan Platinus sebagai tokohnya yang
utama. Platinus inilah yang mulai membangun
suatu tata filsafat yang bersifat Ketuhanan.
Menurut pendapatnya, Tuhan itu merupakan
hakikat satu – satunya yang paling utama dan
paling luhur, yang merupakan sumber dari segala
– galanya. Bertolak dari pendapat Plato
bahwa orang harus berusaha mencapai
pengetahuan yang sejati, Platinus mengemukakan
kita harus berusaha melihat Tuhan, cara berpikir
dan beribadah. Pemikiran ini membuka
jalan pengembangan agama kristen dalam dunia
Filsafat

Zaman Renaissance didefinisikan sebagai “menjadi lahir


Renaissance kembali”.Ciri utama renaissance adalah “manusia
menemukan kembali keperibadiannya”. Lahirnya
renaisans mengakibatkan perubahan yang tajam
dalam berbagai segi kehidupan manusia, teknologi
berkembang dengan pesat, negara-negara
baru didirikan, tumbuh berbagai disiplin ilmu
baru. Dalam dunia pemikiran zaman ini ditandai
dengan adanya pendapat akal manusia tidak dapat
lagi dilihat sebagai penjelmaan dari akal Tuhan,
akal manusia terlepas dari akal ketuhanan.

Zaman Dalam masa 1650-1800 menyelami masa


Aufklarung Aufklarung (abad pemikiran) beserta rasionalisme,
suatu aliran pikiran yang ingin
memerdekakan pemikiran atas akal (rasio) semata-
mata.Kebebasan membuka jalan untuk meluaskan
gagasan di bidang politik, timbulah gagasan bahwa
manusia memiliki hak-hak politik yang tidak
diselewengkan oleh raja. Selanjutnya mengenai
pemunculan monarki-monarki absolut (abad ke-16
– abad ke 17) teori pemunculan rasionalistis
kontarak sosial (abad ke -16 - abad
ke-18) yang bersandar pada hukum alam, dan
pemunculan demokrasi dalam wujud yang konkret
(akhir abad ke-19)

Zaman Tiga pemikir filosof besar, dan guru-guru besar


Modern dari Perusia yaitu, prof. Immanuel kant
(1724-1804), prof. Fichte (1770-1814), dan
prof. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-
1831).
a. Prof. Immanuel Kant, membawa pemikiran
modern tentang filsafat hukum yang luas dan
mendalam. Prof.Immanuel Kant melakukan
penelitian sistematis terhadap fungsi akal
manusia dengan tiga fungsi kesadaran
manusia yaitu,
(1) berpikir,
(2) berkehendak,
(3) dan merasakan. Perbedaan yang tajam
diadakan oleh prof. Immanuel Kant antara
moralitas dan hukum bahwa paksaan perlu
bagi hukum dan ciri khusus dari suatu hak
kekuatannya untuk memaksa. Prof. Immanuel
Kant membedakan antara kewajiban
berdasarkan hukum dan hak hukum, ia
memasukan tiga prinsip ulpanius, yakni
Huneste vivere, neminem laedere, dan suum
cuiqetribuere.

b. Pandangan filsafat hukum menurut prof.


Fichte, seperti halnya Filsafat Hukum
Immanuel Kant Kunci dari ilmu pengetahuan
yang berakal, hubungan antara individu dan
negara dalam tiga prinsip yaitu: 1). Dengan
kewajiban seorang warga menjadi anggota
dari negara,

c. Pandangan filsafat hukum menurut prof.


Georg Wilhelm Friedrich Hegel, semua tugas
filsafat adalah mempertahankan pendirian dan
konsekuen, dengan tegas menolak setiap
antinomi atau konflik, dualism antara ide dan
pengalaman atau antara akal dan
kenyataan. Dalam filsafat prof, Georg
Wilhelm
Friedrich Hegel meliputi bidang, lembaga
hukum, etika, politik. Ia membagi masyarakat
kedalam tiga golongan yaitu,
(1). Pertanian Golongan yang hanya tergantung
dari alam,
(2). Perindustrian dan perdagangan Golongan
terutama yang tergantung pekerjaan,
(3).Golongan yang umum yakni golongan
pemerintah yang tergantung dari akal

Anda mungkin juga menyukai