Anda di halaman 1dari 10

Nama : Indah Novita Sari

NIM 8111420360

Prodi : Ilmu Hukum

Fakultas : Fakultas Hukum

Mata Kuliah : Pengantar Filsafat Hukum

Dosen Pengampu : Dr. Indah Sri Utari, SH, M.Hum dan Diandra Preludio Ramada, SH, MH

Tugas : Ujian Akhir Semester

I. DOSEN PENGAMPU DR. INDAH SRI UTARI, SH, M.HUM

1. Para ahli memberi rumusan yang beragam tentang filsafat hukum, mulai dari
yang paling umum hingga yang lebih spesifik. Rumusan yang paling umum,
mengartikan filsafat hukum sebagai cabang filsafat yang mengkaji hukum secara
holistik. Langmeyer, merumuskan lebih abstrak lagi. Menurutnya, filsafat hukum
merupakan disiplin yang membahas hukum secara filosofis. Namun ada pula yang
memberi arti lebih spesifik. Stammler misalnya, memberi konsep pada filsafat
hukum sebagai ajaran tentang hukum yang adil (die lehre vom richtigen recht).
Kemudian Gustav Radbruch merumuskan filsafat hukum sebagai cabang filsafat
yang mempelajari hukum yang benar.

Dalam lingkungan negara-negara Anglo Saxon, filsafat hukum disebut pula


dengan Jurisprudence. Prudence: kebijaksanaan. Juris: berkenaan dengan
hukum. Jurisprudence (bahasa Inggris) atau jurisprudenz (bahasa Jerman),
dijelaskan oleh Richard A Posner (1994) sebagai: ... the most fundamental, general,
and theoritical plain of analyses of the social phenomenon called law. For the most
part it deals with problems that cannot be solved by reference to or by reasoning from
conventional legal materials; perspective that cannot be reduced to legal doctrines or
to legal reasoning. Many of the problems of jurisprudence cross doctrinal, temporal
and national boundaries.

Dari berbagai pendapat tersebut kajian filsafati terhadap apapun, selalu tertuju
pada empat hal silakan saudara jelskan.

Jawaban
Berbagai pendapat tentang filsafat hukum selalu tertuju pada 4 hal berikut :
1) Nilai Kedisiplinan
Disiplin hukum merupakan suatu yang mencangkup kenyataan gejala gejala yang
dihadapi dalam kehidupan. Dalam filsafat hukum kedisiplinan ini merupakan nilai-
nilai yang direnungkan kemudian dirumuskan serta nilai-nilai tersebut diserasikan.
Ada 2 macam kedisiplinan dalam hukum yaitu (1) disiplin analitis yaitu seperti
ekonomi dan sosiologi di mana sistem ajaran ini menitikberatkan pada
menganalisis, memahami serta menjelaskan tentang gejala-gejala yang dihadapi.(2)
disiplin prespektif contohnya hukum dan filsafat, dimana sistem ajaran ini
mencangkup hal yang bersifat kenyataan yang dihadapi.
2) Nilai Keadilan
Konsep keadilan dalam filsafat hukum menurut Plato kurang lebihnya seperti ini,
keadilan bersumber dari kemampuan manusia biasa. Sedangan sumber
ketidakadilan yaitu dalam masyarakat muncul perubahan-perubahan. Dalam
kehidupan masyarakat terdapat principal yang harus tetap ada dan di pertahankan,
yaitu :
 Kelas-kelas yang dipilih harus dengan tegas, sebagai contoh suatu kelas
penguasa yang seharusnya diisi oleh para pengembala dan anjing penjaga
yang harus dipisahkan dengan domba manusia serta dipilih secara tegas.
 Identifikasi antara takdir kelas penguasanya dengan takdir negara; perlunya
perhatian secara khusus terhadap kasus-kasus dalam kelas ini dan
persatuannya; dan peraturan yang dipatuhi aturan-aturannya
3) Nilai Kebenaran
Perspektif filsafat hukum mengenai kebenaran hukum jika dikaitkan dengan tiga
teori hukum maka akan sulit untuk mendapatkan apa yang dapat digunakan untuk
menjawab tentang hal hal yang diperlukan untuk menentukan kebenaran hukum.
Bahkan para filsuf tidam dapat bersatu untuk menentukan tentang kebenaran
hukum. Namun paradigma seseorang dapat menentukan kebenaran hukum karena
kebenaran itu sifatnya subjektif dan tentatif. Kebenaran hukum dalam perspektif
filsafat hukum menggunakan ketiga teori kebenaran yang ada yaitu (1) koherensi
(2) korespondensi (3) pragmatis.
4) Nilai Kebijaksanaan
kebijaksanaan dapat diartikan sebagai otoritas dan penilaian sendiri. Kebijaksanaan
dipandang negative oleh beberapa pihak, sementara yang lainnya memandang
positif. Dalam berfilsafat kebijkan dimaksudkan untuk merumuskan masalah
dengan bukti-bukti yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Jika seseorang hendak mengkaji suatu aturan hukum dengan menggunakan
tinjauan filsafat untuk mengetahui nilai keadilan dari peraturan tersebut,
manakah aspek-aspek di atas yang termasuk: Obyek material; Obyek forma;
Ontologi; Epistemologi; Teleologis/aksiologis

Keterangan:
 Obyek Materia: Hukum dalam seluruh aspeknya
 Obyek Forma: Point of view, sudut pandang, cara melihat.
 Ontology: The Theory of being qua being. The science of the essense of
things (Aristoteles)
 Epistemology : The branch of philosophy which investigates the origin,
structure, methods, and validity of knowledge.
 Axiology: Theory of values (desired, prefered, good); investigation of its
nature, criteria, and metaphysical status.

Jawaban
Jika seseorang hendak mengkaji suatu aturan hukum dengan menggunakan tinjauan
filsafat untuk mengetahui nilai keadilan dari peraturan tersebut, maka salah satu aspek
yang didahulukan yaitu memahami tentang obyek material. Hal itu karena misalnya
objek materalnya adalah manusia jika kita akan meneliti secara spesifik maka meneliti
secara dalam bagian-bagiannya. Seperti bagian organ mata, tangan, kaki dan
sebagainya. Dengan demikian dapat menciptakan tentang pemahaman yang luas tentang
manusia.
1. Obyek material
Sesuatu yang memiliki realitas nyata merupakan definisi dari objek material. Hsl ini
fspst fisrtiksn sesuatu yang baik dapat dilihat secara langsung maupun sesuatu yang
tidak terlihat secara langsung. Penelitian dengan pendekatan empiris jika sesuatu
yang Nampak oleh mata. Sebaliknya sesuatu yang tidak Nampak dapat dilakukan
penelitiannya menggunakan diskusi dari buah pikiran manusia.sifat objeknyanya
sesuatu yang dipelajari.
2. Obyek forma
Sesuatu yang dalam penelitiannya menggunakan kedua penelitian yaitu empiris dan
menggunakan diskusi dari buah pemikiran manusia. Sifat objeknya ysitu csrs ysng
digunsksn untuk mencetuskan pengetshusn itu sendiri.
3. Ontologi
Aspek ini merupakan cabang filsafat yang umurnya paling tua dari yang lain. Ia
adalah cabang filsafat yang mencari dan menemukan hakekat dari objek yang dikaji.
Hal ini berkaitan dengan kehidupan manusia yang baru yang ada dalam lingkungan
yang sebelumnya sudah tercipta tanpa campur tngan darinya atau sesuatu hal yang
baru baginya.
4. Epistemology
Aspek ini merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan
hakekat ilmu, dan ilmu sebagai proses yang merupakan usaha yang metodik dan
sistematik sebagai dasar untuk menentukan kebenaran yang ada pada objek kajian
ilmu. Apa objek kajian ilmu itu lalu seberapa jauh tingkat kebenarannya dalam
kajian ilmu.
5. Teleologis/Aksiologis
Aspek ini dipahami sebagai teori nilai yaitu ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang menitikberatkan pada peninjauan pandangan kefilsafatan. Nilai
yang dimaksud dalam aspek ini adalah segala sesuatu yang dimiliki manusia untuk
bahan pertimbangan tentang apa yang dinilai tersebut. Aspek ini meliputi nilai-nilai,
parameter yang menjelajahi kawasan sebagai kebenaran atau kenyataan. Aspek ini
menitikberatkan pada apa yang harus kita perhatikan dalam penerapan ilmu
dalampraksisnya. Aspek ini juga berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperolehnya.

3. Apa yang disebut Rechtsideenlehre, Begriffsjurisprudenz, Analytical


Jurisprundence, Reine Rechtslehre, atau pun Rechtsdogmatiek, hanyalah versi
sebuah preferensi yang kebetulan (masih) mendominasi warna pendidikan hukum
di negeri ini. Di luar itu, orang masih menemukan versi lain, semisal Theory of
Natural Law, Interessenjurisprudenz, Freirechtslehre, Sociological Jurisprudence,
Realistic Jurisprudence, Critical Legal Theory, Human Jurisprudence,
Psychoanalytic Jurisprudence, dan lain sebagainya. Bagi siapa pun yang
mengikuti perkembangan teori hukum dan filsafat hukum tidak akan terkejut
jika dua kelompok teori itu memang menghiasi jejak pemikiran hukum sepanjang
sejarah. Hanya saja keduanya berbeda titik-tolak. Kelompok yang pertama,
melihat hukum sebagai unit aturan (teknis) yang tertutup dan formal-legalistik.
Sedangkan kelompok kedua, melihat hukum sebagai unit terbuka dan menyentuh
mosaik sosial-kemanusiaan. Selaras dengan doktrin, madzab atau ajaran ajaran
tersebut diatas, tolong berikan uraian pergeseran pemikiran filsafat hukum
dari masa ke masa sejak era klasik sampai dengan era post modern.

Jawaban
Pergeseran pemikiran filsafat hukum dari masa ke masa yaitu dimulai dari Zaman
Yunani Kuno-Zaman Romawi-Zaman Abad Pertengahan-Zaman Modern-Zaman
Sekarang.

1. Zaman Yunani Kuno


Sekitar abad ke 500 M banyak penulis yang meyakini bahwa filsafat pertama kali
lahir pada abad tersebut. Filsafat ini merupakan filosof pertama yang memberikan
perhatian kepada manusia yang bahkan membahas hingga bagian sendir-sendi
manusia. Bagian dari sendi manusia yaitu hukum namun tidak ada yang berani
mengatakan mengenai tokoh utma yang mengenalkan filsafat hukum yaitu Secrates.
Pada masa itu Socrates meletakkan dasar filsafat hukum namun konsepsi tentang
filsafat hukum mulai terbangun pada masa filosof-filosof terkenal setelah
semacamnya Plato dan Aristoteles. Adapun Aristoteles memiliki konsep sumber
kekuasaan adalah hukum. Kemudia Plato mengatakan bahwa ibarat seorang ayah
yang baik hati yang tidak pernah memaksakan kehendaknya sebelum diberikan
penjelasan yang menyakinkan bahwa kehendak itu baik bagi anak-anaknya dan
ibarat tersebut seperti hukum dan undang-undang.
2. Zaman Romawi
St. Agustine berpendapat bahwa ajaran Kristen Katolik merupakan konsep hukum
serta doktrtin hukum. Hukum berasaskan dari kemauan kemauan pencipta manusia
yang berlaku secara alami dan bersifat universal adalah hukum. Hukum harus
berasal dari wahyu, dalam konsep negara ia juuga memunculkan negara Tuhan dan
Negara Syetan hal tersebut adalah asal hukum menurut Agustine.
3. Zaman Abad Pertengahan
Zaman romawi yang mengalami kehancuran lalu digantikannyalah dengan zaman
abad pertengahan. Zaman romawi hancur karena serangan dari bangsa lain yang
perilakunya kurang beradap itu. agama Kristen Berjaya pada masa ini tetapi untuk
Eropa dan Barat pada umumnya menjadi masa kegelapan, karena ilmu pengetahuan
zaman itu berada dalam baying-bayang doktrin gereja yang mengatasnamakan
Tuhan. Zaman ini melahirkan istilah lex aterna ( dalam alam semesta ini terdapat
rencana yang dibuat oleh Tuhan) dan lex naturalis (sehingga manusia dapat
merasakan yang disebut keadilan).
4. Zaman Modern
Eropa merupakan pendominasi dari pemikiran hukum pada abad pertengahan ini
dibarengi dengan hamper ke tigas perempat belahan dunia yang tersebar kemajuan
peradaban islam. Seiring perkembangan di zaman modern menempatkan manusia
yang memiliki sifat lebih mandiri. Dan tentang rasio tuhan yang pemikirannya lebih
luas sangat jauh di luar kemampuan manusia untuk memikirkannya. Hukum yang
lebih bersifat ketuhanan mulai ditinggalkan misalnya hukum alam yang diganti
dengan hukum yang bernilai humaris-empiris-antropologis.
5. Zaman Sekarang
Dari abad ke-19 M adalah zaman sekarang. Perkembangan filsafat hukum dari
zaman modern dengan zaman sekarang berbeda. Pada zaman modern yang
berkembang saat itu merupakan rasionalisme sehingga pada zaman sekarang
rasionalisme tersebut semakin dikembangkan dilengkapi dengan empirisme, seperti
Hobbes. Aliran ini sangat pesat perkembangannya pada abad ke-19, dalam hal ini
para pemikir hukum pada waktu itu menitikberatkan perhatian pada faktor sejarah,
seperti Hegel, Karl Marx, juga Von Savigny yang merupakan pelopor mazhab
sejarah.

4. Seperti yang diungkapkan oleh Radhakrishnan dalam bukunya The History of


Philosophy, manfaat mempelajari filsafat (tentu sajatermasuk mempelajari filsafat
hukum) bukan hanya sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbing kita untuk maju. Disinilah intinya bahwa Fungsi filsafat
hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru,
mencetak manusia-manusia yang tergolong ke dalam berbagai bangsa, ras dan
agama itu mengabdi kepada cita-cita mulia kemanusiaan. Bagimana saudara
menjelaskan konsep ini.

Jawaban
Adanya ilmu filsafat dengan segala metode penelitian sangat berpengaruh dan tentunya
sangat bermanfaat bagi manusia. Karena filsafat mengharapkan agar setiap manusia
dapat berfikir sendiri, dapat menjadi manusia yang lebih mendidik, lebih membangun
diri sendiri, memberikan dasar-dasar dari ilmu pengetahuan lainnyaa, mengetahui
kebenaran-kebenaran yang menjadi dasar, dan memberikan pandangan yang sintesis.

Karena konsep dalam filsafat bertujuan untuk (1) Realisme yaitu ilmu filsafat
diharapkan dapat membentuk karakter dalam manusia. Aliran ini mempunyai
pandangan bahwa hakikatnya fisik dan ruh merupakan realistis yang sifatnya Dualistis.
Tujuannya agaar manusia dapat menyesuaikan diri serta mempunyai rasa tanggung
jawab dalam kehidupan bermasyarakat. (2) pragmatisme yaitu dalam suatu hal hidup ini
bukan hanya tentang kebenaran semata yang harus dicari namun adapula yang sama
pentingnya yaitu tentang menemukan arti atau kegunaan dalam hal tersebut. Tujuannya
agar dalam kehidupan masyarakat saat terjadi masalah dapat diselesaikan dengan
pengalaman yang lalu. (3) Humanisme yaitu filsafat dipelajari untuk terwujudnya pada
kehidupan Anak-anak mengaktualisasikan diri juha tumbuhnya perkembangan yang
efektif dan membentuk moral. (4) Behaviorisme yang menekankan agar individu dapat
merubah perilakunya sesuai dengan kemampuannya Serta mempunyai tanggung jawab
yang tinggi saat bermasyarakat dan dalam kehidupan pribadi.

5. Niholls dalam bukunya Power : A Political history of the twentieth century


mengungkapkan bahwa adalah lumrah bila suatu bangsa dalam situasi
anomali ada yang berusaha menjadi pemimpin besar. Namun pemimpin
besar dihadirkan oleh dinamika sosial politik masyarakatnya. Kita masih
ingat dengan Mahatma Gandhi yang merumuskan nilai kemasyarakatan
bangsa India sambil menyelaraskan penampilan dengan filosofi ajaran-ajaran
itu. Pakaiannya hanya dua helai kain dan kakinya hanya bersandal jepit.
Demikian pula dengan Ho Chi Minh dia hanya bersepatu sandal dari ban
bekas untuk negeri Vietnam yang dia cintai. Napoleon Bonaparte dengan
semangat yang dia kobarkan He Prajuritku, empat abad kedepan sedang
menatap apa yang sedang kalian lakukan hari ini. Churchiil di Inggris,
Hittler di Jerman, yang menggugah kesadaran bangsa Jerman yang sempat
direndahkan oleh bangsa Romawi. Kita punya Bung Karno yang hadir
dengan ajaran populis dan kekeluargaannya dimeja makannya terpampang
lukisan pengemis agar dia ingat rakyatnya saat dia makan. H. Agus Salaim
dengan rokok kreteknya, Bung Hatta yang dengan kesederhanaannya yang
menolak kenaikan gaji untuknya saat menjabat sebagai wakil presiden.

Berkaitan dengan bacaan diatas Lawrence Kohlberg, membagi jenjang


kesadaran etis, atau dalam istilahnya sendiri, kesadaran “moral”, dalam tiga
tahapan besar. Tahapan pertama, kedua dan ketiga. Tiap tahapan itu terdiri
dari dua jenjang. Sehingga seluruhnya, menjadi enam jenjang. Uraikan !!!, dan
hubungkan dengan bacaan diatas hubungkan pula dengan pemimpin-
pemimpin yang kita punyai diera lampau dan saat ini. Disinilah hubungan
Perilaku Hukum dan Tingkat Moralitas

Jawaban
Tahapan perkembangan moral yang di ungkapkan oleh Lawrence Kohlberg adalah
moral dalam ukuran tinggi rendahnya yang dimiliki seseorang. Teori perkembangan
moral ini berpandangan bahwa penalaran moral merupakan dasar dari suatu perilaku
etis yang mempunyai tahapan tahapan berjumlah enam yang dapat teridentifikasi.

a. Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
Tingkatan ini pada umumnya terdapat pada anak-anak, tetapi orang dewasa pun
dapat memiliki dan menunjukan penalaran dalam tahap Pra-Konvensional. Dalam
menilai suatu tindakan dalam tahap ini berpandangan dari sudut konsekuensinya
secara langsung. Dalam tahap ini dibagi lagi menjadi dua tahapan, yaitu tahapan
awal dalam perkembangan moral dan yang kedua adalah murni melihat diri dalam
bentuk egosentris.
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
Tahapan pertama ini di mana individu memfokuskan pada sudut pandang pada
konsekuensi yang mereka alami secara langsung dan dirasakan sendiri.
Hubungan dengan bacaan di atas serta hubungan dengan pemimpin-pemimpin
yang kita punyai diera lampau dan saat ini adalah bila suatu tindakan salah
secara moral lalu ia dihukum, semakin keras hukumannya maka tindakan ini
semakin salah. Karena pendapatnya dengan pendapat orang lain tentu berbeda
tahapan ini bisa dilihat dari jenis otoriterisme.
2. Orientasi minat pribadi
Tahapan yang kedua ini di mana diambi dari sudut pandang “apa untungnya
buat saya?”. Hubungan dengan bacaan di atas serta hubungan dengan
pemimpin-pemimpin yang kita punyai diera lampau dan saat ini adalah
dalam tahap ini perilaku yang paling benar adalah dengan didefinisakannya
dengan hal yang diminatinya. Tahapan ini berpikir hanya sampai kepentingan
pribadi dan tidak mencangkup dengan kepentingan orang lain.
b. Tingkat 2 (Konvensional)
Dalam perkembangan moral tahap ini tingkat konvensional pada umumnya
ditunjukkan oleh seorang remaja atau orang dewasa. Tahapan ini bersudut pandang
jika menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan bandingan antara sudut
pandangan dan harapan dalam masyarakat. Tahapan ini terdiri dari tahapan tiga dan
tahapan empat.
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
Tahapan yang ketigaa ini saat seseorang memasuki masyarakat lalu memiliki
peran dalam masyarakat tersebut (sosial) individu tersebut dapat menerima
persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut
merupakan perpaduan antara peersetujuan masyarakat dengan peran yang
dimilikinya. Hubungan dengan bacaan di atas serta hubungan dengan
pemimpin-pemimpin yang kita punyai diera lampau dan saat ini adalah ada
konsekuensi dari hal tersebut yang akan membantu peran sosial yang stereotip.
individu tersebut bermaksud baik agar perannya dapat dilaksanakan dengan baik
pula.
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
Tahapan yang keempat ini saat seseorang untuk memelihara fungsi masyarakat
maka penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena
hal tersebut sangat berguna. Hubungan dengan bacaan di atas serta hubungan
dengan pemimpin-pemimpin yang kita punyai diera lampau dan saat ini
adalah dalam tahap ini umumnya lebih dari sekedar untuk individu sebagai
penerimaan dalam masyarakat dan di mana kebutuhan masyarakat harus
melebihi kepentingan pribadi. Penentuan apa yang benar dan apa pula yang
salah. Memisahkan yang buruk dan yang baik dengan memberi celaan pada
mereka yang melanggar hukum. Jika seseorang melanggar hukum maka orang
lain pun dapat melangggar hukum dan jika melanggar maka ia salah secara
moral.
c. Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
Dalam tingkatan ini dikenal juga dengan intilah tingkat berprinsip dimana yang
terdiri dari tahapan lima dan tahapan ke enam. Di sini semakin jelas bahwa
kenyataan individu-individu adalah etitas yang terpisah dari masyarakat. Hal yang
harus dilihat terlebih dahulu adalah prespektif seseorang lalu baru ke perspektif
masyarakat.
5. Orientasi kontrak sosial
Tahapan ke lima ini berpandangan bahwa setiap individu memiliki pendapat-
pendapat yang berbeda-beda. Hubungan dengan bacaan di atas serta hubungan
dengan pemimpin-pemimpin yang kita punyai diera lampau dan saat ini
adalah dalam masyarakat terdapat banyak pendapat yang beragam dan setiap
individu harus menghormati pendapat orang lain dan dihargai tanpa memihak.
Dalam hal ini belu dapat dipastikan secara pasti siapa yang paling benar,
kuncinya adalah menghormati dan menghargai tanpa memihak.
6. Prinsip etika universal
Tahapa yang terakhir atau tahapan ke enam ini di mana prinsip etika universal
sebagai dasar dari penalaran moral. Hubungan dengan bacaan di atas serta
hubungan dengan pemimpin-pemimpin yang kita punyai diera lampau dan
saat ini adalah di mana keadilan adalah dasar valid dari hukum dan komitmen
terhadap apa yang menyertakan sesuatu yang mengharuskan untuk tidak
memenuh hukum yang menyebabkan ketidakadilan atau hukum yang
menyimpang. Sebelum bertindak memikirkan apa yang dilakukan seseorang
saat menjadi orang lain dan memikirkan akibatnya jika dilakukan secara
bersama.

II. DOSEN PENGAMPU DIANDRA PRELUDIO RAMADA, SH, MH


1. Perkembangan pemikiran filsafat hukum bergeser dari masa ke masa, saya
memetik satu bagian saja dari berbagai sempalan sempalan perjalanan zaman,
yaitu di masa Aufklarung ketika akal atau rasio manusia menjadi kekuatan utama
di era Aufklarung ini. Di sini, tantangannya bukan lagi manusia yang hanya
menjinjing hak dan kebebasan berdasarkan naluri bawaan. Manusia era
Aufklarung adalah individu-individu yang rasional dan melek jalan yang baik
dalam hidup bersama. Maka di situ muncul teori tentang hukum sebagai tatanan
perlindungan hak-hak dasar manusia. Hukum, harus merupakan produk rasional
dan obyektif yang intersubyektif (tidak menurut selera orang-orang tertentu).
Hukum, harus mencerminkan aspirasi rakyat yang diperintah, bukan maunya
pemerintah yang berkuasa. Ini tampak jelas dalam pemikiran beberapa tokoh
utama era ini, antara lain Locke, Montesquieu, Rousseau, dan Kant. Locke
membela hak-hak warga negara terhadap pemerintah yang berkuasa. Montesqieu
terkenal karena tesis check and balances lewat Trias Politica-nya. Rousseau
mewartakan keunggulan manusia sebagai subyek hukum. Sedangkan Immanuel
Kant mewartakan fungsi hukum untuk mengembangkan suatu kehidupan
bersama yang bermoral. Apa yang bisa kalian petik dari tahapan pergeseran
pemikiran filsafat hukum dari masa ke masa tersebut dalam konteks berhukum
di Indonesia? Uraikan dan jelaskan.

Jawaban
Hal yang dapat di petik dari tahapan pergeseran pemikiran filsafat hukum dari masa ke
masa tersebut dalam konteks berhukum di Indonesia mempunyai variasi yang beraneka
ragam. Dalam suatu negara tidak dapat dipungkiri hidup tanpa ideologi karena tanpa
ideologi negara tidak mampu bekerja untuk mencapai cita-cita nasionalnya sebab suatu
negara tanpa ideologi adalah gagal. Dalam perkembangan pemikiran filsafat hukum
dari masa ke masa salah satu contohnya yaitu filsafat Hindup bangsa (wealtanchauung)
yang lazimnya dijadikan ideologi negara atau filsafat, yang demikian berfungsi sebagai
norma dasar (groundnorm).

Dengan demikian fundamental tersebut menjadi sumber cita dan asas moral bangsa
karena nilai tersebut menjadi cita hukum (rechtidee) dan Juga sebagai paradigma
keadilan, maka demikian keadilan merupakan substansi makna keadilan yg oleh nilai
filsafat hidup telah ditentukan bangsa itu sendiri.

Indonesia merupakan negara hukum yang pada dasarnya bertujuan untuk menegakkan
perlindungan hukum. Hukum sekaligus cita hukum merupakan perwujudan budaya.
Berkat sistem hukum peradaban manusia tegak, tujuan hukum serta cita hukum
ditegakkan di dalam keadilan yg ditampilkannyalah kebajikan moral serta citra moral,
hal ini merupakan fenomena peradaban dan budaya. Pada dasarnya manusia berjuang
untuk menuntut dan membela kebenaran, kebaikan, serta kebajikan yang menjadi cita
dan citra moral dalam kemanusiaan dan citra moral kepribadian manusia.

Tentang tiap makna dari tahapan pergeseran pemikiran filsafat hukum dari masa ke
masa tersebut dalam konteks berhukum di Indonesia dan juga tentang bagaimana
keadilan Komutatif, distributif maupun keadilan protektif terwujud demi terwujudnya
kesejahteraan lahir dan batin warga negara yg hal ini pada hakikatnya adalah demi
harkat serta martabat manusia.

Peranan filsafat hukum memberikan banyak manfaat diantara wawasan dan makna
tujuan hukum untuk cita hukum. Dengan membatasi apa yang tidak dapat dipersatukan.
Hal ini menunjukkan betapa fundamental kedudukan serta peranan filsafat hukum untuk
kehidupan berhukum di Indonesia.

Filsafat hukum sebagai dasar serta sebagai acuan untuk membangun bangsa dan acuan
untuk membangun hukum dalam bidang-bidang yang lainnya. Negara berkewajiban
untuk menegakkan cita keadilan dan dijadikannya sebagai cita hukum yang tersirat
didalam asas hukum kodrat sebagai maksud untuk mengukur kebaikan dalam hukum
positif apakah sudah sesuai dan tepat atau belum.

Anda mungkin juga menyukai