Anda di halaman 1dari 170

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Sipil Tesis Magister

2015

Analisis Prioritas Aspek-Aspek


Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja
Dengan Pendekatan Analytical
Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus:
Jalan Nasional Metropolitan Medan)

Purba, Olim Septian Mangaranap

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/584
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PRIORITAS ASPEK-ASPEK PENERAPAN
KONTRAK BERBASIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Jalan Nasional Metropolitan Medan)

TESIS

OLEH:
OLIM S. M. PURBA
137016003/TS

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PRIORITAS ASPEK-ASPEK PENERAPAN
KONTRAK BERBASIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Jalan Nasional Metropolitan Medan)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam


Program Studi Magister Teknik Sipil Pada Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara

OLEH:

OLIM S. M. PURBA
137016003/TS

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : ANALISIS PRIORITAS ASPEK-ASPEK
PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA
DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Jalan Nasional Metropolitan Medan)

Nama Mahasiswa : Olim Septian Mangaranap Purba

Nomor Pokok : 137016003

Program Studi : Magister Teknik Sipil

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, M.T
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, MSCE Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

Tanggal Lulus : 20 Oktober 2015

Universitas Sumatera Utara


Telah Diuji Pada

Tanggal Lulus : 20 Oktober 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc.

Anggota : Ir. Medis Sejahtera Surbakti, M.T

Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, M.S.C.E

Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc.

Ir. Syahrizal, M.T

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pelaksanaan penanganan jalan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dengan


sistem kontrak konvensional, harus dilaksanakan melalui proses pengadaan yang
melewati prosedur berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku serta
memerlukan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu pengelola jalan mulai
mengkaji alternatif lain, salah satunya adalah dengan mengkaji metode kontrak yang
inovatif, yaitu metode-metode kontrak yang di dalamnya mempertimbangkan aspek
kinerja hasil pekerjaan seperti kontrak berbasis kinerja (KBK).
Pengelola jalan nasional metropolitan Medan saat ini sedang mempersiapkan
penerapan KBK. Oleh karena itu perlu dianalisis apa saja aspek-aspek dalam
penerapan KBK. Penelitian ini menganalisis aspek-aspek tersebut dengan pendekatan
AHP yang bersumber dari data wawancara dan kuesioner.
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa aspek yang memiliki penerapan
kontrak berbasis kinerja dan besaran nilainya. Aspek yang memiliki prioritas tertinggi
adalah kepastian ketersediaan dana (21%). Sedangkan nilai kendala aspek terbesar
(80%) adalah analisis risiko awal proyek, pihak yang bertanggung jawab dalam
pemeliharaan, dan kualifikasi SDM pengelola kontrak. Dari hasil penilaian tersebut
didapat besaran nilai penerapan KBK 46.40% termasuk kategori kendala lemah.

Kata kunci: Jalan Nasional Metropolitan Medan, Kontrak Berbasis Kinerja,


Analytical Hierarcy Process (AHP)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Implementation of road maintenance performed by a service provider in a


conventional contract system, to be implemented through a procurement process that
passes through procedures based on the applicable rules and regulations and
requires a fairly long time. Therefore, managers of the road began to examine other
alternatives, one of which is to examine the contract innovative methods, namely the
methods of the contract in which to consider aspects of the performance of the work
as a performance-based contract (PBC).
National road operators metropolitan Medan is currently preparing the
implementation of the PBC. Therefore, it needs to be analyzed what are the aspects in
the implementation of the PBC. This study analyzed these aspects with the AHP
approach data sourced from interviews and questionnaires.
The results were obtained several aspects that affect the application of
performance-based contracts and the magnitude of its value. The highest priority
aspect is the certainty of availability of funds (21%). While the constraint value of the
greatest aspects (80%) is the initial risk analysis of the project, the responsible party
in the maintenance and qualification of human resources contract manager. The
assessment of the results obtained amount of 46.40% value KBK application
categorized as weak constraints.

Keywords: National Roads Metropolitan Medan, Performance Based Contracts,


Hierarcy Analytical Process (AHP)

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan

berkah kesehatan, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini untuk

melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Magister

Teknik Sipil - Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) dengan

konsentrasi dalam bidang Manajemen Prasarana Publik.

Penulis menghaturkan hormat dan terima kasih kepada Bapak Dosen

Pembimbing dan Pembanding tesis ini yaitu Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan,

M.Sc. (Pembimbing 2), Bapak Ir. Medis Sejahtera Surbakti, M.T (Pembimbing 2),

Bapak Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, M.S.C.E (Pembanding 1), Bapak Ir. Zulkarnain A.

Muis, M.Eng.Sc. (Pembanding 2), Bapak Ir. Syahrizal, M.T (Pembanding 3), dan

Bapak Ir. Rudi Iskandar, M.T yang dengan penuh dedikasi dan ketulusan telah

memberikan bimbingan, saran dan masukan-masukan yang berharga untuk

menyempurnakan penulisan tesis ini, serta terima kasih kepada Bapak Prof. Drs.

Subhilhar, M.A., Ph.D selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak

Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, M.S.M.E selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada Penulis untuk menimba ilmu

pada Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara.

Kepada kedua orang tua Ir. Galfrin Purba dan Dra. Rosdiana Sitanggang serta

saudara yang tercinta yakni Naria Purba, SST, Samuel Purba, dan Ramos Purba yang

iii

Universitas Sumatera Utara


telah mendukung dengan doa dan inspirasi dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih dan ungkapan kasih sayang yang tulus kepada

rekan-rekan sesama mahasiswa Program Magister Teknik Sipil USU angkatan 2013

bidang Konsentrasi Manajemen Prasarana Publik yang telah memberi semangat untuk

menyelesaikan studi ini tepat waktu. Serta ucapan terima kasih kepada rekan-rekan

mahasiswa S2 yang tidak disebutkan namanya satu per satu oleh penulis. Serta terima

kasih kepada semua responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan bantuan dalam pengisian angket kuisioner untuk data penelitian dalam

tesis ini. Semoga pekerjaan yang Bapak tangani semakin sukses dan jaya.

Seperti peribahasa “Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga”,

oleh karena itu walaupun dengan segenap perhatian, pengetahuan dan pengalaman

serta referensi yang penulis miliki dalam menyempurnakan tesis ini, apabila masih

dapat ditemukan kekurangan dan hal-hal yang masih dapat dikembangkan, penulis

dengan lapang dada akan menerima saran dan masukan yang membangun demi

perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan

negara Indonesia yang kita cintai, khususnya pada Universitas Sumatera Utara (USU).

Terima kasih dan Salam Sejahtera Selalu.

Medan, 20 Oktober 2015

OLIM S. M. PURBA

137016003

iv

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang kecuali yang secara terlulis diakui dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 20 Oktober 2015

OLIM S. M. PURBA
137016003

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : OLIM SEPTIAN MANGARANAP PURBA

2. Alamat Rumah : Jl. Murni no. 9A Perdamaian, Stabat, Langkat.

3. Tempat / Tgl. Lahir : Medan / 18 September 1988

4. Agama : Kristen Protestan

5. Email : olim_purba@yahoo.co.id

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri : SD Negeri 1 Langsa, Aceh Timur (tahun 1994 – 2000)

2. SMP Negeri : SMP Negeri 5 Stabat, Langkat (tahun 2000 – 2003)

3. SMA Negeri : SMA Negeri 1 Stabat, Langkat (tahun 2003 – 2006)

4. Sarjana S1 : Universitas Sumatera Utara (Tahun 2006 - 2011)

5. Pasca Sarjana S2 : Universitas Sumatera Utara (Tahun 2013 - 2015)

C. RIWAYAT ORGANISASI

1. Ketua Himpuan Kristen SMA Negeri 1 Stabat (2004 - 2006)

2. Dewan Penasehat Umum Ikatan Mahasiswa Sipil - USU (2007 - 2008).

3. Anggota Persatuan Tenaga Konsultan Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara

(2013 - 2015).

4. Anggota Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (2014 - 2015).

5. Anggota Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (2014 - 2015).

vi

Universitas Sumatera Utara


D. RIWAYAT PEKERJAAN

1. 2011 : SMEC International Pty, Ltd sebagai Inspector.

2. 2012 : PT. Indah Karya (Persero) sebagai Inspector.

3. 2012 - 2014 : PT. Multi Phi Beta sebagai Inspector.

4. 2015 : PT. Surya Marzq Konsultindo sebagai Inspector.

5. 2015 - sekarang : PT. Yodya Karya (Persero) sebagai Quantity Surveyor.

Demikian riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, 20 Oktober 2015

OLIM S. M. PURBA
137016003

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

PERNYATAAN ........................................................................................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv

DAFTAR NOTASI ................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 3

1.4 Batasan Penelitian ............................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8

2.1 Pemeliharaan Prasarana Jalan .......................................................... 7

viii

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Pemeliharaan Rutin ............................................................... 8

2.1.2 Pemeliharaan Berkala ........................................................... 9

2.1.3 Rehabilitasi ............................................................................ 9

2.1.4 Peningkatan Jalan ................................................................. 9

2.2 Kontrak Proyek Prasarana Jalan ....................................................... 10

2.2.1 Kontrak Berdasarkan Cara Pembayaran .............................. 11

2.2.2 Kontrak Berdasarkan Pembebanan Tahun Anggaran ......... 13

2.2.3 Kontrak Berdasarkan Sumber Pendanaan ........................... 14

2.2.4 Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................................. 15

2.3 Kontrak Berbasis Kinerja .................................................................. 16

2.3.1 Umum .................................................................................... 16

2.3.2 Perbedaan Kontrak Konvensional dan Kontrak Berbasis

Kinerja ................................................................................... 18

2.3.3 Aspek Hukum di Indonesia .................................................. 20

2.3.4 Pengelolaan Risiko ............................................................... 24

2.3.5 Spesifikasi Teknis ................................................................. 28

2.3.6 Metode Pembayaran ............................................................. 30

2.4 Kelebihan Kontrak Berbasis Kinerja ................................................ 33

2.5 Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja di Berbagai Negara .............. 41

2.5.1 Chad ....................................................................................... 42

2.5.2 Argentina ............................................................................... 43

2.5.3 Kolombia ............................................................................... 43

ix

Universitas Sumatera Utara


2.5.4 Selandia Baru ........................................................................ 43

2.6 Studi Analisis Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja ...................... 44

2.7 Penentuan Prioritas dengan Analytical Hierarchy Process ............ 49

2.8 Skala Pengukuran .............................................................................. 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 53

3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 53

3.2 Pengembangan Model ....................................................................... 55

3.3 Data Penelitian ................................................................................... 55

3.3.1 Data Primer ........................................................................... 55

3.3.2 Data Sekunder ....................................................................... 58

3.4 Pengolahan Data ................................................................................ 58

3.4.1 Penilaian Skala Likert ........................................................... 58

3.4.2 Penilaian Skala Perbandingan Berpasangan ....................... 59

3.4.3 Uji Konsistensi ...................................................................... 59

BAB IV DESKRIPSI DATA ................................................................................... 63

4.1 Gambaran Umum dan Letak Geografis ........................................... 63

4.2 Jalan Nasional Metropolitan Medan ................................................ 63

4.3 Pengembangan Model Penilaian Kriteria Aspek-Aspek Penerapan

Kontrak Berbasis Kinerja ................................................................. 65

4.4 Praktek SNVT Metropolitan Medan dalam Penanganan Pemeliharaan

Jalan ................................................................................................... 67

4.4.1 Aspek Hukum ........................................................................ 67

Universitas Sumatera Utara


4.4.2 Aspek Risiko ......................................................................... 68

4.4.3 Aspek Teknis ......................................................................... 69

4.4.4 Aspek Organisasi .................................................................. 70

4.4.5 Aspek Pendanaan .................................................................. 71

4.4.6 Rangkuman ............................................................................ 71

4.5 Hasil Penilaian Responden ............................................................... 73

4.5.1 Penilaian Aspek Dasar (Level-1) ......................................... 73

4.5.2 Penilaian Indikator (Level-2) ............................................... 74

4.5.3 Penilaian Parameter (Level-3) ............................................. 78

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................ 84

5.1 Penilaian Bobot Kriteria .................................................................... 84

5.1.1 Bobot Aspek Dasar Penilaian (Level-1) .............................. 86

5.1.2 Bobot Kendala Indikator Penilaian (Level-2) ..................... 87

5.1.3 Bobot Parameter Penilaian (Level-3) .................................. 91

5.2 Analisa Penilaian Kriteria ................................................................. 101

5.2.1 Nilai Kriteria Parameter (Level-3) ....................................... 101

5.2.2 Nilai Kriteria Indikator Penilaian (Level-2) ........................ 102

5.2.3 Nilai Aspek Dasar (Level-1) ................................................ 107

5.2.4 Nilai Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja ......................... 110

5.3 Mapping Nilai Kriteria dengan Peta Kendala ................................. 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 117

6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 117

xi

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran .................................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 119

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Perbandingan kontrak konvensional dan KBK ............................................... 18

2.2 Pembagian peran dalam pengelolaan jalan ..................................................... 19

2.3 Faktor denda ..................................................................................................... 32

2.4 Kelebihan dan kekurangan kontrak berbasis kinerja ...................................... 40

3.1 Skala perbandingan berpasangan ..................................................................... 59

3.2 Random Consistency Index (RCI) ................................................................... 62

4.1 Ruas jalan pengawasan SNVT metropolitan Medan ...................................... 64

4.2 Model penilaian kriteria aspek-aspek penerapan KBK .................................. 65

4.3 Rangkuman praktek SNVT metropolitan Medan dalam penanganan

pemeliharaan jalan ............................................................................................ 71

4.4 Rekapitulasi penilaian aspek dasar .................................................................. 74

4.5 Rekapitulasi penilaian aspek hukum ............................................................... 75

4.6 Rekapitulasi penilaian aspek risiko ................................................................. 76

4.7 Rekapitulasi penilaian aspek teknis ................................................................. 76

4.8 Rekapitulasi penilaian aspek organisasi .......................................................... 77

4.9 Rekapitulasi penilaian kontrak ........................................................................ 78

4.10 Rekapitulasi penilaian analisis dan manajemen risiko ................................... 79

4.11 Rekapitulasi penilaian spesifikasi teknis ......................................................... 80

4.12 Rekapitulasi penilaian seleksi penyedia jasa .................................................. 81

xiii

Universitas Sumatera Utara


4.13 Rekapitulasi penilaian pengawasan ................................................................. 81

4.14 Rekapitulasi penilaian pembayaran ................................................................. 82

4.15 Rekapitulasi penilaian masa pemeliharaan ..................................................... 83

5.1 Matriks aspek dasar .......................................................................................... 85

5.2 Nilai eigen aspek dasar ..................................................................................... 85

5.3 Bobot kriteria aspek dasar ................................................................................ 86

5.4 Bobot kriteria aspek hukum ............................................................................. 87

5.5 Bobot kriteria aspek risiko ............................................................................... 88

5.6 Bobot kriteria aspek teknis................................................................................ 89

5.7 Bobot kriteria aspek organisasi ........................................................................ 90

5.8 Bobot kriteria kontrak ...................................................................................... 91

5.9 Bobot kriteria analisis dan manajemen risiko ................................................. 92

5.10 Bobot kriteria spesifikasi teknis ...................................................................... 93

5.11 Bobot kriteria seleksi penyedia jasa ................................................................ 94

5.12 Bobot kriteria pengawasan ............................................................................... 95

5.13 Bobot kriteria pembayaran ............................................................................... 96

5.14 Bobot kriteria masa pemeliharaan ................................................................... 97

5.15 Nilai kriteria level-3 ......................................................................................... 101

5.16 Nilai kriteria level-2 ......................................................................................... 107

5.17 Nilai kriteria level-1 ......................................................................................... 110

5.18 Kategori kendala ............................................................................................... 112

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Hubungan kondisi jalan, umur rencana, dan jenis penanganan ..................... 8

2.2 Skema kontrak berbasis kinerja ....................................................................... 17

2.3 Penilaian dokumen penawaran teknis ............................................................. 26

2.4 Pengaturan pembagian risiko KBK di Indonesia ........................................... 28

2.5 Indikator kinerja ............................................................................................... 29

2.6 Skema progres konstruksi dan pembayaran .................................................... 31

2.7 Perkembangan KBK dalam pemeliharaan jalan di dunia .............................. 41

2.8 Sebelum dan sesudah pemeliharaan jalan ....................................................... 42

3.1 Bagan alir penelitian ......................................................................................... 54

3.2 Struktur organisasi SNVT metropolitan Medan ............................................. 57

4.1 Hirarki kriteria aspek-aspek penerapan KBK ................................................. 66

5.1 Statistik penilaian responden terhadap aspek dasar ....................................... 87

5.2 Statistik penilaian responden terhadap aspek hukum ..................................... 88

5.3 Statistik penilaian responden terhadap aspek risiko ....................................... 89

5.4 Statistik penilaian responden terhadap aspek teknis ...................................... 90

5.5 Statistik penilaian responden terhadap aspek organisasi ............................... 91

5.6 Statistik penilaian responden terhadap kontrak .............................................. 92

5.7 Statistik penilaian responden terhadap analisis risiko .................................... 93

5.8 Statistik penilaian responden terhadap spesifikasi teknis .............................. 94

xv

Universitas Sumatera Utara


5.9 Statistik penilaian responden terhadap seleksi penyedia jasa ........................ 95

5.10 Statistik penilaian responden terhadap pengawasan ...................................... 96

5.11 Statistik penilaian responden terhadap pembayara ......................................... 97

5.12 Statistik penilaian responden terhadap masa pemeliharaan ........................... 98

5.13 Hirarki kriteria penerapan KBK dan bobot kriteria ........................................ 99

5.14 Pengaruh kriteria aspek dalam penerapan KBK ............................................. 100

5.15 Nilai kriteria aspek-aspek penerapan KBK ..................................................... 111

5.16 Mapping nilai tingkat kendala ......................................................................... 113

xvi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

λ = Nilai eigen

A = Aspek hukum

A1 = Indikator kontrak

A1.1 = Parameter jenis kontrak

A1.2 = Parameter tipe kontrak

A1.3 = Parameter bentuk layanan

A2 = Indikator penyelesaian perselisihan

A2.1 = Parameter metode penyelesaian perselisihan

B = Aspek risiko

B1 = Indikator analisis dan manajemen risiko

B1.1 = Parameter analisis awal proyek

B1.2 = Parameter manajemen risiko selama proyek berlangsung

B1.3 = Parameter jenis risiko yang dianalisis

B2 = Indikator alokasi risiko

B2.1 = Parameter pihak yang mengelola risiko

C = Aspek teknis

C1 = Indikator spesifikasi teknis

C1.1 = Parameter orientasi spesifikasi teknis

C1.2 = Parameter komponen spesifikasi teknis

C2 = Indikator seleksi penyedia jasa

xvii

Universitas Sumatera Utara


C2.1 = Parameter metode seleksi penyedia jasa

C2.2 = Parameter penilaian kualifikasi penyedia jasa

C3 = Indikator pengawasan

C3.1 = Parameter pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan

C3.2 = Parameter mekanisme pengawasan

C4 = Indikator pembayaran

C4.1 = Parameter sistem pembayaran

C4.2 = Parameter dasar pembayaran

C5 = Indikator masa pemeliharaan

C5.1 = Parameter pihak yang bertanggung jawab

C5.2 = Parameter jangka waktu masa pemeliharaan

CR = Rasio konsistensi

D = Aspek organisasi

D1 = Indikator sumber daya manusia

D1.1 = Parameter kualifikasi SDM pengelola kontrak

D2 = Indikator penyebaran informasi KBK

D2.1 = Parameter mekanisme penyebaran informasi KBK

E = Aspek pendanaan

E1 = Indikator ketersediaan dana proyek multiyears

E1.1 = Parameter kepastian ketersediaan dana proyek multiyears

IC = Indeks konsistensi

IRC(n) = Indeks konsistensi matriks n×n

xviii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 = Draft Form Wawancara Penelitian

Lampiran 2 = Draft Form Kuesioner Penelitian

xix

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir-akhir ini sering dijumpai di media surat kabar maupun media

elektronik bahwa sering terjadi keluhan dari masyarakat tentang kerusakan

infrastruktur jalan yang tidak segera diperbaiki, sehingga menghambat kelancaran

arus lalu lintas angkutan barang dan orang. Bahkan lokasi/wilayah tertentu seperti

jalan Pancing (Harian SIB, 2015), di mana kerusakan jalan yang tidak segera

diperbaiki, masyarakat memblokir jalan atau memberi tanaman pada badan jalan

sehingga sangat mengganggu kelancaran lalu lintas. Hal ini merupakan bentuk protes

masyarakat terhadap penanganan kerusakan jalan yang sangat lambat.

Sementara dalam Undang-undang No.22 Tahun 2009 pasal 24 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan mengamanatkan:

1. Penyelenggara jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki jalan yang

merusak yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

2. Dalam hal belum dapat dilakukan perbaikan jalan yang rusak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), penyelenggara jalan wajib memberi tanda atau rambu

pada jalan yang rusak untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Dalam mengelola penyelengaraan jalan diperlukan sumber daya yang memadai

agar dapat dilakukan tindakan yang cepat dan tepat, sehingga tidak terjadi keluhan

dari pengguna jalan/masyarakat. Sementara pelaksanaan penanganan jalan yang

Universitas Sumatera Utara


2

dilaksanakan oleh penyedia jasa dengan sistem kontrak konvensional, harus

dilaksanakan melalui proses pengadaan yang melewati prosedur berdasarkan

peraturan dan perundangan yang berlaku serta memerlukan waktu yang cukup

panjang kecuali penanganan bencana alam atau pekerjaan darurat.

Namun dengan terbatasnya sumber daya yang ada, diperlukan inovasi

penanganan jalan yang tidak dilaksanakan hanya dengan swakelola maupun sistem

kontrak konvensional, namun dengan melibatkan peran sektor swasta atau

menggunakan Penyedia Jasa dengan Sistem Kontrak Berbasis Kinerja/KBK

(Performance Based Contract/PBC). Dalam KBK penyedia jasa bertindak sebagai

penyelenggara jalan berdasarkan “Perjanjian Kontrak” yang disepakati guna

mempertahankan tingkat kinerja jalan yang ditetapkan bukan berdasarkan kuantitas

pekerjaan yang dilaksanakan, hal ini dapat menggairahkan masyarakat jasa konstruksi

dalam berinovasi dan juga membantu penyelenggara jalan dalam perbaikan kerusakan

jalan secara cepat, tepat dan sesuai tingkat kinerja jalan yang ditetapkan oleh

Pengguna jasa. Untuk istilah PBC (Performance Based Contract) sendiri,

Kementerian Pekerjaan Umum meminta untuk secara konsisten menggantinya

menjadi KBK (Kontrak Berbasis Kinerja). (Kuswanda, 2008).

Di Indonesia mulai menerapkan jenis kontrak KBK untuk pekerjaan perawatan

jalan pada tahun 2011. Jalur Pantura ruas Ciasem-Pamanukan Provinsi Jawa Barat

sepanjang 21,7 Km dan ruas Demak-Trengguli Provinsi Jawa Tengah sepanjang 12

Km dipilih sebagai pilot project. Kebutuhan dana untuk dua paket Pemeliharaan Jalan

Ciasem-Pamanukan dan ruas Jalan Demak-Trengguli masing-masing adalah sebesar

Universitas Sumatera Utara


3

Rp128,9 miliar dan sebesar Rp74,45 miliar (Departemen Keuangan, 2012).

Penerapan pilot project pada dua ruas jalan tersebut menjadi permulaan

diterapkannya KBK untuk skala yang lebih luas. Selanjutnya Direktorat Jenderal

Bina Marga akan mengembangkan penerapan KBK dalam pelaksanaan jalan

Nasional di empat kota metropolitan yaitu Medan, Jakarta, Semarang, dan Makassar.

Dengan akan diterapkannya KBK di keempat kota tersebut maka perlu dianalisis

aspek-aspek yang mempengaruhi penerapan KBK khususnya di kota Medan.

Direktorat Jenderal Bina Marga hingga saat ini juga masih menganalisis risiko untuk

mendukung kelancaran dalam penerapan KBK di keempat kota tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. ”Apa kelebihan kontrak berbasis kinerja sehingga diterapkan sebagai

alternatif kontrak untuk penanganan pemeliharaan jalan?”.

2. ”Apa saja yang menjadi cakupan aspek-aspek dalam penerapan kontrak

berbasis kinerja dan aspek apa yang menjadi prioritas?"

3. "Bagaimana penilaian kendala pada aspek-aspek tersebut dalam penerapan

kontrak berbasis kinerja?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kelebihan kontrak berbasis kinerja sehingga diterapkan sebagai

alternatif kontrak untuk penanganan pemeliharaan jalan.

Universitas Sumatera Utara


4

2. Mengetahui aspek yang menjadi prioritas dalam penerapan kontrak berbasis

kinerja pada pemeliharaan infrastruktur jalan.

3. Mengetahui penilaian kendala aspek-aspek tersebut dalam penerapan kontrak

berbasis kinerja.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan, untuk mencapai tujuan pada penelitian ini

adalah:

1. Kegiatan pemeliharaan jalan yang ditinjau adalah kegiatan pemeliharaan jalan

nasional wilayah metropolitan Medan.

2. Survey dilakukan pada instansi yang mengelola jalan nasional metropolitan

Medan (dalam hal ini Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional-I di lingkungan

Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Metropolitan Medan) dan Balai Besar

Pelaksana Jalan Nasional Wilayah-I.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Peneliti mengetahui cakupan aspek-aspek dalam penerapan kontrak berbasis

kinerja serta pengaruh aspek-aspek tersebut.

2. Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara memiliki tambahan

referensi mengenai inovasi kontrak dalam pemeliharaan jalan.

3. SNVT Metropolitan Medan mengetahui penilaian aspek-aspek dalam

penerapan Kontrak Berbasis Kinerja agar dapat dilaksanakan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


5

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada penilitian ini sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

masalah, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas kontrak proyek prasarana jalan, kontrak berbasis kinerja

(KBK), penerapan KBK di berbagai negara, studi penerapan kontrak berbasis

kontrak dan Analytical Hierarcy Process (AHP).

3. Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini mencakup metode penelitian, pengembangan model, data penelitian,

dan pengolahan data.

4. Bab IV Deskripsi Data

Bab ini membahas gambaran umum kota Medan, jalan nasional metropolitan

Medan, pengembangan model aspek-aspek penerapan kontrak berbasis

kinerja, dan penilaian responden.

5. Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menganalisa penilaian bobot kriteria aspek, besaran nilai aspek,

mapping kendala penerapan kontrak berbasis kinerja dan alasan diterapkannya

kontrak berbasis kinerja sebagai alternatif kontrak penanganan pemeliharaan

jalan.

Universitas Sumatera Utara


6

6. Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini mencakup kesimpulan dari deskripsi data dan hasil analisa, serta saran

untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeliharaan Prasarana Jalan

Jalan raya adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan

pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan

budaya antar daerah. Di dalam undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun

2004 tentang jalan, disebutkan bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi,

sosial dan budaya serta lingkungan. Maka jalan ini sangatlah dibutuhkan oleh

masyarakat di dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Setelah jalan raya dibuka dan dilalui beban lalu lintas, tingkat pelayanan jalan

akan mengalami penurunan fungsi dan struktur sampai batas minimum yang bisa

diterima. Menurunnya tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya kerusakan

pada lapisan perkerasan jalan, kerusakan yang terjadi juga bervariasi di setiap segmen

jalan.

Penyebab utama kerusakan jalan secara umum dapat dikatakan antara lain: beban

kenderaan yang berlebih (overloading), mutu pelaksanaan pekerjaan yang tidak

sesuai, drainase yang tidak/kurang berfungsi dan perencanaan yang tidak tepat. Selain

itu minimnya biaya pemeliharaan jalan, keterlambatan pengeluaran anggaran serta

prioritas penanganan yang kurang tepat juga menjadi penyebab (Muis, 2010).

Universitas Sumatera Utara


8

Dalam penanganan pemeliharaan jalan Dirjen Bina Marga menggunakan

parameter International Roughness Index (IRI) dalam menentukan kondisi

konstruksi jalan dengan berbagai kegiatan pemeliharaan seperti pemeliharaan rutin,

pemeliharaan berkala, rehabilitasi, dan peningkatan jalan. Gambar 2.1

menggambarkan hubungan kondisi jalan, umur rencana, dan jenis penanganan

pemeliharaan jalan.

Gambar 2.1 Hubungan kondisi jalan, umur rencana, dan jenis penanganan

2.1.1 Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan-

kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap.

Pemeliharaan rutin hanya diberikan terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk

Universitas Sumatera Utara


9

meningkatkan kualitas berkendaraan (riding quality), tanpa meningkatkan kekuatan

struktural dan dilakukan sepanjang tahun.

2.1.2 Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap

kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat

dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana. Pemeliharaan berkala

dilakukan terhadap jalan pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun)

dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural.

2.1.3 Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang

tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan

pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar

penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan

sesuai dengan rencana.

2.1.4 Peningkatan Jalan

Peningkatan jalan merupakan penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan

jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai

tingkat pelayanan yang direncanakan atau dengan kata lain, peningkatan jalan

dilakukan untuk memperbaiki kondisi jalan dengan kemampuan tidak mantap atau

kritis menjadi jalan dengan kondisi mantap. Pekerjaan peningkatan jalan adalah

pekerjaan yang ditujukan untuk menambah kemampuan struktur jalan ke Muatan

Universitas Sumatera Utara


10

Sumbu Tunggal (MST) yang lebih tinggi atau menambah kapasitas jalan. Program

peningkatan jalan terdiri atas:

1. Peningkatan struktur merupakan kegiatan penanganan untuk dapat

meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau

kritis agar ruas-ruas jalan tersebut mempunyai kondisi pelayanan mantap

sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.

2. Peningkatan kapasitas merupakan kegiatan penanganan jalan dengan

pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah jumlah

lajur.

2.2 Kontrak Proyek Prasarana Jalan

Proyek prasarana jalan umumnya dilakukan melalui sebuah kontrak. Pada

dasarnya kontrak adalah sebuah perjanjian yang mewajibkan para pihak untuk

melaksanakan tahap yang telah ditentukan. Sebuah kontrak konstruksi jalan

mewajibkan kontraktor untuk membangun jalan dan mewajibkan pemilik proyek

untuk membayarnya. Kontrak konstruksi jalan memiliki beberapa fungsi berbeda,

yaitu:

1. Spesifikasi proyek yang harus dilakukan kontraktor termasuk ketentuan

kualitas dan waktu penyelesaian berbagai bidang proyek.

2. Definisi jumlah yang harus dibayar, berapa banyak penambahan atau

pengurangan jumlah pembayaran yang harus dihitung dan kapan pembayaran

akan dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


11

3. Menentukan pihak mana yang harus bertanggungjawab untuk masalah yang

terjadi di luar kontrol para pihak yang dapat mempengaruhi proyek (seperti

cuaca buruk) harus dirumuskan dengan tepat, kesulitan akses, larangan dari

otoritas setempat, perubahan kebijakan hukum, buruknya kondisi tanah yang

tidak dapat diduga sebelumnya, dan sebagainya.

4. Menentukan siapa yang bertanggungjawab untuk melaksanakan tugas

administratif atau menyelesaikan perselisihan, termasuk dalam mendapatkan

izin, membuat keputusan mengenai klaim, arbitrator, dan sebagainya.

Jenis kontrak di Indonesia telah diklasifikasikan dan diatur dalam Peraturan

Presiden no. 4 tahun 2015 tentang perubahan keempat atas peraturan presiden no.54

tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Adapun klasifikasi kontrak

beserta definisinya sebagai berikut:

2.2.1 Kontrak Berdasarkan Cara Pembayaran

Kontrak berdasarkan cara pembayaran terbagi 5 jenis yaitu:

1. Kontrak Lump Sum

Kontrak lump sum merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana

ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;

b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa;

c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan

sesuai dengan isi kontrak;

Universitas Sumatera Utara


12

d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);

e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan

f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

2. Kontrak Harga Satuan

Kontrak harga satuan merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan

dengan spesifikasi teknis tertentu;

b. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat

kontrak ditandatangani;

c. pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume

pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;

dan

d. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil

pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

3. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan

Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrak yang

merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan

yang diperjanjikan.

Universitas Sumatera Utara


13

4. Kontrak Persentase

Kontrak persentase merupakan kontrak pengadaan jasa konsultansi/jasa

lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan

persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan

b. pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.

5. Kontrak Terima Jadi (Turnkey).

Kontrak terima jadi (turnkey) merupakan kontrak pengadaan

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan

dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai

dilaksanakan; dan

b. pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang

menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria

kinerja yang telah ditetapkan.

2.2.2 Kontrak Berdasarkan Pembebanan Tahun Anggaran

Kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggaran yaitu:

1. Kontrak Tahun Tunggal

Kontrak tahun tunggal merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya

mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran.

Universitas Sumatera Utara


14

2. Kontrak Tahun Jamak.

Kontrak tahun jamak merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya

untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, yang

dilakukan setelah mendapatkan persetujuan:

a. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai

kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

bagi kegiatan.

2.2.3 Kontrak Berdasarkan Sumber Pendanaan

Kontrak berdasarkan sumber pendanaan terbagi 3 yaitu:

1. Kontrak Pengadaan Tunggal

Kontrak pengadaan tunggal merupakan kontrak yang dibuat oleh 1 (satu)

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa

tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

2. Kontrak Pengadaan Bersama

Kontrak Pengadaan Bersama merupakan Kontrak antara beberapa PPK

dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam

waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang

menandatangani Kontrak.

Universitas Sumatera Utara


15

3. Kontrak Payung (Framework Contract).

Kontrak payung (framework contract) merupakan kontrak harga satuan

antara Pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan

oleh K/L/D/I, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. diadakan untuk menjamin harga barang/jasa yang lebih efisien,

ketersediaan barang/jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang

dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan

pada saat kontrak ditandatangani; dan

b. pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan

pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas

pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa secara

nyata.

2.2.4 Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan terbagi 2 yaitu:

1. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal

Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal merupakan kontrak pengadaan

barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan,

pelaksanaan atau pengawasan.

2. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.

Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi merupakan kontrak pengadaan

pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan

kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.

Universitas Sumatera Utara


16

2.3 Kontrak Berbasis Kinerja

2.3.1 Umum

Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) merupakan jenis kontrak terintegrasi dimana

proses perencanaan dan pelaksanaan konstruksi digabung dalam satu kontrak.

Definisi KBK menurut Stankevich (2005) adalah kontrak dimana pembayaran untuk

pengelolaan dan pemeliharaan aset jalan tergantung kepada keberhasilan kontraktor

(penyedia jasa) untuk mencapai indikator kinerja yang telah disyaratkan. Sebagai

contoh, kontraktor tidak dibayar untuk jumlah lubang yang ditambal, tetapi hasil

kerjanya seperti tidak ada lubang (100% ditambal).

Tingkat kompleksitas KBK tergantung dari jumlah aset dan tingkat layanan

kinerja yang ditetapkan. KBK yang sederhana hanya meliputi satu jenis layanan

kinerja seperti pemotongan rumput, perbaikan rambu-rambu lalu lintas, dan

umumnya jangka waktunya hanya beberapa bulan atau hanya satu tahun. Sedangkan

KBK yang komprehensif mencakup seluruh aset di sepanjang jalan yang dikontrakan

dan seluruh jenis layanan kinerja yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan

memelihara jalan tersebut, umumnya memiliki masa kontrak dari 3 sampai 10 tahun.

Dalam KBK yang komprehensif kontraktor utama membagi pekerjaan ke beberapa

subkontraktor.

Berikut skema kontrak pekerjaan konstruksi berbasis kinerja (kontrak

terintegrasi: desain + konstruksi + layanan pemeliharaan jalan) dengan metode

pembayaran lump sum pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Skema kontrak berbasis kinerja

17
Universitas Sumatera Utara
18

2.3.2 Perbedaan Kontrak Konvensional dan Kontrak Berbasis Kinerja

Secara umum penanganan pekerjaan konstruksi dengan kontrak konvensional

dan KBK memiliki perbandingan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan kontrak konvensional dengan KBK (Dirjen Bina Marga,
2013)
No. Penanganan Kontrak Konvensional Penanganan Kontrak Berbasis Kinerja
1 Berorientasi jangka pendek, belum Berorientasi jangka panjang,
sinergi antar wilayah dan antar keterpaduan terhadap antarmoda atau
jaringan jalan. multimoda
2 Sistem pengadaan konvensional Sistem pengadaan terintergrasi
3 Berbasis output (visual) kontrak Berbasis outcome (manfaat) dan
harga satuan impact (dampak)
4 Pencapaian mutu sesuai hasil
Pencapaian mutu berdasarkan kinerja
pekerjaan berdasarkan spesifikasi
yang ditetapkan (Performance Related
teknis (End Result Related
Standard/PRS)
Standard/ERS)
5 Pengaruh masyarakat dan Pengaruh masyarakat dan lingkungan
lingkungan sosial dianggap statis sosial dianggap dinamis
6 Penyelenggara proyek jangka Penyelenggaraan proyek jangka
pendek dengan berbagai temuan panjang, transparan, akuntabel,
auditor partisipasi dan good governence

Pada jenis kontrak KBK terdapat keleluasaan kontraktor untuk menentukan

perancangan, proses manajemen dan metode kerja yang paling efisien, termasuk

penerapan teknologi inovatif, mekaniskme pemeliharaan jalan termasuk apa,

bagaimana, dimana, dan kapan pekerjaan dilakukan untuk mencapai kinerja yang

telah disyaratkan. Sehingga membuka peluang untuk meningkatkan keuntungan

Universitas Sumatera Utara


19

karena kontraktor dapat menghemat biaya melalui peningkatan efisiensi dan

efektivitas desain, proses, dan teknologi. Hal ini berbeda dengan jenis kontrak

tradisional tahunan yang umum diadopsi oleh Pemerintah, yang masih memisahkan

tahap desain, konstruksi dan pemeliharaan, sehingga seringkali terjadi peningkatan

biaya akibat adanya pekerjaan-pekerjaan tambahan yang belum teridentifikasi dalam

tahap desain, atau adanya perubahan dasain itu sendiri, akibatnya risiko

meningkatnya biaya konstruksi dan pemeliharaan sepenuhnya ditanggung oleh

pemilik proyek.

Sebagai pemilik jalan, Pemerintah dapat menentukan kondisi minimum jalan,

jembatan, dan aset lalu lintas yang harus dipelihara oleh kontraktor untuk jangka

waktu tertentu. Konsekuensi logis dari kontrak KBK, terdapat

pergeseran/pengalokasian risiko yang lebih besar kepada pihak kontraktor

dibandingkan dengan model kontrak tradisional, tetapi pada saat yang sama membuka

peluang untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan efisiensi dan

efektivitas dalam mencapai standar kinerja yang ditetapkan (Departemen Keuangan,

2012). Adapun perubahan peran pengelola jalan dalam penerapan KBK dirangkum

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Pembagian peran dalam pengelolaan jalan (Wirahadkusumah, 2013)


Tahapan Perencanaan Perancangan Konstruksi Pemeliharaan Pengelolaan
Pengelolaan (Planning) (Design) (Build) (Maintenance) (Management)
Jalan
Kontrak Pengelola Pengelola Kontraktor Pengelola Jalan Pengelola
Tradisional Jalan Jalan (Owner) (Owner) Jalan (Owner)
(Owner)
Kontrak Pengelola Kontraktor Kontraktor Kontraktor Pengelola
Berbasis Jalan Jalan (Owner)
Kinerja (Owner)

Universitas Sumatera Utara


20

Dengan kata lain kontraktor menanggung sendiri resiko jika terjadi kegagalan

dalam pengelolaan dan inovasinya seperti kesalahan dalam memprediksi kerusakan

aset, kesalahan perencanaan desain, spesifikasi, dan material, kesalahan perencanaan

pemeliharaan yang diperlukan, dan kesalahan memperkirakan kuantitas pekerjaan

(Stankevich, 2005).

2.3.3 Aspek Hukum di Indonesia

Di tinjau dari aspek hukum, konsep yang diterapkan dalam kontrak KBK sudah

diakomodir dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Aspek hukum yang

berkaitan dengan KBK antara lain:

1. Integrasi perencanaan dan pelaksanaan

a. UU No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 16 ayat (3) menyatakan,

“Layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat

dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan

atau biaya, penggunaan teknologi canggih, serta risiko besar bagi para

pihak ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi”.

b. Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa, kontrak

pengadaan pekerjaan terintegrasi merupakan kontrak pengadaan

pekerjaan konstruksi yang bersifat komplek dengan menggabungkan

kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan. Model kontrak

pengadaan pekerjaan terintegrasi antara lain Kontrak Berbasis Kinerja

(PBC), Kontrak Rancang dan Bangun (DB), Kontrak Rancang Bangun

Universitas Sumatera Utara


21

Konstruksi (EPC), Kontrak Rancang, Bangun, Operasi dan Pemeliharaan

(DBOM).

2. Metode pemilihan kontraktor

Ada beberapa metode pemilihan kontraktor yaitu:

a. Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

1. Pasal 47.5 dan 47.6

Metode penyampaian dokumen dengan 2 sampul yang menggunakan

evaluasi sistem nilai dan biaya umur ekonomis. Metode penyampaian

dokumen dengan 2 tahap digunakan untuk pekerjaan yang bersifat

kompleks, memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem

dan mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain

yang berbeda

2. Pasal 48.3

Pengadaan pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat kompleks

dapat menggunakan metode evaluasi sistem nilai atau metode

evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomis

3. Pasal 48.4

Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan besaran bobot biaya antara

70%-90% dari total bobot keseluruhan, unsur yang dinilai harus

bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan, tata cara dan

kriteria penilaian harus dicantumkan degan jelas dan rinci kedalam

dokumen pengadaan

Universitas Sumatera Utara


22

b. Permen Pekerjaan Umum No.07 Tahun 2011

1. Buku 8 Bab II, Huruf A Nomor 5 a

Metode dua tahap dengan sistem nilai prakualifikasi dilaksanakan

untuk pekerjaan terintegrasi, yang merupakan pekerjaan konstruksi

yang bersifat komplek dengan menggabungkan kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan/atau pengadaannya

dilaksanakan dalam satu kontrak untuk menghasilkan kinerja suatu

pekerjaan (outcome) sesuai yang ditetapkan. Contoh DB, PBC dan

EPC.

2. Buku 5B Bab II, Huruf F Nomor 3.c.3

Dalam evaluasi teknis menggunakan batas ambang minimal, evaluasi

teknis (perolehan nilai) dilakukan dengan membandingkan

pemenuhan persyaratan teknis yang ditetapkan dalam dokumen

pemilihan.

3. Kontrak tahun jamak

Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa pasal 52.2,

kontrak tahun jamak merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaan untuk

masa lebih dari 1 tahun anggaran atas beban anggaran yang dilakukan

setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan

Lembaga yang bersangkutan. Persetujuan Menteri Keuangan melalui PMK

No.56/PMK.02/2010 tentang Tata cara Pengajuan Persetujuan Kontrak

Tahun Jamak (Multiyears Contract).

Universitas Sumatera Utara


23

a. Kontrak lump sum

Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa pasal 50.2,

jenis kontrak pengadaan barang/jasa berdasarkan cara pembayaran terdiri

atas kontrak lump sum, kontrak harga satuan, kontrak gabungan harga

satuan dan lump sum, kontrak presentasi, dan kontrak terima jadi

(turnkey).

b. Spesifikasi teknis

Kepmen Praswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman

Pengadaan Jasa Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional

Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI

Spesifikasi Teknis. Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan

berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan:

1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup

kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;

2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;

3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;

4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;

5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan

utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan;

Universitas Sumatera Utara


24

7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil

produk;

8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)

yang diinginkan;

9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara

pembayaran.

2.3.4 Pengelolaan Risiko

KBK menawarkan serangkaian opsi bagi instansi pengelola untuk mengelola

risiko melalui kontrak. Menurut Henning (2011), ada dua pertimbangan utama untuk

pengelolaan risiko pada tahap awal pelaksanaan KBK, yaitu: (1) Mengurangi risiko

kegagalan kontrak melalui spesifikasi lelang, penilaian dan proses seleksi, dan (2)

Menentukan pengaturan yang paling tepat untuk berbagi risiko berdasarkan KBK di

Indonesia untuk kontrak jangka panjang.

1. Pengurangan risiko melalui spesifikasi lelang

Keberhasilan kontrak pemeliharaan sangat bergantung pada pemilihan

peserta lelang yang mampu menyelesaikan cakupan pekerjaan, sesuai

standar mutu yang dipersyaratkan, dengan harga lelang.

a. Penilaian harga

Terdapat risiko yang signifikan untuk menetapkan penawaran dengan

harga terendah sebagai dasar untuk penentuan pemenang kontrak KBK.

Menurut Dirjen Bina Marga (2013), dokumen penawaran terdiri dari 3

dokumen, yaitu dokumen penawaran administrasi, dokumen penawaran

Universitas Sumatera Utara


25

teknis, dan dokumen penawaran harga. Dokumen penawaran administrasi

meliputi:

1. Surat penawaran administrasi dan teknis;

2. Surat kuasa (apabila dikuasakan);

3. Softcopy hasil scan asli jaminan penawaran;

4. Surat perjanjian kemitraan/kerja sama operasi (apabila bermitra);

Dokumen penawaran teknis meliputi:

1. Metode pelaksanaan (meliputi usulan/proposal perencanaan teknis,

metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi, metode pelaksanaan

pekerjaan layanan pemeliharaan);

2. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan disusun secara bulanan, tidak

melebihi waktu yang ditetapkan dan memenuhi jadwal pemenuhan

tingkat layanan jalan;

3. Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan yang diusulkan;

4. Spesifikasi teknis yang diusulkan;

5. Organisasi manajemen pelaksanaan (personil);

6. Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan;

7. Gambar-gambar berupa usulan gambar-gambar desain atau

preliminary design sesuai dengan konsep desain;

8. Formulir Pra RK3 Konstruksi.

Adapun penilaian dokumen penawaran teknis diuraikan dalam Gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara


26

Gambar 2.3 Penilaian dokumen penawaran teknis (Dirjen Bina Marga, 2013)

Universitas Sumatera Utara


27

b. Kuantitas dasar

Pengguna jasa merekomendasikan untuk menggunakan kuantitas

minimum pekerjaan untuk uji coba KBK. Walaupun kontraktor

diharapkan untuk mengidentifikasi masukan pemeliharaan yang

dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang dipersyaratkan, pengguna jasa

perlu mendapat jaminan bahwa kontraktor akan melakukan pekerjaan

rehabilitasi yang memadai dan pekerjaan perbaikan yang penting yang

akan berlangsung lebih lama dari masa kontrak.

c. Klausul tentang insentif dan penalti

Dokumen kontrak awal memuat klausul tentang penalti dan penyelesaian

kontrak yang tepat. Akan tetapi, direkomendasikan agar klausul tentang

insentif untuk hasil yang bagus juga dimasukkan.

2. Menentukan pengaturan pembagian resiko

Salah satu aspek yang paling menarik dari KBK adalah bahwa risiko dalam

kontrak tradisional dialihkan kepada kontraktor. Risiko yang terkait dengan

kinerja jaringan dan risiko yang terkait dengan biaya pemeliharaan jalan

dialihkan kepada kontraktor. Akan tetapi, pengalihan semua resiko kontrak

kepada kontraktor tidak akan menghemat biaya, karena sebagian dari resiko

(seperti resiko politik dan pendanaan) berada di luar kendali kontraktor.

Pendekatan pembagian risiko yang direkomendasikan untuk KBK di

Indonesia di jelaskan secara diagramatik dalam Gambar 2.4.

Universitas Sumatera Utara


28

Pengguna Jasa dan Kontraktor


Pengguna Jasa kontraktor menanggung resiko:
menanggung resiko: menanggung resiko:
• Perencanaan dan
• Politik dan • Kelebihan beban pelaksanaan
bencana alam lalu lintas pekerjaan sesuai
• Biaya kontrak dengan persyaratan

Gambar 2.4 Pengaturan pembagian risiko KBK di Indonesia

2.3.5 Spesifikasi Teknis

Menurut Team PBC Pelaksana Wilayah-I (2013), Secara umum terdapat 3

Elemen Utama dalam penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) yaitu :.

1. Indikator Kinerja Jalan

Ukuran indikator kinerja jalan yang ditetapkan sebagai tujuan yang hendak

dicapai dan sebagai alat ukur keluaran pekerjaan yang dihasilkan termasuk

tolok ukur pembayaran. Indikator kinerja jalan dapat terbagi dalam 3 ukuran

kinerja jalan yang meliputi:

a. ukuran tingkat kenyamanan jalan,

b. ukuran durabilitas jalan, dan

c. ukuran pengelolaan jalan dan pelaporan, adapun contoh ukuran kinerja

jalan dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara


29

MAKSIMUM
N0 KATEGORI INDIKATOR KINERJA PERIODE INSPEKSI
RESPON (Hari)

A TINGKAT KENYAMANAN JALAN


A.1. Ke tidakrataan pe rmukaan jalan Nilai IRI ≤ 4 mm/km. 90 Triwulan
A.2 Lubang permukaan jalan Diameter lubang Mak.15 cm; n < 3/100m/lajur 5 Harian
A.3 Tambalan permukaan jalan Harus rata dan kekuatan struktur sama dengan existing 7 Harian
A.4 Re takan permukaan jalan Lebar retak < 3mm dan luas re takan < 10%/100 m 21 Mingguan
A.5 Alur pe rmukaaan jalan Ke dalaman alur < 20mm, panjang <3m 21 Mingguan
A.6 Pe lepasan butir perkerasan Tidak terjadi pelepasan butir perkerasan 14 Mingguan
A.7 Tepi pe rkerasan yang goyah Te pi perkerasan tidak goyah atau pe cah 14 Mingguan
A.8 Pe rbedaan tinggi pe rke rasan dg bahu Be da tinggi permukaan perkerasan & Bahu < 5cm 14 Mingguan
A.9 Ke bersihan permukaan perkerasan Pe rmukaan bersih bebas dari benda yg me mbahayakan 1 Harian
A.10 Ke miringan me lintang perkerasan Ke miringan me lintang perkerasa jalan antara 2% - 3% 28 Bulanan
A.11 Ke miringan me lintang bahu jalan Ke miringan me lintang bahu jalan antara 4% - 6 % 28 Bulanan
A.12 Deformasi & Erosi bahu jalan Tidak terjadi deformasi dan erosi bahu jalan 7 Harian
A.13 Pe ngendalian tumbuh-tumbuhan Tidak terdapat tanaman liar & sampah pada Bahu jalan 7 Harian
A.14 Pe rambuan Rambu jalan lengkap, jelas dan warnanya tidak buram 28 Bulanan
Marka jalan dapat terlihat je las dan benar 14 Mingguan
A.15 Pe rlengkapan keselamatan jalan Guardrail, patok pengarah kokoh dan tidak karatan 28 Bulanan
Pe misah horizontal/median kokoh & te rlihat je las 28 Bulanan
B DURABILITAS DRAINASE
Struktur saluran samping tidak mengalami kerusakan 14 Mingguan
Saluran samping kapasitasnya memadai dan tidak
28 Mingguan
B.1. Saluran Samping menyebabkan air melimpah/menggenangi permukaan
Pe nyumbatan saluran samping <10% dan berfungsi baik 14 Mingguan
Tidak terdapat tanaman liar pada dasar saluran 14 Mingguan
Struktur bangunan tidak mengalami kerusakan 28 Mingguan
pe nyumbatan <10% dari kapasitasnya 14 Mingguan
Saluran Melintang Jalan , Saluran
B.2. Saluran pe ngumpul dan pembuang kokoh, berfungsi baik 28 Mingguan
Pe ngumpul dan Saluran Pembuang
Pondasi bangunan tidak mengalami penurunan 28 Mingguan
Tidak terjadi gerusan pada ujung saluran pembuang 14 Mingguan
C DURABILITAS BANGUNAN PELENGKAP
Tidak ada kerusakan struktur dan be rfungsi baik 90 Bulanan
C.1. Dinding Penahan Tanah
Tidak terjadi keretakan dan penurunan pondasi 28 Bulanan
Tidak ada kerusakan struktur dan be rfungsi baik 28 Bulanan
C.2. Struktur Beton/Baja Tidak ada patahan dan keretakan bangunan struktur 28 Bulanan
Baut sambungan cukup kuat dan lengkap pada baja 28 Bulanan
Kokoh, lengkap dan tidak karatan 28 Mingguan
C.3. Pagar Jembatan
Dapat terlihat jelas pada malam hari 14 Mingguan
Lebar gap/dilatasi sesuai kete ntuan 28 Mingguan
C.4. Expansion Joint
Kokoh, bersih, tidak karatan dan kondisi baik 14 Mingguan
Lereng galian stabil dan kuat menahan erosi 28 Mingguan
C.5. Lereng Galian dan Timbunan Lereng timbunan tidak terjadi de formasi & erosi 14 Mingguan
Tinggi rumput pada le reng galian/timbunan <15 Cm 14 Mingguan
Pe mbatas Trotoar/Median Kokoh dan berfungsi baik 21 Mingguan
C.6 Pe mbatas Trotoar/Median
Elevasi Trotoar/Median ≥ 25cm dari permukaan jalan 21 Mingguan

D MANAJEMEN PELNGELOLAAN DAN PELAPORAN


Re ncana Kerja berdasarkan penetapan kinerja jalan
Re ncana Mutu Kontrak termasuk penge ndalian mutu
D.1. Program Pelaksanaan Re ncana Penge ndalian Lalu-Lintas
Re ncana SMK3 Konstruksi
Prose dur Darurat dan Rencana cadangan
Laporan Progres Penanganan Jalan dan Jembatan
D.2. Pe ngkinian Data Laporan Kondisi Jalan dan Jembatan
Catatan sejarah pe nanganan jalan
Data Ase t Peralatan, Bahan dan Kondisi Akhir
Daftar Cacat dan kekurangan
D.3. Laporan Serah Te rima
Daftar masalah yang tidak tertangani
Gambar 2.5 Indikator kinerja (Team PBC Pelaksana Wilayah-I, 2013)

Universitas Sumatera Utara


30

2. Rencana Penjaminan Mutu

Tujuan dari Rencana Penjaminan Mutu (Quality Assurance) dan kegiatan-

kegiatan inspeksi adalah untuk memastikan bahwa pembayaran dibuat hanya

untuk pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan memenuhi kinerja yang dapat

diterima serta dapat berdasarkan pengambilan contoh dan pengujian dengan

jumlah yang terbatas.

3. Evaluasi Kinerja Keluaran secara konsisten

Evaluasi kinerja hasil pekerjaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi formal

yang dilakukan secara bersama-sama atau inspeksi informal yang dapat

dilakukan sendiri-sendiri oleh penyedia jasa atau pengguna jasa. Tujuan

utama inspeksi formal adalah agar Pengguna Jasa dapat memverifikasi data

yang dinyatakan dalam pengajuan pembayaran dan untuk mengeluarkan

sertifikat pembayaran interim.

2.3.6 Metode Pembayaran

Pembayaran progres (kemajuan) pekerjaan meliputi seluruh pekerjaan dan

memenuhi kriteria kinerja. Angsuran pembayaran dilakukan jika bobot (persentase)

prestasi keluaran hasil pekerjaan memenuhi ketentuan. Setiap angsuran harus

dipotong pengembalian uang muka, retensi, dan denda (bila ada). Kekurangan

pembayaran angsuran yang melampaui pagu dana indikatif dilaksanakan pada tahun

anggaran berikutnya. Pembayaran progres konstruksi berdasarkan termijn, dan

pembayaran selama masa layanan pemeliharaan berdasarkan triwulan. Gambar 2.6

dibawah ini adalah skema progres pekerjaan dan pembayaran.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Skema progres konstruksi dan pembayaran

31
Universitas Sumatera Utara
32

Dirjen Bina Marga (2013) menetapkan denda pada kontrak berbasis kinerja

dengan beberapa kondisi:

a. Jika Penyedia jasa terlambat melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis

dan konstruksi sesuai waktu yang telah ditentukan, maka dikenakan Denda

setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak.

b. Jika Penyedia jasa terlambat melaksanakan pemenuhan kriteria tingkat

layanan jalan sesuai indikator kinerja jalan dan waktu tanggap penanganan

yang ditetapkan, maka dikenakan denda keterlambatan.

Besarnya nilai denda terhadap kinerja Penyedia jasa sebagai berikut:

= × × × × 5% ( )

Di mana:

Bj = Bobot panjang jalur yang cacat

H = Jumlah hari keterlambatan

K = 1 untuk kenyamanan klasifikasi 1; 0,5 untuk kenyamanan klasifikasi 2

F = Faktor denda (%) sesuai Tabel 2.3

Tabel 2.3 Faktor denda (Dirjen Bina Marga, 2013)


Jenis Perkerasan Jalan
Layanan Tanpa Perkerasan Perkerasan
No.
aset jalan yang cacat Penutup Lentur Kaku
% % %
1 Jalur Lalu Lintas 1,25 1,83 1,90
2 Bahu / Trotoar 0,50 0,36 0,38
3 Saluran / Lerang / Talud 0,50 0,36 0,38
4 Bangunan Pelengkap 0,75 0,73 0,76
5 Perlengkapan Jalan 0,25 0,36 0,38
6 Pengendalian Tumbuhan 0,75 0,36 0,20
∑F 4,00 4,00 4,00

Universitas Sumatera Utara


33

Catatan: Jika pada ruas jalan yang bersangkutan salah satu aset atau lebih

tidak ada, maka nilai faktor denda aset tersebut harus didistribusikan ke

nilai lainnya, dan nilai Σ F = 4 harus tetap dipertahankan.

c. Jika Penyedia terlambat menyampaikan Laporan Pengelolaan dan Hasil

Pekerjaan, maka dikenakan denda berupa pemotongan pembayaran

sebagaimana ditetapkan sebagai berikut:

1. Keterlambatan penyampaian Laporan Mingguan dari waktu yang

ditetapkan dikenakan denda sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu

rupiah) untuk setiap keterlambatan laporan.

2. Keterlambatan penyampaian Laporan Bulanan dari waktu yang

ditetapkan dikenakan denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah)

untuk setiap keterlambatan laporan.

3. Keterlambatan penyampaian program RMK, SMK3 Konstruksi,

Laporan Kondisi Darurat, dan Laporan rencana pengelolaan lalu lintas

dari waktu yang ditetapkan dikenakan denda sebesar Rp.3.000.000,-

(tiga juta rupiah) untuk setiap keterlambatan per laporan.

2.4 Kelebihan Kontrak Berbasis Kinerja

Menurut hasil kajian dari beberapa literatur diperoleh kelebihan penerapan

kontrak berbasis kinerja sebagai alternatif kontrak penanganan pemeliharaan jalan,

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


34

1. P2JN Jawa Tengah (2015)

P2JN Jawa Tengah (2015) menjelaskan beberapa keuntungan dan peluang

dengan diterapkannya kontrak berbasis kinerja sebagai berikut:

a. Pengalaman di negara-negara yang sudah menerapkannya ternyata dengan

kontrak berbasis kinerja dibandingkan terhadap kontrak tradisional,

diperoleh penghematan biaya berkisar antara 10% sampai 30%.

b. Tingkat layanan yang ditetapkan di dalam dokumen kontrak adalah

merupakan tingkat layanan berdasarkan perspektif pengguna jalan dan

dapat meliputi faktor-faktor seperti kecepatan tempuh rata-rata,

kenyamanan berkendara, keselamatan, dan lain sebagainya

c. Kontraktor berpeluang mendapatkan insentif finansial melalui efisiensi

dan efektifitas penanganan pekerjaan yang dilakukannya, sehingga untuk

meningkatkan keuntungan, maka kontraktor harus mampu mereduksi

bahkan meniadakan kegiatan-kegiatan yang sebetulnya tidak perlu

dilaksanakan.

2. Dirjen Bina Marga (2013)

Menurut Dirjen Bina Marga (2013) ada beberapa alasan mengapa kontrak

berbasis kinerja diterapkan di Indonesia yaitu:

a. Cost savings dalam mengelola dan memelihara aset jalan dalam jangka

panjang. Penghematan diperoleh melalui:

1. Kontrak bersifat insentif ke penyedia jasa untuk melakukan inovasi

teknologi dan peningkatan produktifitas,

Universitas Sumatera Utara


35

2. Mengurangi biaya administrasi, overhead, dan pengawasan

3. Respon penyedia jasa untuk perbaikan kinerja lebih besar

fleksibilitasnya, penerapan manajemen dan prosedur kerja yang lebih

efisien dan efektif,

4. Kontrak jangka panjang memungkinkan efektifitas dan efisiensi

investasi kontraktor,

5. Pemeliharaan yang tepat waktu, dan

6. Optimasi pemaketan.

b. Kepastian kebutuhan pembiayaan jangka panjang sehingga planning dan

programming lebih sederhana;

c. Kepastian kinerja jalan dalam jangka panjang;

d. Kepuasan pengguna jalan terkait kondisi dan pelayanan jalan; dan

e. Pendekatan risk sharing yang lebih rasional.

3. Team PBC Pelaksana Wilayah-I (2013)

Ada beberapa keuntungan yang menjadikan KBK sebagai kontrak alternatif

pemeliharaan jalan, yaitu:

a. Pengguna jalan akan dapat mengetahui tingkat layanan yang dapat

mereka harapkan sebagai ganti dari biaya yang mereka berikan dalam

menjaga kinerja infrastruktur jalan;

b. Bagi Penyedia Jasa dan sektor dunia usaha lainnya, dalam kontrak jalan

berbasis kinerja seharusnya membuka kesempatan usaha yang baru,

karena masa kontrak yang lebih lama, memberikan lingkungan usaha

Universitas Sumatera Utara


36

yang lebih stabil dan untuk pembentukan hubungan kerja sama swasta-

publik yang sebenarnya;

c. Kontrak berbasis kinerja merupakan kontrak tahun jamak (jangka waktu

>5 tahun), sehingga di dalam perencanaan anggaran belanja negara akan

lebih jelas dan pasti termasuk dalam penyerapan anggaran yang lebih

akuntabel.

4. Departemen Keuangan (2012)

Penerapan KBK memiliki beberapa keuntungan bagi berbagai pihak sebagai

berikut:

a. Pihak penyelenggara jalan (Pemerintah)

Keuntungan bagi pihak penyelenggara jalan (Pemerintah) yaitu:

1. Potensi penghematan biaya nilai manfaat yang lebih besar (economies

of scale) apabila diterapkan pada pekerjaan yang bersifat "integrated

full service" dengan jangka waktu kontrak yang relatif panjang.

Manfaat: penghematan biaya yang signifikan; peningkatan kualitas

jalan; jaminan kontrak pengelolaan; dan pemeliharaan aset jalan;

2. Mengurangi frekuensi klaim dan amandemen kontrak akibat

perubahan kuantitas pekerjaan;

3. Fokus pelanggan karena imbalan pembayaran kepada kontraktor

didasarkan pada indikator kinerja yang diinginkan oleh pemilik

sekaligus oleh pengguna jalan;

Universitas Sumatera Utara


37

4. Mengurangi beban kerja penyelenggara jalan, karena sebagian

pekerjaan sudah diambil alih oleh kontraktor;

5. Adanya kepastian kebutuhan pembiayaan dan pendanaan

pemeliharaan jalan dalam jangka panjang;

6. Peningkatan transparasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan jalan;

7. Meningkatkan kontrol terhadap penegakan standar kualitas;

8. Menghemat biaya rehabilitasi jalan; dan

9. Mengurangi risiko bagi pemilik proyek karena sebagian besar risiko

telah digeser kepada pihak kontraktor

b. Penyedia jasa (kontraktor)

Keuntungan bagi penyedia jasa (kontraktor) yaitu:

1. Mengurangi biaya yang harus ditanggung pengguna jalan (waktu

tempuh yang lebih baik dan menurunnya biaya kerusakan kendaraan);

2. Tersedianya sarana jalan dalam kondisi yang baik dalam jangka

panjang.

c. Pengguna jalan

Keuntungan bagi pengguna jalan adalah:

1. Dapat mengembangkan kemampuan inovasi penyedia jasa dan

kemampuan pengguna jasa dalam pengelolaan kontrak terintegrasi;

2. Jaminan terhadap kontrak dalam jangka panjang;

3. Menyediakan potensi peningkatan keuntungan; dan

4. Membuka peluang terhadap pertumbuhan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


38

5. Zietlow, G (2007)

Keuntungan diterapkannya KBK diperoleh beberapa pihak seperti:

a. Pengelola Jalan

Keuntungan bagi pengelola jalan adalah:

1. Mengurangi beban atau risiko pemeliharaan jalan;

2. Menjamin pembiayaan pemeliharaan jalan dalam jangka panjang;

3. Transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik;

4. Mengurangi biaya pemeliharaan dan rehabilitasi;

5. Meningkatkan pelayanan pengguna jalan;

6. Meningkatkan kontrol dan standar kualitas pekerjaan; dan

7. Mencegah banyaknya tuntutan dan amandemen kontrak untuk

menambah jumlah pekerjaan oleh kontraktor.

b. Pengguna Jalan

Keuntungan bagi pengguna jalan adalah:

1. Tersedianya prasarana jalan yang lebih baik dan aman; dan

2. Mengurangi biaya operasional kendaraan.

c. Konsultan dan Kontraktor

Keuntungan bagi pihak konsultan dan kontraktor yaitu:

1. Menjamin beban kerja dalam jangka panjang;

2. Memberikan potensi untuk meningkatkan kesempatan; dan

3. Membuka kesempatan yang baik untuk pertumbuhan bisnis baik di

sektor swasta maupun negeri.

Universitas Sumatera Utara


39

6. Stankevich, N., Qureshi, N., and Queiroz, C. (2005)

Penerapan KBK menawarkan beberapa keuntungan dibanding kontrak

konvensional seperti:

a. Penghematan dalam mengelola dan memelihara jalan;

b. Transparansi pengelolaan anggaran belanja untuk pemeliharaan jalan;

c. Kepastian anggaran belanja bagi pengelola jalan;

d. Dapat mengelola jalan dengan jumlah staff yang lebih sedikit;

e. Tingkat pelanyanan bagi pengguna jalan yang lebih baik;

f. Kestabilan pendanaan multiyears untuk pemeliharaan jalan;

g. Insentif kepada private sector untuk inovasi dan produktifitas yang lebih

besar; dan

h. Fleksibilitas yang lebih besar di bidang private sector.

Dari ringkasan beberapa literatur di atas dapat diketahui beberapa keuntungan

kontrak berbasis kinerja bagi beberapa pihak baik bagi pengelola jalan, pengguna

jasa, maupun pihak swasta (konsultan dan kontraktor).

Berikut disimpulkan kelebihan dan kekurangan kontrak berbasis kinerja sehingga

dapat diterapkan sebagai kontrak alternatif dalam penanganan pemeliharan jalan yang

disajikan pada Tabel 2.4.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan kontrak berbasis kinerja

Kontrak Berbasis Kinerja (KBK)


Kelebihan Kekurangan
1. Mengurangi frekuensi klaim dan 1. Membutuhkan anggaran yang
amandemen kontrak akibat sangat besar; dan
perubahan kuantitas pekerjaan; 2. Dapat berakibat menutup peluang
2. Mengurangi risiko bagi pemilik bagi penyedia jasa usaha kecil
proyek karena masa layanan dan
pemeliharaan selama umur
rencana konstruksi telah digeser
kepada pihak kontraktor;
3. Penyedia jasa dapat melakukan
inovasi teknologi dan
peningkatan produktifitas;
4. Pemeliharaan yang tepat waktu;
5. Tersedianya prasarana jalan yang
lebih baik dan aman;
6. Mengurangi biaya operasional
kendaraan;
7. Dapat mengelola jalan dengan
jumlah staff yang lebih sedikit;
8. Penghematan anggaran dalam
pemeliharaan jalan;
9. Mengurangi biaya administrasi,
overhead, dan pengawasan; dan
10. Peningkatan transparasi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan
jalan.

Universitas Sumatera Utara


41

2.5 Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja di Berbagai Negara

Kontrak berbasis kinerja untuk pemeliharaan jalan pertama kali diterapkan di

Kanada pada tahun 1988. Akan tetapi standar kinerja belum berorientasi pada hasil

yaitu masih berorientasi pada prosedur pekerjaan dan material yang digunakan.

Banyak keterbatasan kontraktor dalam melakukan inovasi pekerjaan (Zietlow, 2004).

Beberapa negara kemudian mengikuti kontrak ini dan mengembangkannya sesuai

kebutuhan dan regulasi pemerintah yang berlaku disajikan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Perkembangan KBK dalam pemeliharaan jalan di dunia (Zietlow, 2004)

Universitas Sumatera Utara


42

2.5.1 Chad

Chad merupakan salah satu negara di benua afrika yang menggunakan KBK

untuk pemeliharaan jalan. Pada tahun 2001 Chad mulai menggunakan KBK untuk

memelihara 440 km jalan tanpa diperkeras dengan bantuan Bank Dunia dan masa

kontrak 4 tahun. Adapun kontrak pemeliharaan tersebut sebagai berikut:

1. Pengelolaan dan pemeliharaan dikendalikan sepenuhnya oleh kontraktor.

2. Masa awal rehabilitasi sampai 21 bulan.

3. Rekonstruksi struktur drainase dan rambu-rambu jalan.

4. Pertolongan darurat bagi pengguna jalan yang mengalami kecelakaan.

5. Manajemen pekerjaan saat hujan dan kontrol beban gandar kendaraan.

6. Pekerjaan darurat apabila dibutuhkan.

Gambar 2.8 Sebelum dan sesudah pemeliharaan jalan

Sampai saat ini tidak ada laporan buruk dalam pemeliharaan jalan tersebut.

Kontrak ini dianggap sukses besar jika dinilai dari kondisi jalan yang tetap baik, akan

tetapi angka kecelakaan bertambah akibat semakin tinggi kecepatan kendaraan yang

melintasi jalan tersebut seperti Gambar 2.8 (Zietlow, 2004).

Universitas Sumatera Utara


43

2.5.2 Argentina

Awal tahun 90an, Argentina mengkonsesikan 10.000 km jalan nasional

menggunakan spesifikasi hasil akhir kinerja untuk layanan pemeliharaan jalan dan

sistem pinalti untuk keterlambatan respon dalam memperbaiki jalan. Pada

pertengahan 90an, 10.000 km jalan nasional yang lain juga dikontrakan dengan

spesifikasi yang sama, akan tetapi tanpa penerapan tol, kerana volume lalu lintas

dibawah 2.500 kendaraan per hari (Zietlow, 2004).

2.5.3 Kolombia

Pada tahun 1999, kota Popayan di Kolombia mulai menerapkan KBK untuk

memelihara 580 kilometer jaringan jalan yang menghubungkan 300 desa. Beberapa

koperasi dibentuk dan dilatih untuk memelihara jalan kota dan desa. Skema ini

dianggap sukses karena dapat mengembangkan koperasi kecil, serta mengedukasi

masyarakat agar bersama-sama menjaga kondisi dan kebersihan jalan, serta tanaman

yang berada di pinggir jalan (Zietlow, 2004)

2.5.4 Selandia Baru

Selandia baru memulai KBK pada tahun 1988 memelihara 406 km jalan

nasional dengan kontrak 10 tahun. Biaya pemeliharaan dengan KBK dianggap 15%

lebih murah dibanding kontrak konvensional. Pada tahun 2000 pemeliharaan dengan

KBK dikembangkan untuk 1.040 km jalan lokal dan 122 km jalan nasional dan biaya

diestimasi lebih murah 22% dibanding dengan kontrak konvensional. Selandia baru

hingga saat ini terus mengembangkan pemeliharaan jalan dengan KBK.

Universitas Sumatera Utara


44

2.6 Studi Analisis Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja

Pada studi sebelumnya telah dilakukan penelitian aspek-aspek penerapan kontrak

berbasis kinerja. Kania (2006) melakukan penelitian pengembangan model penilaian

kesiapan internal pemerintah dan kontraktor indonesia dalam penerapan metoda

kontrak berbasis kinerja (KBK) dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dihasilkan suatu model penilaian kesiapan internal pemerintah dan

kontraktor dalam melaksanakan metode kontrak berbasis kinerja.

2. Implementasi model dalam penelitian ini bersifat melakukan pengecekan

administratif, yaitu apakah pemerintah dan kontraktor secara administratif

memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan dalam metode kontrak

berbasis kinerja.

3. Adapun aspek-aspek yang ditinjau seperti tim solusi yang terintegrasi,

mempelajari solusi dari sektor swasta dan sektor pemerintah,

mengembangkan spesifikasi berbasis kinerja, menentukan tata cara mengukur

dan mengelola kinerja, memilih kontraktor yang tepat, mengelola kinerja.

Pada studi Kuswanda (2008) penelitian yang dilakukan adalah penerapan

Kontrak Berbasis Kinerja pada pekerjaan perbaikan tanah lunak. Penelitian ini lebih

menitik beratkan pada metode pembayaran dan besaran pembayaran sesuai hasil

kinerja seperti:

1. Mobilisasi dan demobilisasi dibayarkan 50% setelah mobilisasi selesai

dilaksanakan dan 50% sisanya dibayarkan setelah demobilisasi selesai

dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


45

2. Pengadaan material dibayarkan 75% setelah pengadaan material selesai

dilaksanakan dan 25% sisanya dibayarkan apabila hasil pekerjaan telah

dinyatakan dapat diterima sesuai dengan kriteria penerimaan hasil pekerjaan

yang ditetapkan.

3. Pemasangan material dibayarkan 75% setelah pemasangan material selesai

dilaksanakan dan 25% sisanya dibayarkan apabila hasil pekerjaan telah

dinyatakan dapat diterima sesuai dengan kriteria penerimaan hasil pekerjaan

yang ditetapkan.

4. Monitoring instrumen geoteknik dibayarkan 100% setiap bulan setelah

kegiatan monitoring instrumen geoteknik selesai dilaksanakan selama

sebulan sebelumnya

Penelitian Wahyudi (2009), Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance

Based Contract) untuk Meningkatkan Efektifitas Penanganan Jalan, membagi

beberapa aspek yang menjadi kendala penerapan KBK tersebut sebagai berikut:

1. Aspek hukum

Aspek yang terkait dengan peraturan dan kebijakan yang terkait dengan

pengaturan: kontrak, spesifikasi teknis, seleksi penyedia jasa, dan

penyelesaian perselisihan.

2. Aspek risiko

Aspek yang terkait dengan analisis dan manajemen risiko, serta kepada siapa

risiko yang ada dialokasikan.

Universitas Sumatera Utara


46

3. Aspek teknis

Aspek teknis pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan yang terkait dengan:

Kontrak, Spesifikasi Teknis, Penyelesaian Perselisihan, Seleksi Penyedia

Jasa, Pengawasan, Pembayaran, dan Masa Pemeliharaan.

4. Aspek organsasi

Aspek yang terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola dan

sejauh mana konsep KBK telah disebarkan.

5. Aspek pendanaan

Aspek yang terkait dengan ketersediaan dana untuk proyek multiyear.

Wahyudi (2009) menggunakan pendekatan AHP untuk menilai pengaruh dan

bobot aspek-aspek kendala tersebut terhadap kendala penerapan KBK.

Team PBC Pelaksana Wilayah-I Kota Medan (2013) juga melakukan penelitian

Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja pada Penyelenggaraan Jalan Metropolitan

Medan. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penerapan kontrak ini:

1. Kesiapan Pengguna Jasa

Beberapa hal yang yang menjadi faktor kesiapan pengguna jasa yaitu:

a. Kesiapan pemilihan lokasi pekerjaan, dalam hal ini Pengguna harus

menyiapkan rencana penanganan jalan selama waktu kontrak yang akan

ditetapkan berdasarkan rencana pengembangan wilayah, pertumbuhan

lalu lintas dan strategi penanganan ruas jalan sehingga dapat menetapkan

lingkup pekerjaan yang dituangkan dalam dokumen.

Universitas Sumatera Utara


47

b. Mengidentifikasi risiko-risiko dalam pelaksanaan kegiatan yang dapat

ditanggung oleh Penyedia Jasa termasuk isu-isu lingkungan dan sosial,

kemudian dihitung dalam besaran biaya sehingga tidak ada hal-hal yang

disembunyikan dan berdampak pada keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.

c. Uraian lingkup pekerjaan yang ditetapkan berdasarkan keluaran yang

ingin dicapai dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, penyiapan

data utama dan risiko-risiko yang ditanggung oleh Penyedia.

d. Komponen kriteria desain yang perlu disiapkan guna pencapaian keluaran

sesuai tingkat layanan yang diharapkan dengan memperhatikan isu

lingkungan dan sosial meliputi standar perencanaan yang digunakan,

pengembangan inovasi yang diijinkan dan spesifikasi kinerja dan

keluaran untuk menilai hasil keluaran.

e. Kesiapan dalam penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS), karena tidak

adanya detail desain dan dalam Perpres nilai HPS merupakan batasan

maksimum dalam penawaran, sehingga kesalahan dalam penyusunan

HPS dapat mengakibatkan kegagalan dalam pelelangan atau merugikan

Negara jika perhitungan HPS terlalu besar.

f. Kesiapan Organisasi Pengguna Jasa termasuk pembentukan Pokja ULP

dengan mendefinisikan tugas dan kewajiban masing anggota Pokja ULP

dan pembentukan organisasi pelaksanaan yang berfungsi dalam

menegakkan kontrak dan mitigasi terjadinya dispute yang berujung pada

pemutusan kontrak.

Universitas Sumatera Utara


48

g. Melakukan analisa jadwal pelaksanaan pekerjaaan yang diperlukan sesuai

kapasitas sumberdaya yang ditetapkan dalam kualifikasi.

h. Mengidentifikasi dan mendifinisikan perijinan-perijinan yang diperlukan

dalam persiapan dan pelaksanaan pengadaan, sehingga tidak mengganggu

proses pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan.

2. Kesiapan Penyedia Jasa

Beberapa hal yang yang menjadi faktor kesiapan penyedia jasa yaitu:

a. Ketelitian Penyedia Jasa dalam menterjemahkan lingkup pekerjaan,

pemenuhan tingkat layanan jalan dan kondisi eksisting jalan yang

ditetapkan dalam dokumen pengadaan, kemudian dituangkan dalam

dokumen penawaran, sehingga dapat tercipta kompetisi yang setara.

b. Kesiapan dalam mengusulkan konsep desain hingga terpenuhinya kriteria

desain dan lingkup pekerjaan yang ditetapkan, karena akan berdampak

pada kegagalan dalam penawaran teknis.

c. Ketelitian dalam perhitungan penawaran harga berdasarkan konsep desain

yang diusulkan dan jadwal pembayaran yang ditetapkan Pengguna jasa,

sehingga tidak menyebabkan kegagalan dalam penawaran atau kerugian

dalam pelaksanaan pekerjaan yang berdampak pada pemutusan kontrak.

d. Kesiapan Organisasi Pelaksanaan Penyedia Jasa yang berorientasi pada

penjaminan mutu, sehingga membutuhkan tingkat kepercayaan Pengguna

Jasa dalam melaksanakan sistem mutu.

Universitas Sumatera Utara


49

e. Strategi dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai hasil keluaran dan

memenuhi kinerja yang ditetapkan, karena pembayaran hasil pekerjaan

bukan berdasarkan kuantitas pekerjaan yang telah dikerjakan.

f. Kesiapan financial/cashflow dalam pelaksanaan karena pembayaran hasil

pekerjaan tidak berorientasi pada kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan

namun berdasarkan hasil keluaran pekerjaan yang memenuhi kinerja yang

ditetapkan.

g. Penyusunan prosedur sistem manajemen mutu yang harus disiapkan,

sebagai tolok ukur penjaminan mutu.

h. Kesiapan dalam menerima denda atau pemotongan pembayaran, jika

tidak terpenuhinya kinerja tingkat layanan jalan yang ditetapkan, dan juga

pembayarannya dapat ditangguhkan

2.7 Penentuan Prioritas dengan Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan

pintu utamanya berupa persepsi manusia. Dengan hirarki suatu masalah yang

kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok, lalu

diatur menjadi suatu bentuk hirarki. AHP didesain untuk dapat digunakan pada

penilaian yang bersifat subyektif untuk menyusun urutan dari prioritas elemen-

elemen berdasarkan bobot elemen yang ditinjau dengan menggunakan perbandingan

berpasangan antar elemen. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot elemen, atau

dalam metode ini bisa disebut sebagai skala rasio, dari perbandingan pasangan pada

struktur hirarki yang multi level. Skala rasio tersebut menyatakan nilai bobot dari

Universitas Sumatera Utara


50

elemen. Perbandingan tersebut diperoleh dari penilaian aktual maupun dari skala

kepentingan yang merefleksikan kekuatan relatif akan suatu pilihan nilai

perbandingan antara dua elemen yang diperoleh dari pikiran, perasaan dan

pengalaman. Dalam perbandingan berpasangan, dua elemen diperbandingkan

berdasarkan sifat yang dimiliki bersama. Beberapa keuntungan menggunakan AHP

sebagai alat analisis adalah :

1. Dapat memberi model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

beragam persoalan yang tak berstruktur.

2. Dapat memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem

dalam memecahkan persolan kompleks.

3. Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem

dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-

elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat belaian dan mengelompokan

unsur - unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk

mendapatkan prioritas.

6. Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan

dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebijakan setiap alternatif.

8. Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan

memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

Universitas Sumatera Utara


51

9. Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil representatif

dari penilaian yang berbeda-beda.

10. Memungkinkan orang memperluas definisi mereka pada suatu persoalan dan

memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan

Sedangkan kelemahan metode AHP adalah ketergantungan model AHP pada

input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini

melibatkan subyektifitas sang ahli, selain itu juga model menjadi tidak berarti jika

ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. Beberapa contoh aplikasi AHP

adalah sebagai berikut:

1. Membuat suatu set alternatif.

2. Perencanaan, merancang system.

3. Menentukan prioritas.

4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif.

5. Alokasi sumber daya dan memastikan stabilitas sistem.

6. Menentukan kebutuhan/persyaratan.

2.8 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur

tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Menurut Firdaus (2008), ada beberapa jenis skala pengukuran yaitu:

1. Skala Guttman adalah skala pengukuran yang digunakan bila peneliti ingin

mendapat jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


52

2. Semantik Deferential adalah skala pengukuran yang digunakan untuk

mengukur sikap/karakteristik seseorang. Bentuknya tidak pilihan ganda atau

ceklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinue yang jawabannya sangat

positifnya paling kanan dan sangat negatifnya paling kiri.yang didasarkan

pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang

lebih rendah atau sebaliknya.

3. Rating Schale adalah skala pengukuran dimana data mentah yang diperoleh

berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

4. Skala Likert adalah suatu interval pengukuran sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena. Variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan

untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 3 tujuan, yaitu:

1. Mengetahui kelebihan kontrak berbasis kinerja sehingga diterapkan sebagai

alternatif kontrak untuk penanganan pemeliharaan jalan.

2. Mengindentifikasi cakupan dan pengaruh aspek-aspek dalam penerapan

kontrak berbasis kinerja pada pemeliharaan infrastruktur jalan.

3. Mengetahui penilaian nilai aspek-aspek tersebut dalam penerapan kontrak

berbasis kinerja..

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan studi literatur. Studi literatur

dikelompokkan dalam 2 bagian, sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam mengkaji

kelebihan KBK pada pemeliharaan jalan studi literatur yang terkait berupa: definisi

KBK, perbandingan KBK dengan kontrak konvensional, dan penerapan KBK di

beberapa negara. Untuk mengidentifikasi cakupan aspek-aspek dalam penerapan

KBK, studi literatur terkait berupa: kendala-kendala penerapan KBK, hukum dan

kebijakan yang menjadi dasar pengelolaan pemeliharaan jalan, serta pendekatan

analisis prioritas dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun bagan alir

penelitian diuraikan pada Gambar 3.1.

53

Universitas Sumatera Utara


54

Analisis Prioritas Aspek-aspek Penerapan Kontrak


Berbasis Kinerja dengan Pendekatan Analytical
Hierarchy Process (AHP)

Rumusan Masalah

Tinjauan Pustaka

Data

Primer Sekunder

1. Penilaian skala Likert Kajian Literatur


2. Penilaian skala perbandingan
berpasangan

Kelebihan penerapan
Wawancara dan KBK
Kuesioner

Analisis Data dengan


Pendekatan AHP

Kesimpulan dan
Saran

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian

Universitas Sumatera Utara


55

3.2 Pengembangan Model

Pengembangan model penilaian kriteria aspek-aspek penerapan kontrak berbasis

kinerja dilakukan melalui 5 tahapan, yaitu

1. Penentuan aspek dasar penilaian.

2. Penentuan indikator penilaian.

3. Penentuan parameter penilaian.

4. Penetapan ukuran penilaian.

5. Perbandingan berpasangan.

Model Wahyudi (2009) akan dipakai sebagai dasar model penilaian kriteria

aspek-aspek penerapan kontrak berbasis kinerja pada pemeliharan jalan nasional

metropolitan Medan. Model penilaian aspek-aspek terdiri dari 3 tingkatan (level).

Model penilaian ini dapat berubah sesuai hasil wawancara yang telah dilakukan.

3.3 Data Penelitian

3.3.1 Data Primer

Data primer penelitian yang digunakan untuk mengetahui aspek dan bobot

aspek penerapan KBK adalah data dari hasil wawancara dan kuesioner. Adapun

deskripsi data primer penelitian adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi bagaimana pemerintah

sebagai pengelola jalan yang diwakili oleh Satuan Kerja Non Vertikal

Tertentu (SNVT) Metropolitan Medan, menilai aspek-aspek dalam

Universitas Sumatera Utara


56

penerapan KBK yang telah diindetifikasi pada model penilaian. Materi

wawancara merupakan penjabaran dari model penilaian yang telah

dikembangkan pada studi sebelumnya. Penjabaran tersebut dilakukan

dalam upaya untuk memudahkan pemahaman terhadap parameter-

parameter dalam model penilaian.

2. Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui dan mencari masukan

dari tim ahli berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan opini mereka,

tentang tingkat kepentingan atau pengaruh dari parameter penilaian ada.

Kuesioner dibuat dengan membandingkan aspek-aspek penerapan KBK

yang telah dijabarkan dalam model penilaian secara berpasangan.

Teknik purposive sampling digunakan untuk mendapatkan sampel agar

sampel tersebut representatif terhadap populasi yang mewakilinya. Purposive

sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu,

sesuai dengan persyaratan yang diisyaratkan dalam penelitian yang akan

dilaksanakan, karena tidak semua unsur/anggota populasi memahami tentang topik

dari penelitian tersebut. Umumnya sampel/responden dalam metode ini memiliki

keahlian sesuai dengan topik penelitian yang dilaksanakan. Sampel/responden yang

diambil pada metode ini umumnya disebut dengan respon expert. Sampel responden

tersebut adalah pengelola jalan nasional metropolitan Medan yang disajikan pada

Gambar 3.2.

Universitas Sumatera Utara


57

Balai Besar Pelaksana


Jalan Nasional
(BBPJN - I)

Provinsi
Sumatera

SNVT PJNW SNVT PJNW SNVT


SNVT P2JN SKPD - TP BALAI - I
-I - II METRO

KASATKER
METRO

PPK 16

PPK 17

PPK 18

PPK 19

Gambar 3.2 Struktur organisasi SNVT metropolitan Medan

Responden yang representatif dari pengelola jalan nasional metropolitan

Medan adalah :

1. Kepala BBPJN - I

2. Kabid Perencananaan BBPJN - I

3. Kabid Pengujian dan Peralatan BBPJN - I

4. Kepala SNVT PJN Metropolitan Medan

5. PPK-16 (Medan Barat Cs)

6. PPK-17 (Medan Timur Cs)

7. PPK-18 (Medan Selatan Cs)

8. PPK-19 (P2JN Metropolitan Medan)

Universitas Sumatera Utara


58

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian merupakan studi literatur dari beberapa studi

terdahulu mengenai penerapan KBK. Data sekunder ini juga menyimpulkan

keunggulan alasan diterapkannya KBK sebagai alternatif kontrak untuk pemeliharaan

jalan.

3.4 Pengolahan Data

Data wawancara merupakan data kualitatif yang dinyatakan dengan angka

numerik. Sedangkan data kuesioner merupakan data skala perbandingan berpasangan

yang akan dianalisis dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Kedua

data tersebut akan dikombinasikan sehingga diperoleh penilaian penerapan kontrak

berbasis kinerja dari masing-masing aspek.

3.4.1 Penilaian Skala Likert

Data wawancara merupakan data penilaian penerapan pada aspek-aspek kontrak

berbasis kinerja berdasarkan nilai kualitatif. Nilai kualitatif yang digunakan adalah

nilai kualitatif yang dinyatakan dengan angka numerik dalam skala Likert, sebagai

berikut:

Skala 1 : Kategori Sangat Baik (Tidak ada kendala/kendala 0%)

Skala 2 : Kategori Baik (Kendala sebesar 25%)

Skala 3 : Kategori Sedang (Kendala sebesar 50%)

Skala 4 : Kategori Buruk (Kendala sebesar 75%)

Skala 5 : Kategori Buruk Sekali (Kendala sebesar 100%)

Universitas Sumatera Utara


59

3.4.2 Penilaian Skala Perbandingan Berpasangan

Data kuesioner merupakan data tingkat kepentingan atau pengaruh dari aspek-

aspek kontrak berbasis kinerja yang dinilai berdasarkan skala perbandingan

berpasangan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skala perbandingan berpasangan


Intensitas
Definisi Penjelasan
Pentingnya
Dua elemennya menyumbang
1 Kedua elemen sama penting.
sama besar pada sifat itu.
Pengalaman dan pertimbangan
Elemen yang satu sedikit lebih penting
3 sedikit menyokong satu elemen
daripada elemen lain
atas elemen lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan
Elemen yang satu esensial atau sangat
5 dengan kuat menyokong satu
penting daripada elemen lainnya
elemen atas elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat
Satu elemen jelas lebih penting dari pada
7 disokong dan dominannya telah
elemen lainnya.
terlihat dalam prakteknya.
Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lainnya
Satu elemen mutlak lebih. penting daripada
9 memiliki tingkat penegasan
elemen lainnya.
tertinggi yang mungkin
menguatkan.
Nilai Tengah
2 Jika ada keraguan antar skala 1 dan 3
4 Jika ada keraguan antar skala 3 dan 5 Kompromi diperlukan antara dua
6 Jika ada keraguan antar skala 5 dan 7 pertimbangan
8 Jika ada keraguan antar skala 7 dan 9
Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas
Kebalikan
j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
(Resiprokal)

3.4.3 Uji Konsistensi

Secara garis besar, penilaian di dalam AHP dilakukan dengan menggunakan

matriks A yang berpasangan. Setiap baris pada matriks merupakan perbandingan

bobot setiap faktor Aij. Jika matriks tersebut dikalikan dengan vektor w, maka

hasilnya adalah nw, seperti sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


60

⁄ ⋯ ⁄
= ⋮ ⋱ ⋮ × ⋮ = ⋮ (3.1)
⁄ ⋯ ⁄

Di mana:

Aij = wi/wj (perbandingan penilaian elemen i dan j)

Ij = 1,2,3,.....,n

Maka akan diperoleh perasamaan:

Aw = nw (3.2)

Untuk memperoleh nilai w, dengan hanya mengetahui nilai A, persamaan

diatas harus diselesaikan dengan cara berikut:

(A – n.I) = 0 (3.3)

dengan catatan I adalah matriks identitas.

Persamaan ini akan mempunyai penyelesaian tidak sama dengan 0, jika n

adalah eigen value dan w adalah eigen vector dari A. Dalam penerapan praktis,

matriks aij tidak merupakan hasil pengukuran eksak, tetapi merupakan penilaian yang

bersifat obyektif.

Dalam hal ini semua eigen value bernilai nol kecuali satu yang bernilai n,

yakni eigen value maksimum. Jadi jika penilaian dilakukan dengan konsisten, maka

akan didapatkan eigen value dari A yang bernilai n. Untuk mendapatkan nilai w,

maka eigen value maksimum disubstitusikan ke dalam matriks A. Kemudian dengan

menggunakan matriks A dan w, akan didapat persamaan bahwa bobot total = 1,

persamaan tersebut dapat diuraikan sampai mendapatkan nilai w1, w2, w3,...,wn dan

harga ini merupakan eigen vector yang bersesuaian dengan eigen value maksimum.

Universitas Sumatera Utara


61

Dalam menggunakan AHP diharapkan diperoleh konsistensi penilaian antara

elemen yang terlibat. Dari teori matriks diketahui bahwa kesalahan kecil pada

koefisien menyebabkan kesalahan juga pada eigen value. Jadi, jika diagonal matriks

A semua bernilai 1 dan jika matriks A konsisten, maka penyimpangan kecil dari aij

akan tetap menunjukkan bahwa eigen value terbesar λ maks, akan mempunyai nilai

mendekati nol. Maka permasalahan yang dihadapi disini adalah jika A merupakan

matriks penilaian perbandingan berpasangan, untuk mendapatkan vektor prioritas,

harus menyelesaikan persamaan:

A.w = λ maks . w (3.4)

λ maks = Σ aij . wj/wi (3.5)

Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Index Consistency (IC)

dalam persamaan :

= (3.6)

Di mana:

IC = Indeks konsistensi

λ maks = eigen value maksimum

n = orde matriks

Indeks konsistensi ≤ 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi

baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian nilai IC merupakan

ukuran konsistensi suatu penilaian berpasangan. PHA mengukur seluruh konsistensi

penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan.

CR = IC/RCI (3.7)

Universitas Sumatera Utara


62

Di mana, RCI = Random indeks berdasarkan ukuran matriks (n)

IC = Indeks konsistensi

CR = Rasio konsistensi

Nilai RCI berdasarkan ukuran matrik (n) diperoleh berdasarkan Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Random Consistency Index (RCI)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Di mana, n adalah jumlah ordo matriks

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI DATA

4.1 Gambaran Umum dan Letak Geografis

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. kota ini

merupakan kota metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa dan kota terbesar ketiga di

Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan memiliki luas area 265,10 km2

yang terletak di antara 30 35' Lintang Utara dan 980 40' Bujur Timur. Secara

administratif, batas wilayah kota Medan adalah sebagai berikut:

Batas Utara : Selat Malaka

Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

4.2 Jalan Nasional Metropolitan Medan

Prasarana jalan merupakan salah satu unsur yang cukup strategis dalam

menunjang pembangunan disamping dapat mempercepat arus kegiatan, ekonomi serta

memperlancar mobilitas penduduk antar daerah. Dengan semakin meningkatnya

aktifitas pembangunan maka dituntut pula adanya jaringan jalan yang semakin

memadai.

Kota Medan memiliki 30 ruas jalan nasional di bawah pengawasan SNVT

Metropolitan Medan dengan total panjang aktual 227,50 km. Adapun 30 ruas jalan

tersebut disajikan pada Tabel 4.1.

63

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 4.1 Ruas jalan pengawasan SNVT metropolitan Medan (Team PBC W-I, 2013)
Panjang
No Link Ruas Jalan Lajur
Kepmen Actual
Km Km
1 003. TANJUNG PURA - BTS. KOTA STABAT 13.85 13.85 2 LAJUR 2 ARAH
2 003.11K JLN. ZAENAL ARIFIN (STABAT) 1.30 1.30 4 LAJUR 2 ARAH
BTS. KOTA STABAT - BTS. KOTA
3 004. 3.41 3.41 2 LAJUR 2 ARAH
BINJAI
4 004.11K JLN. JEND. SUDIRMAN (STABAT) 3.80 - 4 LAJUR 2 ARAH
5 004.12K JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI) 7.50 7.50 4 LAJUR 2 ARAH
6 005. JLN. LINGKAR LUAR BINJAI 7.98 7.98 4 LAJUR 2 ARAH
7 006. BTS. KOTA BINJAI - BTS. KOTA 8.02 8.02 4 LAJUR 2 ARAH
MEDAN
8 006.11K JLN. SOEKARNO-HATTA (BINJAI) 4.63 4.63 4 LAJUR 2 ARAH
(FHO 2014)
9 006.12K JLN. BINJAI RAYA (MEDAN) 2.58 2.58 4 LAJUR 2 ARAH
10 006.13K JLN. GATOT SUBROTO (MEDAN) 1.85 1.85 6 LAJUR 2 ARAH
BTS. KOTA MEDAN - BTS. KOTA
11 007. LUBUK PAKAM 14.03 14.03 4 LAJUR 2 ARAH
12 007.11K JLN. INDUSTRI (MEDAN) 3.60 3.60 4 LAJUR 2 ARAH
13 007.12K JLN. NGUMBAN SURBAKTI (MEDAN) 3.44 3.44 4 LAJUR 2 ARAH
JLN. A.H. NASUTION (JLN.
14 007.13K TRITURA/JLN. KARYA JASA) 5.37 5.37 4 LAJUR 2 ARAH
(MEDAN)
15 007.14K JLN. SISINGAMANGARAJA (MEDAN) 9.05 9.05 4 LAJUR 2 ARAH
16 007.15K JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM) 3.04 3.04 4 LAJUR 2 ARAH
BTS. KOTA MEDAN - TEMBUNG -
17 008. LUBUK PAKAM 33.80 33.80 4 LAJUR 2 ARAH

18 008.11K JLN. PERTAHANAN/JLN. CEMARA 1.32 1.32 4 LAJUR 2 ARAH


(MEDAN)
19 008.12K JLN. KOLONEL BEJO (MEDAN) 3.00 3.00 2 LAJUR 2 ARAH
20 008.13K JLN. PANCING (MEDAN) 3.37 3.37 4 LAJUR 2 ARAH
21 009. MEDAN - BELAWAN (MEDAN) 8.00 8.00 4 LAJUR 2 ARAH
22 009.11K JLN. ASRAMA (MEDAN) 1.51 1.51 4 LAJUR 2 ARAH
JLN. KAPTEN SUMARSONO
23 009.12K 4.95 4.95 2 LAJUR 2 ARAH
(MEDAN)
24 009.13K JLN. HELVETIA (MEDAN) 0.95 0.95 2 LAJUR 2 ARAH
25 009.14K JLN. PERTEMPURAN (MEDAN) 0.58 0.58 4 LAJUR 2 ARAH
26 009.15K JLN. YOS SUDARSO (MEDAN) 11.48 11.48 4 LAJUR 2 ARAH
27 010.11K JLN. SIANTAR (LUBUK PAKAM) 6.16 6.16 4 LAJUR 2 ARAH
BTS. KOTA MEDAN - BTS. KAB.
28 052. 38.04 38.04 2 LAJUR 2 ARAH
TANAH KARO
29 052.11K JLN. YAMIN GINTING (MEDAN) 11.97 11.97 4 LAJUR 2 ARAH
BTS. DELI SERDANG - BTS. KOTA
30 053. 12.70 12.70 2 LAJUR 2 ARAH
KABANJAHE
TOTAL 231.30 227.50

Universitas Sumatera Utara


65

4.3 Pengembangan Model Penilaian Kriteria Aspek-Aspek Penerapan Kontrak

Berbasis Kinerja

Pengembangan model penilaian kriteria aspek-aspek penerapan KBK diperoleh

dari hasil wawancara dengan pihak SNVT Metropolitan Medan. Model tersebut

terdiri dari 3 level, yaitu aspek dasar penilaian, indikator penilaian, dan parameter

penilaian yang disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Model penilaian kriteria aspek-aspek penerapan KBK

Aspek Dasar
No. Indikator Parameter Penilaian
Penilaian
A.1.1 Jenis kontrak
1. Kontrak A.1.2 Tipe kontrak
A Aspek Hukum A.1.3 Bentuk layanan
2. Penyelesaian A.2.1 Metode penyelesaian
perselisihan perselisihan
B.1.1 Analisis risiko awal proyek
1. Analisis dan B.1.2 Manajemen risiko selama
B Aspek Risiko manajemen risiko proyek berlangsung
B.1.3 Jenis risiko yang dianalisis
2. Alokasi risiko B.2.1 Pihak yang mengelola risiko
C.1.1 Orientasi spesifikasi teknis
1. Spesifikasi teknis
C.1.2 Komponen spesifikasi teknis
C.2.1 Metode seleksi penyedia jasa
2. Seleksi penyedia
C.2.2 Penilaian kualifikasi penyedia
jasa
jasa
C.3.1 Pihak yang bertanggungjawab
C Aspek Teknis 3. Pengawasan dalam pengawasan
C.3.2 Mekanisme pengawasan
4. Pembayaran C.4.1 Sistem pembayaran
C.4.2 Dasar pembayaran
5. Masa C.5.1 Pihak yang bertanggungjawab
pemeliharaan C.5.2 Jangka waktu masa
pemeliharaan
1. Sumber Daya D.1.1 Kualifikasi SDM pengelola
Aspek Manusia kontrak
D
Organisasi 2. Penyebaran D.2.1 Mekanisme penyebaran
Informasi KBK informasi KBK
Aspek 1. Ketersediaan dana E.1.1 Kepastian ketersediaan dana
E
Pendanaan proyek multiyears proyek multiyears

Universitas Sumatera Utara


66

Jenis kontrak

Kontrak Tipe kontrak

Aspek Bentuk layanan


Hukum
Penyelesaian Metode penyelesaian
perselisihan perselisihan

Analisis risiko awal proyek

Analisis dan Manajemen risiko selama


manajemen risiko proyek berlangsung

Aspek Jenis risiko yang dianalisis


Risiko
Pihak yang mengelola
Alokasi risiko risiko

Orientasi spesifikasi teknis


Spesifikasi teknis
Komponen spesifikasi
teknis

Metode seleksi penyedia


jasa
Seleksi penyedia
jasa
Penilaian kualifikasi
penyedia jasa
KBK
Pihak yang bertanggung
jawab dalam pengawasan
Aspek Pengawasan
Teknis
Mekanisme pengawasan

Sistem pembayaran
Pembayaran
Dasar pembayaran

Pihak yang bertanggung


jawab
Masa
pemeliharaan
Jangka waktu masa
pemeliharaan

Sumber Daya Kualifikasi SDM pengelola


Manusia kontrak
Aspek
Organisasi Penyebaran Mekanisme penyebaran
Informasi KBK informasi KBK

Aspek Ketersediaan dana Kepastian ketersediaan


proyek multiyears dana proyek multiyears
Pendanaan

Level 1 Level 2 Level 3

Gambar 4.1 Hirarki kriteria aspek-aspek penerapan KBK

Universitas Sumatera Utara


67

4.4 Praktek SNVT Metropolitan Medan dalam Penanganan Pemeliharaan

Jalan

Pembahasan mengenai praktek SNVT Metropolitan Medan dalam penanganan

pemeliharaan jalan merupakan temuan yang diperoleh dari hasil wawancara dan

pengisian kuesioner dengan pihak SNVT Metropolitan Medan, yang akan diuraikan

sebagai berikut:

4.4.1 Aspek Hukum

1. Kontrak

Kontrak yang diatur dalam peraturan dan kebijakan di lingkungan BBPJN-I

pada SNVT Metropolitan Medan terbagi beberapa jenis. Secara umum, ada

tipe kontrak tradisional (memisahkan perencanaan, konstruksi, dan

pemeliharaan) dan kontrak terintegrasi (perencanaan dan konstruksi

digabung) Berdasarkan metode pembayaran adalah lumpsum, harga satuan

(unit price) dan gabungan lumpsum dan harga satuan. Berdasarkan jangka

waktu pelaksanaan adalah tahun tunggal dan jamak. Dan berdasarkan bentuk

layanan jasa konstuksi adalah perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, dan

terintegrasi.

2. Penyelesaian Perselisihan

Metode penyelesaian perselisihan adalah musyawarah, mediasi, konsoliasi,

dan arbitrase.

Universitas Sumatera Utara


68

4.4.2 Aspek Risiko

1. Analisis dan Manajemen Risiko

Analisis risiko tidak dilakukan detail di awal proyek pemeliharaan, akan

tetapi dilakukan manajemen risiko selama proyek pemeliharaan berlangsung.

Adapun bentuk risiko yang dianalisis dalam proyek proyek pemeliharaan

jalan:

a. Aspek legal: tidak adanya atau kurangnya pengetahuan mengenai

prosedur atau perijinan.

b. Aspek organisasi: tidak adanya atau kurangnya komunikasi, tidak

jelasnya kebutuhan pemilik proyek, adanya pihak lain yang terlibat.

c. Aspek teknis: terjadinya perubahan lingkup kerja atau perubahan asumsi

dalam perhitungan desain.

d. Aspek spasial: studi dampak lingkungan, adanya infrastruktur lain seperti

pipa, kabel, dan sebagainya.

e. Aspek keuangan: adanya kesalahan dalam estimasi biaya atau biaya yang

tersedia tidak cukup.

2. Alokasi Risiko

Pihak yang mengelola dan bertanggung jawab terhadap resiko yang ada

adalah pemilik proyek (owner) dan penyedia jasa.

Universitas Sumatera Utara


69

4.4.3 Aspek Teknis

1. Spesifiksasi Teknis

Orientasi spesifikasi teknis dalam peraturan dan kebijakan di lingkungan

SNVT Metropolitan Medan adalah input oriented, dimana pemilik proyek

menjelaskan secara detail tata cara pelaksanaan pekerjaan yang harus

dilakukan penyedia jasa; dan output oriented, dimana pemilik proyek tidak

memaparkan secara detail tata cara pelaksanaan pekerjaan akan tetapi hanya

menjelaskan kinerja (output) yang diinginkan. Komponen spesifikasi teknis

tersebut meliputi persyaratan material, tenaga kerja, dan kinerja.

2. Seleksi Penyedia Jasa

Metode seleksi penyedia jasa yang diatur dalam peraturan dan kebijakan di

lingkungan SNVT Metropolitan Medan adalah pelelangan umum, pemilihan

langsung, dan penunjukan langsung. Sedangkan penilaian kualifikasi atau

evaluasi penawaran adalah penawar dengan harga terendah.

3. Pengawasan

Pihak yang bertanggung jawab dalam pegawasan proyek pemeliharaan jalan

adalah pemilik proyek (owner) melalui konsultan pengawas (supervisi).

Adapun mekanisme pengawasan yang dilakukan adalah pemilik proyek

menyusun rencana penilaian kelayakan kinerja penyedia jasa yang akan

disesuaikan dengan penilaian kinerja yang dilakukan oleh kontraktor, dan

konsultan pengawas membuat laporan (report) hasil pengawasan dan

diserahkan kepada pemilik proyek.

Universitas Sumatera Utara


70

4. Pembayaran

Sistem pembayaran yang berlaku dalam proyek pemeliharaan jalan di

lingkungan SNVT Metropolitan Medan adalah berdasarkan volume

pekerjaan yang telah diselesaikan dengan sistem pembayaran harga satuan

(unit price) dengan volume tetap, dan berdasarkan kinerja yang memenuhi

standar kinerja dengan sistem lumpsum.

5. Masa Pemeliharaan

Jangka waktu masa pemeliharaan proyek jalan adalah 2 tahun, dimana pihak

yang bertanggung jawab dalam masa pemeliharaan adalah penyedia jasa.

4.4.4 Aspek Organisasi

1. Sumber Daya Manusia

Di lingkungan SNVT Metropolitan Medan memiliki sumber daya manusia

berkemampuan dalam bidang hukum untuk mengelola kontrak proyek

pemeliharaan jalan. Bidang hukum yang mengatur kontrak berbasis kinerja

merupakan salah satu kualifikasi sumber daya manusia dalam mengelola

proyek pemeliharaan jalan.

2. Penyebaran Informasi Kontrak Berbasis Kinerja

SNVT Metropolitan Medan telah melakukan penyebaran informasi

mengenai kontrak berbasis kinerja melalui pelatihan, seminar, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


71

4.4.5 Aspek Pendanaan

Dari aspek pendanaan, terdapat kepastian ketersediaan dana untuk pelaksanaan

kontrak dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau multiyears.

4.4.6 Rangkuman

Dari hasil pembahasan praktek SNVT Metropolitan Medan dalam penanganan

pemeliharaan jalan dapat dirangkum dan diperoleh penilaian kendala dengan skala

likert seperti Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rangkuman praktek SNVT metropolitan Medan dalam penanganan


pemeliharaan jalan

Kontrak Berbasis Kinerja Praktek SNVT Metropolitan Penilaian


Medan Kendala
A. Aspek Hukum
• Berdasarkan metode
pembayaran: lumpsum, harga 2
satua, dan gabungan lumpsum
Jenis kontrak
dan harga satuan
• Berdasarkan jangka waktu: 2
tahun tunggal dan jamak
1. Kontrak
• Tradisional
Tipe kontrak 2
• Terintegrasi
• Perencanaan
• Pengawasan
Bentuk layanan 2
• Pelaksanaan
• Terintegrasi
• Musyawarah
2. Penyelesaian Metode penyelesaian • Mediasi 3
perselisihan perselisihan • Konsiliasi
• Arbitrase
B. Aspek Risiko
Analisis resiko awal
1. Analisis • Tidak ada 4
proyek
resiko dan
manajemen Manajemen resiko
resiko selama proyek • Ada 2
berlangsung

Universitas Sumatera Utara


72

Tabel 4.3 Lanjutan

• Aspek legasl
• Aspek organisasi
Jenis resiko yang
• Aspek teknis 3
dianalisis
• Aspek spasial
• Aspek keuangan
Pihak yang • Pemilik proyek
2. Alokasi resiko 3
mengelola resiko • Penyedia jasa
C Aspek Teknis
Orientasi spesifikasi • Input oriented
2
teknis • Output oriented
1. Spesifikasi
• Persyaratan material
teknis Komponen
• Persyaratan tenaga kerja 2
spesifikasi teknis
• Persyaratan kinerja
• Pelelangan umum
Metode seleksi
• Pemilihan langsung 2
2. Seleksi penyedia jasa
• Penunjukan langsung
penyedia jasa
Penilaian kualifikasi
• Penawar terendah 2
penyedia jasa
Pihak yang
• Pemilik proyek melalui
bertanggungjawab 2
dalam pengawasan konsultan pengawas
3. Pengawasan
Mekanisme • Laporan konsultan
2
pengawasan • Penilaian pemilik proyek
• Berdasarkan volume pekerjaan
Sistem pembayaran 2
4. Pembayaran • Berdasarkan kinerja
• Volume pekerjaan
Dasar pembayaran 2
• Kinerja
Pihak yang
5. Masa • Penyedia jasa 4
bertanggungjawab
pemeliharaan
Jangka waktu masa
• 2 tahun 2
pemeliharaan
D. Aspek Organisasi
1. Sumber Daya Kualifikasi SDM
• Ada 4
Manusia pengelola kontrak
2. Penyebaran Mekanisme
Informasi penyebaran informasi • Ada 2
KBK KBK
E. Aspek Teknis
1. Ketersediaan Kepastian
dana proyek ketersediaan dana • Ada 2
multiyears proyek multiyears

Universitas Sumatera Utara


73

4.5 Hasil Penilaian Responden

Dalam metode AHP diawali dengan penyebaran kuisioner kepada beberapa


responden, dalam hal ini telah dilakukan terhadap 8 responden. Data yang
dikumpulkan dari responden ini adalah data primer hasil kuisioner atau wawancara.
Kedelapan responden tersebut terdiri dari:

1. Kepala BBPJN - I

2. Kabid Perencanaan BBPJN - I

3. Kabid Pengujian dan Peralatan BBPJN - I

4. Kepala SNVT Pelaksana Jalan Nasional Metropolitan

5. PPK – 16 (Medan Barat Cs)

6. PPK – 17 (Medan Timur Cs)

7. PPK – 18 (Medan Selatan Cs)

8. PPK – 19 (Perencana dan Pengawas Jalan Nasional Metropolitan Medan)

4.5.1 Penilaian Aspek Dasar (Level – 1)

Dari hasil wawancara atau interview terhadap responden dengan cara

melakukan pengisian kuesioner dalam menentukan pengaruh kriteria aspek dasar,

diperoleh jawaban berdasarkan skala penilaian yang diberikan pada lembar kuisioner.

Aspek dasar terdiri dari 5 indikator penilaian yaitu aspek hukum, aspek risiko, aspek

teknis, aspek organisasi, dan aspek pendanaan. Adapun jawaban persepsi masing-

masing responden terhadap kriteria aspek dasar ditabelkan yang disajikan pada Tabel

4.4.

Universitas Sumatera Utara


74

Tabel 4.4 Rekapitulasi penilaian aspek dasar

Penilaian Responden
Responden
A:B A:C A:D A:E B:C B:D B:E C:D C:E D:E
R1 4 2 4 2 0.2 1 1 4 2 0.17
R2 1 0.33 7 5 0.33 7 5 9 5 2
R3 7 0.5 5 3 0.14 0.5 0.25 7 5 0.5
R4 8 3 5 2 0.2 0.5 0.5 5 3 0.25
R5 8 7 5 1 1 0.25 1 1 0.2 0.17
R6 5 2 5 2 0.5 0.25 1 2 0.25 0.25
R7 1 0.33 2 0.14 0.14 0.33 1 6 3 0.25
R8 2 0.33 4 0.14 0.14 0.33 0.25 4 3 0.25
Keterangan Tabel 4.4 di atas adalah sebagai berikut:

R adalah responden (dari responden 1 s.d. 8);

A:B adalah perbandingan aspek hukum terhadap aspek risiko;

A:C adalah perbandingan aspek teknis terhadap aspek risiko;

A:D adalah perbandingan aspek hukum terhadap aspek organisasi;

A:E adalah perbandingan aspek hukum terhadap aspek pendanaan;

B:C adalah perbandingan aspek risiko terhadap aspek teknis;

B:D adalah perbandingan aspek risiko terhadap aspek organisasi;

B:E adalah perbandingan aspek risiko terhadap aspek pendanaan;

C:D adalah perbandingan aspek teknis terhadap aspek organisasi;

C:E adalah perbandingan aspek teknis terhadap aspek pendanaan; dan

D:E adalah perbandingan aspek organisasi terhadap aspek pendanaan.

4.5.2 Penilaian Indikator (Level-2)

Dari hasil wawancara atau interview terhadap responden dengan cara

melakukan pengisian kuesioner dalam menentukan pengaruh kriteria indikator

penilaian, diperoleh jawaban berdasarkan skala atau range penilaian yang diberikan

Universitas Sumatera Utara


75

pada lembar kuisioner. Adapun jawaban persepsi masing-masing responden terhadap

kriteria level-2 sebagai berikut:

1. Aspek Hukum

Aspek hukum terdiri dari 2 indikator penilaian yaitu kontrak dan

penyelesaian perselisihan. Adapun jawaban masing-masing responden

yang disajikan Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rekapitulasi penilaian aspek hukum

Penilaian Responden
Responden
A.1 : A.2
R1 7
R2 3
R3 3
R4 2
R5 8
R6 9
R7 1
R8 1

Keterangan Tabel 4.5 di atas adalah sebagai berikut:

A.1:A.2 adalah perbandingan kontrak terhadap penyelesaian risiko.

2. Aspek Risiko

Aspek risiko terdiri dari 2 indikator penilaian yaitu analisis pada awal

proyek dan kegiatan manajemen risiko selama proyek berlangsung, dan

alokasi risiko kepada pihak yang bertanggung jawab. Adapun jawaban

masing-masing responden yang disajikan pada Tabel 4.6.

Universitas Sumatera Utara


76

Tabel 4.6 Rekapitulasi penilaian aspek risiko

Penilaian Responden
Responden
B.1 : B.2
R1 0.2
R2 5
R3 1
R4 6
R5 6
R6 5
R7 3
R8 5

Keterangan Tabel 4.6 di atas adalah sebagai berikut:

B.1:B.2 adalah perbandingan analisis dan manajemen risiko dan alokasi

risiko.

3. Aspek Teknis

Aspek teknis terdiri dari 5 indikator penilaian yaitu spesifikasi teknis,

seleksi penyedia jasa, pengawasan, pembayaran, dan masa pemeliharaan.

Adapun jawaban masing-masing responden yang disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rekapitulasi penilaian aspek teknis

Responden Penilaian Responden


C.1:C.2 C.1:C.3 C.1:C.4 C.1:C.5 C.2:C.3 C.2:C.4 C.2:C.5 C.3:C.4 C.3:C.5 C.4:C.5
R1 7 1 1 1 0.14 0.2 0.2 3 3 1
R2 0.33 1 3 3 3 5 5 3 3 1
R3 0.33 0.2 0.2 1 1 3 5 4 3 1
R4 1 0.25 0.5 0.14 0.2 1 1 2 2 1
R5 0.14 1 0.2 0.14 5 1 1 0.5 1 1
R6 0.14 1 0.2 0.14 5 2 2 1 1 1
R7 2 0.2 1 1 0.33 3 3 6 6 1
R8 0.5 0.25 1 1 3 2 5 4 5 1

Keterangan Tabel 4.7 di atas adalah sebagai berikut:

C.1:C.2 adalah perbandingan spesifikasi teknis dan seleksi penyedia jasa;

C.1:C.3 adalah perbandingan spesifikasi teknis terhadap pengawasan;

Universitas Sumatera Utara


77

C.1:C.4 adalah perbandingan spesifikasi teknis terhadap pembayaran;

C.1:C.5 adalah perbandingan spesifikasi teknis dan masa pemeliharaan;

C.2:C.3 adalah perbandingan seleksi penyedia jasa terhadap pengawasan;

C.2:C.4 adalah perbandingan seleksi penyedia jasa dan pembayaran;

C.2:C.5 adalah perbandingan seleksi penyedia jasa terhadap masa

pemeliharaan;

C.3:C.4 adalah perbandingan pengawasan terhadap pembayaran;

C.3:C.5 adalah perbandingan pengawasan terhadap masa pemeliharaan;

C.4:C.5 adalah perbandingan pembayaran terhadap masa pemeliharaan.

4. Aspek Organisasi

Aspek organisasi terdiri dari 2 indikator penilaian yaitu sumber daya

manusia dan penyebaran informasi kontrak berbasis kinerja. Adapun

jawaban masing-masing responden yang disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rekapitulasi penilaian aspek organisasi

Penilaian Responden
Responden
D.1 : D.2
R1 9
R2 5
R3 2
R4 1
R5 1
R6 2
R7 0.25
R8 4
Keterangan Tabel 4.8 di atas adalah sebagai berikut:

D.1:D.2 adalah perbandingan sumber daya manusia terhadap

penyebaran informasi KBK.

Universitas Sumatera Utara


78

4.5.3 Penilaian Parameter (Level-3)

Dari hasil wawancara atau interview terhadap responden dengan cara

melakukan pengisian kuesioner dalam menentukan pengaruh kriteria parameter

penilaian, diperoleh jawaban berdasarkan skala atau range penilaian yang diberikan

pada lembar kuesioner. Adapun jawaban persepsi masing-masing responden terhadap

kriteria level-3 sebagai berikut:

1. Kontrak

Indikator penilaian kontrak terdiri dari 3 paramater penilaian yaitu jenis

kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan. Adapun jawaban masing-

masing responden yang disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Rekapitulasi penilaian kontrak

Penilaian Responden
Responden
A.1.1 : A.1.2 A.1.1 : A.1.3 A.1.2 : A.1.3
R1 1 1 1
R2 3 5 3
R3 3 1 0.5
R4 1 4 4
R5 1 4 4
R6 1 3 2
R7 0.33 0.5 1
R8 1 1 1

Keterangan Tabel 4.9 di atas adalah sebagai berikut:

A.1.1:A.1.2 adalah perbandingan jenis kontrak terhadap tipe kontrak;

A.1.1:A.1.3 adalah perbandingan jenis kontrak terhadap bentuk layanan;

A.1.1:A.1.2 adalah perbandingan tipe kontrak terhadap bentuk layanan.

Universitas Sumatera Utara


79

2. Analisis dan Manajemen Risiko

Indikator penilaian kontrak terdiri dari 3 paramater penilaian yaitu analisis

risiko awal proyek, manajemen risiko selama proyek berlangsung, dan

jenis risiko yang dianalisis. Adapun jawaban masing-masing responden

yang disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Rekapitulasi penilaian analisis dan manajemen risiko

Penilaian Responden
Responden
B.1.1 : B.1.2 B.1.1 : B.1.3 B.1.2 : B.1.3
R1 7 1 0.33
R2 0.33 1 3
R3 1 3 2
R4 1 1 1
R5 1 1 1
R6 1 1 1
R7 1 2 4
R8 1 4 4

Keterangan Tabel 4.10 di atas adalah sebagai berikut:

B.1.1:B.1.2 adalah perbandingan analisis risiko awal proyek terhadap

manajemen risiko selama proyek berlangsung;

B.1.1:B.1.3 adalah perbandingan analisis risiko awal proyek terhadap jenis

risiko yang dianalisis; dan

B.1.2:B.1.3 adalah perbandingan manajemen risiko selama proyek

berlangsung terhadap jenis risiko yang dianalisis.

Universitas Sumatera Utara


80

3. Spesifikasi Teknis

Indikator penilaian spesifikasi teknis terdiri dari 2 parameter penilaian

yaitu orientasi spesifikasi teknis dan komponen spesifikasi teknis. Adapun

jawaban masing-masing responden yang disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Rekapitulasi penilaian spesifikasi teknis

Penilaian Responden
Responden
C.1.1 : C.1.2
R1 1
R2 2
R3 1
R4 7
R5 7
R6 6
R7 1
R8 2

Keterangan Tabel 4.11 di atas adalah sebagai berikut:

C.1.1:C.1.2 adalah perbandingan orientasi spesifikasi teknis terhadap

komponen spesifikasi teknis

4. Seleksi Penyedia Jasa

Indikator penilaian seleksi penyedia jasa terdiri dari 2 parameter penilaian

yaitu metode seleksi penyedia jasa seperti pelelangan umum, pelelangan

terbatas, penunjukan langsung; dan penilaian kualifikasi penyedia jasa

yang diterapkan dalam seleksi penyedia jasa konstruksi di lingkungan

SNVT Metropolitan Medan Adapun jawaban masing-masing responden

disajikan pada Tabel 4.12.

Universitas Sumatera Utara


81

Tabel 4.12 Rekapitulasi penilaian seleksi penyedia jasa

Penilaian Responden
Responden
C.2.1 : C.2.2
R1 1
R2 3
R3 0.2
R4 0.5
R5 0.17
R6 0.2
R7 0.33
R8 0.2

Keterangan Tabel 4.12 di atas adalah sebagai berikut:

C.2.1:C.2.2 adalah perbandingan metode seleksi penyedia jasa terhadap

penilaian kualifikasi penyedia jasa

5. Pengawasan

Indikator penilaian pengawasan terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu

pihak bertanggung jawab di pengawasan dan mekanisme pengawasan.

Adapun jawaban masing-masing responden disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Rekapitulasi penilaian pengawasan

Penilaian Responden
Responden
C.3.1 : C.3.2
R1 0.14
R2 5
R3 3
R4 7
R5 7
R6 6
R7 1
R8 0.33

Universitas Sumatera Utara


82

Keterangan Tabel 4.13 di atas adalah sebagai berikut:

C.3.1:C.3.2 adalah perbandingan pihak yang bertanggung jawab dalam

pengawasan terhadap mekanisme pengawasan

6. Pembayaran

Indikator penilaian pembayaran terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu

sistem pembayaran dan dasar pembayaran. Adapun jawaban masing-

masing responden yang disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Rekapitulasi penilaian pembayaran

Penilaian Responden
Responden
C.4.1 : C.4.2
R1 5
R2 3
R3 1
R4 2
R5 0.13
R6 0.14
R7 3
R8 1

Keterangan Tabel 4.14 di atas adalah sebagai berikut:

C.4.1:C.4.2 adalah perbandingan sistem pembayaran terhadap dasar

pembayaran

7. Masa Pemeliharaan

Indikator penilaian masa pemeliharaan terdiri dari 2 parameter penilaian

yaitu pihak yang bertanggung jawab dan jangka waktu masa

pemeliharaan. Adapun jawaban masing-masing responden disajikan pada

Tabel 4.15.

Universitas Sumatera Utara


83

Tabel 4.15 Rekapitulasi penilaian masa pemeliharaan

Penilaian Responden
Responden
C.5.1 : C.5.2
R1 1
R2 5
R3 3
R4 7
R5 7
R6 7
R7 1
R8 1

Keterangan Tabel 4.15 di atas adalah sebagai berikut:

C.5.1:C.5.2 adalah perbandingan sistem pembayaran terhadap dasar

pembayaran

Universitas Sumatera Utara


BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Penilaian Bobot Kriteria

Penilaian dari masing-masing kriteria yang terdapat pada bab sebelumnya

dianalisis dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Dilakukan perhitungan matrik.

2. Perhitungan nilai eigen maksimum.

3. Kontrol terhadap indeks konsistensi.

4. Pembobotan kriteria.

5.1.1 Bobot Aspek Dasar Penilaian (Level-1)

Bobot Kontrak Berbasis Kinerja terdiri dari 5 aspek dasar penilaian yaitu aspek

hukum, risiko, teknis, organisasi, dan pendanaan. Sebagai contoh perhitungan

pembobotan aspek dasar tersebut diambil dari salah satu penilaian responden no.5

(R5):

1. Perhitungan matriks

Berdasarkan Tabel 4.4 rekapitulasi penilaian aspek dasar, dibuat matriks

perbandingan berpasangan. Matriks tersebut kemudian dihitung untuk

dilakukan perhitungan nilai eigen maksimum dan hasilnya disajikan pada

Tabel 5.1.

84

Universitas Sumatera Utara


85

Tabel 5.1 Matriks aspek dasar

A B C D E
A 1.00 8.00 7.00 5.00 1.00
B 0.13 1.00 1.00 0.25 1.00
C 0.14 1.00 1.00 1.00 0.20
D 0.20 0.20 1.00 1.00 0.17
E 1.00 1.00 5.00 6.00 1.00
Jumlah 2.47 11.20 15.00 13.25 3.37

2. Perhitungan nilai eigen maksimum

Dari matriks Tabel 5.1 normalisasi dilakukan untuk mendapatkan nilai eigen

dengan membagi nilai masing-masing elemen terhadap penjumlahan dari

masing-masing kolom elemen, kemudian jumlah masing-masing baris dibagi

dengan jumlah kolom jumlah normalisasi yang disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Nilai eigen aspek dasar

Eigen Rasio CI dan


A B C D E Jumlah
value Consistency CR
A 0.41 0.71 0.47 0.38 0.30 2.26 0.45 2.38 5.27
B 0.05 0.09 0.07 0.02 0.30 0.52 0.10 0.56 5.37
C 0.06 0.09 0.07 0.08 0.06 0.35 0.07 0.36 5.16
D 0.08 0.02 0.07 0.08 0.05 0.29 0.06 0.29 5.02
E 0.41 0.09 0.33 0.45 0.30 1.58 0.32 1.57 4.97
Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 25.79
rata-rata 5.16

Nilai eigen maksimum (λ-max) = 5.16

3. Kontrol Indeks Konsistensi

Kontrol nilai rasio konsistensi (CR) harus lebih kecil dari 10% agar hasil

penilaian kuesioner tersebut dapat diterima. Untuk mendapatkan nilai

Universitas Sumatera Utara


86

tersebut, dihitung penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Index

Consistency (IC) dalam Persamaan 3.6 :

− 5.16 − 5
= = = 0.04
−1 5−1

Kemudian hitung nilai indeks rasio konsistensi (CR) = IC/IRC (n), dimana

nilai IRC (n) diperoleh sesuai ordo matriks pada Tabel 3.4:

0.04
= = = 0.04 = 4%
( ) 1.12

Didapat nilai indeks rasio konsistensi (CR) = 4% < 10%, berarti penilaian

kuesioner dapat diterima.

4. Pembobotan Kriteria

Dari hasil pengolahan data hasil kuesioner dari responden no.5 (R5) didapat

pemboboton kriteria dari nilai eigen dengan nilai CR < 10%. Pengolahan data

tersebut dilakukan terhadap penilaian responden lainnya sehingga diperoleh

pembobotan kriteria aspek dasar yang disajikan pada Tabel 5.3 dan statistik

penilaian masing-masing responden terhadap kriteria aspek dasar pada

Gambar 5.1.

Tabel 5.3 Bobot kriteria aspek dasar

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata
A 0.36 0.22 0.30 0.44 0.45 0.41 0.10 0.14 0.30
B 0.09 0.22 0.04 0.05 0.10 0.10 0.09 0.05 0.09
C 0.29 0.46 0.47 0.29 0.07 0.15 0.48 0.44 0.33
D 0.07 0.05 0.07 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
E 0.19 0.05 0.12 0.17 0.32 0.27 0.26 0.31 0.21
CR 0.08 0.06 0.03 0.01 0.04 0.03 0.09 0.08

Universitas Sumatera Utara


87

7
Aspek
pendanaan
6
Aspek
organisasi
5
Aspek teknis
Responden

4
Aspek risiko
3
Aspek hukum
2

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50

Bobot kriteria
Gambar 5.1 Statistik penilaian responden terhadap aspek dasar

5.1.2 Bobot Indikator Penilaian (Level-2)

1. Aspek Hukum

Bobot aspek hukum terdiri dari 2 indikator penilaian yaitu kontrak dan

penyelesaian perselisihan. Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan

eigen maksimum untuk aspek dasar, maka diperoleh pembobotan kriteria aspek

hukum yang disajikan pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.2.

Tabel 5.4 Bobot kriteria aspek hukum

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

A.1 0.88 0.75 0.75 0.67 0.89 0.90 0.50 0.50 0.73

A.2 0.13 0.25 0.25 0.33 0.11 0.10 0.50 0.50 0.27

Universitas Sumatera Utara


88

8
Peny.
7
Perselisihan
6

5
Responden

Kontrak
4

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00


Bobot kriteria
Gambar 5.2 Statistik penilaian responden terhadap aspek hukum

2. Aspek Risiko

Bobot aspek risiko terdiri dari 2 indikator penilaian yaitu analisis pada awal

proyek dan kegiatan manajemen risiko selama proyek berlangsung, dan alokasi

risiko kepada pihak yang bertanggung jawab. Dengan cara yang sama seperti

pada perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar, maka diperoleh

pembobotan aspek risiko yang disajikan pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.3.

Tabel 5.5 Bobot kriteria aspek risiko

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

B.1 0.17 0.83 0.50 0.86 0.86 0.83 0.75 0.83 0.70

B.2 0.83 0.17 0.50 0.14 0.14 0.17 0.25 0.17 0.30

Universitas Sumatera Utara


89

7 Alokasi risiko
6

5
Responden

4
Analisis dan
3 manajemen
risiko
2

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Bobot kriteria

Gambar 5.3 Statistik penilaian responden terhadap aspek risiko

3. Aspek Teknis

Bobot aspek teknis terdiri dari 5 indikator penilaian yaitu spesifikasi teknis,

seleksi penyedia jasa, pengawasan, pembayaran, dan masa pemeliharaan.

Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan eigen maksimum untuk

aspek dasar, maka diperoleh pembobotan aspek teknis disajikan pada Tabel

5.6 dan Gambar 5.4.

Tabel 5.6 Bobot kriteria aspek teknis

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata
C.1 0.24 0.20 0.07 0.08 0.06 0.06 0.14 0.11 0.12
C.2 0.04 0.46 0.34 0.13 0.33 0.42 0.18 0.37 0.28
C.3 0.37 0.20 0.35 0.40 0.12 0.13 0.51 0.32 0.30
C.4 0.18 0.07 0.15 0.16 0.25 0.19 0.08 0.11 0.15
C.5 0.18 0.07 0.09 0.23 0.25 0.21 0.08 0.08 0.15
CR 0.03 0.01 0.08 0.09 0.09 0.08 0.08 0.09

Universitas Sumatera Utara


90

8 Masa
pemeliharaan
7
Pembayaran
6
Pengawasan
5
Responden

4 Seleksi penyedia
jasa
3
Spesifikasi
2 teknis

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

Bobot kriteria

Gambar 5.4 Statistik penilaian responden terhadap aspek teknis

4. Aspek Organisasi

Bobot aspek organisasi terdiri dari 2 indikator penilaian yaitu sumber daya

manusia dan penyebaran informasi kontrak berbasis kinerja. Dengan cara

yang sama seperti pada perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar,

maka diperoleh pembobotan aspek organisasi seperti Tabel 5.7 dan Gambar

5.5.

Tabel 5.7 Bobot kriteria aspek organisasi

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

D.1 0.90 0.83 0.58 0.50 0.50 0.58 0.20 0.80 0.61

D.2 0.10 0.17 0.42 0.50 0.50 0.42 0.80 0.20 0.39

Universitas Sumatera Utara


91

6 Informasi KBK

5
Responden

2 SDM

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00


Bobot kriteria

Gambar 5.5 Statistik penilaian responden terhadap aspek organisasi

5.1.3 Bobot Parameter Penilaian (Level - 3)

1. Kontrak

Bobot indikator kontrak terdiri dari 3 parameter penilaian yaitu jenis kontrak,

tipe kontrak, dan bentuk layanan. Dengan cara yang sama seperti pada

perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar, maka sehingga diperoleh

pembobotan kontrak yang disajikan padaTabel 5.8 dan Gambar 5.6.

Tabel 5.8 Bobot kriteria kontrak

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

A.1.1 0.33 0.63 0.44 0.44 0.44 0.44 0.17 0.33 0.41
A.1.2 0.33 0.26 0.17 0.44 0.44 0.39 0.44 0.33 0.35

A.1.3 0.33 0.11 0.39 0.11 0.11 0.17 0.39 0.33 0.24
CR 0 0.03 0.02 0.00 0.00 0.02 0.02 0.00

Universitas Sumatera Utara


92

7 Bentuk
layanan
6

5 Tipe
Responden

kontrak
4

3
Jenis
2 kontrak

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70

Bobot kriteria

Gambar 5.6 Statistik penilaian responden terhadap kontrak

2. Analisis dan Manajemen Risiko

Bobot indikator analisis dan manajemen risiko terdiri dari 3 parameter

penilaian yaitu analisis risiko awal proyek, manajemen risiko selama proyek

berlangsung, dan jenis risiko yang dianalisis. Dengan cara yang sama seperti

pada perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar, maka diperoleh

pembobotan kendala analisis dan manajemen risiko yang disajikan pada

Tabel 5.9 dan Gambar 5.7.

Tabel 5.9 Bobot kriteria analisis dan manajemen risiko

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata
B.1.1 0.51 0.20 0.44 0.33 0.33 0.33 0.38 0.44 0.37
B.1.2 0.10 0.60 0.39 0.33 0.33 0.33 0.47 0.44 0.38
B.1.3 0.39 0.20 0.17 0.33 0.33 0.33 0.15 0.11 0.25
CR 0.07 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00

Universitas Sumatera Utara


93

8 Jenis risiko
yang
7
dianalisis
6

5 Manajemen
Responden

risiko selama
4 proyek

2 Analisis risiko
awal proyek
1

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70

Bobot kriteria

Gambar 5.7 Statistik penilaian responden terhadap analisis risiko

3. Spesifikasi Teknis

Bobot indikator spesifikasi teknis terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu

orientasi spesifikasi teknis dan komponen spesifikasi teknis. Dengan cara

yang sama seperti pada perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar,

maka diperoleh pembobotan spesifikasi teknis yang disajikan pada Tabel

5.10 dan Gambar 5.8.

Tabel 5.10 Bobot kriteria spesifikasi teknis

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

C.1.1 0.50 0.67 0.50 0.88 0.88 0.86 0.50 0.67 0.68

C.1.2 0.50 0.33 0.50 0.13 0.13 0.14 0.50 0.33 0.32

Universitas Sumatera Utara


94

8
7
6 Komponen
Responden

5 spek.
4
3
Orientasi
2 spek.
1

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00


Bobot kriteria

Gambar 5.8 Statistik Penilaian Responden terhadap Spesifikasi Teknis

4. Seleksi Penyedia Jasa

Bobot indikator seleksi penyedia jasa terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu

metode seleksi penyedia jasa seperti pelelangan umum, pelelangan terbatas,

penunjukan langsung; dan penilaian kualifikasi penyedia jasa yang

diterapkan dalam seleksi penyedia jasa konstruksi di lingkungan SNVT

Metropolitan. Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan eigen

maksimum untuk aspek dasar, maka diperoleh pembobotan seleksi penyedia

jasa yang disajikan pada Tabel 5.11 dan Gambar 5.9.

Tabel 5.11 Bobot kriteria seleksi penyedia jasa

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

C.2.1 0.50 0.75 0.17 0.33 0.14 0.17 0.25 0.17 0.31

C.2.2 0.50 0.25 0.83 0.67 0.86 0.83 0.75 0.83 0.69

Universitas Sumatera Utara


95

7 Penilaian
kualifikasi
6

5
Responden

4
Metode
3 seleksi

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Bobot kriteria

Gambar 5.9 Statistik penilaian responden terhadap seleksi penyedia jasa

5. Pengawasan

Bobot indikator pengawasan terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu pihak

yang bertanggung jawab dalam pengawasan dan mekanisme pengawasan.

Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan eigen maksimum untuk

aspek dasar, maka diperoleh pembobotan pengawasan yang disajikan pada

Tabel 5.12 dan Gambar 5.10.

Tabel 5.12 Bobot kriteria pengawasan

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

C.3.1 0.13 0.83 0.75 0.88 0.88 0.87 0.50 0.25 0.63

C.3.2 0.88 0.17 0.25 0.13 0.13 0.13 0.50 0.75 0.37

Universitas Sumatera Utara


96

7 Mekanisme
pengawasan
6

5
Responden

4 Pihak yang
mengawas
3

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Bobot kriteria

Gambar 5.10 Statistik penilaian responden terhadap pengawasan

6. Pembayaran

Bobot indikator pembayaran terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu sistem

pembayaran dan dasar pembayaran. Dengan cara yang sama seperti pada

perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar, maka diperoleh pembobotan

pembayaran yang disajikan pada Tabel 5.13 dan Gambar 5.11.

Tabel 5.13 Bobot kriteria pembayaran

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

C.4.1 0.83 0.75 0.50 0.67 0.11 0.13 0.75 0.50 0.53

C.4.2 0.17 0.25 0.50 0.33 0.89 0.88 0.25 0.50 0.47

Universitas Sumatera Utara


97

7 Dasar
6 pembayaran

5
Responden

4
Sistem
3 pembayaran

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00


Bobot kriteria
Gambar 5.11 Statistik penilaian responden terhadap pembayaran

7. Masa Pemeliharaan

Bobot indikator masa pemeliharaan terdiri dari 2 parameter penilaian yaitu

pihak yang bertanggung jawab: kontraktor atau owner dan jangka waktu

masa pemeliharaan jalan selama 1 tahun atau lebih. Dengan cara yang sama

seperti pada perhitungan eigen maksimum untuk aspek dasar, maka diperoleh

pembobotan masa pemeliharaan yang disajikan pada Tabel 5.14 dan Gambar

5.12.

Tabel 5.14 Bobot kriteria masa pemeliharaan

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Rata - rata

C.5.1 0.50 0.83 0.75 0.88 0.88 0.88 0.50 0.50 0.71

C.5.2 0.50 0.17 0.25 0.13 0.13 0.13 0.50 0.50 0.29

Universitas Sumatera Utara


98

6 Jangka waktu
pemeliharaan
5

4
Responden

Pihak yang
3 bertanggung
jawab
2

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Bobot kriteria

Gambar 5.12 Statistik penilaian responden terhadap masa pemeliharaan

Parameter penilaian pada level 3 terdiri dari 21 kriteria yaitu: jenis kontrak,

tipe kontrak, bentuk layanan, metode penyelesaian perselisihan, analisis risiko awal

proyek, manajemen risiko selama proyek berlangsung, pihak yang mengelola risiko,

orientasi spesifikasi teknis, dan lain-lain.

Indikator penilaian pada level 2 terdiri 12 kriteria yaitu: kontrak, penyelesaian

perselisihan, analisis dan manejemen risiko, alokasi risiko, spesifikasi teknis, seleksi

penyedia jasa, pengawasan, pembayaran, masa pemeliharaan, SDM, penyebaran

informasi KBK, dan ketersediaan dana.

Aspek dasar penilaian pada level 1 terdiri 5 kriteria yaitu: aspek hukum, aspek

risiko, aspek teknis, aspek organisasi, dan aspek pendanaan. Adapun bobot kriteria

pada masing-masing level dirangkum dalam Gambar 5.13 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


99

Jenis kontrak (41%)

Kontrak (73%) Tipe kontrak (35%)

Aspek
Hukum Bentuk layanan (24%)
(30%)
Penyelesaian Metode penyelesaian
perselisihan (27%) perselisihan (100%)

Analisis risiko awal proyek


(37%)

Analisis dan Manajemen risiko selama


manajemen risiko proyek berlangsung (38%)
(70%)

Aspek Jenis risiko yang dianalisis


Risiko (9%) (25%)

Alokasi risiko Pihak yang mengelola risiko


(30%) (100%)

Orientasi spesiikasi teknis


(68%)
Spesifikasi teknis
(12%)
Komponen spesifikasi teknis
(32%)

Metode seleksi penyedia


jasa (31%)
Seleksi penyedia
jasa (28%)
Penilaian kualifikasi
penyedia jasa (69%)
KBK
Pihak yang bertanggung
Aspek jawab dalam pengawasan
(63%)
Teknis Pengawasan (30%)
(33%) Mekanisme pengawasan
(37%)

Sistem pembayaran (53%)


Pembayaran (15%)
Dasar pembayaran (47%)

Pihak yang bertanggung


Masa jawab (71%)
pemeliharaan
(15%) Jangka waktu masa
pemeliharaan (29%)

Sumber Daya Kualifikasi SDM pengelola


Aspek Manusia (61%) kontrak (100%)
Organisasi Penyebaran
(6%) Mekanisme penyebaran
Informasi KBK informasi KBK 100%)
(39%)

Aspek Ketersediaan dana Kepastian ketersediaan dana


Pendanaan proyek multiyears proyek multiyears (100%)
(100%)
(21%)

Level 1 Level 2 Level 3

Gambar 5.13 Hirarki kriteria penerapan KBK dan bobot kriteria

Universitas Sumatera Utara


100

Dari bobot kriteria aspek-aspek tersebut didapat proporsi pengaruh dalam

penerapan KBK dengan persamaan:

= . . . (5.1)

Sebagai contoh proporsi kriteria penilaian kualifikasi penyedia jasa diperoleh

pada persamaan: . . . 0.69 0.28 0.33 0.06 6%.

Adapun pengaruh kriteria aspek-aspek tersebut seperti Gambar 5.14. Kepastian

ketersediaan dana proyek multiyears (21%) menjadi kriteria paling berpengaruh,

diikuti jenis kontrak (9%), tipe kontrak dan metode penyelesaian perselisihan (8%).
Jenis kontrak

Tipe Kontrak

Bentuk Layanan

Metode penyelesaian perselisihan

Analisis risiko awal proyek

Manajemen risiko selama proyek


berlangsung
9% Jenis risiko yang dianalisis
4% 21% 8%
5% Pihak yang mengelola risiko
2%
Orientasi spesifikasi teknis
8% Komponen spesifikasi teknis

Metode seleksi penyedia jasa

Penilaian kualifikasi penyedia jasa


6% 6% 2%
4% Pihak yang bertanggung jawab dalam
2% 2% pengawasan
1% Mekanisme pengawasan
3% 4% 3% 3%
2% 1% Sistem pembayaran
3% Dasar pembayaran

Pihak yang bertanggung jawab dalam


pemeliharaan
Jangka waktu masa pemeliharaan

Kualifikasi SDM pengelola kontrak

Mekanisme penyebaran informasi KBK

Kepastian ketersediaan dana proyek


multiyears

Gambar 5.14 Pengaruh kriteria aspek dalam penerapan KBK

Universitas Sumatera Utara


101

5.2 Analisa Penilaian Kriteria

5.2.1 Nilai Parameter (Level-3)

Uraian nilai parameter dalam skala likert pada Tabel 4.3 dalam Sub bab 4.4

dikembangkan untuk menghitung nilai kriteria pada level-3 dengan menggunakan

persamaan (Sugiyono, 2009; Wahyudi, 2009):

! " # "⋯ %
= &
(5.2)

di mana Ni adalah nilai kriteria ke-i dalam skala likert, dan n adalah jumlah kriteria

pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Nilai kriteria level-3


Parameter Penilaian Skala Likert Nilai Kriteria
A.1.1 Jenis kontrak 2 40%
A.1.2 Tipe kontrak 2 40%
A.1.3 Bentuk layanan 2 40%
A.2.1 Metode penyelesaian perselisihan 3 60%
B.1.1 Analisis risiko awal proyek 4 80%
B.1.2 Manajemen risiko selama proyek berlangsung 2 40%
B.1.3 Jenis risiko yang dianalisis 3 60%
B.2.1 Pihak yang mengelola risiko 3 60%
C.1.1 Orientasi spesifikasi teknis 2 40%
C.1.2 Komponen spesifikasi teknis 2 40%
C.2.1 Metode seleksi penyedia jasa 2 40%
C.2.2 Penilaian kualifikasi penyedia jasa 2 40%
C.3.1 Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan 2 40%
C.3.2 Mekanisme pengawasan 2 40%
C.4.1 Sistem pembayaran 2 40%
C.4.2 Dasar pembayaran 2 40%
C.5.1 Pihak yang bertanggungjawab 4 80%
C.5.2 Jangka waktu masa pemeliharaan 2 40%
D.1.1 Kualifikasi SDM pengelola kontrak 4 80%
D.2.1 Mekanisme penyebaran informasi KBK 2 40%
E.1.1 Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears 2 40%

Universitas Sumatera Utara


102

5.2.2 Nilai Kriteria Indikator (Level-2)

Penilaian level-2 diperoleh dari nilai kendala level-3 yang telah dikalikan

dengan masing-masing bobot pada level-3 tersebut, dengan menggunakan persamaan

(Saaty, 1986; Wahyudi, 2009):

= '( × ( +' × + ⋯' × (5.3)

1. Kontrak

Penilaian pada indikator kontrak dihitung sebagai berikut:

*.( = '*.(.( × *.(.( + '*.(. × *.(. + '*.(.+ × *.(.+

*.( = 0.40 × 0.41 + 0.40 × 0.35 + 0.40 × 0.24 = 0.40

di mana, P A.1 adalah nilai pada indikator kontrak.

NA.1.1, NA.1.2, NA.1.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter jenis

kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan.

WA.1.1, W A.1.2, W A.1.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter jenis

kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan.

2. Penyelesaian Perselisihan

Penilaian pada indikator penyelesaian perselisihan dihitung sebagai

berikut:

*. = '*. .( × *. .(

*. = 0.60 × 1 = 0.60

di mana, P A.2 adalah nilai pada indikator penyelesaian perselisihan.

NA.2.1 adalah nilai parameter metode penyelesaian perselisihan

WA.2.1 adalah bobot parameter metode penyelesaian perselisihan.

Universitas Sumatera Utara


103

3. Analisis dan Manajemen Risiko

Penilaian pada indikator analisis dan manajemen risiko dihitung sebagai

berikut:

,.( = ',.(.( × ,.(.( + ',.(. × ,.(. + ',.(.+ × ,.(.+

,.( = 0.80 × 0.37 + 0.40 × 0.38 + 0.60 × 0.25 = 0.60

di mana, PB.1 adalah nilai pada indikator analisis dan manajemen risiko.

NB.1.1, NB.1.2, NB.1.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter analisis

risiko awal proyek, manajemen risiko selama proyek berlangsung, dan

jenis risiko yang dianalisis.

WB.1.1, WB.1.2, WB.1.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter analisis

risiko awal proyek, manajemen risiko selama proyek berlangsung, dan

jenis risiko yang dianalisis.

4. Alokasi Resiko

Penilaian pada indikator penyelesaian perselisihan dihitung sebagai

berikut:

,. = ',. .( × ,. .(

,. = 0.60 × 1 = 0.60

di mana, PB.2 adalah nilai pada indikator alokasi risiko.

NB.2.1 adalah nilai parameter pihak yang mengelola risiko.

WB.2.1 adalah bobot parameter metode penyelesaian perselisihan.

5. Spesifikasi Teknis

Penilaian pada indikator spesifikasi teknis dihitung sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


104

.( =' .(.( × .(.( +' .(. × .(.

.( = 0.40 × 0.68 + 0.40 × 0.32 = 0.40

di mana, PC.1 adalah nilai pada indikator spesifikasi teknis.

NC.1.1 dan NC.1.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter orientasi

spesifikasi teknis dan komponen spesifikasi teknis.

WC.1.1 dan W C.1.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter orientasi

spesifikasi teknis dan komponen spesifikasi teknis.

6. Seleksi Penyedia Jasa

Penilaian pada indikator seleksi penyedia jasa dihitung sebagai berikut:

. =' . .( × . .( +' . . × . .

. = 0.40 × 0.31 + 0.40 × 0.69 = 0.40

di mana, PC.2 adalah nilai pada indikator seleksi penyedia jasa.

NC.2.1 dan NC.2.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter metode seleksi

penyedia jasa dan penilaian kualifikasi penyedia jasa.

WC.2.1 dan W C.2.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter metode

seleksi penyedia jasa dan penilaian kualifikasi penyedia jasa.

7. Pengawasan

Penilaian pada indikator pengawasan dihitung sebagai berikut:

.+ =' .+.( × .+.( +' .+. × .+.

.+ = 0.40 × 0.63 + 0.40 × 0.37 = 0.40

di mana, PC.3 adalah nilai pada indikator pengawasan.

Universitas Sumatera Utara


105

NC.3.1 dan NC.3.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter pihak yang

bertanggung jawab dalam pengawasan dan mekanisme pengawasan.

WC.3.1 dan WC.3.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter pihak yang

bertanggung jawab dalam pengawasan dan mekanisme pengawasan.

8. Pembayaran

Penilaian pada indikator pembayaran dihitung sebagai berikut:

.. =' ...( × ...( +' ... × ...

.. = 0.40 × 0.53 + 0.40 × 0.47 = 0.40

di mana, PC.4 adalah nilai pada indikator pembayaran.

NC.4.1 dan NC.4.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter sistem

pembayaran dan dasar pembayaran.

WC.4.1 dan W C.4.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter sistem

pembayaran dan dasar pembayaran.

9. Masa Pemeliharaan

Penilaian pada indikator masa pemeliharaan dihitung sebagai berikut:

.& =' .&.( × .&.( +' .&. × .&.

.& = 0.80 × 0.71 + 0.40 × 0.29 = 0.685

di mana, PC.5 adalah nilai pada indikator masa pemeliharaan.

NC.5.1 dan NC.5.2 adalah berturut-turut dari nilai parameter pihak yang

bertanggung jawab dan jangka waktu masa pemeliharaan.

WC.5.1 dan WC.5.2 adalah berturut-turut dari bobot parameter pihak yang

bertanggung jawab dan jangka waktu masa pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara


106

10. Sumber Daya Manusia

Penilaian pada indikator penyelesaian perselisihan dihitung sebagai

berikut:

/.( = '/.(.( × /.(.(

/.( = 0.80 × 1 = 0.80

di mana, PD.1 adalah nilai pada indikator sumber daya manusia.

ND.1.1 adalah nilai parameter kualifikasi SDM pengelola kontrak.

WD.1.1 adalah bobot parameter kualifikasi SDM pengelola kontrak.

11. Penyebaran Informasi KBK

Penilaian pada indikator penyelesaian perselisihan dihitung sebagai

berikut:

/. = '/. .( × /. .(

/. = 0.40 × 1 = 0.40

di mana, PD.2 adalah nilai pada indikator penyebaran informasi KBK.

ND.2.1 adalah nilai parameter kualifikasi SDM pengelola kontrak.

WD.2.1 adalah bobot parameter kualifikasi SDM pengelola kontrak.

12. Ketersediaan Dana Proyek Multiyears

Penilaian pada indikator penyelesaian perselisihan dihitung sebagai

berikut:

0 .( = '0 .(.( × 0.(.(

0. = 0.40 × 1 = 0.40

Universitas Sumatera Utara


107

di mana, PE.1 adalah nilai pada indikator ketersediaan dana proyek

multiyears.

NE.1.1 adalah nilai parameter kepastian ketersediaan dana proyek

multiyears.

WE.1.1 adalah bobot parameter kepastian ketersediaan dana proyek

multiyears.

Berikut rangkuman nilai kriteria level-2 pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16 Nilai kriteria level-2

Nilai Tingkat
Indikator Penilaian (Level - 2)
Kendala
Kontrak 40%
Penyelesaian Perselesihan 60%
Analisis dan Manajemen Risiko 60%
Alokasi Risiko 60%
Spesifikasi Teknis 40%
Seleksi Penyedia Jasa 40%
Pengawasan 40%
Pembayaran 40%
Masa Pemeliharaan 68.5%
Sumber Daya Manusia 80%
Penyebaran Informasi KBK 40%
Ketersediaan Dana Proyek Multiyears 40%

5.2.3 Nilai Aspek Dasar (Level-1)

Penilaian level-1 diperoleh dari nilai kendala level-2 yang telah dikalikan

dengan masing-masing bobot pada level-2 tersebut.

1. Aspek Hukum

Penilaian pada aspek hukum dihitung sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


108

* = '*.( × *.( + '*. × *.

* = 0.40 × 0.73 + 0.60 × 0.27 = 0.45

di mana, P A adalah nilai pada aspek hukum.

NA.1 dan NA.2 adalah berturut-turut dari nilai indikator kontrak dan

penyelesaian perselisihan.

WA.1 dan WA.2 adalah berturut-turut dari bobot indikator kontrak dan

penyelesaian perselisihan.

2. Aspek Risiko

Penilaian pada aspek risiko dihitung sebagai berikut:

, = ',.( × ,.( + ',. × ,.

, = 0.60 × 0.70 + 0.60 × 0.30 = 0.60

di mana, PB adalah nilai pada aspek hukum.

NB.1 dan NB.2 adalah berturut-turut dari nilai indikator analisis dan

manajemen risiko dan alokasi risiko.

WB.1 dan WB.2 adalah berturut-turut dari bobot indikator analisis dan

manajemen risiko dan alokasi risiko.

3. Aspek Teknis

Penilaian pada aspek teknis dihitung sebagai berikut:

=' .( × .( +' . × . +' .+ × .+ + ' .. × .. + ' .& × .&

= 0.4 × 0.12 + 0.4 × 0.28 + 0.4 × 0.30 + 0.4 × 0.15 + 0.71 × 0.15

= 0.44

Universitas Sumatera Utara


109

di mana, PC adalah nilai pada aspek hukum.

NC.1, NC.2, NC.3, NC.4, dan NC.5 adalah berturut-turut dari nilai indikator

spesifikasi teknis, seleksi penyedia jasa, pengawasan, pembayaran, dan

masa pemeliharaan.

WC.1, WC.2, WC.3, WC.4, dan WC.5 adalah berturut-turut dari bobot

indikator spesifikasi teknis, seleksi penyedia jasa, pengawasan,

pembayaran, dan masa pemeliharaan.

4. Aspek Organisasi

Penilaian pada aspek organisasi dihitung sebagai berikut:

/ = '/.( × /.( + '/. × /.

/ = 0.80 × 0.61 + 0.40 × 0.39 = 0.65

di mana, PD adalah nilai pada aspek organisasi.

ND.1 dan ND.2 adalah berturut-turut dari nilai indikator sumber daya

manusia dan penyebaran informasi KBK.

WD.1 dan WD.2 adalah berturut-turut dari bobot indikator sumber daya

manusia dan penyebaran informasi KBK.

5. Aspek Pendanaan

Penilaian pada aspek pendanaan dihitung sebagai berikut:

0 = '0.( × 0.(

0 = 0.40 × 1 = 0.40

di mana, PE adalah nilai pada aspek organisasi.

NE.1 adalah nilai indikator ketersediaan dana proyek multiyears.

Universitas Sumatera Utara


110

WE.1 adalah bobot indikator ketersediaan dana proyek multiyears.

Berikut rangkuman nilai kriteria level-1 pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17 Nilai kendala level-1


Aspek Dasar (Level-1) Nilai
Aspek Hukum 45%
Aspek Risiko 60%
Aspek Teknis 44%
Aspek Organisasi 65%
Aspek Pendanaan 40%

5.2.4 Nilai Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja

Penilaian pada penerapan KBK dihitung sebagai berikut:

= '* × * + ', × , +' × + '/ × / + '0 × 0

= 0.45 × 0.30 + 0.6 × 0.09 + 0.44 × 0.33 + 0.65 × 0.06 + 0.4 × 0.21

= 0.464

di mana, P adalah nilai penerapan kontrak berbasis kinerja.

NA, NB, NC, ND, dan NE adalah berturut-turut dari nilai aspek hukum, risiko,

teknis, organisasi, dan pendanaan.

WA, W B, WC, WD, dan WE adalah berturut-turut dari bobot aspek hukum,

risiko, teknis, organisasi, dan pendanaan.

Adapun rangkuman nilai kriteria penerapan kontrak berbasis kinerja dari

beberapa aspek dasar (level-1), indikator penilaian (level-2), dan parameter

penilaian (level-3) seperti Gambar 5.15.

Universitas Sumatera Utara


111

• Jenis kontrak (40%)


Aspek a. Kontrak (40%) • Tipe kontrak (40%)
Hukum • Bentuk layanan (40%)
(45%) b. Penyelesaian • Metode penyelesaian
perselisihan (60%) perselisihan (60%)
• Analisis risiko awal proyek
(80%)
a. Analisis dan
manajemen risiko • Manajemen risiko selama
Aspek Risiko proyek berlangsung (40%)
(60%)
(60%) • Jenis risiko yang dianalisis
(60%)
b. Alokasi risiko • Pihak yang mengelola risiko
(60%) (60%)
• Orientasi spesifikasi teknis
(40%)
Penerapan KBK (46.40%)

a. Spesifikasi teknis
(40%) • Komponen spesifikasi teknis
(40%)
• Metode seleksi penyedia jasa
b. Seleksi penyedia (40%)
jasa (4 0%) • Penilaian kualifikasi penyedia
jasa (40%)
Aspek • Pihak yang bertanggungjawab
Teknis (44%) dalam pengawasan (40%)
c. Pengawasan (40%)
• Mekanisme pengawasan (40%)
d. Pembayaran (40%) • Sistem pembayaran (40%)
• Dasar pembayaran (40%)
e. Masa • Pihak yang bertanggungjawab
pemeliharaan (80%)
(68.5%) • Jangka waktu masa
pemeliharaan (40%)
a. Sumber Daya • Kualifikasi SDM pengelola
Aspek Manusia (80%) kontrak (80%)
Organisasi b. Penyebaran
(65%) Informasi KBK • Mekanisme penyebaran
informasi KBK (40%)
(40%)
Aspek a. Ketersediaan dana
• Kepastian ketersediaan dana
Pendanaan proyek multiyears
proyek multiyears (40%)
(40%) (40%)

Gambar 5.15 Nilai kriteria aspek-aspek penerapan KBK

Universitas Sumatera Utara


112

5.3 Mapping Nilai Kriteria dengan Peta Kendala

Setelah diketahuinya nilai kriteria aspek-aspek penerapan kontrak berbasis

kinerja dalam penanganan pemeliharaan jalan beserta bobot kriteria aspek-aspek

tersebut dari hasil analisis AHP, maka akan dilakukan mapping untuk melihat

kendala yang ada secara keseluruhan dalam penerapan kontrak berbasis kinerja di

jalan nasional metropolitan Medan.

Mapping ini didasarkan pada hirarki kriteria penerapan KBK dan bobot

kriteriaaspek-aspek penerapan kontrak berbasis kinerja pada Gambar 5.13 dengan

nilai kendala kriteria aspek-aspek tersebut pada Gambar 5.15. Dalam peta kendala

akan diberi arsiran warna sesuai dengan penilaian tingkat kendala pada Tabel 5.18.

Tabel 5.18 Kategori kendala (Wahyudi, 2009)

No Warna Keterangan

1 Kendala kuat sekali(83.26 - 100%)

2 Kendala kuat (66.6 - 83.25%)

3 Kendala sedang (49.98 - 66.5%)

4 Kendala lemah (33.3 - 49.97%)

5 Kendala kurang (16.66 - 33.2%)

6 Kendala kurang sekali (0 - 16.6%)

Dari kategori kendala di atas, maka dapat diklasifikasikan bobot kendala kriteria

pada masing-masing level. Adapun mapping dari kendala kriteria dengan peta

kendala dapat dilihat pada Gambar 5.16.

Universitas Sumatera Utara


113

• Jenis kontrak (41%)


c. Kontrak (73%) • Tipe kontrak (35%)
Aspek • Bentuk layanan (24%)
Hukum
(30%) d. Penyelesaian • Metode penyelesaian
perselisihan (27%) perselisihan (100%)

• Analisis risiko awal proyek


(37%)
c. Analisis dan
manajemen risiko • Manajemen risiko selama
Aspek Risiko proyek berlangsung (38%)
(70%)
(9%) • Jenis risiko yang dianalisis
(25%)
d. Alokasi risiko • Pihak yang mengelola risiko
(30%) (100%)
• Orientasi spesifikasi teknis
f. Spesifikasi teknis (68%)
(12%) •
Penerapan KBK

Komponen spesifikasi teknis


(32%)
• Metode seleksi penyedia jasa
g. Seleksi penyedia (31%)
jasa (28%) • Penilaian kualifikasi penyedia
jasa (69%)
Aspek • Pihak yang bertanggungjawab
Teknis (33%) dalam pengawasan (63%)
h. Pengawasan (30%)
• Mekanisme pengawasan (37%)
i. Pembayaran (15%) • Sistem pembayaran (53%)
• Dasar pembayaran (47%)
j. Masa • Pihak yang bertanggungjawab
pemeliharaan (71%)
(15%) • Jangka waktu masa
pemeliharaan (29%)
c. Sumber Daya • Kualifikasi SDM pengelola
Aspek Manusia (61%) kontrak (100%)
Organisasi d. Penyebaran
(6%) • Mekanisme penyebaran
Informasi KBK
informasi KBK (100%)
(39%)
Aspek b. Ketersediaan dana
• Kepastian ketersediaan dana
Pendanaan proyek multiyears
proyek multiyears (100%)
(21%) (100%)
Gambar 5.16 Mapping nilai tingkat kendala

Universitas Sumatera Utara


114

Dari Gambar 5.16 dapat dideskripsikan bahwa parameter analisis risiko awal

proyek, pihak yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan, dan kualifikasi SDM

pengelola kontrak memiliki kendala agak kuat. Adapun uraian kendala parameter

tersebut sebagai berikut:

1. Analisis risiko awal proyek

Tidak dilakukannya analisis risiko awal proyek menjadi kendala dalam

kesiapan penerapan KBK. Adapun bentuk risiko tersebut:

a. Perubahan lingkup kerja atau asumsi dalam perhitungan desain, sehingga

mengakibatkan kesalahan dalam estimasi biaya

b. Kurangnya komunikasi dengan stake holder yang memiliki infrastruktur

lain seperti pipa, kabel, dan sebagainya.

c. Kurangnya pengetahuan mengenai prosedur atau perijinan

Adapun kendala di atas sudah diatur dalam Syarat Syarat Umum Kontrak

(SSUK) pada Dirjen Bina Marga (2012) sebagai berikut:

a. PPK berkewajiban untuk menyerahkan lokasi kerja sesuai dengan

kebutuhan penyedia yang tercantum dalam rencana kerjanya untuk

melaksanakan pekerjaan tanpa ada hambatan kepada penyedia sebelum

SPMK diterbitkan. Penyerahan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan

pemeriksaan lapangan bersama. Hasil pemeriksaan dan penyerahan

dituangkan dalam berita acara penyerahan lokasi kerja.

Universitas Sumatera Utara


115

b. Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan hal-hal yang dapat

mengakibatkan perubahan isi Kontrak maka perubahan tersebut harus

dituangkan dalam adendum Kontrak.

c. Jika PPK tidak dapat menyerahkan lokasi kerja sesuai kebutuhan

penyedia yang tercantum dalam rencana kerjanya untuk melaksanakan

pekerjaan, maka kondisi ini ditetapkan sebagai Peristiwa Kompensasi.

2. Pihak yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan

Penyedia jasa yang menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam

pemeliharaan belum melakukan pekerjaan tersebut dengan maksimal. Hal

ini juga sudah diatur dalam SSUK sebagai berikut:

a. PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil

pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak dan diterima

oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

b. Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima perseratus)

dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan

retensi selama masa pemeliharaan, atau pembayaran dilakukan sebesar

100% (seratus perseratus) dari nilai kontrak dan penyedia harus

menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari

nilai kontrak.

c. Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan

sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


116

d. Apabila penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan

sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang retensi

untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan Jaminan

Pemeliharaan.

e. Penyedia diwajibkan memberikan petunjuk kepada PPK tentang

pedoman pengoperasian dan perawatan/pemeliharaan sesuai dengan

SSKK.

f. Apabila penyedia tidak memberikan pedoman pengoperasian dan

perawatan/pemeliharaan, PPK berhak menahan uang retensi atau

Jaminan Pemeliharaan.

3. Kualifikasi SDM pengelola kontrak

Kurangnya SDM yang berkemampuan dalam bidang hukum untuk

mengelola proyek pemeliharaan jalan. Hal ini tentu mempengaruhi

keberhasilan penerapan KBK dalam mengalokasikan risiko dalam bentuk

perjanjian kontrak.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Beberapa kelebihan penerapan KBK sebagai kontrak alternatif dalam

penanganan pemeliharaan jalan yaitu, aspek hukum seperti mengurangi klaim

dan amandemen kontrak akibat perubahan kuantitas pekerjaan; aspek

risiko,seperti mengurangi risiko bagi pemilik proyek; aspek teknis seperti

pemeliharaan yang tepat waktu; aspek organisasi dapat mengelola jalan

dengan jumlah staff yang lebih sedikit; dan aspek pendanaan seperti

mengurangi biaya administrasi, overhead, dan pengawasan.

2. Dari implementasi AHP diperoleh kepastian ketersediaan dana proyek

multiyears (21%) menjadi aspek yang menjadi prioritas dalam penerapan

KBK, diikuti jenis kontrak (9%), serta tipe kontrak dan metode penyelesaian

perselisihan (8%).

3. Penilaian kriteria aspek terbesar (80%) yang merupakan kategori kendala kuat

adalah analisis risiko awal proyek, pihak yang bertanggung jawab dalam

pemeliharaan, dan kualifikasi SDM. Sedangkan besaran nilai penerapan KBK

46.40% termasuk kategori kendala lemah.

117

Universitas Sumatera Utara


118

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran untuk instansi terkait

dan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya seperti:

1. Ketersediaan pendanaan untuk proyek multi years harus dipastikan mengingat

pendanaan KBK ini membutuhkan biaya yang besar.

2. Ada beberapa kriteria aspek yang perlu diperhatikan demi kelancaran

penerapan KBK seperti analisis risiko awal proyek, pihak yang bertanggung

jawab dalam pemeliharaan, dan kualifikasi SDM.

3. Analisis penerapan KBK perlu ditinjau untuk lingkup yang lebih luas baik

dari pengguna jasa maupun penyedia jasa.

4. Perlu dianalisis lebih lanjut setelah penerapan KBK, apakah ada aspek-aspek

tambahan yang perlu ditinjau lagi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Keuangan. 2012. “Performance Based Contract: Solusi Pekerjaan Perawatan Jalan”.

Meningkatkan Efektifitas Penanganan Jalan”. Majalah Keuangan Sektor Publik.

Jakarta

Dirjen Bina Marga. (2012). "Dokumen Pemilihan Kontrak Berbasis Kinerja (Pekerjaan

Terintegrasi) - Paket: Semarang - Bawen". Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional

Metropolitan Semarang.

Dirjen Bina Marga. (2013). "Dokumen Pengadaan Kontrak Berbasis Kinerja / KBK

(Performance Based Contract) Pekerjaan Terintegrasi". Kementerian Pekerjaan Umum.

Jakarta

Dirjen Bina Marga. (2013). "Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) di Kota Metropolitan".

Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta

Dirjen Bina Marga. (2013). "Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) Untuk

Pengadaan Jasa Konstruksi Pekerjaan Jalan di Indonesia". Kementerian Pekerjaan

Umum. Jakarta

Firdaus, M.A., (2008), "Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian",

http://azisartikel.blogspot.com.

Harian SIB. 2015. “Jalan Rusak, Warga Jalan Pancing I Medan Tembung Tanam Pohon Pisang di

Jalan”. Medan

Henning, T. dan Miller, G. 2011. “Kontrak Berbasis Kinerja untuk Mengelola Pemeliharaan Jalan

Raya di Indonesia”. Jurnal Prakarsa Infrastruktur Indonesia. Kemitraan Australia

Indonesia. Jakarta
119

Universitas Sumatera Utara


120

Hossain, M.F. Adnan, Z.H. dan Hasin, M.A.A. 2014. "Improvement in Weighting Assignment

Process in Analytic Hierarchy Process by Introducing Suggestion Matrix and Likert

Scale". Department of Industrial and Production Engineering. University of

Engineering and Technology Dhaka. Bangladesh

Kania, B. 2006. “Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah dan Kontraktor

Indonesia dalam Penerapan Metoda Kontrak Berbasis Kinerja (KBK)”, Institut

Teknologi Bandung. Bandung

Kementerian Keuangan. (2010). PMK no.56 / PMK.02 / 2010 tentang Tata Cara Pengajuan

Persetujuan Kontrak Tahun Jamak (Multiyears)

Kuswanda, W. P. 2008. “Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja pada Pekerjaan Perbaikan Tanah

Lunak”. Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ-10). Surabaya

Muis, Z.A., dan Rasidi, S. 2010. "Deep-Lift Insitu Pavement Recycling sebagai Alternatif Teknik

Rehabilitasi Jalan di Provinsi Sumatera Utara", Seminar Perkembangan Terkini Teknologi

Bahan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

P2JN Jawa Tengah. 2015. " Penjelasan Teknis Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Karangnongko

(Batas DIY) - Wagon Provinsi Jawa Tengah". Perencana dan Pengawas Jalan Nasional

Jawa Tengah

Pakkala, P. 2005. “Performance-based Contracts – International Experiences”. Finnish Road

Administration. TRB Workshop Presentation. Wshington, D.C

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 13 / PRT / M / 2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan

Penilikan Jalan

Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Universitas Sumatera Utara


121

Putri, I.D.A.N.A. 2011. "Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten

Bangli". Pasca Sarjana Teknik Sipil. Universitas Udayana

Ritonga, E.D.E. 2011. "Kajian Kriteria Penanganan Jalan Nasional Lintas Timur Provinsi

Sumatera Utara". Pasca Sarjana Teknik Sipil. Universitas Sumatera Utara

Saaty, T.L. 1986, “Decision Making for Leaders The Analythical Hierarchy Process for Decision

in Complex Word”, University Of Pitsburgh. United States

Stankevich, N., Qureshi, N., and Queiroz, C. 2005. “Performance-based Contracting for

Preservation and Improvement of Road Assets”. The World Bank, Washington, DC.

United States

Sugiyono. 2009. "Metode Penelitian Kuantitatif", Bandung: Alfabeta

Team PBC Pelaksana Wilayah - I (Kota Medan). 2013. “Identifikasi Jaringan Jalan dan Skenario

Penanganan dengan Road Deterioration Model dalam Rangka Penerapan PBC di

Metropolitan Medan”. Seminar Nasional Teknik Jalan. Medan

Team PBC Pelaksana Wilayah - I (Kota Medan). 2013. “Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja

pada Penyelenggaraan Jalan Metropolitan Medan”. Seminar Nasional Teknik Jalan.

Medan

Undang - Undang no.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Undang - Undang no.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Wahyudi, S. 2009. “Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) untuk

Meningkatkan Efektifitas Penanganan Jalan”. Fakultas Teknik Sipil. Universitas

Indonesia. Depok

Universitas Sumatera Utara


122

Wirahadikusumah, R. D. dan Abduh, M. 2003. “Metoda Kontrak Inovatif untuk Peningkatan

Kualitas Jalan: Peluang dan Tantangan”. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan.

Universitas Teknologi Bandung. Bandung

Zietlow, G. 2004. “Implementing Performance-based Road Management and Maintenance

Contracts in Developing Countries – An Instrument of German Technical

Cooperation”. Eschborn. Germany

Zietlow, G. 2007. “Performance-based Road Management and Maintenance Contracts -

Worldwide Experience". International Seminar on Road Financing and Investment.

Arusha, Tanzania.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Draft Form Wawancara Penelitian

ANALISIS PRIORITAS ASPEK-ASPEK PENERAPAN


KONTRAK BERBASIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Jalan Nasional Metropolitan Medan)

FORM WAWANCARA PENELITIAN

OLEH:
OLIM S. M. PURBA
13 7016 003

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


A. PENDAHULUAN
Pada saat ini Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN-I)
selaku pembina dan pengelola jalan nasional di wilayah Provinsi Sumatera
Utara dalam melaksanakan pemeliharaan jalan masih memisahkan tahap
desain, konstruksi dan pemeliharaannya, baik untuk pemeliharaan rutin
maupun berkala. Untuk pemeliharaan rutin dilakukan dengan cara swakelola,
sedangkan untuk pemeliharaan berkala dilakukan dengan cara dikontrakkan.
Kontrak tersebut memakai sistem satuan harga (unit price) dan mensyaratkan
spesifikasi teknis tertentu yang harus digunakan oleh penyedia jasa
(kontraktor).
Salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan prasarana jalan yang
berkualitas adalah peningkatan kegiatan pengendalian mutu (quality control)
oleh tim pengawas atau konsultan supervisi. Disamping mengkaji masalah
pengawasan pelaksanaan pekerjaan, pihak pengelola jalan sedang mulai
mengkaji alternatif lain untuk meningkatkan kualitas jalan, salah satunya
adalah dengan mengkaji metode kontrak yang inovatif, yaitu metode-metode
kontrak yang didalamnya mempertimbangkan aspek kinerja hasil pekerjaan.
Dalam kontrak tradisional (konvensional), risiko-risiko yang berkaitan dengan
mutu hasil pekerjaan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik pekerjaan,
sehingga untuk pekerjaan yang tidak sesuai umur rencana pemilik pekerjaan
melakukan banyak penambahan biaya agar jalan tersebut tetap terpelihara,
pada kontrak berbasis kinerja risiko-risiko tersebut dialihkan kepada penyedia
jasa, maka perlu diteliti pengaruh penerapan kontrak berbasis kinerja
(performance based contract) terhadap pemeliharan infrastruktur jalan.
Melalui draft wawancara dan kuesioner ini, peneliti akan menghimpun
informasi mengenai kesiapan pengelola jalan nasional metropolitan Medan
dalam penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK). Peneliti mengharapkan
kerja sama dari para responden dalam memberikan jawaban dari pertanyaan
dalam draft wawancara ini.

Universitas Sumatera Utara


B. DATA IDENTITAS RESPONDEN
Identitas Responden
1. Nama Responden : ...................................................................................
2. Jabatan/Divisi : ...................................................................................
3. Pendidikan Terakhir : a. D3 b. S1 c. S2 d. S3
4. Lama Bekerja : ....................................................................................
5. Tanda Tangan :

Identitas Perusahaan/Instansi
6. Nama Perusahaan/Instansi: ...........................................................................
7. Alamat : ...................................................................................

C. PERTANYAAN
Berikut beberapa pertanyaan mengenai aspek-aspek kontrak yang telah
diterapkan SNVT Metropolitan Medan selama ini, serta penilaian anda terhadap
aspek-aspek tersebut dengan menggunakan skala linkert sebagai berikut:
Skala 1 : kendala lemah sekali (kategori baik sekali 0 - 20%)
Skala 2 : kendala lemah (kategori baik 21 - 40%)
Skala 3 : kendala sedang (kategori biasa 41 - 60%)
Skala 4 : kendala kuat (kategori buruk 61 - 80%)
Skala 5 : kendala kuat sekali (kategori buruk sekali 81 - 100%)

1. Aspek Hukum
a. Kontrak
1. Apa saja jenis kontrak berdasarkan bentuk imbalan yang diatur dalam peraturan
dan kebijakan di lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Lumpsum
Harga satuan
Gabungan lumpsum dan harga satuan
Terima jadi (turnkey)
Persentase

Bagaimana penilaian Anda kendala jenis-jenis kontrak tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


2. Apa saja jenis kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan yang diatur
dalam peraturan dan kebijakan di lingkungan BBPJN-I pada SNVT
Metropolitan Medan?
Tahun jamak
Tahun tunggal

Bagaimana penilaian Anda kendala kontrak tahun tunggal/jamak:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

3. Apa saja tipe kontrak yang diatur dalam peraturan dan kebijakan di lingkungan
BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Tradisional: memisahkan perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan
(Kontrak Tradisional,Kontrak Building, Kontrak Alliance)
Terintegrasi: perencanaan dan konstruksi digabung (Kontrak
Design&Build, Kontrak Turnkey, General Contracting, Kontrak Alliance)
Lifecycle: perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan digabung (Kontrak
Design, Build, & maintenance; Kontrak BOT, Kontrak Alliance)

Bagaimana penilaian Anda kendala penerapan tipe kontrak tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

4. Apa saja bentuk layanan jasa konstruksi yang diatur dalam peraturan dan
kebijakan di lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Perencanaan
Pengawasan
Pelaksanaan
Terintegrasi (perencanaan, pengawasan, pelaksanaan)

Bagaimana penilaian Anda kendala layanan jasa konstruksi tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

b. Penyelesaian Perselisihan
5. Apa saja metode penyelesaian perselisihan yang diatur dalam peraturan
kebijakan dan lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Musyawarah
Mediasi
Konsiliasi
Arbitrase
Pengadilan

Bagaimana penilaian Anda kendala metode penyelesaian perselisihan:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


2. Aspek Resiko

e. Analisis dan Manajemen Resiko


6. Apakah dilakukan analisis resiko detail diawal proyek pemeliharaan jalan?
Ya
Tidak

Jika Ya, bagaimana penilaian Anda kendala pada analisis resiko tersebut:
Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

7. Apakah dilakukan manajemen resiko selama proyek pemeliharaan jalan


berlangsung?
Ya
Tidak

Jika Ya, bagaimana penilaian Anda kendala penerapan manajemen tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

8. Apa saja bentuk resiko yang dianalisis dalam proyek pemeliharaan jalan?
Aspek legal: tidak adanya atau kurangnya pengetahuan mengenai prosedur
atau perijinan.
Aspek organisasi: tidak adanya atau kurangnya komunikasi, tidak jelasnya
kebutuhan pemilik proyek, adanya pihak lain yang terlibat.
Aspek teknis: terjadinya perubahan lingkup kerja atau perubahan asumsi
dalam perhitungan desain.
Aspek spasial: studi dampak lingkungan, adanya infrastruktur lain seperti
pipa, kabel, dsb.
Aspek keuangan: adanya kesalahan dalam estimasi biaya atau biaya yang
tersedia tidak cukup.
Aspek politik: perubahan dalam kebijakan politik atau perubahan prioritas.

Bagaimana penilaian Anda kendala bentuk resiko yang dianalisis:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

f. Alokasi Resiko
9. Siapa pihak yang mengelola dan bertanggung jawab terhadap resiko yang ada?
Owner
Penyedia Jasa

Bagaimana penilaian Anda kendala pihak pengelola tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


3. Aspek Teknis

g. Spesifikasi Teknis
10. Apa yang menjadi orientasi spek. Teknis dalam peraturan dan kebijakan di
lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Input oriented: menjelaskan secara detail tata cara pelaksanaan pekerjaan
yang harus dilakukan penyedia jasa.
Output oriented: owner tidak memaparkan secara detail bagaimana tata
cara pelaksanaan pekerjaan akan tetapi hanya menjelaskan output yang
diinginkan.

Bagaimana penilaian Anda kendala orientasi spek teknis tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

11. Komponen spesifikasi dalam peraturan dan kebijakan di lingkungan BBPJN-I


pada SNVT Metropolitan Medan?
Persyaratan material
Persyaratan tenaga kerja
Persyaratan kinerja
Dll

Bagaimana penilaian Anda kendala komponen-komponen tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

h. Seleksi Penyedia Jasa


12. Metode seleksi penyedia jasa yang diatur dalam peraturan dan kebijakan di
lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Pelelangan umum
Pelelangan terbatas
Pemilihan langsung
Penunjukan langsung

Bagaimana penilaian Anda kendala metode seleksi penyedia jasa:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

13. Penilaian kualifikasi/evaluasi penawaran yang diatur dalam peraturan dan


kebijakan di lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan?
Penawar terendah
Best value: penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik

Bagaimana penilaian Anda kendala kualifikasi penawaran tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


i. Sistem Pengawasan
14. Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan?
Owner melalui konsultan pengawas
Kontraktor

Bagaimana penilaian Anda kendala pihak tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

15. Bagaimana mekanisme pengawasan yang dilakukan?


Konsultan pengawas membuat report hasil pengawasan dan diserahkan
kepada owner
Owner menyusun rencana penilaian kelayakan kinerja kontraktor yang akan
disesuaikan dengan penilaian kinerja yang dilakukan oleh kontraktor.

Bagaimana penilaian Anda kendala mekanisme pengawasan:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

j. Pembayaran
16. Bagaimana sistem pembayaran yang berlaku?
Berdasarkan volume pekerjaan yang telah diselesaikan dengan sistem
pembayaran harga unit (unit price) dengan volume tetap.
Berdasarkan kinerja yang memenuhi standar kinerja dengan sistem
lumpsum, output terukur misalnya: luas, tidak ada lubang.

Bagaimana penilaian Anda kendala sistem pembayaran tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

17. Apa yang menjadi dasar pembayaran?


Volume pekerjaan yang telah diselesaikan.
Kinerja yang memenuhi standar kinerja.

Bagaimana penilaian Anda kendala dasar pembayaran tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

k. Pemeliharaan
18. Siapakah pihak yang bertanggung jawab dalam masa pemeliharaan?
Owner
Kontraktor

Bagaimana penilaian Anda kendala pihak tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


19. Berapa jangka waktu masa pemeliharaan?
1 tahun
2 tahun

Bagaimana penilaian Anda kendala jangka waktu pemeliharaan tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

4. Aspek Organisasi

l. Kualifikasi SDM
20. Apakah SDM ada di lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan
yang mengelola kontrak memiliki kemampuan dalam bidang hukum?
Ya
Tidak

Jika Ya, bagaimana penilaian Anda kendala SDM tersebut:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

21. Apakah bidang hukum yang mengatur mengenai KBK menjadi salah satu
kualifikasi SDM pengelola proyek pemeliharaan jalan?
Ya
Tidak

m. Penyebaran Informasi
22. Apakah di lingkungan BBPJN-I pada SNVT Metropolitan Medan telah
dilakukan penyebaran informasi mengenai konsep KBK?
Ya
Tidak

Jika Ya, bagaimana penilaian Anda kendala penyebaran informasi KBK:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

23. Apa mekanisme penyebaran informasi mengenai konsep KBK ini dilakukan?
Pelatihan
Seminar
Dll, ___________________

Bagaimana penilaian Anda kendala mekanisme penyebaran informasi KBK:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


5. Aspek Pendanaan

n. Jaminan ketersediaan dana


24. Apakah terdapat kepastian ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak
dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun/multiyears?
Ya
Tidak

Bagaimana penilaian Anda kendala ketersediaan dana:


Lemah sekali Lemah Sedang Kuat Kuat sekali

Catatan :

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Draft Form Kuesioner Penelitian

ANALISIS PRIORITAS ASPEK-ASPEK PENERAPAN


KONTRAK BERBASIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Jalan Nasional Metropolitan Medan)

FORM KUESIONER PENELITIAN

OLEH:
OLIM S. M. PURBA
13 7016 003

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


A. PENDAHULUAN
Pada saat ini Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN-I)
selaku pembina dan pengelola jalan nasional di wilayah Provinsi Sumatera
Utara dalam melaksanakan pemeliharaan jalan masih memisahkan tahap
desain, konstruksi dan pemeliharaannya, baik untuk pemeliharaan rutin
maupun berkala. Untuk pemeliharaan rutin dilakukan dengan cara swakelola,
sedangkan untuk pemeliharaan berkala dilakukan dengan cara dikontrakkan.
Kontrak tersebut memakai sistem satuan harga (unit price) dan mensyaratkan
spesifikasi teknis tertentu yang harus digunakan oleh penyedia jasa
(kontraktor).
Salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan prasarana jalan yang
berkualitas adalah peningkatan kegiatan pengendalian mutu (quality control)
oleh tim pengawas atau konsultan supervisi. Disamping mengkaji masalah
pengawasan pelaksanaan pekerjaan, pihak pengelola jalan sedang mulai
mengkaji alternatif lain untuk meningkatkan kualitas jalan, salah satunya
adalah dengan mengkaji metode kontrak yang inovatif, yaitu metode-metode
kontrak yang didalamnya mempertimbangkan aspek kinerja hasil pekerjaan.
Dalam kontrak tradisional (konvensional), risiko-risiko yang berkaitan dengan
mutu hasil pekerjaan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik pekerjaan,
sehingga untuk pekerjaan yang tidak sesuai umur rencana pemilik pekerjaan
melakukan banyak penambahan biaya agar jalan tersebut tetap terpelihara,
pada kontrak berbasis kinerja risiko-risiko tersebut dialihkan kepada penyedia
jasa, maka perlu diteliti pengaruh penerapan kontrak berbasis kinerja
(performance based contract) terhadap pemeliharan infrastruktur jalan.
Melalui draft kuesioner ini, peneliti akan menghimpun informasi
mengenai aspke-aspek dalam penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK).
Peneliti mengharapkan kerja sama dari para responden dalam memberikan
jawaban dari pertanyaan dalam draft kuesioner ini.

Universitas Sumatera Utara


B. DATA IDENTITAS RESPONDEN
Identitas Responden
1. Nama Responden : ...................................................................................
2. Jabatan/Divisi : ...................................................................................
3. Pendidikan Terakhir : a. D3 b. S1 c. S2 d. S3
4. Lama Bekerja : ....................................................................................
5. Tanda Tangan :

Identitas Perusahaan/Instansi
6. Nama Perusahaan/Instansi: ...........................................................................
7. Alamat : ...................................................................................

C. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Isilah kolom tingkat kepentingan antar aspek-aspek yang ada dalam penerapan
Kontrak Berbasis Kinerja yang dibandingkan dengan memberi tanda silang
(X) pada salah satu nilai yang tersedia.
2. Penilaian tersebut didasarkan pada tingkat kepentingan antar aspek-aspek
yang ditunjukkan dengan skala penilaian sebagai berikut:

Intensitas Definisi Penjelasan


Pentingnya
1 Kedua elemen sama penting. Dua elemennya menyumbang sama besar pada
sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit
penting daripada elemen lain menyokong satu elemen atas elemen lainnya.
5 Elemen yang satu esensial atau Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat
sangat penting daripada elemen menyokong satu elemen atas elemen lainnya
lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting dari Satu elemen dengan kuat disokong dan
pada elemen lainnya. dominannya telah terlihat dalam prakteknya.
9 Satu elemen mutlak lebih. penting Bukti yang menyokong elemen yang satu atas
daripada elemen lainnya. yang lainnya memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan.
Nilai
Tengah Jika ada keraguan antar skala 1 dan 3
2 Jika ada keraguan antar skala 3 dan 5 Kompromi diperlukan antara dua
4 Jika ada keraguan antar skala 5 dan 7 pertimbangan
6 Jika ada keraguan antar skala 7 dan 9
8
Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j,
(Resiprokal) maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Universitas Sumatera Utara


3. Pada kolom tingkat kepentingan tercantum nilai dari angka 1 s/d 9 ke kiri dan
1 s/d 9 ke kanan dengan nilai tengah-tengah angka 1.
a. Bila anda memilih (dengan tanda silang X) pada salah satu angka sebelah
kiri angka 1, berarti anda memberi bobot penilaian lebih penting terhadap
kriteria di sebelah kiri.
b. Bila anda memilih (dengan tanda silang X) pada salah satu angka sebelah
kanan angka 1, berarti anda memberi bobot penilaian lebih penting
terhadap kriteria di sebelah kanan.
c. Bila anda memilih (dengan tanda silang X) pada angka 1, berarti memberi
bobot penilaian sama penting terhadap kriteria di sebelah kiri dan kendala
penerapan KBK di sebelah kanan.
4. Untuk lebih jelasnya sebelum melakukan pengisian kuesioner, responden
dapat melihat contoh pengisian daftar kuesioner berikut ini:

SKALA PENILAIAN
Kriteria Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aspek Aspek
X
Teknis Risiko
Aspek Aspek
X
Risiko Hukum

Artinya:
a. Pada penilaian terhadap tujuan dari penelitian ini, yaitu memberi nilai
terhadap kriteria, kalau menurut penilaian saudara kriteria aspek teknis (5
kali kendala yang lebih penting) dari aspek resiko, maka saudara
memberikan penilaian pada angka 5 disebelah kiri.
b. Pada penilaian terhadap tujuan dari penelitian ini, yaitu memberi nilai
terhadap kriteria, kalau menurut penilaian saudara kriteria aspek hukum (7
kali kendala yang lebih penting) dari resiko, maka saudara memberikan
penilaian pada angka 7 disebelah kanan.

Universitas Sumatera Utara


D. HIRARKI PERTANYAAN KUESIONER
Jenis kontrak

Kontrak Tipe kontrak

Aspek Bentuk layanan


Hukum
Penyelesaian Metode penyelesaian
perselisihan perselisihan

Analisis risiko awal proyek

Analisis risiko dan Manajemen risiko selama


manajemen risiko proyek berlangsung

Aspek Risiko Jenis risiko yang dianalisis

Alokasi risiko Pihak yang mengelola risiko

Orientasi spesiikasi teknis


Spesifikasi teknis
Komponen spesifikasi teknis

Metode seleksi penyedia jasa


Seleksi penyedia
jasa
Penilaian kualifikasi
penyedia jasa
KBK
Pihak yang bertanggung
jawab dalam pengawasan
Aspek Teknis Pengawasan
Mekanisme pengawasan

Sistem pembayaran
Pembayaran
Dasar pembayaran

Pihak yang bertanggung


jawab
Masa pemeliharaan
Jangka waktu masa
pemeliharaan

Sumber Daya Kualifikasi SDM pengelola


Manusia kontrak
Aspek
Organisasi Penyebaran Mekanisme penyebaran
Informasi KBK informasi KBK

Aspek Ketersediaan dana Kepastian ketersediaan dana


Pendanaan proyek multiyears proyek multiyears

Level 1 Level 2 Level 3

Universitas Sumatera Utara


E. PERTANYAAN KUESIONER

1. Level-2
Pada penilaian terhadap kriteria utama pada level 1 ditetapkan oleh 5 kriteria
utama, yaitu: aspek hukum, aspek resiko, dan aspek teknis, aspek organisasi,
dan aspek pendanaan. Dengan keterangan sebagai berikut:

No. Kriteria Keterangan


1 Aspek hukum Aspek yang terkait dengan peraturan dan
kebijakan yang terkait dengan pengaturan:
kontrak, spesifikasi teknis, seleksi penyedia jasa,
dan penyelesaian perselisihan.
2 Aspek resiko Aspek yang terkait dengan analisis dan
manajemen resiko, serta kepada siapa resiko yang
ada dialokasikan.
3 Aspek teknis Aspek teknis pelaksanaan proyek pemeliharaan
jalan yang terkait dengan: Kontrak, Spesifikasi
Teknis, Penyelesaian Perselisihan, Seleksi
Penyedia Jasa, Pengawasan, Pembayaran, dan
Masa Pemeliharaan.
4 Aspek organisasi Aspek yang terkait dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) pengelola dan sejauh mana
konsep KBK telah disebarkan
5 Aspek pendanaan Aspek yang terkait dengan ketersediaan dana
untuk proyek multiyears

Saudara diminta untuk memberikan penilaian terhadap pasangan kriteria yang


diperbandingkan berikut dengan skala nilai antara 1 s/d 9 (lihat skala penilaian
pada Tabel. 1).

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan kriteria:

Universitas Sumatera Utara


Kriteria SKALA PENILAIAN Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aspek Aspek
Hukum Resiko
Aspek Aspek
Hukum Teknis
Aspek Aspek
Hukum Organisasi
Aspek Aspek
Hukum Pendanaan
Aspek Aspek
Resiko Teknis
Aspek Aspek
Resiko Organisasi
Aspek Aspek
Resiko Pendanaan
Aspek Aspek
Teknis Organisasi
Aspek Aspek
Teknis Pendanaan
Aspek Aspek
Organisasi Pendanaan
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

2. Level-3
2.1 Aspek Hukum
Aspek hukum ditentukan oleh 4 sub kriteria, yaitu: kontrak, spesifikasi
teknis, seleksi penyedia jasa, dan penyelesaian perselisihan. Dengan
keterangan sebagai berikut:
No. Sub kriteria Keterangan
1 Kontrak Pengaturan mengenai jenis kontrak, tipe kontrak,
dan bentuk layanan
2 Penyelesaian Pengaturan mengenai metode penyelesaian
perselisihan perselisihan seperti musyawarah, arbitrase, dll

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub-
kriteria:

Universitas Sumatera Utara


Sub SKALA PENILAIAN Sub kriteria
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrak Penyelesaian
perselisihan
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

2.2 Aspek Risiko


Aspek risiko ditentukan oleh 2 sub kriteria, yaitu: analisis risiko dan
manajemen risiko dan alokasi risiko. Dengan keterangan sebagai berikut:
No. Sub-kriteria Keterangan
1 Analisis risiko dan Kegiatan analisis risiko pada awal proyek, kegiatan
manajemen risiko manajemen risiko selama proyek berlangsung
2 Alokasi risiko Pihak yang bertanggungjawab terhadap risiko yang
terjadi

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub
kriteria:
Sub SKALA PENILAIAN Sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Analisis Alokasi
risiko dan risiko
manajemen
risiko
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

2.3 Aspek Teknis


Aspek teknis ditentukan oleh 7 sub kriteria, yaitu: kontrak, spesifikasi
teknis, penyelesaian perselisihan, seleksi penyedia jasa, Pengawasan,
Pembayaran, dan Masa Pemeliharaan. Dengan keterangan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


No. Sub kriteria Keterangan
1 Spesifikasi teknis Terkait dengan orientasi spesifikasi dan
komponen spesifikasi pada proyek pemeliharaan
jalan
2 Seleksi penyedia jasa Terkait dengan metode seleksi dan penilaian
kualifikasi penyedia jasa
3 Pengawasan Terkait dengan pihak yang bertanggung jawab
dalam pengawasan dan mekanisme pelaksanaan
pengawasan proyek pemeliharaan jalan
4 Pembayaran Terkait dengan sistem pembayaran dan dasar
pembayaran
5 Masa pemeliharaan Terkait dengan pihak yang bertanggung jawab
dalam masa pemeliharaan dan jangka waktu masa
pemeliharaan

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub
kriteria:
Sub SKALA PENILAIAN Sub kriteria
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Spesifikasi Seleksi
teknis penyedia jasa
Spesifikasi Pengawasan
teknis
Spesifikasi Pembayaran
teknis
Spesifikasi Masa
teknis pemeliharaan
Seleksi Pengawasan
penyedia
jasa
Seleksi Pembayaran
penyedia
jasa
Seleksi Masa
penyedia pemeliharaan
jasa
Pengawasan Pembayaran
Pengawasan Masa
pemeliharaan
Pembayaran Masa
pemeliharaan
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

Universitas Sumatera Utara


2.4 Aspek Organisasi
Aspek organisasi ditentukan oleh 2 sub kriteria, yaitu: Sumber Daya
Manusia (SDM), dan penyebaran informasi KBK. Dengan keterangan
sebagai berikut:
No. Sub-kriteria Keterangan
1 Sumber daya manusia Terkait dengan kualifikasi SDM pengelola
kontrak pemeliharaan jalan
2 Penyebaran informasi Terkait dengan mekanisme penyebaran informasi
KBK KBK seperti pelatihan, seminar, dll

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub
kriteria:
Sub SKALA PENILAIAN Sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Sumber Penyebaran
Daya informasi
Manusia KBK
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3. Level-4
3.1 Kontrak
Sub kriteria kontrak ditentukan oleh tiga sub-sub kriteria, yaitu: jenis
kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan. Dengan keterangan sebagai
berikut:
No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Jenis kontrak Jenis kontrak berdasarkan metode pembayaran seperti
lumpsum, harga satuan, persentase, dll
2 Tipe kontrak Tipe kontrak jasa konstruksi seperti kontrak tradisional
(konvensional), terintegrasi, dll
3 Bentuk layanan Bentuk layanan jasa konstruksi seperti perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dll

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut:

10

Universitas Sumatera Utara


Sub-sub SKALA PENILAIAN Sub-sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Jenis Tipe
Kontrak Kontrak
Jenis Bentuk
Kontrak Layanan
Tipe Bentuk
Kontrak Layanan
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3.2 Spesifikasi Teknis


Sub kriteria spesifikasi teknis ditentukan oleh 2 sub-sub kriteria, yaitu:
orientasi spesifikasi dan komponen spesifikasi. Dengan keterangan sebagai
berikut:
No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Orientasi spesifikasiInput oriented (owner menjelaskan secara detail
tata cara pelaksanaan pekerjaan) atau Output
oriented (owner tidak menjelaskan secara detail
tata cara pelaksanaan pekerjaan, tetapi hanya
menjelaskan output yang diinginkan)
2 Komponen spesifikasi Komponen spesifikasi seperti persyaratan material,
tenaga kerja, kinerja, dll

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut:
Sub-sub SKALA PENILAIAN Sub-sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Orientasi Komponen
Spesifikasi Spesifikasi
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3.3 Seleksi Penyedia Jasa


Sub kriteria seleksi penyedia jasa ditentukan oleh 2 sub-sub kriteria, yaitu:
metode seleksi dan penilaian kualifikasi. Dengan keterangan sebagai
berikut:

11

Universitas Sumatera Utara


No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Metode seleksi Metode seleksi penyedia jasa seperti pelelangan
umum, pelelangan terbatas, penunjukan langsung,
dll
2 Penilaian kualifikasi Penilaian kualifikasi penyedia jasa yang
diterapkan dalam seleksi penyedia jasa konstruksi
di lingkungan SNVT Metropolitan Medan

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub-
sub kriteria:
Sub- SKALA PENILAIAN Sub-sub
sub 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
kriteria
Metode Penilaian
Seleksi Kualifikasi
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3.4 Analisis Risiko dan Manajemen Risiko


Sub kriteria analisis resiko dan manajemen resiko ditentukan oleh 3 sub-sub
kriteria, yaitu: analisis risiko awal proyek, manajemen risiko selama
proyek berlangsung, dan jenis risiko yang dianalisis. Dengan keterangan
sebagai berikut:
No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Analisis risiko awal Analisis risiko awal seperti proses perencanaan,
proyek spesifikasi lelang, klausul insentif dan denda
2 Manajemen risiko Pengelolaan risiko selama proyek pemeliharaan
selama proyek jalan berlangsung seperti tertundanya waktu
berlangsung penyelesaian pekerjaan, kekurangan dana,
kualitas pekerjaan buruk sehingga biaya
pemeliharaan tinggi
3 Jenis risiko yang Jenis risiko yang dianalisis seperti risiko teknis,
dianalisis harga, inflasi, prosedur, dan politik

12

Universitas Sumatera Utara


Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub-
sub kriteria:
Sub-sub SKALA PENILAIAN Sub-sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Analisis Manajemen
Risiko Awal Risiko
Proyek selama
Proyek
Berlangsung
Analisis Jenis Risiko
Risiko Awal yang
Proyek Dianalisis
Manajemen Jenis Risiko
Risiko yang
selama Dianalisis
Proyek
Berlangsung
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3.5 Pengawasan
Sub kriteria pengawasan pemeliharaan jalan ditentukan oleh 2 sub-sub
kriteria, yaitu: pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan dan
mekanisme pelaksanaan pengawasan. Dengan keterangan sebagai berikut:
No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Pihak yang Siapa yang melakukan pengawasan proyek
bertanggung jawab pemeliharaan jalan: owner atau kontraktor
dalam pengawasan
2 Mekanisme Mekanisme pelaksanaan pengawasan: melalui
pelaksanaan konsultan pengawas atau menyusun quality
pengawasan assurance

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub-
sub kriteria:

13

Universitas Sumatera Utara


Sub-sub SKALA PENILAIAN Sub-sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Pihak dalam Mekanisme
Pengawasan Pengawasan
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3.6 Pembayaran
Sub kriteria Pembayaran proyek pemeliharaan jalan ditentukan oleh 2 sub-sub
kriteria, yaitu: sistem pembayaran dan dasar pembayaran. Dengan
keterangan sebagai berikut:
No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Sistem pembayaran Sistem pembayaran yang diterapkan: Berdasarkan
volume pekerjaan yang telah diselesaikan dengan
sistem pembayaran harga unit (unit price) dengan
volume tetap atau berdasarkan kinerja yang
memenuhi standar kinerja dengan sistem
lumpsum, output terukur misalnya: luas, tidak ada
lubang.
2 Dasar pembayaran Dasar pembayaran: volume atau kinerja

Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub-
sub kriteria:
Sub-sub SKALA PENILAIAN Sub-sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Sistem Dasar
Pembayaran Pembayaran
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

3.7 Masa Pemeliharaan


Sub kriteria Masa Pemeliharaan jalan ditentukan oleh 2 sub-sub kriteria, yaitu:
pihak yang bertanggung jawab dan jangka waktu masa pemeliharaan.
Dengan keterangan sebagai berikut:
No. Sub-sub kriteria Keterangan
1 Pihak yang Pihak yang bertanggung jawab dalam
bertanggung jawab pemeliharaan: kontraktor atau owner
2 Jangka waktu masa Jangka waktu masa pemeliharaan: 1 tahun atau
pemeliharaan lebih

14

Universitas Sumatera Utara


Menurut saudara, manakah yang lebih penting dari setiap kriteria yang
diperbandingkan berikut, dalam rangka memperoleh tingkat kepentingan sub-
sub kriteria:
Sub-sub SKALA PENILAIAN Sub-sub
kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria
Pihak yang Jangka
Bertanggung Waktu Masa
Jawab Pemeliharaan
Kriteria kiri lebih dominan Kriteria kanan lebih dominan

15

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai