Arim Raharjo
2106781111
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER HUKUM
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa, karena berkat rahmat dan
UNDANG DASAR TAHUN 1945” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh nilai tugas pada makalah akhir mata kuliah “Politik Hukum”
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini akan sangat
penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
ini.
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
DI INDONESIA ............................................................................. 26
Produk Politik........................................................................... 26
ii
B. Dinamika Hubungan Ormas dengan Negara ......................... 40
A. Kesimpulan ............................................................................ 64
B. Saran ....................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67
BIBLIOGRAFI .............................................................................................. 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
sistem hukum nasional untuk mencapai tujuan dan cita-cita negara atau
Pembangunan hukum harus ditujukan untuk mengakhiri tatanan sosial yang tidak
adil dan menindas hak-hak asasi manusia; dan karenanya politik hukum harus
demokrasi dan berkeadilan sosial dalam satu masyarakat bangsa Indonesia yang
Dalam konteks politik hukum jelas bahwa hukum adalah alat yang bekerja
dalam sistem hukum tertentu untuk mencapai tujuan negara atau cita-cita
Dalam membangun sebuah bangsa dapat dicapai melalui proses yang diawali
masyarakat yang berjalan dengan landasan dan tujuan yang sama. Cita-cita dalam
1
bersama dalam sebuah wadah yang populer dengan nama organisasi
ini dan mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia.
implementasinya sumber hukum tersebut hingga saat ini masih menimbulkan pro
dan kontra. Seperti masih rancunya pengertian tentang Ormas. Konsep Ormas
1
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstituti dan Pelaksanaannya di
Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, hal. 3
2
masih dianggap sebagai “wadah tunggal” organisasi organisasi yang ada
kelompok yang dianggap sejenis dalam satu wadah yang “sah” sehingga mudah
dikontrol. Selain itu, sumber hukum tersebut juga memuat ancaman pembekuan
dan pembubaran yang represif tanpa mensyaratkan proses pengadilan yang adil
dan berimbang.2
kebijakan hukum (legal policy) yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional
oleh pemerintah terkait dengan keberadaan Ormas sebagai kekuatan Civil Society.
dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pembuatan dan
penegakan hukum itu. Dasar hukum keberadaan UU Ormas tidak dapat hanya
yang bersifat das sollen, melainkan harus dipandang sebagai sub sistem yang
dalam kenyataan (das sein) bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik,
baik dalam perumusan materi dan pasal-pasalnya maupun dalam implementasi dan
penegakannya.3
2
Lihat penjelasan Binny Buchori, Sekjen International NGO Forum for Indonesia
Development (Infid) dalam seminar Masalah Efektifitas Ormas dalam Mendukung Sistem Demokrasi,
tanggal 17 Februari 2012 di Jakarta.
3
Dalam Disertasi ini akan dikaji tentang Politik hukum pemerintah yang akan berdampak
pada keamanan masyarakat serta penegakan hukum.Untuk lebih jelasnya masalah politik hukum dapat
dilihat tulisan Mahfud, MD, dalam bukunya Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES.
Indonesia, 1998, hal. 1-2
3
Bagian substansial dari politik hukum Ormas ini ini akan terletak pada
yang dipadukan dengan ilmu politik dan kebijakan publik), selain penguasaan
bidang-bidang didalam sistem hukum itu sendiri, seperti hukum pidana, perdata,
kekuatan posisi dan daya tawar politik yang berintikan upaya perluasan partisipasi
1. Pendirian Ormas /institusi publik, ini dilakukan untuk menjadi wadah yang
4
3. Penguatan gerakan sosial berupa upaya mendorong berfungsinya institusi-
civil society.7
mendukung sistem keamanan dan hukum nasional dapat dilihat bahwa lemahnya
posisi Ormas (dalam istilah global disebut sebagai masyarakat sipil Global/MSG)
dan sistem pemerintah pada agen-agen yang umumnya menjadi target aksi dari
MSG, seperti World Bank, IMF dan WTO. Lemahnya posisi MSG tersebut, tidak
Keberadaan MSG tidak dapat dipungkiri memang ada secara fisik dalam
memperjuangkan hak individu dan umumnya bersifat baik. Posisinya yang berada
di antara negara dan pasar juga memberikan keuntungan bagi MSG dalam
berkembang. Tidak ada jaminan pasti MSG akan melemah atau punah di masa
depan, walaupun fakta yang ada sekarang mengarah kepada kemungkinan yang
pesimis. Di masa depan MSG tidak dapat dijustifikasi secara pasti karena bentuk
6
Eef Saefullah Fattah, 1998, Catatan atas Gagalnya Politik Orde Baru, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hal 265 dan Zaman Kesempatan, Agenda-agenda Dasar Pasca Demokratisasi, Bandung:
Mizan, hal. 200.
7
Affan Gafar. Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006, hal. 205.
5
Peran politik hukum dalam masyarakat madani yang berkembang di
Indonesia harus didipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem yang
budaya hukum. Politik hukum adalah kesatuan hukum yang dibangun untuk
mencapai tujuan Negara yang bersumber dari falsafah dan konstitusi negara, di
dalam kedua hal itulah terkandung tujuan, dasar, dan cita hukum negara Indonesia.
B. Pokok Permasalahan
kenyataan (das sein). Masalah pada hakekatnya tidak pernah berdiri sendiri atau
faktor lainnya, sehingga menjadi latar belakang suatu masalah tertentu, apakah
berlatar belakang idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan
penelitian yaitu :
8
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi
Aksara, 1998, hal. 5.
6
2. Bagaimana peran Ormas dalam menciptakan keamanan dan pembangunan
1. Maksud Penelitian
ini dilihat dari dua sisi yaitu sisi akademis dan sisi praktis:
akan datang terutama terletak pada sisi ketersediaan data awal, karakteristik
Secara praktis penelitian ini berguna bagi informasi dan sekaligus solusi
2. Tujuan Penelitian
9
Ibid, hal. 8.
7
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
Indonesia.
1. Kerangka Teori
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1981,
hal 5.
8
Secara etimogis istilah politik hukum merupakan terjemahan dari
rechtspolitiek yang terdiri atas dua kata yakni recht dan politiek. Kant
politiek mengandung arti beleid. Kata beleid sendiri dalam bahasa Indonesia
istilah politieekrecht merujuk pada istilah hukum tata negara. Politik hukum
adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
kebijaksanaan hukum.11
dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang dibentuk. 12
dalam arti perintah dari mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang
9
Bagi kalangan penganut aliran positivism hukum seperti John Austin,
hukum adalah tidak lain dari produk politik atau kekuasaan. Pada sisi lain,
pandangan berbeda datang dari kalangan aliran sejarah dalam ilmu hukum
yang melihat hukum tidak dari dogmatika hukum dan undang-undang semata,
akan tetapi dari kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat dan
policy tentang hukum yang akan di berlakukan atau tidak diberlakukan untuk
yang perlu dipertahankan atau hukum mengenai apa yang perlu diatur atau di
dapat berlangsung dengan baik dan tertip sehingga tujuan negara (seperti
policy) yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah.
dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada dibelakang pembuatan dan
penegakan hukum itu. Di sini hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai
13
Mahfud.M.D. Politik Hukum di Indonesia, Cetakan I, Jakarta:Rajawali Pers, 2009, hal.16.
10
Pasal-Pasal yang bersifat imperatif atau keharusan-keharusan yang bersifat
das sollen, melainkan harus dipandang sebagai sub sistem yang dalam
kenyataan (das sein) bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik
penegakannya.
sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di
b. Teori Peran
suatu peranan. Keduanya sangat berkaitan dan tak dapat dipisah karena yang
14
Mahfud.M.D. Politik Hukum di Indonesia, cetakan I (Jakarta: Rajawali Pers,2009), hal.16.
15
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal. 17.
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Jakarta: Rajawali Pers, 2012,
hal. 213.
11
satu tergantung pada yang lain dan begitu juga sebaliknya. Tidak ada ada
dalam suatu pola tertentu dan seseorang dapat memiliki beberapa kedudukan.
sebagai berikut:17
tujuannya.
dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang
17
Ibid., hal. 217
12
Perilaku individu dalam kesehariannya hidup bermasyarakat
berhubungan erat dengan peran. Hal ini disebabkan karena peran mengandung
hal dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat.
Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga
dalam masyarakat.
13
untuk menempatkan segala jenis organisasi dengan kepentingannya masing-
masing (kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, atau agama) ke dalam satu jenis
untuk dikontrol.
UU Ormas ini jelas merupakan UU yang salah kaprah dan salah arah.
Untuk itu, memang UU ini seharusnya dicabut, bukan direvisi (seperti yang
telah diusulkan oleh DPR melalui RUU Ormas). Sedikit banyak UU Ormas
wilayah Perkumpulan.
dan organisasi sosial, RUU Ormas memang serba mencakup. Padahal semua
tertentu.
14
e. Teori Keamanan
suatu keadaan negara atau bangsa yang aman, tentram, dan bebas dari rasa
keamanan secara mental tetapi juga secara fisik. Keamanan Nasional yang
kokoh agar dapat menciptakan situasi yang aman dan terbebas dari ancaman
dan gangguan apapun. Seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah Uganda
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Pustaka, 1989, hal. 49.
15
Secara konseptual, keamanan nasional bersifat dapat diperdebatkan
concept, yang berakar dari persoalan legitimasi politik yaitu hubungan antara
politik. 19
2. Kerangka Konseptual
16
pribadi, perwakilan langsung, dan juga lewat saluran formal dan institusi
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pada dasarnya hukum itu bersifat normatif, namun hukum tidak dapat
demikian, akan memberikan bobot lebih pada suatu penelitian karena berarti
17
Pendekatan legal research atau pendekatan yuridis-normatif, adalah
atau bahan pustaka. Data sekunder dimaksud meliputi bahan hukum primer,
hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder
(cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang
sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu
18
Dalam kaitannya dengan penelitian normatif di sini akan digunakan
2. Spesifikasi Penelitian
serta pendapat para ahli dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban atas
UUD 1945.
24
Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia
Publising, 2007, hal. 300
19
berbagai persoalan yang muncul,25 terkait dengan politik hukum organisasi
bertujuan untuk menjawab masalah hukum atau yang berkaitan dengan hukum
3. Sumber Data
keberadaan Ormas.
25
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimeteri, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1999, hal. 72.
26
Bagir Manan, Peranan Hukum dalam Pergeseran Sosial Budaya Masyarakat Memasuki Era
Reformasi, Makalah : FISIP-UNPAD, 1999.
20
1. Data primer
terbuka (terstruktur).
Organisasi Kemasyarakatan.
Pembangunan Nasional.
2. Data Sekunder
21
Jenis data kepustakaan atau data sekunder diteliti dari dua referensi utama
yaitu:
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
Pada intinya, analisa data sekunder dan data primer sebagaimana dalam
peneiitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu analisis data non statistik yang
disesuaikan dengan data yang dikumpulkan yaitu data deskriptif atau data
textular. Jenis data yang digunakan dalam studi baik data primer maupun data
22
sekunder umumnya berbentuk deskripsi yang terdiri dari teks atau tulisan,
1. Menelaah seluruh data yang terkumpul, dari berbagai sumber yaitu hasil
23
mengadakan komparasi data dengan sumbernya, untuk mengestimasi
saat penyampaian data dan kesesuaiannya dengan dokumen yang menjadi data
penelitian. Teknik triangulasi data melalui sumber ini, pada intinya teknik
memanfaatkan sumber data lain sebagai pembanding dengan cara, antara lain:
observasi.
F. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
24
Bab III. Analisis Peran Ormas Dalam Menciptakan Keamanan dan
BAB V. Penutup
25
BAB II
A. Sistem Politik Hukum Checks And Balances Lahir Berbagai Produk Politik
balances, seperti yang dianut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) setelah
perubahan. Jika diteliti lebih dalam materi perubahan UUD 1945 mengenai
setiap lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan
tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi-fungsi masing-
masing.
Sistem politik hukum checks and balances lahir berbagai produk politik
kepentingan dari berbagai lapirsan masyarakat, nilai-nilai moral dan etik yang
26
diterima umum oleh masyarakat. Sehingga apa yang dimaksud dengan hukum
adalah apa yang ada dalam perundang-undangan yang telah disahkan oleh
institusi negara yang memiliki otoritas untuk itu. Nilai-nilai moral dan etik
proses partisipasi rakyat dan pemahaman atas suara rakyat. Dalam hal produk itu
oleh masyarakat dan merugikan hak-hak rakyat yang dijamin konstitusi, maka
yang telah dikeluarkannya dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan demikian nilai
kenyataan sosial tetap menjadi hukum yang dicita-citakan yang akan selalui
mengontrol dan melahirkan hukum positif yang baru melalui proses perubahan,
tanpa anggota, hukum Indonesia menyediakan jenis badan hukum Yayasan yang
27
Di Indonesia, perkumpulan jenis ini kerap disebut dengan Perhimpunan,
terkini Menteri Hukum dan HAM). Pengesahan dilakukan oleh Menteri dengan
Hukum. Namun demikian Stb 1870-64 ini tetap mengenal dan mengakui
Perkumpulan yang tidak berbadan hukum (Pasal 8). Contoh yang bisa kita ambil
maka dapat terlihat jelas tentang arti dan fungsi daripada ormas-ormas yang
keduanya tetap hidup dalam wadah yang satu yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Baik ormas
maupun orpol juga bergerak dalam lingkup yang sama dan satu, yaitu masyarakat
28
Keberadaan ormas mendapat jaminan konstitusional. Terdapat jaminan,
setiap individu dan kelompok untuk mendirikan organisasi. Hal ini secara tegas
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
Selanjutnya, Pasal 28E ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, mengatur bahwa
tersebut lebih lanjut diatur dengan undang-undang (UU). Oleh karena itu, penting
karena untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai jika tidak
tertentu itu sesuai dengan tujuan nasional. Bentuk organisasi masyarakat sipil
29
B. Ormas merupakan Lembaga Non Pemerintahan
diperlukan dalam sebuah negara demokrasi dan berfungsi sebagai salah satu
negara Republik Indonesia. Meski ketentuan ini bersifat universal, tetapi dalam
masyarakat secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama,
kerangka NKRI. Dengan demikian ormas dapat disebut sebagai suatu bentuk
asli dari organisasinya tersebut yang kemudian menjadi komponen penting dalam
umum yang dikemukakan Etzioni dan Scott mengenai organisasi itu dapat
30
relatif yang dapat diidentifikasi berdasarkan tatanan normatif (peraturan), jajaran
suatu lingkungan, dan terlibat dalam aktivitas yang biasanya terkait dengan
organisasi itu juga melekat secara yuridis dalam pengertian ormas dalam Pasal 1
UU No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas. Dalam hal ini mengindikasikan adanya
anggota dan atau antar ormas yang pastinya ada sistem komunikasi, koordinasi
masyarakat sesuai dengan ruang lingkupnya yang hasil kegiatan ormas tersebut
berguna bagi individu anggota ormas, ormas itu sendiri dan bahkan masyarakat.
sebagaimana diakui dan dijamin dalam UUD 1945 (khususnya Pasal 28) adalah
bagian dari HAM. Adanya pengakuan dan penjaminan HAM dalam UUD 1945
apalagi dalam UUD 1945. Setelah Perubahan Pertama dan Kedua Tahun 2000
31
sebuah negara demokrasi. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan
Keberadaan Organisasi kekuatan sosial politik dalam hal ini partai politik,
lainnya yang tak kalah pentingnya yaitu Ormas. Karena Ormas ini dapat
tujuan nasional.
keanggotaan dan pembentukannya adalah istilah ‘ormas’ disini jelas berbeda dari
istilah ‘ormas’ yang biasa dipakai sebelumnya. Disini ormas diidentikkan dengan
organisasi kemasyarakatan dalam arti luas, yang dibedakan dari organisasi partai
27
Jimly Asshiddigie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstituti dan Pelaksanaannya di
Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, hal. 48.
32
Konsep Ormas masih dianggap sebagai “wadah tunggal” organisasi
melokalisir satu kelompok yang dianggap sejenis dalam satu wadah yang “sah”
sehingga mudah dikontrol. Selain itu, sumber hukum tersebut juga memuat
Bagian substansial dari politik hukum Ormas ini ini akan terletak pada
hukum yang dipadukan dengan ilmu politik dan kebijakan publik ), selain
perwujudan kekuatan posisi dan daya tawar politik yang berintikan upaya
33
ekonomi dan kemajuan teknologi informasi merupakan faktorfaktor yang
diyakini bukan sekedar sebuah produk kultur yang melekat dalam kehidupan
sebagai suatu aktifitas massa dan bukannya suatu kumpulan manusia. Kelompok
didefinisikan sebagai suatu porsi manusia tertentu dalam suatu masyarakat yang
diambil bukan sebagai suatu massa fisik yang terpisah dari massa manusia lain,
tetapi sebagai suatu massa tindakan, yang tidak menutup kemungkinan orang-
aktifitas kelompok lain. Kelompok menjadi suatu aktifitas dari massa, namun
34
dengan kelompok lainnya dilandaskan pada kepentingan atau berbagai
diartikan sebagai sikap bersama dari warga suatu kelompok mengenai satu atau
masyarakat.30
dijamin dan diakui keberadaan dan perannya menurut ketentuan hukum sebagai
BAB III
30
Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat, Jakarta: CV. Rajawali, 1985, hal. 35
35
PERAN ORMAS DALAM MENCIPTAKAN KEAMANAN DI NEGARA
lembaga pemerintah. Individu menjadi penting secara politik jika dia menjadi
bagian dari suatu kelompok kepentingan. Kelompok ini akan menjadi jembatan
36
kelompok ini jarang terorganisir dengan rapid an kegiatannya bersifat
bersifat formal dan memilki fungsi-fungsi politik dan sosial lain disamping
kelompok ini meliputi serikat buruh, kamar dagang atau perkumpulan usahawan
memiliki basis yang berbeda-beda, maka dalam kategori ini ada dua kelompok
Ormas yaitu Ormas yang berbasis keagamaan dan Ormas berbasis Nasionalis.
sistem demokrasi. Civil society digambar sebagai sebuah konsep dimana adanya
ruang yang cukup luas untuk individu dan kelompok dalam masyarakat dapat
Negara Pendapat lain menekankan makna civil society pada keadaan masyarakat
lainnya saling menopang. Di samping itu, ada pula pandangan yang member
37
makna pada civil society sebagai sebuah masyarakat yang memiliki peradaban
pemerintah agar proses demokrasi dapat berjalan dan berfungsi secara baik.
Namun situasi yang digambarkan diatas agak berbeda secara empirik. Tingkat
tujuan dan harapan yang telah dirumuskan bahkan cenderung gagal padahal tidak
sedikit biaya yang sudah dikeluarkan oleh Negara untuk menunjang program-
program tersebut.
banyak menarik perhatian para pakar untuk merumuskan sebuah strategi agar
Akhirnya muncul satu asumsi bahwa pemerintah mesti berbagi tugas dengan
fungsi dan programnya tersebut. Dalam konteks inilah Peran Ormas menjadi
penting. Sebagai sebuah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat, dan punya
33
A. Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002,
hal. 42.
38
agenda sosial yang jelas bahkan telah diamanahi oleh Undang-undang dengan
berkelanjutan.
lainnya
Dari beberapa rumusan diatas maka, dapat dibuktikan bahwa peran ormas
demokrasi juga dijadikan tolak ukur bagi sebuah proses demokrasi. Oleh karena
pemerintah, adapun Ormas yang dapat secara efektif mampu menjadi mitra dan
punya pengaruh dalam proses kebijakan pemerintah adalah yang memmiliki ciri-
ciri sebagai berikut ; (1) Ormas yang Jumlah anggotanya atau massa
39
organisasinya secara jumlah sangat banyak (2) Memiliki Sumber keuangan atau
kekayaan atau amal usaha yang banyak (3) Punya aturan main yang jelas, displin
dan konsisten (4) Kepemimpinan yang kuat (5) Memiliki akses ke pembuat
keputusan.
menyampaikan aspirasi yang tetap dalam tertib hukum negara melalui berbagai
wadah keorganisasian atau perkumpulan atau ikatan. Adapun yang menjadi dasar
diatas diatur dalam Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), dan Pasal 28E ayat (3) UUD
40
1986 tentang Pelaksanaan UU tentang Organisasi Kemasyarakatan, dalam
Akan tetapi kondisi di lapangan yang terjadi kebebasan tanpa batas yang
1998. Anarkisme itu sering dibiarkan oleh aparat Kepolisian atau setidaknya
menolak kebijakan pemerintah. Hal tersebut dinilai banyak pihak karena UU No.
tersebut.
terindikasi terlibat dalam tindak pidana pencucian uang. Selama ini banyak
41
Organisasi Kemasyarakatan yang tidak menyingung sama sekali mengenai hal
tersebut.
Pada saat yang bersamaan, juga harus ada hukum yang melindungi publik
untuk berserikat dan berkumpul merupakan salah satu hak asasi manusia yang
dasar yang merupakan bagian dari konsep hak-hak asasi manusia, terutama
42
Dalam mengembangkan budaya demokrasi yang bertumpu pada ormas dan
terkecuali ormas dan LSM. Sehingga situasi semacam itu akan sulit
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk cinta tanah air. Di sisi lain, guna
masyarakat dan termasuk didalamnya peran Ormas dan LSM untuk ikut
masyarakat.
sanksi hanya pembekuan dan pembubaran dengan tata cara diatur dalam
1986 sebagai pelaksanaan atas undang-undang ini mengatur hal yang sama, yaitu
43
mengganggu ketertiban, keamanan dan kenyamanan, menerima dan memberi
pembubaran, pengaturan hanya lebih rinci dimulai dengan teguran secara tertulis,
mengakui kesalahan dan berjanji tidak mengulanginya dalam waktu 3 bulan jika
berat hanya teguran tertulis dan harus memperbaiki kesalahan saja. Organisasi
Salah satu yang tersisa dalam laju transisi demokrasi Indonesia saat ini adalah
kenyataan bahwa satu prinsip tertentu dapat disikapi dengan berbagai pendapat.
Tak jelas benar dari mana datangnya ide dan nafsu untuk memberangus ormas-
ormas yang ada dan legal. Satu sikap dan cara yang sejak zaman orde baru
inipun didasarkan pada nilai demokrasi. Demokrasi, tak boleh anarki. Dan
44
karenanya, harus ada seperangkat cara untuk memberangus keberadaan ormas
yang dinilai meresahkan masyarakat. Cara pandang ini, tak sepenuhnya salah.
Memang semestinya harus ada cara yang tepat untuk menutup sebuah
organisasi yang dirasakan sangat tidak sesuai dengan dasar-dasar satu negara.
Sekalipun begitu, cara ini –jika tak dikelola dengan baik dan hati-hati akan dapat
pemerintah. Satu sikap yang bukan saja mundur tetapi juga seolah menyerahkan
‘daging kepada singa’. Inilah kebiasaan bangsa kita, lihat Pasal 18 sampai Pasal
27 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1986 yang seolah tak pernah berubah.
Memberi ‘cek kosong’ kepada pemerintah untuk mengatasi segala hal yang
45
dilarang dalam undang-undang keormasan, tanpa ada prosedur pengawasan lewat
pancasila. Hal ini terlihat di dalam isi dan penjelasan Undang-Undang Nomor 8
jika tidak menganut Pancasila. Selain itu, demi memudahkan kontrol, negara juga
tidak memperbolehkan lebih dari satu organisasi dalam satu jenis profesi. Karena
sistem ini tak akan menumbuhkan masyarakat sipil yang kuat. Kehidupan ormas
Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan ini telah dicabut. Sebut
saja UU yang mengatur tentang partai politik dan sistem pemilu. Berbeda jauh
parpol. Parpol bahkan dapat mencantumkan ciri tertentu parpolnya selama tidak
bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan UU Parpol (Pasal 5 ayat 2).
46
BAB IV
antara Politik Hukum Terhadap Ormas di Indonesia dan Peran Ormas dalam
maupun pembangunan sangat besar. Hal itu telah dibuktikan sejak masa perjuangan
kemerdekaan hingga sekarang. Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa masih
menciptakan kondisi seperti pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelanga.
telah terjadi seiring dengan bergulirnya reformasi sejak 1998. Perubahan ini terjadi
kebebasan berorganisasi.
47
Secara yuridis formal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang
implementasi dibidang sosiopolitik, sudah tidak efektif lagi, hingga kemudian, DPR
dan Pemerintah sepakat untuk mengganti aturan tersebut. Terbukti, Pemerintah dan
2009. Namun tak sedikit pun materinya sempat dibahas saat itu.
merespon maraknya berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh beberapa Ormas.
Selain itu, penyikapan sejumlah pihak, termasuk DPR dan Pemerintah yang diwakili
sebagai “LSM asing” merupakan perkembangan berikutnya yang dapat kita amati
akhir-akhir ini. Bahkan sudah ada ancaman pengusiran yang ditujukan kepada “LSM
tabilitas nasional. Saat ini, revisi UU Ormas sudah masuk dalam pembahasan di DPR
sebagai RUU Usul Inisiatif DPR dan rencananya akan disahkan pada medio bulan
Di sisi lain, dana atau bantuan asing acapkali menimbulkan persepsi negatif,
terutama dari pihak legislatif dan eksekutif.Mereka menuduh bahwa jika suatu
atau memajukan kepentingan pihak luar negeri. Ada pula yang mengkhawatirkan
bahwa dana asing merupakan sarana untuk mengintervensi dinamika kehidupan sosial
48
Berangkat dari dugaan miring tersebut, beberapa pihak menuntut pengaturan
yang lebih ketat atas aliran dana asing. Mulai dari larangan hingga yang lebih ekstrim
lagi, tuntutan pembubaran organisasi masyarakat yang menerima dana asing. Bantuan
asing merupakan instrumen politik luar negeri suatu negara, khususnya untuk
jika hanya didasarkan pada argumen self-interestdi mana tindakan agen sosial (dalam
hal ini negara) selalu didasarkan pada perhitungan untung rugi. Sebagian yang lain,
yang sering terlewatkan adalah argumen etis yang mendasari bantuan luar negeri
perang.
Dasar argumen etis ini bersandar pada setidaknya dua pokok. Pertama, keadilan
berkembang atas ketidakadilan yang muncul dari dominasi politik dan eksploitasi
ekonomi. Kedua, penyebaran atau distribusi kekayaan alam yang secara global tidak
2007 misalnya, 45% dari harga final minyak per barel di negara-negara maju (G7)
49
merupakan pajak yang dipungut negara (dikutip dalam Berlinschi dan Dubanes,
2010).
mewajibkan mereka mengalokasikan dana sebasar 0,7 % GDP untuk bantuan luar
keuntungan atau kekayaan perusahaan atau perorangan yang di beberapa negara maju
maupun non agama. Melalui pengelolaan secara transparan serta memenuhi berbagai
tertentu (ditetapkan sejak semula) maupun untuk tujuan yang masih terbuka atau
bahwa pengucuran dana bantuan internasional mengikuti apa yang dikenal dengan
kerangka kerja strategis. Kerangka kerja ini pada dasarnya menjelaskan bahwa untuk
mencapai tujuan tertentu, harus disusun rencana strategis yang dibangun berdasarkan
analisis kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki dan tantangan dan kesempatan
rencana).
didasarkan pada assessment dan konsultasi dengan para pihak. Namun juga
50
melibatkan para pihak yang potensial menerima atau menindaklanjutinya. Lebih jauh,
kerjasama antara donor dan recipient (penerima) tidak didasarkan pada pesanan
pekerjaan (job order) dari donor, tapi pada kesamaan agenda strategis antara donor
dan recipients.
Pada kondisi yang pertama, agenda datang dari pemberi pekerjaan (job offerer).
Sementara yang kedua, agenda datang dari recipient dan diterima karena sesuai
dengan agenda strategis mereka (donor). Bantuan luar negeri sebenarnya bukan alat
penaklukan politik domestik oleh kekuatan asing, tapi lebih sebagai instrument
pelaksanaan keadilan distributif secara global dan sarana pencapaian tujuan keadilan
Terkait dana atau bantuan asing, sebenarnya yang ingin diatur adalah
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 1 angka 3, menjadikan pula
(Pasal 7).
Indonesia telah disetujui oleh Kementerian Luar Negeri. Dengan demikian, dapat
disimpulkan ODA telah melewati tahapan uji bahaya (harm test) terhadap
dana atau bantuan luar negeri hanya akan menambah beban yang tidak perlu bagi
51
Publik rasanya sudah lebih dari cukup untuk mendorong hadirnya transparansi dan
akuntabilitas.
administratif telah menata diri dalam organisasi berbadan hukum Perkumpulan atau
untuk menyediakan informasi publik seperti asas dan tujuan, program, sumber dana,
informasi ini melalui website masing- masing organisasi. Hampir seluruh organisasi
yang berbadan hukum sebagian besar diaudit keuangannya oleh akuntan public
karena hal ini menjadi kewajiban lembaga sebagai wajib pajak. Sehingga tidak benar
jika organisasi tidak tertib secara administratif dan keuangan. Tanpa Undang Undang
Ormas-pun telah ada Undang Undang yang mengatur hal-hal administratif bagi
Dalam membangun sebuah bangsa dapat dicapai melalui proses yang diawali
dengan kesadaran rakyatnya baik secara individu atau bersama kelompok masyarakat
52
yang berjalan dengan landasan dan tujuan yang sama. Cita-cita dalam melaksanakan
tujuan kegiatan, dan kepentingan bersama yang dibangun dengan kesadaran dan
wadah yang populer dengan nama Ormas. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai
lawan dari istilah partai politik. Ormas dapat dibentuk oleh kelompok masyarakat
berdasarkan beberapa kesamaan kegiatan, profesi dan tujuan fungsi, seperti agama,
di Indonesia sebenarnya sudah terbentuk semenjak awal abad ini dan mempunyai
dari masyarakat sipil berbarengan dengan pemerintah beserta perangkat lainnya ikut
berpartisipasi dalam proses demokrasi. Ormas dan LSM sebagai bagian dari proses,
pembangunan, sebab ormas dan LSM adalah penyuara aspirasi masyarakat yang
memberi ruang lebih bebas bagi setiap kelompok atau organisasi, untuk
tertib yang berlaku. Demokrasi yang sudah berkembang pesat di negara RI saat ini
pada gilirannya telah melahirkan kesadaran baru warga masyarakat mulai dari tingkat
53
pusat sampai ke daerah untuk berperan aktif dalam pembangunan. Ada dua hal yang
layak diperhatikan atau menjadi cacatan penting ketika mencermati hubungan antara
artinya demokrasi adalah aturan dalam suatu negara yang tertuang dalam
Masih mengikuti logika UU Parpol, tata cara pembubaran parpol pun diatur
sedemikian rupa. Tak ada satu lembaga pun tak terkecuali pemerintah yang dapat
dapat dilakukan setelah mereka terbukti melakukan tindakan yang dilarang oleh UU.
Seperti melakukan sesuatu yang bertentangan dengan UUD 45, mengancam NKRI,
dilaksanakan melalui pengadilan. Harus ada pengadilan yang layak bagi setiap ormas
yang hendak dibubarkan. Hak mereka untuk membela diri tetap harus dijamin.
54
Organisasi Kemasyarakatan sebagai organisasi diakar rumput dan masyarakat
pada umumnya sering sekali menerima kebijakan pemerintah tanpa tahu alasannya
dan seolah-olah suara mereka tidak didengar lagi oleh para pemerintah selaku
karena ormas atau masyarakat pada umumnya tidak mempunyai akses yang cukup
alinea ke empat pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
tidak akan tercapai tanpa adanya kemauan yang tulus dari pemerintah untuk
dijamin oleh konstitusi. Apalagi kalau mengingat era demokrasi dewasa ini proses
55
pemerintahan yang baik (Good Governance). Kriteria kepemerintahan yang baik
keputusan;
2. Penegakan hukum atau peraturan, penegakan hukum harus diterapkan secara adil
dan tegas.;
7. Efektifitas dan efisiensi, merujuk pada proses pemerintahan yang dapat mencapai
strategis pemerintah.
56
1. Undang-undang No 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat
dimuka umum,
Nasional.
Apabila kita cermati partisipasi masyarakat sampai saat ini hanya menjadi
formalisme belaka, banyak input, keluhan, laporan dan lain sebagainya hanya bisa
ditampung tanpa ada tindak lanjut. Oleh karena peran ormas perlu ditingkatkan dalam
publik (eksekutif) harus profesional yang proaktif adalah mutlak, yaitu administrator
Selain itu didalam proses pembuatan kebijakan publik, administraror tidak boleh
bersikap “hampa nilai” (value free) tetapi harus “sarat dengan nilai” (value laden).
Hal tersebut dapat diartikan bahwa eksekutif dan legislatif harus lebih banyak
pengambilan kebijakan publik menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu suatu
57
2. Taktik atau strategi yang diarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan;
taktik atau strategi yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada kepentingan
seluruh masyarakat.
Ormas sebenarnya memiliki peran yang cukup besar dalam sebuah kehidupan
bernegara. Hal ini karena keberadaan masyarakat sipil adalah prasyarat mutlak bagi
demokrasi yang bukan hanya berlaku di tingkat masyarakat bernegara, tetapi juga di
tingkat terbawah dari setiap strata social.137137 Apa yang telah dilakukan oleh Ormas
dan selalu menunjukkan sikap kritis terhadap negara dan juga kelompok masyarakat
bernegara. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa masyarakat sipil juga melakukan
137137
Adi Suryadi Culla, Rekontruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, Jakarta:
Pustaka LP3ES, 2006, hal. 39.
58
peraturan untuk melindungi masyarakat dalam menjalankan kebebasan berserikat dan
berkumpul. Oleh karena itu keberadaan aturan mengenai Ormas dipandang penting.
Salah satu bagian penting dari pengawasan Ormas adalah menyangkut proses
terhadap ormas radikal didasarkan pada UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas dan
bahwa peraturan tersebut dirasakan kurang pas karena terlalu lambat dan berbelit.
Berdasarkan aturan tersebut ormas yang melakukan pelanggaran harus ditegur dulu
sebanyak dua kali. Jika masih melanggar akan dibekukan. Jika tetap melanggar, baru
kesalahan, lalu besok tidak melakukan lagi, menjadi sulit untuk diambil tindakan. Hal
ini yang menyebabkan masyarakat merasa pemerintah tidak berbuat apa-apa dengan
adanya ormas-ormas radikal yang ada saat ini. Sebabnya, peraturan hokum untuk
penindakan ormas itu memang lambat dan terlalu panjang. Padahal peraturan hukum
itulah yang menjadi pegangan pemerintah. Dengan adanya UU No. 17 Tahun 2013
ormas yang tidak terdaftar, karena pada UU sebelumnya tidak mengatur tindakan
terhadap ormas yang tidak terdaftar, sehingga jika ada ormas semacam ini bertindak
59
Berdasarkan deskripsi dan pembahasan sebagaimana dikemukakan di atas,
2. Ketentuan umum, yang memuat tentang pengertian atau definisi umum mengenai
3. Substansi pengawasan Ormas oleh pemerintah. Bagian ini berisi aturan yang rinci
sanksi yang bisa diberikan oleh pemerintah terhadap Ormas. Pada bagian ini
yakni bahwa setiap Ormas harus memiliki lembaga pengawas internal maupun
60
organisasi dan memutuskan pemberian sanksi dalam internal Ormas. Tugas dan
peraturan organisasi.
yang terbuka untuk publik. Untuk itu perlu diatur pedoman maupun tata cara
aktivitas Ormas.
dari masyarakat tersebut perlu diatur lebih lanjut secara lebih detil.
Perlu disadari, bahwa keberadaan ormas mungkin belum seluruhnya siap untuk
61
diberdayakan lebih dulu, sehingga memiliki keterampilan, kemampuan manajemen,
dan efisien. Dalam koteks itu, pemerintah punya kewajibah untuk memberdayakan
ormas yang ada, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang ormas, agar mereka
dilakukan oleh masyarakat melalui ormas, baik ormas yang menggunakan badan
hukum maupun non badan hukum, baik ormas tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten / kota. Basis keanggotaan yang dimiliki dapat menjadi kekuatan yang
diarahkan untuk sinergi pengawasan. Akan tetapi, pengawasan itu, sebaiknya tidak
tumpang tindih atau kontra produktif dengan pengawasan dalam kuasa negara, yang
kerjasama dan sinergi sesuai dengan mekanisme, prosedur, fungsi, hak tugas, serta
62
komunikasi sosial timbal balik antar anggota dan/atau antar ormas, dan antara ormas
fasilitas umum maupun bangunan milik orang lain haruslah ditindak segera tegas.
Mekanisme pembinaan dan pengawasan ormas harus juga diatur secara tegas
dan integrated. Ribuan ormas yang ada di Indonesia yang tercatat di berbagai
kementerian tentu menyulitkan dalam hal pembinaan dan penindakan atas perilaku
mana yang mempunyai kewenangan untuk mengaturnya mulai tingkat pusat hingga
sosial dan berperan penting bagi pencapaian tujuan nasional sebagaimana termaktub
Dan tentunya peran ormas sangat strategis dalam membangun daerah, karena
hibah APBD. Dan tentunya pemerintah juga harus jeli dalam melakukan evaluasi
terhadap ormas yang akan menerima bantuan dari pemerintah melalui verifikasi
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian bab 1 sampai bab 4 tersebut di atas, bisa ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
berakal sehat dan lain-lain serta penguatan gerakan sosial berupa upaya
masyarakat.
saluran formal dan institusi lain. Serta sebagai pengalih isu politik dan untuk
64
pemerintah dalam memberdayakan dan memajukan masyarakat sedangkan
kemasyarakatan (ormas).
B. Saran
entitas hukum, maka ormaspun harus tunduk pada hukum negara sesuai
pada hukum dan pemerintahan itu dengan tiada kecualinya. Artinya, ormas
sebagai wadah warga negara dalam berorganisasi juga wajib tunduk pada
sebuah produk hukum negara yang konstitusional. Di sisi lain, ormas sebagai
65
negara, pihak swasta, partai politik, dan lainnya, maka ormas juga harus dapat
baik yang berasal dari masyarakat, partai politik, pemerintah maupun sistem
66
DAFTAR PUSTAKA
Adi Suryadi Culla, Rekontruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia,
Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006.
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung, 1994.
Deibert, Ronald & Rohozinski, Rafal. n.d. Good for Liberty, Bad for Security? Three
Spheres of Agency .Perkembangannya di Indonesia dapat dilihat Wiyatmoko,
Aswin. 2012. Analisa Gerakan Anti Globalisasi di Indonesia Pasca
Soeharto. THESIS Universitas Airlangga Surabaya.
Eef Saefullah Fattah, Catatan atas Gagalnya Politik Orde Baru, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Hermawan Sulistyo et al., Keamanan Nasional dan Civil Society, Jakarta: Pensil-324,
2009.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Aksara, 1998.
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2008, Dasar-dasar Politik Hukum, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2008.
67
Jimly Asshiddigie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstituti dan
Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia
Publising, 2007.
Mahfud, MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES. Indonesia, 1998.
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum, Cet. II, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1986.
Satjipto Rahardjo, menjelaskan tentang substansi Ilmu Hukum dalam bukunya Ilmu
Hukum, Bandung: Alumni, 1986.
Soerjono Soekanlo dan R. Otje Salman, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni,
Bandung, 1994
68