1. Asas kepastian hukum (rechtmatigheid), Asas ini meninjau dari sudut yuridis;
2. Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini meninjau dari sudut filosofis,
dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan
pengadilan;
3. Asas kemanfaatan hukum (zwech matigheid atau doelmatigheid atau utility).
Di samping tujuan hukum, keadilan dapat juga dilihat sebagai suatu nilai
(value). Bagi suatu kehidupan manusia yang baik, ada empat nilai yang merupakan
fondasi pentingnya, yaitu: Keadilan, Kebenaran, Hukum dan Moral. Akan tetapi dari
keempat nilai tersebut, menurut filosof besar bangsa Yunani, yaitu Plato, keadilan
merupakan nilai kebajikan yang tertinggi. Menurut Plato : ì Justice is the supreme
virtue which harmonize all other virtuesî
Teori Keadilan
Teori-teori hukum alam sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap mempertahankan
keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the search for
justice”.
Prinsip ini merupakan gabungan dari prinsip perbedaan dan persamaan yang
adil atas kesempatan.
Secara keseluruhan berarti ada tiga prinsip untuk mencari keadilan, yaitu:
1. Kebebasan yang sebesar-besarnya sebagai prioriotas.
2. Perbedaan
3. Persamaan yang adil atas kesempatan.
Asumsi pertama yang digunakan adalah hasrat alami manusia untuk mencapai
kepentingannya terlebih dahulu baru kemudian kepentingan umum. Hasrat ini
adalah untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian
keadilan. Maka harus ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun
realitas masyarakat menunjukan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya
terwujud karena adanya perbedaan kondisi dalam masyarakat. Perbedaan ini
menjadi dasar untuk memberikan keuntungan bagi mereka yang lemah.
Apabila sudah ada persamaan derajat, maka semua harus memperoleh
kesempatan yang sama untuk memenuhi kepentingannya. Walaupun nantinya
memunculkan perbedaan, bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan
kesepakatan dan titik berangkat yang sama.
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil adalah
tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil terutama
mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma
objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak
sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang
menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan
dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya
ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari masyarakat tersebut. 1
Sehingga yang bisa memberikan atau menilai keadilan yaitu hakim.
Dalam konsep atau prinsip negara hukum ialah adanya kekuasaan kehakiman
yang independen dan imparsial, yang kemudian independensi dan imparsialitas
1
M. Agus Santoso, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.
85.
tersebut diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 kepada badan peradilan sebagai penyelenggara dan pribadi hakim sebagai
pelaksana kekuasaan kehakiman. Sehingga hakim dalam memutuskan suatu putusan
tidak ada intervensi dari pihak manapun, Independensi dan imparsialitas tersebut
diperlukan semata-mata karena fungsinya dalam menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
Dalam pandangan Bagir Manan ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka ini2;
2
Achmad Edi Subiyanto, “Mendesain Kewenangan Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan UUD 1945”.
Jurnal Konstitusi, Volume 9, Nomor 4, Desember 2012.
mahkamah agung dan lain lain badan kehakiman menurut undang undang,
kedua sususan dan kekuasaan badan badan kehakiman itu dengan undang
undang.
2. Menurut amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 24 yaitu pertama kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
yang menegakkan hukum dan keadilan, kedua kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
3. Menurut amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 24 yaitu badan badan lain yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang.
Sedangkan menurut Teori Rule of Law dari Dicey megemukakan bahwa untuk
melindungi hak asasi manusia perlunya penegakan Rule Of Law (pemerintah oleh
hukum, bukan oleh Manusia) yang harus memenuhi tiga unsur yaitu Supermasi
hukum (Supremacy of Law), Kesederajatan didepan hukum (Equality Before The
Law) dan penyelesaian perkara menurut hukum,tidak sewenang-wenang (Due Process
of Law).4
Ketiga unsur ini harus dipertimbangkan hakim dan diterapkan secara proporsional,
sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan putusan yang berkualitas dan memenuhi
harapan pencari keadilan. Namun dalam implementasinya terkadang tidaklah mudah
untuk mensinergikan ketiga unsur tersebut, terutama antara unsur keadilan dengan
3
Edi Rosadi, Putusan Hakim Yang Berkeadilan Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 hlm. 385 Edi
Rosadi, Putusan Hakim Yang Berkeadilan, Op.cit. hlm. 385.
4
Danny H. Kusumapradja Dkk, Hukum Beracara di Pengadilan dan Hak Asasi Manusia, (Bandung:
Puripustaka, 2010), hlm. 256.
kepastian hukum yang bisa saja saling bertentangan, namun demikian hakim dalam
hal ini haruslah berpegang teguh kepada asas yang mendasar dalam sebuah putusan
yakni “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, jadi hakim dalam
putusannya haruslah mengedepankan keadilan karena putusannya tersebut
dipertanggung jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.5
5
Edi Rosadi, Putusan Hakim Yang Berkeadilan, Op.cit. hlm. 385.
6
Palu Godam Artidjo Alkostar, https://www.youtube.com/watch?v=2wCbTYouIgg, diakses pada tanggal 6 April
2015 pada pukul 09.16 WIB
hakim agung artidjo alkostar, dalam 6 kasus korupsi tersebut hukuman yang diberikan
bertambah berat dan bahkan menghilangkan hak untuk di pilih sebagai pejabat publik.
Contoh Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Diputus Mahkamah Agung dengan Ketua
Majelis Hakim Agung Artidjo Alkostar Tahun 2013 – 2015
Tingkat banding Tingkat kasasi
Majelis terpidana Pasal Vonis hukuman Pasal Vonis hukuman
hakim yang di yang
langgar dilangga
r
1. Artidjo Angelina Pasal 11 - Pidana penjara Pasal 12 - Pidana penjara
Alkostar Patricia selama 4 tahun dan huruf a selama 12 Tahun
2. Mohama Pingkan 6 bulan. jo pasal - Pidana denda
d Askin Sondakh - Pidana denda 18 sebesarRp500.000.000
3. M.S. sebesar - Membayar uang
Lumme Rp250.000.000, pengganti sebesar
Rp12.580.000.000,-
dan US 2.350.000,-
KESIMPULAN