Pro kontra timbul dari putusan MK terkait uji materil pasal 268 ayat (3)
KUHAP bahwa permohonan PK yang bisa dilakukan lebih dari satu kali atau berkali-
kali akan menimbukan ketidakpastian hukum. Ada kekhawatiran jika hal ini akan
memberikan keuntungan atau peluang bagi pelaku extraordinary crime seperti
terorisme, korupsi maupun narkoba untuk melakukan berbagai cara agar
mendapatkan novum atau bukti baru sehingga dapat meringankan hukuman
meraka. Misalnya terpidana mati narkoba yang kemudian mengajukan permohonan
PK untuk mendapatkan keringanan hukuman. Disatu sisi bahwa dengan adanya PK
yang berulangkali, maka itu akan menimbulkan ketidakpastian hukum. Sebab orang
yang sudah dijatuhi hukuman belum dapat dieksekusi hukumannya, dengan
alasannya menunggu proses PK.
Namun disisi lain pihak yang menyetujui PK dapat dilakukan lebih dari satu
kali dengan alasan keadilan tidak dapat dibatasi dengan sempitnya waktu dan
prosedur formalitas."Upaya hukum luar biasa bertujuan untuk menemukan keadilan
dan kebenaran materiil," kata Hakim Konstitusi Anwar Usman saat membacakan
pertimbangan putusan. Keadilan tidak dapat dibatasi dengan waktu atau ketentuan
formalitas yang membawa bahwa upaya hukum luar biasa (PK) hanya dapat diajukan
satu kali. Hakim Konstitusi Anwar Usman menyatakan mungkin saja ada setelah PK
diajukan dan diputuskan, akan ada novum baru yang belum diketemukan pada PK
sebelumnya.
Lalu, muncul dibenak kita, apa hakikat sebenarnya yang menjadi tujuan
hukum, keadilankah atau kepastian hukum? Sebenarnya tujuan hukum sangat
beragam dan berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya. Dalam ilmu hukum
pidana, ada 3 aliran klasik yang mengklasifikasi tujuan hukum, yakni aliran etis,
aliran utilitis dan aliran normatif yuridis. Aliran etis, menganggap bahwa pada
prinsipnya tujuan hukum itu semata-mata untuk mencapai keadilan. Aliran utilitis,
menganggap bahwa tujuan hukum untuk mencapai kemanfaatan atau kebahagian
masyarakat. Sedangkan aliran normatif yuridis, menganggap bahwa tujuan hukum
semata-mata untuk mencapai kepastian hukum.
Pandangan yang menganggap tujuan hukum semata-mata untuk mencapai
keadilan (aliran etis) sebenarnya keadilan itu sendiri hanya keadilan yang bersifat
abstrak. Karena keadilan wujudnya tidak nyata dan berbeda makna bagi setiap
orang. Namun, Aristoteles yang menganut aliran ini mengemukakan jika keadilan
berwujud kemauan yang sifatnya tetap dan terus menerus untuk setiap orang yang
merupakan haknya, dan keadilan sebagai pembenaran bagi pelaksanaan hukum
yang diperlawankan dengan kesewenang-wenangan.
“Jika diibaratkan dalam sebuah garis, hakim dalam memeriksa dan memutuskan
suatu perkara berada di antara 2 (dua) titik pembatas dalam garis tersebut, yaitu
apakah berdiri pada titik keadilan atau titik kepastian hukum, sedangkan titik
kemanfaatan sendiri berada di antara keduanya. Pada saat hakim menjatuhkan
putusan yang lebih dekat mengarah kepada asas kepastian hukum, maka secara
otomatis, hakim akan menjauh dari titik keadilan. Sebaliknya, kalau hakim
menjatuhkan putusan lebih dekat mengarah kepada keadilan, maka secara otomatis
pula hakim akan menjauhi titik kepastian hukum”.
Keraguan mengenai apa yang menjadi hakikat daripada tujuan hukum,
menurut Imam Ibnu Hazm al-andalusi maka yang menjadi tujuan hukum (syariat)
adalah keadilan, tidak ada hukum apabila tidak ada keadilan, dan apabila norma
hukum bertentangan dengan norma keadilan, maka norma itu tidak pantas menjadi
norma hukum. Menurutnya, didalam keadilan hukum ada kepastian hukum dan
didalam kepastian hukum itu ada keadilan hukum, keadilan hukum dan kepastian
hukum bukanlah dua hal yang bertentangan sehingga tugas filsafat hukum untuk
mempertemukan keduanya.
Memang sangat sulit untuk kita mencari dan menemukan apa sebenarnya
tujuan hukum, karena hukum dibuat oleh manusia dan diperuntukkan bagi manusia.
Maka penilaiannya pun tak lepas dari perdebatan dan subjektivitas. Meskipun
demikian, hal ini tidak menjadi halangan bagi law enforcement dalam upaya
penegakan hukum dalam keadaan apapun, karena seperti adagium bahwa hukum
harus ditegakkan meskipun langit akan runtuh (fiat justitia et pereat mundus).