DISUSUN OLEH :
ANJARI WAHYU WARDHANI
NIM : 25000117410004
A. PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung turut memperkaya kehidupan kita.Pengetahuan juga dapat
dikatakan sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan yang muncul dalam
kehidupan dari sebuah pertanyaan di harapkan mendapatkan jawaban yang
benar.Maka dari itu muncul lah masalah bagaimana cara kita menyusun
pengetahuan yang benar ? masalah inilah yang pada ilmu filsafat disebut
dengan istilah epistimologi.Setiap pengetahuan memiliki ciri-ciri spesifik atau
metode ilmiah mengenai apa ( ontology),bagaimana (epistimologi) dan untuk
apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.Ketiga landasan saling memiliki
keterkaitan ,ontology ilmu terkait dengan epistemology ilmu dan epistemology
ilmu terkait dengan aksiologi dan seterusnya ( Suriasumantri,2007:105)
Pengertian Pengetahuan menurut Dr. M.J. Langeveld mengatakan bahwa
pengetahuan adalah kesatuan subjek yang mengetahui dengan objek yang
diketahui.Lalu menurut James K. Feibleman merumuskan sbb.: Knowledge:
relation between object and subject (pengetahuan: hubungan antara objek
dan subjek.Dan menurut Ensiklopedia Indonesia memuat antara lain:
epistemologi menyebutkan bahwa setiap pengetahuan manusia adalah hasil
dari berkontaknya dua hal, yaitu:
1) Benda (yang diperiksa), diselidiki dan akhirnya diketahui (objek).
2) Manusia yang melakukan berbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan
akhirnya mengetahui benda hal itu.
3) Pengetahuan dibedakan sebagai Pengetahuan biasa sehari hari,
Pengetahuah ilmiah, Pengetahuan filosofis, Pengetahuan wahyu /
theologis, Pengetahuan intuisi.
Ralph Ross mengatakan bahwa: Science is empirical, rational, general,
and cumulative; and it is all four at one (ilmu ialah yang empiris, yang rasional,
yang umum dan bertimbun bersusun; dan keempat-empatnya serentak).
Karl Pearson pengarang karya: Grammar of Science, merumuskan
sbb: Science is the complete and consistent description of the facts of
experience in the simplest possible terms (Ilmu pemgetahuan ialah lukisan
atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman
dengan istilah yang sesederhana/ sesedikit mungkin). Ada berbagai definisi
filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie, disini hanya akan dikemukan
empat pendapat yang dianggap paling refresentatif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Filsafat?
2. Ada berapa dimensi dari filsafat?
3. Apa saja teori-teori Ilmu Pengetahuan menurut para filosof?
4. Apa saja jenis-jenis Pengetahuan?
5. Apa saja langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan?
6. Bagaimana tentang objek yang di telaah dan bagaimana wujud yang
hakiki dari objek tersebut?
7. Bagaimana korelasi antara objek dengan daya tangkap manusia?
8. Bagaimana Proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak
teratur itu menjadi ilmu?
9. Hal apa yang harus di perhatikan agar dapat memperoleh pengetahuan
yang benar?
10. Cara atau sarana apa yang membantu manusia dalam mendapatkan
pengetahuan?
11. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Filsafat.
2. Mengetahui Ada berapa dimensi dari filsafat.
3. Mengetahui teori-teori Ilmu Pengetahuan menurut para filosof.
4. Mengetahui jenis-jenis Pengetahuan.
5. Mengetahui langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan.
6. Mengetahui tentang objek yang di telaah dan bagaimana wujud yang
hakiki dari objek tersebut
7. Mengetahui korelasi antara objek dengan daya tangkap manusia
8. Mengetahui Proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak
teratur itu menjadi ilmu
9. Mengetahui apa yang harus di perhatikan agar dapat memperoleh
pengetahuan yang benar
10. Mengetahui Cara atau sarana apa yang membantu manusia dalam
mendapatkan pengetahuan
11. Mengetahui kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral
BAB II
PEMBAHASAN
a. Perumusan Masalah
Yaitu, setiap penyeldikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan
secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai
jalan untuk mengetahui fakta yang harus dikumpulkan.
b. Observasi
Yaitu, Penyelidikan ilmiah dalam tahap ini mempunyai corak empiris &
induktif dan seluruh kegiatannya diarahkan pada pengumpulan data
dengan melalui pengamatan yang cermat.Hasil observasi ini kemudian
dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
c. Pengamatan dan Klasifikasi Data
Yaitu, Penyusunan fakta dalam kelompok, jenis, & kelas tertentu
berdasarkan sifat yang sama.Jadi dengan klasifikasi ini maksudnya adalah
menganalisis, membandingkan & membeda-bedakan data yang relevan.
d. Perumusan Pengetahuan (Definisi)
Yaitu ilmuwan mengadakan analisis & sintesis secara induktif, kemudian
diadakan generalisasi dan dituangkan dalam pertanyaan universal,
sehingga dari sinilah teori terbentuk.
e. Prediksi
Yaitu deduksi mulai memainkan peranan, sehingga dari teori yang sudah
terbentuk tadi, kemudian diturunkan hipotesis baru, dan melalui deduksi
pula mulai disusun implikasi logis agar dapat diadakan ramalan-ramalan
tentang gejala yang perlu diketahui. Deduksi ini selalu dirumuskan dalam
bentuk silogisme.
f. Verifikasi
Yaitu dilakukan pengujian kebenaran hipotesis. Artinya, bahwa menguji
kebenaran prediksi-prediksi tadi melalui observasi terhadap fakta yang
sebenarnya, sehingga keputusan terakhir terletak pada fakta.
B. PENGERTIAN FILSAFAT
Terkait dengan pengertian filsafat, perlu ditegaskan di sini bahwa dalam
garis besarnya filsafat minimal mempunyai tiga dimensi besar, yakni:
a. Dimensi epistemologis
Dimensi epistemologis, yakni dimensi yang membicarakan bagaimana
cara memperoleh pengetahuan. Runes (1971: 94) dalam kamusnya
menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy which
investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge.
Itulah sebabnya sehingga sering disebut dengan istilah filsafat
pengetahuan, karena ia membicarakan hal pengetahuan. Untuk hal ini
ada beberapa aliran yang membicarakan, seperti: Aliran empirisme, yakni
kata yang berasal dari kata Yunani empeirikos yang asal katanya adalah
empeiria, artinya pengalaman. Oleh sebab itu, menurut aliran ini bahwa
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. John Locke
(1632-1704), bapak aliran ini pada zaman Modern mengemukakan
teori tabula rasa yang dalam bahasa Indonesia adalah meja lilin.
Maksudnya adalah bahwa manusia pada mulanya kosong dari
pengetahuan, kemudian pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu,
sehingga manusia memiliki pengetahuan. Aliran Rasionalisme, yakni
aliran yang menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal. Menurut aliran ini, bahwa manusia memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini di zaman
Modern adalah Rene Descartes (1596-1650), ini benar. Akan tetapi
sesungguhnya paham semacam ini sudah ada jauh sebelum itu, yakni
orang orang Yunani Kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat
dalam memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada Aristoteles
yang teleh disebutkan di depan. Di samping kedua aliran ini masih banyak
aliran filsafat yang belum disebutkan di sini.
b. Dimensi ontologis
Dimensi ontologis, hal ini setelah membenahi cara memperoleh
pengetahuan, filsuf mulai menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh
pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada
hakikatnya. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat, yang
biasa disebut dengan istilah ontologi (Ahmad Tafsir, 2009: 28). Bidang
bahasan dalam dimensi ontologis ini sangat luas, yakni segala yang ada,
dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai
(yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan kakikat nilai).
c. dimensi aksiologis
Dimensi aksiologis, bahwa dalam dimensi ini seandainya ditanyakan
kepada Socrates atau Nietzsche tentang apa guna filsafat, agaknya
mereka akan menjawab bahwa filsafat dapat menjadikan manusia
menjadi manusia. Artinya, dengan filsafat orang akan bisa menjadi orang
bijaksana. Namun bila melihat rumusan ini nampaknya terlalu umum,
sehingga sulit dipahami. Untuk memahami kegunaan filsafat di tingkat
teknis operasionalnya, dapat dimulai dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori, kedua filsafat sebagai
pandangan hidup (philosophy of life), dan ketiga filsafat sebagai metode
pemecahan masalah (Ahmad Tafsir, 2009: 42).
Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, digunakan untuk memahami
dan mereaksi dunia pemikiran. Sedangkan filsafat sebagai philosophy of
life (pandangan hidup) ini sangat penting untuk dipelajari, sebab dalam hal ini
fungsinya mirip dengan agama (Ahmad Tafsir, 2009: 42). Dalam posisi ini
filsafat dapat menjadi jalan kehidupan.Ia menjadi pedoman. Isinya berupa
ajaran dan ajaran itu dilaksanakan dalam kehidupan. Intinya bahwa filsafat
sebagai philosophy of life gunanya untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan, lebih singkat lagi: untuk dijadikan agama (Ahmad Tafsir, 2009:
43). Dan selanjutnya, bahwa filsafat sebagai methodology dalam
memecahkan masalah, ada berbagai cara yang ditempuh orang bila hendak
menyelesaikan sesuatu masalah.
Berdasarkan uraian singkat di atas, dapatlah dikatakan bahwa dimensi
aksiologis dari filsafat adalah berupa kegunaan filsafat dan itu luas sekali. Di
mana pun dan pada apa pun filsafat diterapkan di situ filsafat memiliki
kegunaan. Bila digunakan dalam pedidikan, maka akan dapat dilihat bahwa
filsafat berguna bagi pendidikan, bila digunakan dalam bahasa, ia berguna
bagi bahasa, dan bila digunakan dalam agama, maka filsafat juga dapat dilihat
bahwa filsafat berguna bagi agama, dan seterusnya. Inilah pemehaman
filsafat dalam dimensi aksiologis.
Ciri ciri utama ilmu pengetahuan sesuai dengan terminologinya antara
lain:
1) Ilmu pengetahuan adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, epiris,
sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Hal ini beda dengan iman, yaitu
pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan
pengahayatan serta pengalaman pribadi.
2) Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan, sebab
ilmu pengetahuan tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, melainkan ilmu pengetahuanmenandakan seluruh
kesatuan ide yang mengacu ke objek (alam objek) yang sama dan saling
berkaitan secara logis. Oleh sebab itu, koherensi sistematik adalah hakikat
ilmupengetahuan.
3) Ilmu pengetahuan tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan
dengan masing masing penalaran perorangan, sebab
ilmu pengetahuan dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-
hipotesis dan teori teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4) Berkaitan dengan konsep ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) adalah
ide bahwa metode metode yang berhasil dan hasil hasil yang terbukti pada
dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
5) Ciri hakiki dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari
banyak pengamatan dan ide yang terpisah.
Setelah dipahami pengertian Filsafat, pengertian Ilmu pengetahuan,
dan pengertian Pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa Filsafat
Ilmu pengetahuan adalah kajian secara mendalam tentang dasar-dasar
ilmu pengetahuan, Pengertian filsafat ilmu pengetahuan menurut Hartono
Kasmadi (1990) dapat dirangkum dalam tiga (3) medan telaah, yaitu:
a. Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang
digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan, dan
terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan.
Misal: untuk mengkaji ilmu empiris, ilmu rasional, bidang etika, estetika, dll.
b. Filsafat ilmu pengetahuan adalah upaya untuk mencari kejelasan
mengenai dasar-dasar konsep, praduga, dan postulat mengenai ilmu ,
serta upaya untuk membuka tabir dasar-dasar empiris, rasional, dan
pragmatis. Misal: analisis terhadap anggapan dasar tentang kuantitas,
kualitas, waktu, ruang, dan hukum, serta dapat pula sebagai studi
keyakinan tertentu, maupun keyakinan dunia sana.
c. Filsafat ilmu pengetahuan adalah studi gabungan yang terdiri atas
beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan
batas yang tegas mengenai ilmu tertentu
1. Persamaan dan Perbedaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
a. Adapun Persamaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan adalah:
1) Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2) Kedua-duanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang dialami, serta
menunjukkan sebab-sebabnya.
3) Keduanya hendak memberikan sintesis, yakni suatu pandangan yang
begandengan.
4) Keduanya mempunyai metode dan system.
5) Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya yang timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
b. Sedangkan Perbedaannya antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan adalah:
1) Objek material (lapangan) penyelidikan filsafat bersifat umum
(universal), yakni segala sesuatu yang ada, sedangkan objek material
ilmu pengetahuan adalah bersifat khusus dan empiris.
2) Objek formal filsafat bersifat non fragmentaris, sebab mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada secara luar, mendalam, dan
mendasar (sampai pada hakekat). Sedang ilmu pengetahuan objek
formalnya bersifat pragmentaris, spesifik, dan intensif, juga bersifat
teknis, artinya bahwa idea idea manusia itu mengadakan penyatuan
diri dengan realita.
3) Filsafat dilaksanakan dalam suasana menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan. Sedangkan ilmu harus diadakan riset lewat
pendekatan trial and error. Oleh sebab itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
4) Filsafat dengan pertanyaan yang lebih jauh dan mendalam berdasar
pengalaman realitas sehari-hari. Sedangkan ilmu pengetahuan
bersifat diskursif, yakni menguraikan secara logis, yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu.
5) Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan
mendalam sampai dasar yakni yang disebut hakekat. Sedangkan ilmu
pengetahuan menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam
atau yang disebut yang sekundar (secondary cause).
2. Tujuan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan tujuannya, yakni:
a. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu pengetahuan, sehingga secara
menyeluruh dapat dipahami sumber-sumber, hakikat, dan tujuan ilmu
pengetahuan.
b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga didapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis.
c. Menjadi pedoman bagi para pendidik dan anak didik dalam mendalami
studi di perguruan tinggi, khususnya untuk membedakan persoalan ilmiah
dan non ilmiah.
d. Mendorng para calon ilmuwan untuk konsentrasi dalam mendalami ilmu
pengetahuan dan mengembangkannya.
e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu
pengetahuan dan agama tidak ada pertentangan (Amsal Bakhtiar, 2004:
20).
Menurut paradigma filsafat Barat semua orang mengakui memiliki
pengetauan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat
apa pengetahuan didapat? Dari situ timbul pertanyan bagaimana caranya kita
memperoleh pengetahuan atau darimana sumber pengetahuan kita?
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai
alat yang menggunakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada
beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
a. Idealisme
Pertama, idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah
idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Idealisme atau nasionalisme menitik beratkan pada pentingnya peranan
ide, kategori atau bentuk-bentuk yang terdapat pada akal sebagai sumber
ilmu pengetahuan. Plato (427-347 SM).
b. Empirisme
Paham selanjutnya adalah empirisme atau realisme, yang lebih
memperhatikan arti penting pengamatan inderawi sebagai sumber
sekaligus alat pencapaian pengetahuan (Harold H. Titus dkk.;1984).
Aristoteles (384-322 SM) yang boleh dikata sebagai bapak empirisme ini,
dengan tegas tidak mengakui ide-ide bawaan yang dibawakan oleh
gurunya, Plato. Bagi Aristoteles, hukum-hukum dan pemahaman itu
dicapai melalui proses panjang pengalaman empirik manusia. (Amin
Abdullah;1996).
Sebelum menjelaskan ilmiah terlebih dahulu harus mengetahui dulu ilmu. Ilmu
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.Pengertian Ilmiah secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal
yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima
secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah
ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita
yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan
Metode Ilmiah. Sehingga didapat metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang
mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah
untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang
telah ada. Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang
dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi.
Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat
dan kondisi tertentu. Berdasarkan objek yang diamati dalam metode ilmiah,maka
ilmu dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Naturwissenschaft
Istilah jerman naturwissenschaften berarti ilmu kealaman yang objeknya
adalah benda-benda fisik. Termasuk dalam tipe ilmu-ilmu kealaman adalah
ilmu-ilmu seperti ilmu-ilmu fisika, kimia dan biologi, serta ilmu-ilmu khusus lain
yang merupakan pengkhususan lebih lanjut ataupun cabang-cabang dari
ilmu-ilmu tersebut, yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu yang berdiri
sendiri, misalnya Fisiologi, Anatomi dan sebagainya.
Ciri dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah bahwa ilmu-
ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan
registrasi indrawi secara langsung. Data-data indrawi yang merupakan
objeknya harus dimengerti tepat menurut penampakannya, dalam keadaan
luas, keras, tinggi dan sebagainya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki,
dikumpulkan, diawasi, diidentifikasi, dan diklasifikasi secara ilmiah, yaitu
digunakannya instrumen-instrumen sebagai alat bantu. Perkembangannya
sebagai ilmu alam modern dewasa ini, maka registrasi indrawi tersebut
dilakukan alam wujud eksperimen.Eksperimentasi ilmu-ilmu kealaman
mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati,
seperti elektron dan ini protein (Van Melsen, 1982).
Ilmu-ilmu kealaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu
semata-mata bersifat empiris-eksperimental.Ciri selanjutnya dari ilmu-ilmu
kealaman adalah bahwa ada suatu determinisme dalam objeknya,
sedemikian rupa sehingga suatu aksi tertentu niscaya menimbulkan reaksi
tertentu pula.Hukum aksi-reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang
spesifik, karena itu eksperimen-eksperimen yang dilakukan pada prinsipnya
dapat diulang.Selain sifat penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam
jumlah yang relatif sedikit, gejala fisik yang diamati pada umumnya seragam.
b. Geisteswissenschaften /the humanities
Geisteswissenschaften berarti ilmu-ilmu budaya atau ilmu-ilmu yang
objeknya adalah hasil atau ekspresi roh manusia.Geisteswissenschaften
sering disebut ilmu-ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu human/kemanusiaan, yang
dalam kerangka penulisan ini untuk selanjutnya digunakan istilah ilmu-ilmu
sosial-humanistik. Ilmu yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial-humanistik ini
antara lain adalah Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi sosial/budaya,
Ilmu Hukum, Psikologi (untuk sebagian), Ilmu Bahasa, dan Ilmu Komunikasi
(Theodorson, 1970)
Ilmu-ilmu sosial humanistik seringkali disebut juga ilmu-ilmu tingkah laku
(Behvioral science) dan melalui istilah Geisteswissenschaften tercakup
pengertian luas, sehingga kerap kali mencakup juga ilmu pengetahuan
budaya.Ilmu-ilmu sosial humanistik ini bersangkutan dengan aspek-aspek
tingkah laku manusiawi, sebab pada dasarnya berobjekkan hasil atau
ekspresi roh manusia yang dalam wujudnya tampak sebagai bahasa,
permainan, syair, agama, institusi (bentuk bentuk kelembagaan)(Bakker,
1986). Objek ilmu-ilmu sosial humanistik ini merupakan gejala yang dapat
diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris, tetapi sekaligus termuat
didalamnya arti, nilai, dan tujuan. Hal ini senantiasa terkait pada kenyataan
bahwa manusia berbeda dengan binatang dan benda-benda fisik lainnya,
hidup alam, dunia yang terdiri dari barang-barang yang dibuatnya sendiri serta
dalam tujuan-tujuan yang dipikirkannya dan diterapkannya sendiri. Lapangan
penyelidikan ilmu-ilmu sosial humanistik meliputi apa yang diperbuat manusia
dalam dunianya serta yang dipikirkan tentang dunia tersebut (Rickman, 1967).
Ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanistik mempunyai ciri yang khas, yaitu
normatif-teologis.Ilmu-ilmu sosial dan humanistik menemukan arti, nilai, dan
tujuan.
A. Pola umum langkah metode ilmiah
Bersesuaian dengan Jujun S.S.(1987), Titus dkk menjelaskan enam pola
umum langkah metode utuk memperoleh pengetahuan yaitu:
1. Kesadaran adanya problema
Kesadaran akan adanya problema adalah penting sekali.karena hanya
demikian suatu pemikiran dan penyelidikan itu mungkin untuk diawali.
Dalam hal ini, kemampuan untuk melukiskan problema secara jelas dan
benar dalam suatu definisi adalah penting.Karena hanya dengan demikian
pula pengumpulan data yang faktual baru mungkin.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang relevan, yang juga memerlukan kesabaran dan
lebih-lebih kemampuan untuk menguji data-data apakah faktual atau
tidak.Pada persoalan yang sulit, untuk mendapatkan data-data seperti itu,
memerlukan pemikiran dan penyelidikan yang saksama dan tidak aneh jika
memerlukan waktu bertahun-tahun.
3. Penertiban data
Dalam masalah ini, diperlukan kemampuan analisis dan pengelompokan.
Bagi metode ilmiah, memperbandingkan dan mempertentangkan data
yang satu dengan data yang lain untuk diatur dalam urutan yang sesuai
dengan kepentingan adalah pokok. Jadi, setiap data harus diberi nomor,
dianalisis, dan diklasifikasikan.
4. Pembentukan Hipotesis
Langkah ini penting ketika melakukan pemeriksaan problem.Hipotesis
dapat dibentuk setelah diperoleh data-data yang cukup.Dalam membentuk
hipotesis, hal yang penting adalah harus bersifat masuk akal.Artinya, suatu
deduksi harus dapat dicoba dan berfungsi sebagai petunjuk bagi
penyelidikan selanjutnya.
5. Penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis
Maksudnya, hipotesis menjadi dasar penarikan deduksi atau kesimpulan
mengenai jenis susunan dan hubungan antara hal-hal atau benda-benda
tertentu yang sedang diselidiki.
6. Verifikasi
Masalah pengujian kebenaran dalam ilmu pengtahuan, keputusan
akhirnya terletak pada fakta.Jika fakta tidak mendukung suatu hipotesis,
maka hipotesis lain dipilih.Dengan demikian selanjutnya, kecuali fakta
(data empirik), kaidah umum, atau hukum tersebut telah memenuhi
persyaratan pengujian empiris.Terhadap hal ini, kaum rasionalis
menyatakan bahwa suatu hipotesis baru bisa diterima secara keilmuan bila
konsisten dengan semua hipotesis yang sebelumnya telah diuji
kebenarannya.
B. Macam-macam metode ilmiah
Berdasarkan objek pengamatannya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Metode siklus-empirik.
Metode siklus-empirik ini menunjukan pada dua macam hal yang pokok,
yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan
berulang-ulang, dan empirik yang menunjukan pada sifat bahan yang
diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregristasi
secara indrawi.Metode ini digunakan dalam ilmu-ilmu kealaman
(naturwissenschaft).
2. Metode linier.
Metode linier pada umumnya digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan
humanistik (Geisteswissenschaft yang dalam bahasa inggris dikenal
sebagai the humanities).
C. Pembagian Metode Siklus Empirik dan Metode Linear
Metode siklus-empirik ini mencakup lima tahapan yang disebut observasi,
induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi.Watak siklusnya tampak dalam
hal bahwa setelah melakukan evaluasi, dimungkinkan dilakukannya lagi
observasi-observasi yang kemudian dilanjutkan dengan tahapan-tahapan
selanjutnya. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runtut
dari segenap tahapan prosedur ilniah tersebut, meskipun pada prakteknya
tahap-tahap kerja tersebut seringkali dilakukan secara bersamaan (soejono
Soemargono, 1976).
1. Observasi,
maka yang dimaksudkan adalah bahwa tahapan ini berbuat lebih dari
sekedar melakukan pengamatan biasa. Kenyataan empirik yang terjadi
maka objeknya diselidiki, dikumpulkan, diidentifikasi, didaftar, dan
diklasifikasikan secara ilmiah. Observasi mencari saling hubuingan dari
bahan tersebut dan disoroti dalam suatu kerangka ilmiah.
2. Induksi.
Pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu
pernyataan yang lebih umum. Induksi dipermudah dengan digunakannya
alat-alat bantu matematik dalam merumuskan serta mengumpulkan data-
data empirik. Pengukuran secara kuantitatif terhadap besaran-besaran
tertentu yang saling berhubungan, maka hubungan tersebut dapat
digambarkan dalam simbul matematika. Apabila suatu kejadian terjadi
secara berulang-ulang (terjadi keajegan), maka pernyataan umum tersebut
memperoleh kedudukan sebagai hukum.
3. Deduksi-deduksi logis,
data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut. Pernyataan sistem semacam ini juga tergantung dipergunakannya
pengertian-pengertian operasional tertentu, yaitu bahasa buatan dalam
rangka teori ilmiah. Berdasarkan sistem semacam ini dapatlah dijabarkan
pernyataan-pernyataan khusus tertentu.
4. Observasi eksperimental, yaitu pernyataan yang telah dijabarkan secara
deduktif (secara rasional). Diuji dengan melakukan verifikasi atau klarifikasi
secara empirik. Verifikasi atau klarifikasi secara empirik dimaksudkan
untuk mngukuhkan pernyataan-pernyataan rasional hasil deduksi sebagai
teori. Verifikasi merupakan tahapan untuk mengukuhkan atau
menggugurkan pernyataan-pernyataan rasional hasil dari deduksi-deduksi
logis.
Sedangkan, metode liner memiliki tiga tahap, yaitu persepsi, konsepsi, dan
prediksi. Persepsi adalah penangkapan data melalui indra. Konsepsi adalah
pengolahan data dan penyusunannya dalam suatu sistem. Prediksi adalah
penyimpulan dan sekaligus peramalan.
Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek
invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial
yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para
ilmuan.Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.
Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti karakter,
kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis konsep-
konsep seperti harus, benar salah, mengandung pencarian watak ke dalam
watak moralitas atau tindakan-tindakan moral atau mengandung pencarian
kehidupan yang baik secara moral. Etika secara lebih detail merupakan ilmu
yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan
dengan moral.
Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti sesuatu
yang menyangkut prinsip benar salah, dan salah satu dari suatu perilaku yang
menjadi standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih lanjut moral
mengandung empat pengertian: i)baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas
manusia, ii) tindakan yang adil dan wajar, iii) kapasitas untuk diarahkan pada
kesadaran benar-salah, dan kepastian untuk mengarahkan orang lain agar
sesuai dengan kaidah tingkah laku yang dinilai benar-salah iv) Sikap seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain.
A. KESIMPULAN
Jadi, cakupan objek filsafat lebih luas dibanding dengan ilmu, sebab
ilmu hanya mencakup yang empiris saja, sedang filsafat tidak hanya yang
empiris saja. Secara historis ilmu adalah berasal dari kajian filsafat, sebab
awalnya filsafat yang melakukan pembahasan tentang yang ada secara
sistematis, rasional, logis dan empiris. Setelah berjalan, terkait dengan yang
empiris, maka semakin bercabang dan berkembang, sehingga timbullah
spesifakasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses
terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. (Sumber buku Filsafat Ilmu
oleh: Amsal Bakhtiar, 2008, 2). Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan
spesialisasi masing masing, sehingga ilmulah secara praktis bagaikan
membelah gunung, dan merambah hutan. Sedangkan filsafat kembali ke laut
lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh. Oleh sebab itu,
filsafat sering disebut sebagai induk/ ibu ilmu penetahuan. Hal ini bisa
dimengerti, sebab dari filsafatlah, maka ilmu ilmu modern dan kontemporer
berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus
buahnya, yaitu: teknologi.
Dasar memahami filsafat ilmu adalah bila mengatahui empat titik
pandang (view points) dalam filsafat ilmu.
Empat titik pandang filsafat ilmu, yaitu:
a. Perumusan world-views yang konsisten, misal: pada beberapa pengertian
didasarkan atas teori teori ilmiah. Jadi filsuf ilmu bertugas
mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari illmu.
b. Eksposisi dari presuppositions dan predispositions para ilmuwan. Misal:
filsuf ilmu mengemukakan bahwa para ilmuwan menduga alam tidak
berubah-ubah, dan terdapat keteraturan di alam, sehingga gejala-gejala
alam mudah didapat oleh peneliti. Oleh sebab itu peneliti tidak menutup
keinginan keinginan deterministik.
c. Konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan.
Artinya memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai konsep
Oleh sebab itu ada dua kemungkinan, yaitu:
1) Pertama, apakah para ilmuwan mengerti suatu konsep yang
digunakannya, sehingga dalam hal ini tidak memerlukan klasifikasi.
2) Kedua, para ilmuwan tidak tahu makna konsep tersebut, sehingga
mereka harus inquiry hubungan konsep itu dengan konsep-konsep lain.
Jadi, bila seorang ilmiawan melakukan inquiry, berarti ia sedang
mempraktekkan filsafat ilmu.
d. Filsafat ilmu merupakan second-order criteriology.
Filsafat Ilmu mempunyai beberapa criteria yang harus dipahami bagi para
ahlinya.
artinya: bahwa filsuf ilmu menuntut jawaban jawaban atas pertanyaan:
1) Karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dengan tipe
penyelidikan lain.
2) Prosedur yang bagaimana yang harus diikuti oleh para ilmuwan dalam
menyelidiki alam.
3) Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai dalam penyelidikan ilmiah
agar jadi benar.
4) Status yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hukum ilmiah.