�Order� means a written instruction to pay money signed by the person giving the
instruction. The instruction may be addressed to any person, including the person
giving the instruction, or to one or more persons jointly or?o UCC � 3-103 (6) in
the alternative but not in succession. An authorization to pay is not an order
unless the person authorized to pay is also instructed to pay.
o JADI, dari jumlah pihaknya macam surga dibedakan menjadi 2: (1) Note, yaitu yang
mengandung promise/ janji � 2 pihak dan (2) Draft, yaitu yang mengandung order/
perintah � 3 pihak
Abdulkadir Muhammad kemudian menjelaskan bahwa surat surat yang diatur dalam titel
6 dan 7 KUHD itu dikategorikan lagi menurut bentuknya menjadi tiga macam yaitu :
a) Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar (schuldbekentenis of
betalingsbelofte)
� Dalam surat ini penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang
kepada pemegang surat itu atau orang yang menggantikannya.
� Termasuk bentuk ini ialah surat sanggup (orderbriefje, promissory note), dan
promes atas tunjuk (promesse aan toonder).
b) Surat perintah membayar (betalingsopdracht, order of payment)
� Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada pihak ketiga (tersangkut) yang
namanya disebutkan dalam surat itu untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
atau penggantinya. Jika pihak ketiga itu tidak mau membayar penerbit tetap
bertanggungjawab atas pembayaran itu.
� Termasuk dalam bentuk ini ialah surat wesel dan surat cek.
c) Surat pembebasan hutang (kwijting, receipt)
� Dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada pihak ketiga untuk membayar
sejumlah uang kepada pemegang yang menunjukkan, dan menyerahkan seurat itu. Dengan
penunjukan dan penyerahan surat itu, pemegang memperoleh pembayaran. Bagi pihak
ketiga yang telah mebayar, surat itu menjadi bukti bahwa ia telah melunasi
hutangnya sehingga ia dibebaskan dari kewajiban membayar kepada penerbit.
� Termasuk dalam bentuk ini ialah kwitansi atas tunjuk.
� Surat berharga ini, kecuali uang kertas bank yang termasuk dalam jenis promes
kepada-pembawa, baik di Indonesia maupun di Nederland sudah tidak ada lagi ,� (hal
ini menjelaskan mengapa dalam berbagai literatur hanya dibahas mengenai surat
berharga yang mengandung janji atau perintah saja).
2. Cara/Kemudahan Peralihannya
o Surat berharga dengan bentuk �kepada-pengganti� dapat dengan mudah diserahkan
kepada orang lain dengan cara �andosemen� (endossement), sedangkan bentuk �kepada-
pembawa� dapat dengan mudah lagi diserahkan kepada orang lain, yakni dengan cara
penyerahan fisik.
o Pembagian menjadi 2:
(1) bentuk �kepada-pengganti�, cara penyerahan: �andosemen� (endossement).?
(2) bentuk �kepada-pembawa�, cara penyerahan: penyerahan fisik.?
o Dasar Hukum: Pasal 613 ayat (3) KUHPer
PERSYARATAN/KRITERIA SURGA
Macam Persyaratan SURGA
syarat materi dari suatu surat berharga?Syarat Materiil
syarat bentuk surat berharga?Syarat Formal
Syarat Materiil SURGA
Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S.H., �Dan jumlah uang yang
diwujudkan di dalam wesel itu dan yang diperintahkan untuk dibayar oleh tersangkut
itu, haruslah sama dengan jumlah uang yang yang menjadi isi perikatan antara
pembeli dan penjual di dalam perjajian jual beli, yang menjadi dasar, dari
penerbitan wesel tersebut. �. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
syarat materiil dari suatu surat berharga adalah:
1. Terbit berdasarkan perikatan dasar ( underlying transaction), dan
2. Jumlahnya sama dan tidak berubah (assignibility)
Syarat Formal SURGA
1. tertulis
2. janji bayar/perintah bayar tak bersyarat
3. sejumlah uang tertentu
4. tanggal pembayaran
5. tanda tangan penerbit
6. mudah dialihkan
7. tanpa jaminan
Tujuan Persyaratan Formal SURGA
Orang memandang hak menagih yang terkandung dalam akta surat berharga itu berdiri
sendiri, terpisah dari induknya yakni peristiwa dasar (hubungan dasar), yang
sebagai akibatnya menimbulkan hak menagih pada pemegang atau krediturnya. Karena
hak menagih pada surat itu bersatu dengan aktanya, maka bentuk akta dari surat
berharga itu perlu ditetapkan agar orang lebih yakin lagi tentang bersatunya hak
menagih dengan akta tersebut .
KEBERADAAN/UMUR SUATU SURGA
3 Tahapan Keberadaan SURGA
1. Penerbitan Surat Berharga
2. Peralihan Surat Berharga
3. Berakhirnya Surat Berharga
PENERBITAN SURGA
Perikatan Dasarnya
Purwosutjipto mencontohkan dengan jual-beli kopi antara A (Pembeli, Penerbit Wesel)
dan C (Penjual, Penerima Wesel) seharga satu juta rupiah, yang dibayar menggunakan
wesel melalui B (Tersangkut)
Para Pihak & Hubungan Hukum antara Para Pihak
1. Macam Pihak
a. 3 Pihak, misal Wesel
b. 2 Pihak, misal Surat Sanggup
2. Para Pihak dalam Macam Pihak
a. Pada 3 Pihak: Penerbit (A), Tersangkut (B), dan Penerima (C)
Hubungan antara A dengan C: sejak adanya peristiwa dasar, di mana C telah
melakukan prestasinya, sedangkan A belum dan berjanji akan membayar dengan cara
menerbitkan surat wesel.?
Sedangkan hubungan hukum antara A dengan B adalah perjanjian penyediaan dana.?
b. Rachmadi Usman membedakan 2 pihak dalam surat sanggup menjadi :
Maker (sekaligus sebagai tertarik), dan?
Payee (atau pengganti/pembawanya).?
Hubungan Hukum antara Perikatan Dasar dengan Penerbitan SURGA
� Dengan adanya peristiwa dasar tersebut di atas, maka terjadilah �hubungan dasar
antara A dengan C�, yang mewajibkan A menerbitkan surat wesel seharga satu juta
rupiah kepada C. Jadi berdasarkan hubungan dasar inilah A menerbitkan surat wesel
dalam usahanya untuk menunaikan prestasinya membayar harga kopi sebanyak satu juta
rupiah.
� Berdasarkan �hubungan dasar� tersebut di atas, A dalam usahanya untuk menunaikan
prestasinya membayar harga kopi yang sudah diterimanya, menerbitkan surat wesel
seharga satu juta rupiah.
� Hubungan antara surat wesel dengan �hubungan dasar� merupakan hal penting bagi
surat berharga dan surat yang berharga. Hubungan tesebut bagi surat yang berharga
masih begitu kuat sehingga hilangnya akta surat yang berharga tidak merupakan
alasan bagi hilangnya hak menagih, sedangkan bagi surat berharga hubungan tersebut
hampir putus, shingga hilangnya surat berharga tersebut berakibat hilangnya hak
menagih bagi si kreditur.
Kapan Terjadinya Penerbitan SURGA
1. Teori Kreasi
� Dasar hukum dari perikatan surat berharga bagi seorang penghutang surat berharga
itu adalah terletak pada perbuatan penandatanganan dari surat tersebut.
� Keberatan: tidaklah mungkin satu pernyataan dari sepihak saja menimbulkan suatu
perikatan (verbitenis).
2. Teori Perjanjian
� Dasar hukum dari perikatan surat berharga adalah terletak pada suatu perjanjian.
Perbuatan bersifat dua belah pihak ini merupakan seuatu perjanjian, yaitu antara
orang yang memberikan surat berharga itu dengan orang yang memperoleh surat
tersebut.
� Keberatan: teori ini tidak dapat menjelaskan beberapa hal yang dapat timbul dalam
waktu peredaran surat berharga itu. Tidak dapat menerangkan mengapakah penghutang
masih tetap bertanggung jawab pada pemegang, walaupun jatuhnya surat tersebut ke
tangan si pemegang adalah di luar kehendak si penerbit.
3. Teori Kepantasan (Redelijkheids teori)
� Mengakui teori kreasi sekaligus menerima keberatan terhadap teori kreasi, menurut
teori ini teori kreasi harus ditambah dalil: hanya orang yang memperoleh surat yang
telah ditanda-tangani dan yang diperolehnya secara pantaslah (redelijk) yang
mendapat perlindungan.
� Keberatan: teori ini masih tetap berpedoman bahwa dengan perbuatan sepihak saja
(creaeren) sudah timbul perikatan.
4. Teori Penunjukan (Vertoningstheorie)
� Perikatan surat berharga, baru timbul dengan menunjukkan surat itu. Jika
seseorang menguasai surat berharga pada hari gugur dan menunjukkannya kepada
penghutang untuk meminta pembayaran, maka pada saat itulah dia menjadi penagih, dan
pada saat penunjukan itu pulalah si penghutang emnjadi terikat membayar.
� Keberatan (Zevenbergen): Pasal 142 ayat 2 KUHD, justru menggambarkan timbulnya
kewajiban pada penghutang surat berharga sebelum hari gugur, yang berarti bahwa
sebelum hari gugurpun perikatan itu telah ada.
KESIMPULAN mengenai kapan terbitnya Surat Berharga
Menurut Zevenbergen, tanda-tangan itu sendiri tidaklah bersifat menciptakan hukum
akan tetapi hanya bersifat memberi kesan menciptakan hukum.
Selanjutnya menurut Zevenbergen ada 2 peristiwa yang bersama-sama mengakibatkan
timbulnya perikatan tersebut yaitu:
1. Perbuatan penanda-tanganan yang bersifat memberi kesan meciptakan hukum oleh
satu pihak, dan
2. Perolehan secara jujur dari pihak lain atas surat itu.
Penanda-tangan dari sepucuk surat berharga yang dperedarkan tidak menurut aturan
(tidak dengan cara yang biasa) adalah terikat terhadap orang yang memperoleh surat
itu secara jujur, oleh karena ia dengan menanda-tangani surat itu menimbulkan suatu
kesan kepada orang itu bahwa dia menghendaki terikat, dia berbuat seolah-olah dia
menjalani suatu perjanjian.
PERALIHAN SURGA
Prinsip Hukum Peralihan Hak
� Pasal 584 KUHPer : Jadi menurut pasal ini, syarat pemilikan atas suatu benda
adalah sebagai berikut :
o Benda itu berasal dari orang yang berhak berbuat bebas terhadap benda yang
bersangkutan.
o Peraluhan hak atas benda itu berdasar atas peristiwa perdata yagn sah untuk
mindahkan hak milik.
Syarat Penyerahan Hak
� Legitimasi material: tidak hanya tampaknya berhak, tetapi orang itu benar-benar
berhak
Prinsip Hukum Peralihan Hak pada SURGA:
1. Legitimasi Material
2. Legitimasi Formal
Bagi seorang debitur yang beritikad baik dibebaskan untuk menyelidiki, apakah orang
yang tampaknya berhak, karena dia meguasai benda itu, dia adalah orang yang benar-
benar berhak. Di sini berlakulah asal �legitimasi formal�, lawan daripada
�legitimasi material� .
� Perhatikan ketentuan :
1) Pasal 1977 ayat (1) KUHPer
� Alas-hak yang sepurna bagi surat berharga ialah �bezit�, yaitu penguasaan atas
surat berharga (pasal 1977 ayat (1) KUHPER).
2) Pasal 1386 KUHPer
� Bila seorang debitur yang beritikad baik telah membayar kepada orang yang
memiliki legitimasi formal, dibebaskan dari segala kewajiban, meskipun di belakang
hari ternyata bahwa orang yang memiliki legitimasi formal itu bukan orang yang
benar-benar berhak.
3) Pasal 533 KUHPer
� Iktikad baik selamanya harus dianggap ada pada tiap-tiap pemegang kedudukan.
4) Pasal 1965 BW
� Barang siapa menuduh seseorang beritikad buruk, harus membuktikan tuduhannya itu.
Mekanisme Peralihan Hak pada SURGA
� Surat berharga dengan bentuk �kepada-pengganti� dapat dengan mudah diserahkan
kepada orang lain dengan cara �andosemen� (endossement), sedangkan bentuk �kepada-
pembawa� dapat dengan mudah lagi diserahkan kepada orang lain, yakni dengan cara
penyerahan fisik.
� Pembagian menjadi 2:
o (1) bentuk �kepada-pengganti�, cara penyerahan: �andosemen� (endossement).
o (2) bentuk �kepada-pembawa�, cara penyerahan: penyerahan fisik.
� Dasar Hukum: Pasal 613 ayat (3) KUHPer
Konsekuensi Peralihan SURGA
o Pembagian menjadi 2:
(1) bentuk �kepada-pengganti�, menurut pasal 115 ayat (1) KUHD untuk menjadi
pemegang sah sepucuk surat berharga, misalnya surat wesel, tidak hanya diperlukan
bahwa dia tercatat sebagai pemegang yang terakhir, tetapi dia juga harus bisa
menunjukkan satu deretan tak terputus dari semua pengandosemenan surat berharga
(wesel) itu .?
(2) bentuk �kepada-pembawa�, berdasarkan pasal 1977 ayat (1) KUHPer, dengan
penguasaan secara nyata (bezit), jika tidak dibuktikan sebaliknya, adalah cukup
untuk menjadikan pemegangnya sebagai pemegang sah sepucuk surat berharga.?
BERAKHIRNYA SURGA
Pengertian Berakhirnya SURGA
� Yaitu saat surat berharga memperoleh tujuan akhirnya yaitu pembayaran
Kapan Berakhirnya SURGA?
UCC membedakan kapan dan bagaimana pembayaran tersebut dapat terjadi berdasarkan
hal berikut:
� 3-108. PAYABLE ON DEMAND OR AT DEFINITE TIME.
(a) A promise or order is �payable on demand� if it (i) states that it is payable
on demand or at sight, or otherwise indicates that it is payable at the will of the
holder, or (ii) does not state any time of payment.
(b) A promise or order is �payable at a definite time� if it is payable on elapse
of a definite period of time after sight or acceptance or at a fixed date or dates
or at a time or times readily ascertainable at the time the promise or order is
issued, subject to rights of (i) prepayment, (ii) acceleration, (iii) extension at
the option of the holder, or (iv) extension to a further definite time at the
option of the maker or acceptor or automatically upon or after a specified act or
event.
(c) If an instrument, payable at a fixed date, is also payable upon demand made
before the fixed date, the instrument is payable on demand until the fixed date
and, if demand for payment is not made before that date, becomes payable at a
definite time on the fixed date.
Jadi berdasarkan UCC � 3-108 tersebut, pembayaran dapat dilakukan, yaitu:
a. Pada saat diunjukkan, atau
b. Pada waktu tertentu
ISTILAH DALAM SURGA
Beberapa Istilah dalam SURGA (diambil dari buku Iman Prayogo Suryohadibroto dan
Djoko Prakoso terkecuali Penerima dan Avalist) :
1. Penerbit (Maker/ Drawer)
� Penerbit (Belanda: treker, Inggris: drawer), yaitu orang yang mengeluarkan surat
wesel.
2. Tersangkut (Drawee/Tertarik)
� Tersangkut (Belanda: betrokkene, Inggris: drawee), yaitu orang yang diberi
perintah tanpa syarat untuk membayar.
3. Penerima (Payee/Penarik)
� Pihak yang ditunjuk oleh penerbit untuk menerima sejumlah uang tertentu pada hari
bayar dari tertarik selaku pemegang/ pembawa/ pengganti (payee).
4. Endosan
� Endosan (Belanda: endosant, Inggris: indorser), yaitu orang yang memperalihkan
surat wesel kepada pemegang berikutnya.
5. Akseptan
� Akseptan (Belanda: acceptant, Inggris: acceptor), yaitu tersangkut yang telah
menyetujui untuk membayar surat wesel pada hari bayar, dengan memberikan tanda
tangannya.
6. Pemegang (holder)
� Pemegang pertama (Belanda: nemer, Inggris: holder), yaitu orang yang menerima
surat wesel pertama kali dari penerbit.
7. Avalist
� Aval diatur dalam pasal 129 s/d 131 KUHD. Aval adalah lembaga jaminan dalam hukum
wesel, dengan mana pihak yang mengikatkan diri untuk menjamin pembayaran surat
wesel itu pada hari bayar. Artinya apabila pada hari bayar pemegang tidak
memperoleh pembayaran dari akseptan, orang yang memberi jaminan ini akan
membayarnya.
� Jaminan aval dapat diberikan oleh pihak ketiga, bahkan oleh setiap orang yang
tanda tangannya termuat dalam surat wesel itu. Yang dimaksud dengan pihak ketiga
ialah orang yang berdiri sendiri di luar hubungan hukum wesel. Dengan ikut sertanya
pihak ketiga itu sebagai avalis, maka bertambahlah jumlah personil wesel sebagai
debitur wesel. Yang dimaksud dengan orang yang mempunyai tanda tangan pada surat
wesel ialah penerbit, akseptan, endosan.
DAFTAR PUSTAKA
Hatiningrum, Udjiani. Aspek Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan
Ajar Universitas Mercubuana, s.t..
Iswandoro. Uang dan Bank. Ed. Ke-4. Cet. Ke-5. Yogyakarta: BPFE, 1997.
Kamerschen, David R. Money and Banking, 10th edition. Cincinnati: South-Western,
1992.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga. Cet. Ke-2.
Bandung: Alumni, 1984.
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia VII: Hukum Surat
Berharga. Jakarta: Djambatan, 2000.
Rogers, James Steven. The Early History of the Law of Bills and Notes: A Study of
the Origins of Anglo-American Commercial Law, Cambridge: Cambridge University
Press, 1995.
Suryohadibroto, Imam Prayogo dan Djoko Prakoso. Surat Berharga: Alat Pembayaran
dalam Masyarakat Modern. Cet. Ke-3. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. Hukum Dagang Surat-surat Berharga. Yogyakarta: Seksi
Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1989.
Usman, Rachmadi. Dimensi Hukum Surat Berharga: Warkat Perbankan dan Pasar Uang.
Jakarta: Djambatan, 2001.
SUMBER INTERNET
Robin, Louis S. �The Uniform Commerical Code as Federal Law: United States v.
Kimbell Foods, Inc.� http://www.narlo.org/ucc.pdf , diunduh 17 Oktober 2012.
Boss, Amelia H. �The Future of the Uniform Commercial Code Process in an
Increasingly International
World�http://moritzlaw.osu.edu/students/groups/oslj/files/2012/04/68.1.boss.pdf,
diunduh 17 Oktober 2012.
Surat Berharga
10. Saham
Saham adalah suatu bagaian dalam perusahaan yang merupakan kepentingan kepemilikan
dalam wujud benda bergerak dalam suatu perusahaan.[47]
Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah hasil
(return) dan resiko (risk). Ada timbal balik setimbang antara hasil dan resiko,
umumnya apabila hasil suatu jenis investasi tinggi maka risikonya pun tinggi.
Begitu juga investasi saham pada umumnya, yang memiliki resiko dan hasil yang
tinggi. High risk and high return. Dalam investasi saham, selain memperoleh
kesempatan mendapatkan Dividen dan Capital Gain, Investor memiliki keuntungan dari
sifat saham yang Fleksibel dan Liquid. Berikut deskripsinya[48]:
a. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Oleh karena saham adalah tanda
bukti kepemilikian atas emiten (perusahaan penerbit saham) maka investor/pemegang
saham berhak mendapat bagian dari laba perusahaan.
b. Capital Gain, yaitu keuntungan yang berasal dari jual-beli saham berupa
selisih antara harga jual yang lebih tinggi dari harga beli.
c. Fleksibel, pemegang saham dapat menjual sebagian sahamnya apabila tiba-
tiba membutuhkan dana. Berbeda dengan investasi tanah, properti, emas dan
sebagainya yang harus dijual secara keseluruhan.
d. Liquid, prinsip good delivery dan good fund dalam pasar modal menjamin
investor mendapatkan saham dan dananya, dengan ketentuan 3 (tiga) hari setelah
transaksi atau dikenal T+3.
Adapun bentuk-bentuk saham adalah sebagai berikut:
a. Saham Preferen
Saham preferen biasanya disebut sebagai saham campuran karena memiliki
karakteristik hampir sama dengan saham biasa.
Saham Preferen memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang
berbeda.
2) Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi
dari saham biasa dalam hal pembagian dividen.
3) Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat
dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.
4) Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara
pemegang.
b. Saham Biasa
Memiliki karakteristik
1) Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris.
2) Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru.
3) Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari
penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang
(Dunil Z: 2004)
Surat Berharga /waarde papier / negotiable instrument adalah :Sebuah dokumen yang
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan
suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut ,
baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga
kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan. Contoh : Cek, wesel , Saham ,
Obligasi , dll.
Fungsi Surat Berharga
Fungsi Surat Berharga secara yuridis adalah sebagai berikut: Sebagai alat
pembayaran Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan).
Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)
Dilihat dari segi fungsinya , ada 3 macam surat berharga : Surat yang bersifat
hukum kebendaaan (zakenrechtelijke papieren) Surat tanda keanggotaan dari
persekutuan (lidmaatschaps papieren) Surat tagihan hutang
(schuldvorderingspapieren)
Secara fisik Surat Berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi secara hukum
dapat mengikat. Teori secara cauisa yuridis suatu surat berharga mempunyai kekuatan
mengikat :
a) Teori Kreasi (Creatie theorie ) Menurut teori ini sebabnya surat berharga
mengikat penerbitnya adalah karena tindakan penerbit menandatangani surat berharga.
Karena penandatanganan tersebut, penerbit terikat meskipun pihak pemegang surat
berharga sudah beralih kepada pihak lain dari pemegang semula.
Artikel Terkait :
- Akta Pengakuan Hutang Murni
- Pengertian perjanjian dan Syarat- Syarat Perjanjian
- Syarat Sah Perjanjian
- Surat Utang Negara (SUN)
Jenis-Jenis Surat Berharga
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dalam Buku I titel 6 dan titel 7
mengatur
jenis surat berharga seperti:
1. Wessel
2. Surat sanggub
3. Cek
4. Kwitansi-kwitansi dan
5. promes atas tunjuk Dan lain-lain
Sedangkan di dalam perkembangannya sekarang muncul jenis surat berharga
seperti:
Bilyet Giro, Travels Cheque, Credit Card, dsb.
Surat berharga di Indonesia berkembang mulai tahun 1980 setelah adanya deregulasi
ekonomi dalam bidang keuangan. Aturan ini membawa perubahan kepada berkembangnya
pasar keuangan di Indonesia dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan
salah satu bentuk pengembangan pasar financial. Dimana selanjutnya pemerintah
mengeluarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.28/52/DIR dan No 49/52/UPG yang
masing �masing tentang �Persyaratan perdagangan dan penerbitan surat berharga
komersial� melalui bank umum di Indonesia, dimana dengan adanya peraturan tersebut
maka bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang seragam.