Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, & PENGATURAN SURGA

Pengertian Sistem Pembayaran


� Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sistem
pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Perkembangan Berbagai Sistem pembayaran:
1. Barter
� A barter system operates under a coincidence of wants. It is not enough that the
person with something to exchange find someone who wants this product and has
something to offer in exchange. There would be little point to the exchange if the
goods offered by either party were not desired by the other party. Anyone wishing
to exchange goods by barter must find someone who not only wishes the goods offered
by the first but can, in exchange, supply goods desired by the first. Or the person
make a whole series of trades, finally obtaining the desired goods.
� Dari terjemahan tulisan tersebut dapat digambarkan sistem barter harus dilakukan
dengan cara: tidak cukup dengan menemukan orang dengan barang yang memiliki barang,
namun juga orang yang memiliki barang tersebut dan menginginkan barang kita untuk
bertukar. Terkadang harus dilakukan dengan bertukar dengan orang lain dahulu,
sebelum bertukar dengan barang yang sesungguhnya diinginkan. Hal tersebut yang
menjadikan barter menjadi sitem pembayaran yang tidak efisien.
2. Tunai
� Kemudian, oleh karena mekanisme barter mengalami berbagai kesulitan,
diperlukanlah alat tukar yang lebih baik. Maka dipergunakanlah uang. Pada abad yang
lampau, uang yang dipergunakan memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai
nominalnya atau yang disebut dengan uang bernilai penuh (full-bodied commodity
money) yang seringkali terbuat dari logam berharga seperti emas atau perak dengan
standar tertentu. Uang jenis ini kemudian mengalami kesulitan dalam hal
portabilitas. Misalnya untuk membeli suatu barang yang mahal, orang harus membawa
berkantung-kantung emas. Untuk itulah kemudian muncul uang yang tidak bernilai
penuh (representative commodity money) atau uang bertanda (token money) yang
seringkali berbentuk kertas atau logam yang beratnya lebih ringan, yaitu uang yang
nilai intrinsiknya lebih kecil daripada nilai nominalnya. Uang ini sendiri tidak
mempunyai nilai yang berarti sebagai suatu barang (nonmoneter), tetapi uang ini
dalam peredaran �mewakili� sejumlah logam tertentu dengan nilai barangnya sama
dengan nilai nominal uangnya
3. Bentuk Tertulis
� Dalam lalu lintas perniagaan atau perusahaan, kecuali uang kertas, �, orang masih
mengenal surat-surat atau akta-akta lain yang bernilai yang. Surat-surat semacam
ini disebut surat perniagaan (handelspapieren), yang terdiri dari surat berharga
(waardepapieren) dan surat yang berharga (papieren van waarde)
� Surat Berharga/Negotiable instruments?
o Purwosutjipto: Surat berharga itu surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan
mudah dijualbelikan .
Pengaturan SURGA:
1. Mercantile Court, England, Abad 14
� Merupakan pengadilan di Inggris dimana kasus yang dibawa tidak ditangani oleh
hakim biasa melainkan para pedagang itu sendiri. Hukum substantif yang diberlakukan
bukanlah common law itu sendiri melainkan hukum dari para pedagang (the law of
merchant).
� Pada akhir abad 17, disadari bahwa the law of merchant merupakan bagian dari
common law. Pada abad ke 18, saat Lord Manfield menjabat sebagai Chief Justice of
the King�s Bench pada tahun 1756-1788, proses pemasukan (law of merchant ke dalam
common law) sudah sebagian besar selesai.
� Hukum surat berharga yang timbul di Inggris tidak didapat melalui sumber
eksternal, melainkan tumbuh dan berkembang dari common law sendiri sebagai respon
atas perkembangan praktik perdagangan dan keuangan.
� Pada tahun 1882 terdapat undang-undang yang bernama �Bill of Exchange Act� .
2. 1889, US � State Law
Undang-undang ini (�Bill of Exchange Act 1882�) kemudian ditiru pula oleh Amerika
Serikat dalam �Negotiable Instrument Law 1897�.
� 1952, UCC
� Dibentuk dengan tujuan keseragaman dan dapat diberlakukan antar negara bagian di
Amerika Serikat. Hal ini dapat diketahui dari: The U.C.C. has been described as
convenient, uniform, and complete, all desirable characteristics of a federal
common law .
� 1968, UCC
� Pada tanggal 1 Januari 1968, UCC berlaku secara efektif untuk semua negara bagian
terkecuali Mississipi yaitu pada 31 Maret 1968.
� Although the first �beta-version� of the UCC, the 1952 Official Text of the UCC,
was enacted only by Pennsylvania, the 1957 revised Official Text (along with minor
changes promulgated in 1958 and 1962) was enacted by all but one state in the
United States by 1968 .
� The Uniform Commercial Code which repealed Section 870 did not become effective
in the State of Mississippi until March 31, 1968. Miss.Code Ann. 41A:10-101 (Spec.
UCC Supp. 1967)
3. Belanda, KUHD
� Menurut sejarahnya, W.v.K. Hindia Belanda sebenarnya hanyalah duplikat saja dari
W.v.K. Belanda, yang mulai berlaku di negara tersebut sejak 1 Oktober 1838.
Berdasarkan asas konkordansi, W.v.K. Hindia Belanda sejak 1 Mei 1848. W.v.K.
Belanda itu sebenarnya berasal dari Perancis karena pada zaman Napoleon dahulu,
Belanda pernah dijajah Perancis .
� Sistem Perancis dianut Belanda dan Indonesia. Perjanjian wesel adalah perjanjian
penukaran uang, selalu ada klausula tempat dan klausula valuta. Konsekuensi: jika
ada cacad yang mengakibatkan batalnya perjanjian yang menjadi dasar penerbitan
surat wesel, maka pemegang surat wesel tidak berhak atas pembayaran wesel itu,
walaupun pemegang wesel itu adalah orang yang jujur .
� Sistem lain:
� Sistem Jerman. Ajaran abstraksi: surat wesel yang diterbitkan itu terlepas dari
perikatan dasarnya, artinya dengan adanya surat wesel itu para pihak dianggap
melepaskan diri dari perikatan dasarnya. Konsekuensi: jika ada cacad yang
mengakibatkan batalnya perikatan dasar, maka pemegang surat wesel itu tetap berhak
atas pembayaran wesel itu, dan tersangku harus membayarnya .
� Sistem Inggris. Merupakan jalan tengah antara Sistem Perancis dan Sistem Jerman,
artinya memperhatikan perikatan dasar yang menjadi latar belakang penerbitan surat
wesel itu, serta memberikan perlindungan kepada pemegang surat wesel itu, serta
memberikan perlindungan pada pemegagn surat wesel yang jujur, walaupun ada cacad
pada perikatan dasar yang menjadi latar belakang penerbitan surat wesel itu .
� Perkembangan sekarang: Dalam perkembangan selanjutya tiga macam sistem pengaturan
surat berharga ini makin lama makin menuju kepada pendekatan dan persamaan satu
sama lain, sehingga perbedaan yang prinsipil makin dikurangi. Hal yang demikian
bisa terjadi, karena sistem Perancis dan sistem Jerman makin menuju ke arah sistem
Inggris � Amerika (Anglo Saxon) .
Pengertian SURGA:
1. HMN. Purwosutjipto
� Purwosutjipto: Surat berharga itu surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan
mudah dijualbelikan . Unsur:
� Surat bukti tuntutan utang : � akta ialah surat yang ditandatangani, sengaja
dipergunakan sebagai alat bukti.
� Pembawa hak : Surat berharga itu pembawa hak (drager van recht), yang berarti
bahwa �hak� tersebut melekat pada akta surat berharga, seolah-olah menjadi satu
atau senyawa. Ini berarti, kalau akta itu hilang atau musnah, maka hak menuntut
juga turut hilang.
� Mudah diperjualbelikan : agar surat berharga itu mudah diperjualbelikan harus
diberi bentuk �kepada-pengganti� (aan order, to order) atau bentuk �kepada-pembawa�
(aan toonder, to bearer).
2. Mollengraaff
� Akta atau surat bukti, yang menurut keputusan/kehendak penerbit atau ketentuan
undang-undang adalah satu-satunya alat pengesahan, setidak-tidaknya diperlukan
untuk penagihan, itu disebut surat berharga atau surat yang berharga. Dalam
definisi ini Molengraaff memandang surat berharga dan surat yang berharga dalam
satu kelompok .
3. Zevenbergen
� Zevenbergen berpendapat bahwa surat berharga itu ada tigas jenis, yaitu: (1)
surat kepada-pengganti (aan order, to order); (2) surat kepada pembawa (aan
toonder, to bearer); (3) surat rekta (rekta papieren) .
4. Scheltema
� Pada akhir tinjauan kami tentang pengertian surat berharga, kami berpendapat
bahwa akta kepada-pengganti (aan order, to order) dan akta kepada-pembawa (aan
toonder, to bearer) adalah akta-akta yang sengaja dibuat atau diterbitkan untuk
memberi pembuktian tentang perikatan yang tersebut di dalamnya. Jadi, menurut
Scheltema/Wiarda, yang termasuk surat berharga ialah akta kepada-pengganti dan
kepada-pembawa saja, surat rekta tidak termasuk .
5. UCC � 3-104 (a)
� SURGA adalah: Negotiable Instrument
o Except as provided in subsections (c) and (d), �negotiable instrument� means an
unconditional promise or order to pay a fixed amount of money, with or without
interest or other charges described in the promise or order, if it:
(1) is payable to bearer or to order at the time it is issued or first comes into
possession of a holder;?
(2) is payable on demand or at a definite time; and?
(3) does not state any other undertaking or instruction by the person promising or
ordering payment to do any act in addition to the payment of money, but the promise
or order may contain (i) an undertaking or power to give, maintain, or protect
collateral to secure payment, (ii) an authorization or power to the holder to
confess judgment or realize on or dispose of collateral, or (iii) a waiver of the
benefit of any law intended for the advantage or protection of an obligor.?
Ruang lingkup SURGA:
1. Luas
Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.?
� Pasal 1 angka 10 UU NO. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.?� Pasal 1 angka 5 UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
2. Sempit
� Wesel ( Pasal 100 s.d. 173 KUHD)
� Surat Sanggup (Pasal 174 s.d. 177 KUHD)
� Cek (Pasal 178 s.d. 227b KUHD)
Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
penyimpannya dapat dipindahtangankan)?� Sertifikat Deposito (Pasal 1 angka 8 UU NO.
10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
3. Sangat Sempit
� Pengertian surat berharga secara sempit hanya mencakup surat atau instrument yang
berisi janji tak bersyarat dari penerbit untuk membayar sejumlah uang. Sedangkan
surat atau instrument lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai surat berharga .
Fungsi SURGA
1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang)
2. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah atau
sederhana)
3. Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi)
Pengaturan SURGA di Indonesia
Surat berharga yang diatur di dalam KUHD ialah surat-surat seperti wesel, cek,
surat sanggup (order brief), promes serta kwitansi-kwitansi atas tunjuk. Sistematik
peraturannya ialah:
1. Wesel diatur dalam BUKU I Titel ke enam dari bagian pertama sampai dengan bagian
ke duabelas.
2. Surat sangup diatur di dalam BUKU I Titel ke enam bagian ke tigabelas.
3. Cek diatur di dalam BUKU I Titel ke tujuh dalam bagian pertama sampai dengan
bagian ke sepuluh.
4. Kwitansi-kwitansi dan promes atas tunjuk diatur di dalam BUKU I Titel ke tujuh
dalam bagian ke sebelas.
Jadi pengaturan surat-surat berharga itu semuanya adalah di dalam Buku I Titel 6
dan 7
Macam SURGA dilihat dari:
1. Jumlah Para Pihaknya
An instrument is a �note� if it is a promise and is a �draft� if it is an order.
If an instrument falls within the definition of both �note� and �draft,� a person
entitled to enforce the instrument may treat it as either.?o UCC � 3-104 (e)
�Promise� means a written undertaking to pay money signed by the person
undertaking to pay. An acknowledgment of an obligation by the obligor is not a
promise unless the obligor also undertakes to pay the obligation.?o UCC � 3-103 (9)

�Order� means a written instruction to pay money signed by the person giving the
instruction. The instruction may be addressed to any person, including the person
giving the instruction, or to one or more persons jointly or?o UCC � 3-103 (6) in
the alternative but not in succession. An authorization to pay is not an order
unless the person authorized to pay is also instructed to pay.
o JADI, dari jumlah pihaknya macam surga dibedakan menjadi 2: (1) Note, yaitu yang
mengandung promise/ janji � 2 pihak dan (2) Draft, yaitu yang mengandung order/
perintah � 3 pihak
Abdulkadir Muhammad kemudian menjelaskan bahwa surat surat yang diatur dalam titel
6 dan 7 KUHD itu dikategorikan lagi menurut bentuknya menjadi tiga macam yaitu :
a) Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar (schuldbekentenis of
betalingsbelofte)
� Dalam surat ini penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang
kepada pemegang surat itu atau orang yang menggantikannya.
� Termasuk bentuk ini ialah surat sanggup (orderbriefje, promissory note), dan
promes atas tunjuk (promesse aan toonder).
b) Surat perintah membayar (betalingsopdracht, order of payment)
� Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada pihak ketiga (tersangkut) yang
namanya disebutkan dalam surat itu untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
atau penggantinya. Jika pihak ketiga itu tidak mau membayar penerbit tetap
bertanggungjawab atas pembayaran itu.
� Termasuk dalam bentuk ini ialah surat wesel dan surat cek.
c) Surat pembebasan hutang (kwijting, receipt)
� Dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada pihak ketiga untuk membayar
sejumlah uang kepada pemegang yang menunjukkan, dan menyerahkan seurat itu. Dengan
penunjukan dan penyerahan surat itu, pemegang memperoleh pembayaran. Bagi pihak
ketiga yang telah mebayar, surat itu menjadi bukti bahwa ia telah melunasi
hutangnya sehingga ia dibebaskan dari kewajiban membayar kepada penerbit.
� Termasuk dalam bentuk ini ialah kwitansi atas tunjuk.
� Surat berharga ini, kecuali uang kertas bank yang termasuk dalam jenis promes
kepada-pembawa, baik di Indonesia maupun di Nederland sudah tidak ada lagi ,� (hal
ini menjelaskan mengapa dalam berbagai literatur hanya dibahas mengenai surat
berharga yang mengandung janji atau perintah saja).
2. Cara/Kemudahan Peralihannya
o Surat berharga dengan bentuk �kepada-pengganti� dapat dengan mudah diserahkan
kepada orang lain dengan cara �andosemen� (endossement), sedangkan bentuk �kepada-
pembawa� dapat dengan mudah lagi diserahkan kepada orang lain, yakni dengan cara
penyerahan fisik.
o Pembagian menjadi 2:
(1) bentuk �kepada-pengganti�, cara penyerahan: �andosemen� (endossement).?
(2) bentuk �kepada-pembawa�, cara penyerahan: penyerahan fisik.?
o Dasar Hukum: Pasal 613 ayat (3) KUHPer
PERSYARATAN/KRITERIA SURGA
Macam Persyaratan SURGA
syarat materi dari suatu surat berharga?Syarat Materiil
syarat bentuk surat berharga?Syarat Formal
Syarat Materiil SURGA
Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S.H., �Dan jumlah uang yang
diwujudkan di dalam wesel itu dan yang diperintahkan untuk dibayar oleh tersangkut
itu, haruslah sama dengan jumlah uang yang yang menjadi isi perikatan antara
pembeli dan penjual di dalam perjajian jual beli, yang menjadi dasar, dari
penerbitan wesel tersebut. �. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
syarat materiil dari suatu surat berharga adalah:
1. Terbit berdasarkan perikatan dasar ( underlying transaction), dan
2. Jumlahnya sama dan tidak berubah (assignibility)
Syarat Formal SURGA
1. tertulis
2. janji bayar/perintah bayar tak bersyarat
3. sejumlah uang tertentu
4. tanggal pembayaran
5. tanda tangan penerbit
6. mudah dialihkan
7. tanpa jaminan
Tujuan Persyaratan Formal SURGA
Orang memandang hak menagih yang terkandung dalam akta surat berharga itu berdiri
sendiri, terpisah dari induknya yakni peristiwa dasar (hubungan dasar), yang
sebagai akibatnya menimbulkan hak menagih pada pemegang atau krediturnya. Karena
hak menagih pada surat itu bersatu dengan aktanya, maka bentuk akta dari surat
berharga itu perlu ditetapkan agar orang lebih yakin lagi tentang bersatunya hak
menagih dengan akta tersebut .
KEBERADAAN/UMUR SUATU SURGA
3 Tahapan Keberadaan SURGA
1. Penerbitan Surat Berharga
2. Peralihan Surat Berharga
3. Berakhirnya Surat Berharga
PENERBITAN SURGA
Perikatan Dasarnya
Purwosutjipto mencontohkan dengan jual-beli kopi antara A (Pembeli, Penerbit Wesel)
dan C (Penjual, Penerima Wesel) seharga satu juta rupiah, yang dibayar menggunakan
wesel melalui B (Tersangkut)
Para Pihak & Hubungan Hukum antara Para Pihak
1. Macam Pihak
a. 3 Pihak, misal Wesel
b. 2 Pihak, misal Surat Sanggup
2. Para Pihak dalam Macam Pihak
a. Pada 3 Pihak: Penerbit (A), Tersangkut (B), dan Penerima (C)
Hubungan antara A dengan C: sejak adanya peristiwa dasar, di mana C telah
melakukan prestasinya, sedangkan A belum dan berjanji akan membayar dengan cara
menerbitkan surat wesel.?
Sedangkan hubungan hukum antara A dengan B adalah perjanjian penyediaan dana.?
b. Rachmadi Usman membedakan 2 pihak dalam surat sanggup menjadi :
Maker (sekaligus sebagai tertarik), dan?
Payee (atau pengganti/pembawanya).?
Hubungan Hukum antara Perikatan Dasar dengan Penerbitan SURGA
� Dengan adanya peristiwa dasar tersebut di atas, maka terjadilah �hubungan dasar
antara A dengan C�, yang mewajibkan A menerbitkan surat wesel seharga satu juta
rupiah kepada C. Jadi berdasarkan hubungan dasar inilah A menerbitkan surat wesel
dalam usahanya untuk menunaikan prestasinya membayar harga kopi sebanyak satu juta
rupiah.
� Berdasarkan �hubungan dasar� tersebut di atas, A dalam usahanya untuk menunaikan
prestasinya membayar harga kopi yang sudah diterimanya, menerbitkan surat wesel
seharga satu juta rupiah.
� Hubungan antara surat wesel dengan �hubungan dasar� merupakan hal penting bagi
surat berharga dan surat yang berharga. Hubungan tesebut bagi surat yang berharga
masih begitu kuat sehingga hilangnya akta surat yang berharga tidak merupakan
alasan bagi hilangnya hak menagih, sedangkan bagi surat berharga hubungan tersebut
hampir putus, shingga hilangnya surat berharga tersebut berakibat hilangnya hak
menagih bagi si kreditur.
Kapan Terjadinya Penerbitan SURGA
1. Teori Kreasi
� Dasar hukum dari perikatan surat berharga bagi seorang penghutang surat berharga
itu adalah terletak pada perbuatan penandatanganan dari surat tersebut.
� Keberatan: tidaklah mungkin satu pernyataan dari sepihak saja menimbulkan suatu
perikatan (verbitenis).
2. Teori Perjanjian
� Dasar hukum dari perikatan surat berharga adalah terletak pada suatu perjanjian.
Perbuatan bersifat dua belah pihak ini merupakan seuatu perjanjian, yaitu antara
orang yang memberikan surat berharga itu dengan orang yang memperoleh surat
tersebut.
� Keberatan: teori ini tidak dapat menjelaskan beberapa hal yang dapat timbul dalam
waktu peredaran surat berharga itu. Tidak dapat menerangkan mengapakah penghutang
masih tetap bertanggung jawab pada pemegang, walaupun jatuhnya surat tersebut ke
tangan si pemegang adalah di luar kehendak si penerbit.
3. Teori Kepantasan (Redelijkheids teori)
� Mengakui teori kreasi sekaligus menerima keberatan terhadap teori kreasi, menurut
teori ini teori kreasi harus ditambah dalil: hanya orang yang memperoleh surat yang
telah ditanda-tangani dan yang diperolehnya secara pantaslah (redelijk) yang
mendapat perlindungan.
� Keberatan: teori ini masih tetap berpedoman bahwa dengan perbuatan sepihak saja
(creaeren) sudah timbul perikatan.
4. Teori Penunjukan (Vertoningstheorie)
� Perikatan surat berharga, baru timbul dengan menunjukkan surat itu. Jika
seseorang menguasai surat berharga pada hari gugur dan menunjukkannya kepada
penghutang untuk meminta pembayaran, maka pada saat itulah dia menjadi penagih, dan
pada saat penunjukan itu pulalah si penghutang emnjadi terikat membayar.
� Keberatan (Zevenbergen): Pasal 142 ayat 2 KUHD, justru menggambarkan timbulnya
kewajiban pada penghutang surat berharga sebelum hari gugur, yang berarti bahwa
sebelum hari gugurpun perikatan itu telah ada.
KESIMPULAN mengenai kapan terbitnya Surat Berharga
Menurut Zevenbergen, tanda-tangan itu sendiri tidaklah bersifat menciptakan hukum
akan tetapi hanya bersifat memberi kesan menciptakan hukum.
Selanjutnya menurut Zevenbergen ada 2 peristiwa yang bersama-sama mengakibatkan
timbulnya perikatan tersebut yaitu:
1. Perbuatan penanda-tanganan yang bersifat memberi kesan meciptakan hukum oleh
satu pihak, dan
2. Perolehan secara jujur dari pihak lain atas surat itu.
Penanda-tangan dari sepucuk surat berharga yang dperedarkan tidak menurut aturan
(tidak dengan cara yang biasa) adalah terikat terhadap orang yang memperoleh surat
itu secara jujur, oleh karena ia dengan menanda-tangani surat itu menimbulkan suatu
kesan kepada orang itu bahwa dia menghendaki terikat, dia berbuat seolah-olah dia
menjalani suatu perjanjian.
PERALIHAN SURGA
Prinsip Hukum Peralihan Hak
� Pasal 584 KUHPer : Jadi menurut pasal ini, syarat pemilikan atas suatu benda
adalah sebagai berikut :
o Benda itu berasal dari orang yang berhak berbuat bebas terhadap benda yang
bersangkutan.
o Peraluhan hak atas benda itu berdasar atas peristiwa perdata yagn sah untuk
mindahkan hak milik.
Syarat Penyerahan Hak
� Legitimasi material: tidak hanya tampaknya berhak, tetapi orang itu benar-benar
berhak
Prinsip Hukum Peralihan Hak pada SURGA:
1. Legitimasi Material
2. Legitimasi Formal
Bagi seorang debitur yang beritikad baik dibebaskan untuk menyelidiki, apakah orang
yang tampaknya berhak, karena dia meguasai benda itu, dia adalah orang yang benar-
benar berhak. Di sini berlakulah asal �legitimasi formal�, lawan daripada
�legitimasi material� .
� Perhatikan ketentuan :
1) Pasal 1977 ayat (1) KUHPer
� Alas-hak yang sepurna bagi surat berharga ialah �bezit�, yaitu penguasaan atas
surat berharga (pasal 1977 ayat (1) KUHPER).
2) Pasal 1386 KUHPer
� Bila seorang debitur yang beritikad baik telah membayar kepada orang yang
memiliki legitimasi formal, dibebaskan dari segala kewajiban, meskipun di belakang
hari ternyata bahwa orang yang memiliki legitimasi formal itu bukan orang yang
benar-benar berhak.
3) Pasal 533 KUHPer
� Iktikad baik selamanya harus dianggap ada pada tiap-tiap pemegang kedudukan.
4) Pasal 1965 BW
� Barang siapa menuduh seseorang beritikad buruk, harus membuktikan tuduhannya itu.
Mekanisme Peralihan Hak pada SURGA
� Surat berharga dengan bentuk �kepada-pengganti� dapat dengan mudah diserahkan
kepada orang lain dengan cara �andosemen� (endossement), sedangkan bentuk �kepada-
pembawa� dapat dengan mudah lagi diserahkan kepada orang lain, yakni dengan cara
penyerahan fisik.
� Pembagian menjadi 2:
o (1) bentuk �kepada-pengganti�, cara penyerahan: �andosemen� (endossement).
o (2) bentuk �kepada-pembawa�, cara penyerahan: penyerahan fisik.
� Dasar Hukum: Pasal 613 ayat (3) KUHPer
Konsekuensi Peralihan SURGA
o Pembagian menjadi 2:
(1) bentuk �kepada-pengganti�, menurut pasal 115 ayat (1) KUHD untuk menjadi
pemegang sah sepucuk surat berharga, misalnya surat wesel, tidak hanya diperlukan
bahwa dia tercatat sebagai pemegang yang terakhir, tetapi dia juga harus bisa
menunjukkan satu deretan tak terputus dari semua pengandosemenan surat berharga
(wesel) itu .?
(2) bentuk �kepada-pembawa�, berdasarkan pasal 1977 ayat (1) KUHPer, dengan
penguasaan secara nyata (bezit), jika tidak dibuktikan sebaliknya, adalah cukup
untuk menjadikan pemegangnya sebagai pemegang sah sepucuk surat berharga.?
BERAKHIRNYA SURGA
Pengertian Berakhirnya SURGA
� Yaitu saat surat berharga memperoleh tujuan akhirnya yaitu pembayaran
Kapan Berakhirnya SURGA?
UCC membedakan kapan dan bagaimana pembayaran tersebut dapat terjadi berdasarkan
hal berikut:
� 3-108. PAYABLE ON DEMAND OR AT DEFINITE TIME.
(a) A promise or order is �payable on demand� if it (i) states that it is payable
on demand or at sight, or otherwise indicates that it is payable at the will of the
holder, or (ii) does not state any time of payment.
(b) A promise or order is �payable at a definite time� if it is payable on elapse
of a definite period of time after sight or acceptance or at a fixed date or dates
or at a time or times readily ascertainable at the time the promise or order is
issued, subject to rights of (i) prepayment, (ii) acceleration, (iii) extension at
the option of the holder, or (iv) extension to a further definite time at the
option of the maker or acceptor or automatically upon or after a specified act or
event.
(c) If an instrument, payable at a fixed date, is also payable upon demand made
before the fixed date, the instrument is payable on demand until the fixed date
and, if demand for payment is not made before that date, becomes payable at a
definite time on the fixed date.
Jadi berdasarkan UCC � 3-108 tersebut, pembayaran dapat dilakukan, yaitu:
a. Pada saat diunjukkan, atau
b. Pada waktu tertentu
ISTILAH DALAM SURGA
Beberapa Istilah dalam SURGA (diambil dari buku Iman Prayogo Suryohadibroto dan
Djoko Prakoso terkecuali Penerima dan Avalist) :
1. Penerbit (Maker/ Drawer)
� Penerbit (Belanda: treker, Inggris: drawer), yaitu orang yang mengeluarkan surat
wesel.
2. Tersangkut (Drawee/Tertarik)
� Tersangkut (Belanda: betrokkene, Inggris: drawee), yaitu orang yang diberi
perintah tanpa syarat untuk membayar.
3. Penerima (Payee/Penarik)
� Pihak yang ditunjuk oleh penerbit untuk menerima sejumlah uang tertentu pada hari
bayar dari tertarik selaku pemegang/ pembawa/ pengganti (payee).
4. Endosan
� Endosan (Belanda: endosant, Inggris: indorser), yaitu orang yang memperalihkan
surat wesel kepada pemegang berikutnya.
5. Akseptan
� Akseptan (Belanda: acceptant, Inggris: acceptor), yaitu tersangkut yang telah
menyetujui untuk membayar surat wesel pada hari bayar, dengan memberikan tanda
tangannya.
6. Pemegang (holder)
� Pemegang pertama (Belanda: nemer, Inggris: holder), yaitu orang yang menerima
surat wesel pertama kali dari penerbit.
7. Avalist
� Aval diatur dalam pasal 129 s/d 131 KUHD. Aval adalah lembaga jaminan dalam hukum
wesel, dengan mana pihak yang mengikatkan diri untuk menjamin pembayaran surat
wesel itu pada hari bayar. Artinya apabila pada hari bayar pemegang tidak
memperoleh pembayaran dari akseptan, orang yang memberi jaminan ini akan
membayarnya.
� Jaminan aval dapat diberikan oleh pihak ketiga, bahkan oleh setiap orang yang
tanda tangannya termuat dalam surat wesel itu. Yang dimaksud dengan pihak ketiga
ialah orang yang berdiri sendiri di luar hubungan hukum wesel. Dengan ikut sertanya
pihak ketiga itu sebagai avalis, maka bertambahlah jumlah personil wesel sebagai
debitur wesel. Yang dimaksud dengan orang yang mempunyai tanda tangan pada surat
wesel ialah penerbit, akseptan, endosan.
DAFTAR PUSTAKA
Hatiningrum, Udjiani. Aspek Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan
Ajar Universitas Mercubuana, s.t..
Iswandoro. Uang dan Bank. Ed. Ke-4. Cet. Ke-5. Yogyakarta: BPFE, 1997.
Kamerschen, David R. Money and Banking, 10th edition. Cincinnati: South-Western,
1992.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga. Cet. Ke-2.
Bandung: Alumni, 1984.
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia VII: Hukum Surat
Berharga. Jakarta: Djambatan, 2000.
Rogers, James Steven. The Early History of the Law of Bills and Notes: A Study of
the Origins of Anglo-American Commercial Law, Cambridge: Cambridge University
Press, 1995.
Suryohadibroto, Imam Prayogo dan Djoko Prakoso. Surat Berharga: Alat Pembayaran
dalam Masyarakat Modern. Cet. Ke-3. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. Hukum Dagang Surat-surat Berharga. Yogyakarta: Seksi
Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1989.
Usman, Rachmadi. Dimensi Hukum Surat Berharga: Warkat Perbankan dan Pasar Uang.
Jakarta: Djambatan, 2001.
SUMBER INTERNET
Robin, Louis S. �The Uniform Commerical Code as Federal Law: United States v.
Kimbell Foods, Inc.� http://www.narlo.org/ucc.pdf , diunduh 17 Oktober 2012.
Boss, Amelia H. �The Future of the Uniform Commercial Code Process in an
Increasingly International
World�http://moritzlaw.osu.edu/students/groups/oslj/files/2012/04/68.1.boss.pdf,
diunduh 17 Oktober 2012.

Surat Berharga

A. PENGERTIAN SURAT BERHARGA


1. Pengertian Surat Berharga
KUHD tidak menjelaskan secara implisit tentang apa yang disebut dengan surat
berharga. Oleh karena itu, untuk mengetahui definisi surat berharga perlu dirujuk
pendapat-pendapat para sarjana hukum tentang surat berharga.
Prof. Drs. C.S.T Kansil, S.H. mendefinisikan surat berharga ialah surat bernilai
uang yang diciptakan bagi keperluan efisiensi pembayaran yang diakui dan dilindungi
hukum bagi keperluan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan, dan lain
sejenisnya. Surat-surat yang demikian memberika hak kepada pemegang, yang
bermanfaat bagi yang menerima atau memilikinya.[1]
Surat berharga (waarde papier) adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja
diterbitkan sebagai pelaksana pemenuhan prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah
uang. Akan tetapi, pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang,
melainkan mengantinya dengan alat bayar lain berupa surat yang mengandung perintah
kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup membayar kepada pemegang surat.[2]
Mengenai surat berharga Purwosutjipto, memberikan pendapatnya sebagai berikut[3]:
�Surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan mudah
diperjualbelikan�.
Bedasarkan dua pendapat para sarjana tersebut dapat diambilkan
kesimpulan bahwa surat berharga adalah surat yang didalamnya terkandung hak tagih
berupa uang tunai, dapar diperjualbelikan, dipindahtangankan.
Hak tagih memberikan pengertian bahwa surat ini pemilik surat berharga
sebagai pembawa hak, harus meyerahkan dan menunjukkan suratnya. Apabila dikemudian
hari surat itu hilang maka hilang pula hak tagihnya. Hal ini, berarti bahwa sebagai
pembawa hak tagih dari surat berharga adalah surat berharga itu sendiri.
Berupa uang tunai memberikan pengertian bahwa fungsi surat berharga ini hanya
sebagai alat ganti dari uang tunai, dan apabila suatu saat hak tagih itu digunakan
maka yang dapat ditagih oleh pemegang hak adalah berupa uang tunai berupa uang,
bukan berupa hak lain.
Dapat diperjualbelikan memberikan pengertian bahwa surat berharga dapat
dipindahtangankan kapanpun apabila dikehendaki. Sedangkan sifat dapat
dipindahtangankan ini dapat diketahui dari klausul yang dibubuhi dalam surat itu
sehingga dapat dipindahtangankan.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan, Abdulkadir Muhammad, bahwas surat
berharga memiliki tiga fungsi utama, yaitu[4]:
1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang)
2. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah
atau sederhana)
3. Sebagai surat bukti atas hak tagih (surat legitimasi)
Adapun tujuan dari penerbitan surat berharga adalah sebagai pemenuhan prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang.[5]
2. Perbedaan Surat Berharga dan Surat yang Mempunyai Harga
Abdulkadir Muhammad,S.H. dalam bukunya �Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga�
membedakan pengertian dua macam surat, yaitu antara �surat berharga� yang dalam
bahasa Belanda �waarde papier� , di Negara Anglo Saxon dikenal dengan istilah �
negotiable instruments�, dengan � surat yang mempunyai harga atau nilai� yang dalam
bahasa Belanda �papier van waarde�, dalam bahasa inggrisnya �letter of value�.[6]
Surat yang mempunyai harga ( papier van waarde) diartikan sebagai surat yang
berfungsi sebagai alat bukti bahwa orang yang memegang berhak atas apa yang
disebutkan, atau untuk menikmati hak yang disebutkan dalam surat itu, dan bukan
dibuat bukan untuk memenuhi prestasi. Seperti, konosemen, surat penitipan sepeda
motor, tiket/karcis, dan lain-lain.[7]
Selanjutnya, Purwosutjipto memberikan definisinya sebagai berikut[8]:
�Surat yang mempunyai harga adalah surat bukti tuntutan utang yang sukar
diperjualbelikan.
Adapun perbedaan surat berharga dan surat yang mempunyai harga berdasarkan pendapat
sarjana hukum yang dikemukakan di atas, adalah sebagai berikut:
a. Surat berharga
1) Di dalam surat berharga terdapat hak tagih atas sejumlah uang.
2) Merupakan alat pembayaran.
3) Dapat diperjualbelikan dengan mudah.
4) Sebagai pemenuhan prestasi.
b. Surat yang mempunyai harga
1) Hanya merupakan alat bukti.
2) Tidak dapat diperjualbelikan dengan mudah.
3) Bukan merupakan alat pembayaran.
4) Di dalamnya terkadung hak yang bermacam-macam selain uang.
B. SEJARAH SURAT BERHARGA
Berdasarkan fakta sejarah yang menyatakan, bahwa KUHP dan KUHD
diberlakukan di Indonesia melalui asas .konkordasi dari burgerlijk weetbook
danweetbook van koophandel yang merupakan kitab hukum milik Belanda,. Demikian
halnya dengan kitab kodifikasi hukum yang dimiliki oleh Belanda, yang kemudian
diberlakukan di Indonesia juga diberlakukan dengan asas konkordansiCode Civil dan
Code de Comerrce Perancis. Oleh karena itu, isi dan bentuknya hampir sama.
Adapun mengenai sejarah pengaturan surat berharga ini, dikenal tiga
macam sistem pengaturan yang berlainan satu sama lain, yaitu:
1. Pengaturan Menurut sistem Perancis
Berdasarkan pendapat para sarjana hukum perancis seperti Pothier dan Domat
(pendapat mereka merupakan dasar dari penyusunan Code de CommercePerancis 1807).
Menurut pendapat para sarjana hukum tersebut sebagaimana dikutip oleh Abdulkadir
Muhammad adalah sebagai berikut[9]:
�Perjanjian wesel itu adalah perjanjian penukaran uang (contract de change). Jika A
memberikan uang kepada B di suatu tempat, maka B akan membayar uang tersebut kepada
A di tempat lain. Pembayaran oleh B dilakukan dengan menerbitkan sepucuk surat
wesel. Surat wesel itu berlaku sebagai bukti dari perjanjian penukaran uang tadi.
Jadi dalam surat wesel selalu ada klausula valuta (sebagai dasar perjanjian
penukaran uang). Dalam contoh tadi B bertindak sebagai penerbit, sedangkan A
bertindak sebagai pemegang pertama. Karena surat wesel berfungsi sebagai alat bukti
penukaran uang, maka A sebagai pemegang pertama dapat memindahtangankan surat
tersebut kepada orang lain, dengan uang pula.
Konsekuensi dari pendapat ini adalah apabila terdapat cacat dalam surat wesel
tersebut, maka pemegang surat wesel tidak dapat menjadikannya sebagai alat bukti
bagi penarikan sejumlah uang. Sistem ini kemudian dianut di Negara Perancis,
Belanda, Indonesia, Belgia, Spanyol, Rumania, dan Negara-negara Amerika Tengah dan
Amerika Selatan.
Berdasar penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut sistem Perancis
pengaturan mengenai surat berharga ini di awali dengan adanya pengaturan surat
wesel sebagai pendapat dua sarjana di atas yang kemudian diadopsi dalam Code de
Commerce.
2. Pengaturan Menurut Sistem Jerman
Pengaturan menurut sisten Jerman ini didasarkan pada pendapat sarjana Jerman,
seperti Einert dan Thol. Pendapat mereka ini dijadikan dasar dari pembentukan
�Algemenie Deutsche Wechselordnung� yaitu undang-undang tentang surat wesel tahun
1848. Ajaran mereka ini menyatakan bahwa, perjanjian surat wesel ini terlepas dari
perjanjian dasarnya, artinya dengan adanyan surat wesel ini para pihak telah
melepaskan dari perjanjian dasarnya. Ajaran ini dikenal dengan � ajaran abstraksi�.
[10]
3. Pengaturan Menurut Sistem Inggris
Pengaturan menurut sistem Inggris ini dapat diketahui dari undang-undang yang
bernama � Bill of Exchange Act.1882� yang sebelumnya merupakan rancangan undang-
undang yang disusun oleh Sir Machenzie D. Chaimers. Undang-undang ini kemudian
diadopsi oleh Amerika Serikat dalam �Negoitable Instruments law 1897�.[11]
Sistem ini merupakan jalan tengah antara sistem Peracis dan Jerman, sistem ini
menolak ajaran abstraksi pada sistem Jerman, dan memperhatikan perikatan dasar yang
melatatbelakangi penerbitan surat wesel, serta memberikan perlindungan kepada
pemegang surat wesel yang jujur, walaupun dalam surat wesel terdapat cacat. Sistem
ini dianut oleh negara-negara yang pada umumnya berbahasa Inggris seperti Amerika
Serikat dan Irlandia.[12]
Bedasar paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya sistem
pengaturan surat berharga ini merupkan bentuk tesis-antitesis dari para sarjana
dari berbagai Negara, kemudia pada perkembangannya ketiga bentuk sistem tersebut
diseragamkan untuk memperoleh sistem hukum yang semaikn baik.
4. Usaha-Usaha Penyeragaman dan Sumber Pengaturan Surat Berharga
Dalam perkembangan selanjutnya ketiga sistem pengaturan surat berharga ini, makin
lama makin menuju kepada pendekatan dan persamaan satu sama lain, sehingga
perbedaan-perbedaan yang prinsipil dikurangi. Hal ini dapat saja terjadi, sebab
sistem Inggris dan Jermah semakin menuju kearah sistem Inggeris-Amerika (Anglo
Saxon).
Pendekatan yang dilakukan oleh sistem Perancis ialah dengan jalan mengadakan
perubahan-perubahan dalam perundang-undangan tentang surat wesel dan surat sanggup,
pada tanggal 7 Juni 1894 mengahapuskan klausula �perbedaan tempat�, pada tanggal 8
Februari 1922 mengahapuskan klausula �valuta� dan menganut asas perlindungan
terhadap pihak ketiga yang jujur. Sistem jerman akhirnya melepaskan ajaran
�abtraksi dan janji untuk membayar� . Dengan pendekatan-pendekatan ini akhirnya
hanya dikenal dua sistem saja, yaitu sistem Eropa Kontinental dan sistem Inggris-
Amerika atau Anglo Saxon.[13]
Dengan adanya konferensi jeneva tahun 1930 tentang unifikasi pengaturan surat
wesel, surat sanggup, dan 1931 tentang surat cek antara negara-negara peserta.
Usaha penyeragaman secara internasional dalam hukum surat berharga semakin menuju
pada kenyataan. Adapun rumusan-rumusan yang telah disepakati dalam konferensi
tersebut adalah, sebagai berikut[14]:
a. Tahun 1930 tentang surat wesel dan surat sanggup
1) Perjanjian penyeragaman surat wesel, surat sanggup.
2) Perjanjian penyelesaian perselisihan antara berbagai undan-undang mengenai
surat surat wesel dan surat sanggup antar negara-negara peserta.
3) Perjanjian mengenai materai suarat wesel dan surat sanggup.
b. Tahun 1931 tentang surat cek
1) Perjanjian penyeragaman surat cek.
2) Perjanjian penyelesaian perselisihan antara berbagai undang-undang mengenai
surat cek antara negara-negara peserta.
3) Perjanjian mengenai materai surat cek.
Rancangan beberapa perjanjian internasional tersebut ditanda tangani oleh mayoritas
peserta, kecuali Amerika Serikat. Kemudian Inggris yang hanya menandatangani
rancangan perjanjian tentang materai pada surat wesel, surat sanggup, dan surat
cek. Sedangkan Yunani tidak menandatangani perjanjian semua perjanjian tentang
materai. Adapun alasan dari merika Serikat dan Inggris yang tidak mau
menandatangani perjanjian internasional tersebut, dikarenakan mereka sanggat
mementingkan tujuan utama dari surat berharga yakni sebagai alat pembayaran uang
atau alat tukar uang (negotiable instruments), yang menurut mereka apabila
mengikuti seluruh peraturan yang dirumuskan dalam rancangan perjanjian tersebut,
maka tujuan tersebut tidak terpenuhi semuanya.[15]
Sedangkan menurut sitem Anglo Saxon yang dianut Inggris dan Amerika
Serikat, yang dimaksud dengan negotiable instruments ialah surat yang menggantikan
uang. Oleh karena itu, dapat dipindah tangankan secara bebas, dapat diuangkan
setiap saat oleh pemegangnya, dapat diperlakukan baik menurut ketentuan undang-
undang maupun menurut kebiasaan dikalangan pedagang.[16]
Negoitble instrument ini terdiri dari tiga macam yaitu bill of
exchange, cheque, dan promissory note. Bill of exchange dapat diterbitkan atas
pengganti dan atas tunjuk. Berbeda dengan surat wesel, yang hanya dapat diterbitkan
hanya atas pengganti saja. Demikian halnya dengan promissory note, dapat
diterbitkan sama dengan bill of exchange. Sedangkan cheque dapat diterbitkan atas
penglihatan (on demand) pada suatu banker. Dalam pengertian bill of exchange
termasuk juga cheque, hal ini tentu berlainan dengan rancangan perjanjian jeneva
itu.
Belanda yang juga ikut menandatangani perjanjian internasional tersebut
kemudian pada tahun 1932 menyesuaikan weetbook van koophandel dengan ketentuan-
ketentuan dalam perjanjian-perjanjan tersebut dengan mengubah titel 6 dan 7 buku I
tentang surat wesel, surat sanggup, surat cek. Perubahan ini lalu diteruskan pada
W.v.K Hindia Belanda dengan Stb. 1934-562 jo. Stb. 1935-531, perubahan mana bagi
Hindia Belanda mulai berlaku sejak 1 Januari 1936.
Adapun pengaturan-pengaturan dalam buku I titel 6 dan titel 7 itu
adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan tentang surat wesel, dalam buku I titel 6 dari bagian kesatu
sampai dengan keduabelas.
b. Pengaturan tentang surat sanggup, dalam buku I titel 6 bagian ketigabelas.
c. Pengaturan tentang surat cek, dalam buku I titel 7 dari bagian kesatu
sampai dengan bagian kesepuluh.
d. Pengaturan tentang surat kwitansi atas tunjuk dan promes atas tunjuk, dalam
buku I titel 7 bgaian kesebelas.
C.MACAM-MACAM SURAT BERHARGA
Terdapat beberapa macam surat bernilai uang yang diatur dalam hukum
dagang, yaitu wesel, cek, aksep, promes, promes, konosemen, saham, obligasi, dan
lain-lain.
1. Wesel
a. Pengertian dan Syarat-syarat Wesel
Istilah wesel berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda yaitu
wissel, dalam bahasa Jerman Wechsel, dalam bahasa Perancis letter de Change.
Beberapa istilah ini mempunyai pengertian yang sama dari sistem Perancis dan Jerman
yang sudah diseragamkan dalam perjanjian internasional di jeneva tahun 1930. Dalam
hal ini, Inggris memberikan pngertian lain tentang apa yang disebut dengan wesel,
dalam bahasa Inggris wesel disebut bill of change, hal in terjadi disebabkan
Inggris pada waktu itu tidak ikut menandatangani perjanjanjian dalam konferensi
jeneva.[17]
Menurut C.S.T Kansil wesel adalah surat berharga yang mengandung suatu
perintah pembayaran yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUHD.
Lebih lanjut, ia menjelaskan wesel merupakan suatu perintah pembayaran yang
diberikan oleh penarik kepada yang kena tarik yang harus melakukan pembayaran
kepada pemegangnya.[18]
Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad, wesel adalah surat yang memuat
kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit
memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada pemegang atau penggantinya, pada tanggal dan tempat tertentu.
Adapun syarat-syarat bagi suatu wesel, sebagaimana yang disebutkan
dalam pasal 100 KUHD adalah sebagai berikut:
1) Kata wesel harus jelas tertulis pada surat;
2) Perintah yang tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang yang telah
ditentukan;
3) Nama orang yang harus membayar;
4) Tanggal pembayaran;
5) Tempat pembayaran;
6) Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain ditunjuk untuk membayar
kepadanya;
7) Tanggal dan tempat surat wesel itu ditariknya;
8) Tanda tangan yang mengeluarkan surat wesel.
Selanjutnya, pasal 101 KUHD menegaskan bahwa semua persyaratan di atas harus
dipenuhi dan seandainya salah satu persyaratan itu tidak terpenuhi maka surat
tersebut tidak berlaku sebagai surat wesel, kecuali didapat hal-hal sebagai
berikut:
1) Hari/tanggal bayar yang tidak ditentukan dalam wesel, dianggap pembayaran
harus dilakukan pada tanggal/hari ditunjukkannya wesel tersebut (wesel tunjuk).
2) Dalam hal tidak adanya ketentuan khusus, maka tempat yang tertulis di
samping nama tertarik dianggap sebagai tempat pembayaran dan tempat di mana
tertarik berdomisili.
3) Surat wesel yang tidak menerangkan tempat tertariknya, hal ini harus
dianggap ditandatangani di tempat yang tertulis di samping penarik.
b. Personil Wesel
Dalam hukum wesel, dikenal beberapa personil wesel, yaitu orang-orang yang terlibat
dalam lalu lintas pembayaran dengan surat wesel, antara lain[19]:
1) Penerbit, adalah terjemahan dari istilah Belanda trekker, bahasa Inggrisnya
drawer, yaitu orang yang mengeluarkan surat wesel.
2) Tersangkut, adalah terjemahan dari istilah Belanda betrokene, bahasa
Inggrisnya drawee, yaitu orang yang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar.
3) Akseptan, adalah terjemahan dari bahasa Belanda acceptant, bahasa
Inggrisnya acceptor, yaitu tersangkut yang telah menyetujui untuk membayar surat
wesel pada hari bayar dengan memberikan tanda tangannya.
4) Pemegang pertama, adalah terjemahan dari istilah Belanda memer, bahasa
Ingrissnya holder, yaitu orang yang menerima surat wesel pertama kali dari
penerbit.
5) Pengganti, adalah terjemahan dari bahasa Belanda geendosseerde, bahasa
Inggrisnya indorsee, yaitu orang yang menerima peralihan surat wesel dari pemegang
sebelumnya.
6) Endosan, berasal dari istilah Belanda endosant, bahasa indoser, yaitu orang
yang memperalihkan surat wesel kepada pemegang berikutnya.
c. Bentuk Surat Wesel
1) Wesel Biasa
Surat wesel yang mana sebagai pihak tersangkut yang diperintahkan membayar adalah
manusia pribadi.
2) Wesel Bank
Merupakan wesel yang mana sebagai pihak tersangkut yang diperintahkan membayar
adalah bank.
3) Wesel Khusus
a) Wesel atas pengganti penerbit
Pasal 102 ayat 1 KUHD menyatakan, bahwa penerbit dapat menerbitkan surat wesel yang
berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya penerbit menunjuk dirinya sendiri
sebagai pemegang pertama.[20]
b) Wesel atas penerbit sendiri
Pasal 102 ayat 2 KUHD menyatakan, bahwa surat wesel dapat diterbitkan oleh penerbit
sendiri. Maksudnya adalah penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk
membayar.[21]
c) Wesel untuk perhitungan orang ketiga
Pasal 102 ayat 3 KUHD menyatakan bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk
perhitungan orang ketiga.[22]
d) Wesel incasso
Wesel incasso adalah bentuk surat berharga yang bertujuan untuk memberi kuasa
kepada pemegang pertama untuk menagih sejumlah uang tidak untuk diperjualbelikan.
[23]
e) Wesel berdomisili
Pasal 100 ayat 5 KUHD menyatakan, bahwa surat wesel memuat nama tempat di mana
tersangkut harus melakukan pembayaran. Umumnya tempat pembayaran dilakukan di
tempat kediaman tersangkut. Namun ketentuan ini tidak selalu demikian, adakalanya
pembayaran dilakukan di tempat lain. Menurut ketentuan pasal 103 KUHD ada surat
wesel yang harus dibayar di tempat tinggal orang ketiga, baik di tempat tinggal
tersangkut, maupun di tempat lain. Wesel semacam ini disebut wesel berdomisili.[24]
d. Penetapan Hari Bayar Wesel
Dalam Surat wesel harus disebutkan ketentuan hari bayar (vervaldag, time of
payment). Jika tidak disebutkan, surat wesel itu dianggap harus dibayar pada hari
diperlihatkan . Menurut ketentuan pasal 132 KUHD ada empat cara menentukan hari
bayar surat wesel:[25]
1) Pada waktu diperlihatan (op zicht, on demand), surat wesel ini disebut
surat wesel atas penglihatan (zicht-wissel, demand draft).
2) Pada waktu tertentu sesudah diperlihatkan (nazicht, after sight) surat
wesel ini surat wesel sesudah penglihatan (nazicht wissel, after sight draft).
3) Pada hari tanggal yang ditentukan (dato, after date), surat wesel ini
disebut wesel sesudah penanggalan (dato-wissel, after date draft).
4) Pada hari tanggal yang ditentukan (dag, date), surat wesel disebut wesel
penanggalan (dagwissel, date draft).
2. Surat Sanggup
a. Pengertian dan Syarat-Syarat Surat Sanggup
Istilah surat sanggup berasal dari bahasa Belanda orderbriefje, bahasa Perancisnya
billet a orde, bahasa Inggrisnya promissory note. Dalam undang-undang istilah surat
sanggup dikenal dengan promesse aan order. Surat sanggup ini juga disebut askep
berasala dari bahasa Perancis �accept�, artinya setuju. Kata sanggup atau setuju
ini didalamnya menganding suatu janji untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
atau penggantinya pada waktu tertentu.
Selanjutnya dalam menurut yang diberikan C.S.T Kansil surat sanggup (aksep)
merupakan surat yang menyebutkan suatu janji atau kesanggupan untuk membayar dan
tidak mengandung perintah sebagaimana wesel.[26]
Jadi, surat sanggup merupakan surat yang diterbitkan sebagai tanda sanggup atau
setuju membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu.
Dalam hal ini, kedudukan akseptan surat sanggup memiliki kedudukan yang sama dengan
akseptan surat wesel.[27]
Perlu diketahui, bahwa dalam KUHD tidak terdapat perumusan yang secara jelas
menyatakan pengertian dari surat sanggup. Tetapi dalam pasal 174 KUHD dimuat
syarat-syarat formil dari surat sanggup. Dari syarat-syarat tersebutlah kemudian
para sarjana merumuskan definisi dari surat sanggup. Adapun syarat-syarat dari
surat sanggup adalah sebagai berikut[28]:
1) Keterangan tertunjuk yang menyebutkan kesanggupan untuk menanggung
pembayaran itu (promes kepada penunjuk)
2) Kesanggupan yang tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3) Penetapan hari bayarnya.
4) Penetapan tempat pembayaran.
5) Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya
berhak mendapatkan bayaran.
6) Tanggal dan tempat surat sanggup ditandatangani.
7) Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup.
Dalam surat sanggup ini, tidak ada pihak tersangkut, sebab penandatangan sebagai
penerbit mengikatkan diri untuk membayar kepada penerima yang memegannya. Jadi
penerbit disini berposisi sebagai akseptan pada surat wesel, karena itu kedudukan
penandatangan berbeda dengan kedudukan penerbit surat wesel. Jika dalam surat wesel
penerbit merupakan debitur wajib regres[29], sedangkan dalam surat sanggup penerbit
adalah debitur yang wajib membayar sama seperti akseptan dalam surat wesel.
b. Sifat Surat Sanggup
Surat sanggup merupakan suratb berharga yang berklausula atas pengganti atau promes
atas pengganti, meskipun klausula tersebut tidak disebutkan dalam surat tersebut ia
tetap disebut sebagai surat atas pengganti. Adapun cara pemindahan surat ini harus
dilakukan dengan endosemen, dengan endosemen tersebut semua hak yang timbul dari
hubungan hukum surat sanggup beralih kepada pemegang berikutnya. Dengan begitu,
dalam surat sanggup ini sudah terdapat jaminan bahwa pada hari bayar pemegang pasti
memperoleh pembayaran dari penanda tangan.
Selanjutnya, berdasarkan pernyataan dari Abdulkadir Muhammad bahwa surat sanggup
ini tidak dapat digolongkan pada surat pengakuan hutang, walaupun di dalamnya
penanda tangan mengakui adanya hutang pada pemegang dan berjanji untuk membayar.
Menurutnya surat sanggup berbeda dengan surat bukti hutang yang jika diperalihkan
dengan orang lain, tidak menggunakanendosemen[30] melainkan dengan cesiie. Dalam
hal ini surat hutang tidak memuat klausula atas pengganti, sehingga tidak bisa
diperalihkan secara endosemen.
Adapun sifat-sifat yang dimiliki dari surat sanggup ini adalah sebagai berikut:
1) Surat sanggup sebagai bukti pinjaman uang
Surat sanggup digolongkan kepada surat tagihan hutang (schuldvorderingspapier) yang
bukan perintah untuk membayar (betailingsopdracht) melainkan juga berupa janji
untuk membayar (betailingsbelotte) di sini surat sanggup bersifat sebagai alat
bukti pinjaman uang (credit middle, credit means).[31]
Misalnya penanda tangan sebagai pembeli barang dari penjual ( penerima surat
sanggup). Pembeli ini belum mempunyai uang tunai. Dalam hal ini pembeli diberi
tempo untuk membayar pada waktu tertentu di kemudian hari. Sebagai tanda bukti,
pembeli ini menandatangani surat sanggup, bahwa pada tanggal yang telah ditentukan,
penerima surat sanggup (dalam hal ini penjual barang) datang menunjukkan surat
sanggup guna menagih piutangnya itu. [32]
2) Surat Sanggup
Dimungkinkan penyimpan dana juga menyanggupi untuk membayarkan dana yang ada
padanya setiap saat bila yang mempunyai dana menghendakinya. Caranya adalah
penyimpan dana menandatangani surat sanggup yang dapat diperlihatkan setiap saat
dikehendaki oleh penerima atau pemegangnya (op zicht). Dalam hal ini surat sanggup
atas penglihatan ini sama dengan penerima atau pemegang uang tunai, artinya
seketika dikehendakinya surat sanggup itu dapat ditukarkan dengan uang tunai pada
penanda tangan, atau dapat digunakan sebagai alat bayar dalam transaksi jual beli.
[33]
c. Pengaturan Surat Sanggup
Adapun ketentuan-ketentuan surat sanggup di Indonesia ini terdapat pada ketentuan-
ketentuan dalam surat wesel yang kemudian diterapkan pada surat sanggup. Hal ini
dapat dilihat dalam ketentuan yang tercantum dalam pasal 176 KUHD yaitu sebagai
berikut:
1) Ketentuan tentang endosemen (pasal 110-119 KUHD).
2) Ketentuan tentang hari bayar (pasal 132-136 KUHD).
3) Ketentuan tentang hak regres dalam hal ini non pembayaran (pasal 142-149,
153-153 KUHD).
4) Ketentuan tentang pembayaran dengan intervensi (pasal 154, 158, 162 KUHD).
5) Ketentuan tentang surat wesel (pasal 166 dan 167 KUHD).
6) Ketentuan tentang surat wesel yang hilang (pasal 167a).
7) Ketentuan tentang perubahan (pasal 168 KUHD).
8) Ketentuan tentang daluarsa (pasal 168a, 169-170 KUHD).
9) Ketentuan tentang hari raya, menghitung tenggang waktu, dan larangan
penagguhan hari (pasal 171, 171a, 172 dan 173 KUHD).
10) Ketentuan tentang surat wesel yang harus dibayar di tempat tinggal seorang
ketiga atau di tempat lain daripada tempat tersabgkut berdomisili (pasal 103 dan
126 KUHD).
11) Ketentuan tentang klausula bunga (pasal 104 KUHD).
12) Ketentuan tentang adanya selisih dalam penyebutan mengenai jumlah uang yang
harus dibayar (pasal 105 KUHD).
13) Ketentuan tentang akibat-akibat dari penempatan tanda tangan dalam hal tidak
adanya keadaan-keadaan sebagaimana dimaksud oleh pasal 106 KUHD.
14) Ketentuan tentang akibat-akibat dari penempatan tanda tangan oleh seseorang
yang bertindak tanpa hak atau yang melampaui batas haknya (pasal 107 KUHD).
15) Katentuan tentang surat wesel dalam balnko (pasal 109 KUHD).
16) Ketentuan tentang aval (pasal 129-132 KUHD).
3. Surat Cek
a. Pengertian dan Syarat-syarat Surat Cek
Dalam undang-undang tidak secara implisit disebutkan tentang definisi
surat cek, sedangkan dalam pasal 178 KUHD hanya diatur tentang syarat-syarat formil
dari surat cek. Menurut istilah bahasa surat cek berasal dari bahasa Perancischeque
dan kemudian diadopsi oleh Belanda dan Inggris.[34]
Abdulkadir Muhammad dengan mendasarkan pengaturan syarat-syarat formil
surat cek dalam pasal 178 KUHD mendefiniskan surat cek adalah surat yang memuat
kata cek, yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit
memerintahkan tanpa syarat kepada banker untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada pemegang atau pembawa di tempat tertentu.[35]
Selanjuntnya, C.S.T Kansil memberikan definisi surat cek adalah surat
berharga yang mempunyai sifat sebagai alat pembayaran, sehingga para pedagang
umumnya ataupun orang-orang yang terlihat dalam dunia usaha dapat merasakan dan
sebagai uang tunai.
Dari kedua definisi tersebut, agaknya definisi yang diberikan oleh
Abdulkadir Muhammad lebih dapat mewakili dari apa yang disebut sebagai surat cek.
Oleh karena itu, dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa surat cek adalah surat
yang digunakan sebagai alat pembayaran, yang di dalamnya memuat ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan undang-undang sebagai syarat formil dari surat cek.
Adapun syarat-syarat dari surat cek sebagaimana ketentuan dalam pasal
178 KUHD, adalah sebagai berikut:
1) Nama cek harus jelas;
2) Harus ada perintah membayar sejumlah uang tertentu;
3) Harus disebutkan nama badan hukum atau bank yang harus membayar;
4) Harus ditetapkan tempat dan tanggal pembayaran dan tempat mengeluarkan;
5) Harus ada tanda tangan atau ditandatangani oleh yang mengeluarkan cek
tersebut.
b. Personil Surat Cek
Adapun beberapa personel dari surat cek, adalah sebagai berikut[36]:
1) Penerbit (trekker, drawer), yaitu orang yang mengeluarkan surat cek;
2) Tersangkut (betrokene, drawee), yaitu banker yang diberi perintah tanpa
syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3) Pemegang (nemer, holder) yaitu orang yang diberi hak untuk memperoleh
pembayaran, yang namanya tercantum dalam surat cek;
4) Pembawa (toonder, bearer) yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran, tanpa menyebutkan namanya dalam surat cek. Siapa yang membawa dan
memperlihatkan surat cek itu kepada bankirnya, ia akan memperoleh pembayaran.
5) Pengganti (order) yaitu orang yang menggantikan kedudukan pemegang surat
cek dengan jalan endosemen. Dalam hal ini surat cek diterbitkan dengan klausula
atas pengganti dengan mencantumkan nama pengarang dalam surat cek.
c. Perbedaan Surat Cek dan Surat Wesel
Surat cek termasuk surat tagihan hutang yang berupa perintah untuk membayar
sejumlah uang tertentu, jadi sama seperti dengan surat wesel. Namun, dalam kedua
bentuk surat berharga ini terdapat beberapa perbedaan. Adapun perbedaan tersebut,
adalah sebagai berikut[37]:
1) Fungsi ekonomis dalam lalu lintas pembayaran. Surat wesel menitik beratkan
pada fungsi ekonomis sebagai alat pembayar kredit, yaitu untuk memperoleh uang
kredit. Sedangkan, surat cek menitikberatkan pada fungsi ekonomis sebagai alat
pembayaran tunai. Hal ini, disimpulkan berdasar pada pasal 205 ayar 1 KUHD. Setiao
surat cek harus dibayarpada waktu penglihatan.
2) Waktu peredaran. Sebagai alat pembayaran kredit, surat wesel mempunyai
waktu peredaran yang lama bisa melebihi satu tahun. Sedangkan surat cek sebagai
alat pembayarn tunai mempunyai waktu peredaran singkat selama 70 hari (pasal 206
ayat 1 KUHD).
3) Waktu pembayaran. Surat wesel harus dibayar pada waktu tertentu yang telah
ditetapkan dalam surat wesel. Sedangkan surat cek, pada waktu diperlihatkan (pasal
205 kUHD).
4) Penerbitan antar bankir. Surat wesel dapat diterbitkan atas banker atau
bukan banker. Sebagai alat pembayaran kredit surat wesel dapat dapat memperoleh
pembayaran sebelum hari bayar dengan jalan mengendosemenkan surat tersebut.
Sedangkan surat cek sebagai alat pembayaran tunai harus diterbitkan atas banker,
jika ingin memperoleh pembayaran lansung ditunjukkan kepada bankirnya.
5) Lambaga akseptasi. Sebagai alat pembayaran kredit, surat wesel mengenal
lembaga akseptasi, artinya sebelum hari bayar tiba perlu memperoleh kepastian dari
tersangkut. Sedangkan surat cek sebagai alat pembayaran tunai tidak mengenal
lembaga akseptasi, setiap diperlihatkan kepada bankir, harus dibayar.
6) Klausula yang berlainan.walaupun dapat diterbitkan atas penglihatan (op
zicht), surat wesel bersifat atas pengganti (aan order). Sedangkan surat cek dapat
diterbitkan atas pengganti dan dapat juga atas tunjuk (aan toonder). Pada umumnya
surat cek diterbitkan atas tunjuk, sehingga peralihanya cukup dari tangan ke
tangan.
4. Kwitansi Atas Tunjuk
a. Pengertian dan Syarat-Syarat Kwintansi Atas Tunjuk
Kata kwintansi berasal dari bahasa Belanda �kwitante�, artinya adalah pembayaran.
Selain kata kwintansi dikenal kata kwinting, artinya tanda terima, atau tanda
bayar, atau pembebasan. Orang yang namanya tercantum dalam surat itu dan kemudian
menguasainya, dianggap telah memenuhi pembayaran yang diperintahkan oleh penanda
tangan.
Perintah pembayaran dalam kwitansi, merupakan perintah tidak langsung dengan
menggunakan kata �terima�. Artinya apabila pemegang kwintansi ini memperlihatkan
kepada orang yang disebutkan namanya dalam surat itu dan ia mengakui dan bersedia
membayar, ia telah menerima perintah pembayaran tidak langsung dari penanda tangan.
Jika ia membayar dan surat telah dikuasainya, ia dibebaskan atas hutangnya.
Schetelma menyebut kwitansi itu dengan istilahverkafte betalingsopdracht , artinya
pembayaran terselubung.
Kwitansi itu sifatnya adalah sebagai surat perintah pembayaran atas tunjuk. Tetapi
kwitansi atas tunjuk tidak diatur bersama-sama dengan surat cek. Sebab kwitansi
atas tunjuk ini bukan perintah membayar dalam arti sebenarnya, dan tidak memenuhi
syarat formil surat cek.
Sebagai kwitansi atas tunjuk, kwitansi dapat diserahkan kepada siapa saja yang akan
memintakan pembayaran kepada orang yang disebutkan namanya di dalam surat itu.
Tetapi tidak disyaratkan pencantuman klausula atas tunjuk. Karena kwintansi adalah
akta, maka didalamnya perlu dicantumkan tanggal penerbitan dan ditandatangani.
Jika dirumuskan, pengertian kwitansi atas tunjuk adalah surat yang diterbitkan oelh
penanda tangan pada tanggal dan tempat tertentu, yang berisi perintah membayar
sejumlah uang tertentu kepada pemegang saat diperlihatkan, perintah mana yang
ditujukan kepada orang yang ditunjuk di dalamnya.
Adapun latar belakang dari penerbitan kwitansi atas tunjuk ini hanya terbatas pada
adanya piutang seseorang terhadap orang lain. Sedangkan, tenggang waktu yang
dimiliki dalam kwintansi atas tunjuk adalah 20 hari setelah tanggal penerbitan.
Dalam hal ini, kwitansi atas tunjuk harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut[38]:
1) Harus ditandatangani pembuatnya;
2) Harus dinyatakan pengakuan bahwa telah menerima sejumlah uang tertentu;
3) Harus disebutkan nama yang kena tarik;
4) Harus dinyatakan penanggalan hari pengeluaran surat kwitansi pada pembawa.
5. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah suatu perintah tanpa syarat dari penerbitnya untuk
memindahbukukan sejumlah uang yang ada pada bank dimana penerbit memiliki rekening
giro dan dana dalam jumlah yang cukup kerekening milik pihak yang namanya tersebut
dalam bilyet giro tersebut.[39]
Pihak-pihak dalam bilyet giro
1. Penarik
2. Bank penyimpan dana / tertarik
3. Bank penerima
4. Pemegang
Ketentuan yang mengatur secara khusus mengenai bilyet giro adalah Surat Edaran Bank
Indonesia No.4/1670 UPBB/PbB tanggal 24 Januari 1972. Dalam surat tersebut
ditentukan syarat-syarat formal yang harus dipenuhi dalam bilyet giro [40]:
1. Adanya kata-kata bilyet giro didalam formulirnya sendiri, berikut nomor
serinya.
2. Perintah tak bersyarat untuk memindahbukukan sejumlah dana atas beban saldo
penerbit bilyet giro
3. Nama dan tempat bank tertarik kepada siapa perintah dimaksud ditujukan.
4. Nama pihak yang harus menerima pemindahbukuan dana beserta alamatnya.
5. Jumlah dana yang dipindahkan, ditulis baik dengan angka maupun dengan
huruf.
6. Tandatangan penarik dan cap/stempel badan usaha dari si penarik.
7. Tanggal dan tempat penarikan.
8. Tanggal mulai efektif berlakunya amanat dalam bilyet giro.
9. Nama bank tempat orang atau pihak yang harus menerima dana pemindahbukuan
tersebut.

6. Treasury Bills / Sertifikat Bank Indonesia (SBI)


a. Pengertian dan Syarat-syarat Treasury Bill
T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank
Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang telah ditetapkan.[41]
1) Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang.
2) Instrumen yang sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya
oleh Bank Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan
disukai oleh perusahaan-perusahaan, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk
dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekuner yg memberikan hasil.
T-Bills (istilah umum digunakan di dunia internasional) kalau di Indonesia adalah
SBI (Sertifikat Bank Indonesia).
1) SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
2) Karakteristik SBI[42]:
a) Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
b) Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan.
c) Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.
d) Diterbitkan tanpa warkat, artinya SBI diterbitkan tanpa adanya fisik SBI itu
sendiri dan bukti kepemilikan bagi pemegang hanya berupa pencatatan elektronis.
e) Dapat dipindahtangankan (negotiable).
3) SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk
tujuan kontraksi moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem
lelang, pada dasarnya penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang
Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung
dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out
Rate (SOR).
4) SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat
bunga dari peserta lelang. Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai
indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.
5) SOR merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan penjualan SBI secara
lelang kepada Bank atau Lembaga Keuangan atau melalui Broker, dengan tujuan:
1) Untuk mengendalikan baik volume uang beredar maupun tingkat bunga melalui
target volume yang diinginkan dan tingkat bunga dalam suatu batas tertentu.
2) Dengan menyerahkan tingkat bunga pada Prime Dealer untuk jumlah 60%, maka
tingkat bunga menjadi wajar.
b. Pola Pembelian SBI
a. Pembelian melalui Pasar Perdana (langsung ke BI)
b. Pembelian melalui Pasar Sekunder
c. Pembelian melalui Broker
Sebelum jatuh tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun
masyarakat atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security
House (perantara) akan membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat
diskonto yang berlaku di pasar. Untuk memperlancar perdagangan SBI ini Bank Sentral
Indonesia menunjukkan beberapa market dan broker yang terdiri dari Bank-bank Umum
sebagai lembaga penunjang dalam perdagangan SBI. Market maker disini bertindak
sebagai penggerak pasar sekunder. Dalam hal ini market maker bertindak sebagai
dealer yang berkewajiban sbb:
Membuat dan mengumumkan quotation.
Secara aktif mengajukan penawaran dan permintaan SBI di pasar sekunder.
Membeli dan menjual SBI dari dan kepada pihak yang mencari dan menawarkan SBI di
pasar sekunder. Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan baik secara outright
maupun repo. (Transaksi outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa
jangka waktu SBI yang bersangkutan, tidak ada kewajiban bagi penjual untuk membeli
kembali sebelum jatuh tempo; sedangkan transaksi repo adalah transaksi dengan
perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan sesuai jangka
waktu yang dijanjikan).
7. Commercial Paper
Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan
jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji
akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah
perusahaan yang mempunyai kredibilitas tinggi.[43]
Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari.
Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya
menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit.
Dalam pelaksanaannya seringkali CP diterbitkan dengan backup fasilitas credit line
dari bank yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai CP yang diterbitkan.
Dalam perkembangannya di beberapa negara, CP diterbitkan dengan dukungan aset
perusahaan lainnya, misalnya piutang, dsb. Bahkan perkembangan terakhir CP
diterbitkan dengan bank garansi atau jaminan dari perusahaan induknya. Namun kasus
ini terjadi bila investor tertentu meminta jaminan dari nilai CP yang dibeli dalam
jumlah besar.
Penerbitan CP dapat dilakukan secara langsung kepada investor maupun secara tidak
langsung dengan menggunakan jasa perantara.

Kelebihan CP bagi penerbit dan investor antara lain sebagai berikut[44]:


Bagi Penerbit:
a. Tingkat bunga CP lebih rendah daripada prime rate, yaitu tingkat bunga
kredit yang dikenakan perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan
menjadi lebih murah.
b. Tidak perlu menyediakan jaminan.
c. Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan
penerbit dan investor.
d. Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas
persetujuan investor.
Bagi Investor:
a. CP menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan misalnya
Sertifikat Deposito, Treasury Bills.
b. Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya.
c. Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan
dengan rating yang tinggi.
Kelemahan CP dilihat dari kepentingan investor dan penerbit antara lain[45]:
Bagi investor, CP merupakan instrumen yang tidak disertai dengan jaminan.
Kemungkinan penerbit melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan
keadaan likuiditas dan kemampuan perolehan labanya.
Bagi perusahaan penerbit, CP merupakan sumber dana jangka pendek sehingga
perusahaan kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.

8. Banker�s Acceptance (BA)


BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau
importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta
asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata
�accepted� di atas wesel tersebut dan memprose.snya. Dengan demikian bank yang
menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat
untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal
tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam pasar
uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default). Jangka waktu
akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep ini
merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi. Akseptasi bank sangat
aktif diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer
surat-surat berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah
diuangkan. Aksep digunakan dalam perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir
yang tidak pasti dan tidak yakin betul terhadap credit standing importir yang
dikirimi barang. Eksportir sangat tergantung pada pembiayaan akseptasi oleh bank
domestik atau suatu bank asing. Dengan demikian, aksep adalah instrumen keuangan
yang dirancang untuk mengalihkan resiko perdagangan internasional kepada pihak
ketiga yang akan mengambil resiko tersebut karena ia memiliki keahlian dalam
menilai resiko kredit dan menyebarkan resiko tersebut dalam berbagai pinjaman.
Ketiga pihak dalam transaksi tersebut yaitu eksportir, importir dan bank penerbit,
mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan perdagangan internasional ini sebagai
berikut[46]:
1. Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.
2. Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line
yang disepakati dengan bank.
3. Bank penerbit yang memegang Banker�s Acceptance (didiskonto dari eksportir)
merupakan instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh
tempo melalui dealer bila membutuhkan likuiditas
9. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan
secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia. SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka
dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.
Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
1. Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit
dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu.
2. Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
b. Surat Wesel, dapat berupa:
1. Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam
rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.
2. Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam
rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.
Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan
nasabah berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel
(sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan
bukan Bank). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house
(perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-
lembaga keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui
security house juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral Indonesia.

10. Saham
Saham adalah suatu bagaian dalam perusahaan yang merupakan kepentingan kepemilikan
dalam wujud benda bergerak dalam suatu perusahaan.[47]
Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah hasil
(return) dan resiko (risk). Ada timbal balik setimbang antara hasil dan resiko,
umumnya apabila hasil suatu jenis investasi tinggi maka risikonya pun tinggi.
Begitu juga investasi saham pada umumnya, yang memiliki resiko dan hasil yang
tinggi. High risk and high return. Dalam investasi saham, selain memperoleh
kesempatan mendapatkan Dividen dan Capital Gain, Investor memiliki keuntungan dari
sifat saham yang Fleksibel dan Liquid. Berikut deskripsinya[48]:
a. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Oleh karena saham adalah tanda
bukti kepemilikian atas emiten (perusahaan penerbit saham) maka investor/pemegang
saham berhak mendapat bagian dari laba perusahaan.
b. Capital Gain, yaitu keuntungan yang berasal dari jual-beli saham berupa
selisih antara harga jual yang lebih tinggi dari harga beli.
c. Fleksibel, pemegang saham dapat menjual sebagian sahamnya apabila tiba-
tiba membutuhkan dana. Berbeda dengan investasi tanah, properti, emas dan
sebagainya yang harus dijual secara keseluruhan.
d. Liquid, prinsip good delivery dan good fund dalam pasar modal menjamin
investor mendapatkan saham dan dananya, dengan ketentuan 3 (tiga) hari setelah
transaksi atau dikenal T+3.
Adapun bentuk-bentuk saham adalah sebagai berikut:
a. Saham Preferen
Saham preferen biasanya disebut sebagai saham campuran karena memiliki
karakteristik hampir sama dengan saham biasa.
Saham Preferen memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang
berbeda.
2) Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi
dari saham biasa dalam hal pembagian dividen.
3) Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat
dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.
4) Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara
pemegang.
b. Saham Biasa
Memiliki karakteristik
1) Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris.
2) Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru.
3) Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja.

Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari
penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang
(Dunil Z: 2004)
Surat Berharga /waarde papier / negotiable instrument adalah :Sebuah dokumen yang
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan
suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut ,
baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga
kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan. Contoh : Cek, wesel , Saham ,
Obligasi , dll.
Fungsi Surat Berharga
Fungsi Surat Berharga secara yuridis adalah sebagai berikut: Sebagai alat
pembayaran Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan).
Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)
Dilihat dari segi fungsinya , ada 3 macam surat berharga : Surat yang bersifat
hukum kebendaaan (zakenrechtelijke papieren) Surat tanda keanggotaan dari
persekutuan (lidmaatschaps papieren) Surat tagihan hutang
(schuldvorderingspapieren)
Secara fisik Surat Berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi secara hukum
dapat mengikat. Teori secara cauisa yuridis suatu surat berharga mempunyai kekuatan
mengikat :

a) Teori Kreasi (Creatie theorie ) Menurut teori ini sebabnya surat berharga
mengikat penerbitnya adalah karena tindakan penerbit menandatangani surat berharga.
Karena penandatanganan tersebut, penerbit terikat meskipun pihak pemegang surat
berharga sudah beralih kepada pihak lain dari pemegang semula.

b) Teori Kepatutan (Redelijkheids theorie) Menurut teori ini penerbit surat


berharga terikat dan harus membayar surat berharga kepada siapapun pemegangnya
secara patut.

c) Teori Perjanjian (Overeenkomst theorie) Menurut teori ini penerbit surat


berharga terikat karena penerbit telah membuat perjanjian dengan pihak pemegang
surat berharga .

d) Teori Penunjukan (Vertonings theorie) Menurut teori ini sebabnya surat


berharga mengikat penerbitnya adalah karena pihak pemegang surat berharga tersebut
menunjukkan surat berharga tersebut kepada penerbit untuk mendapatkan pembayaran.

Artikel Terkait :
- Akta Pengakuan Hutang Murni
- Pengertian perjanjian dan Syarat- Syarat Perjanjian
- Syarat Sah Perjanjian
- Surat Utang Negara (SUN)
Jenis-Jenis Surat Berharga
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dalam Buku I titel 6 dan titel 7
mengatur
jenis surat berharga seperti:
1. Wessel
2. Surat sanggub
3. Cek
4. Kwitansi-kwitansi dan
5. promes atas tunjuk Dan lain-lain
Sedangkan di dalam perkembangannya sekarang muncul jenis surat berharga
seperti:
Bilyet Giro, Travels Cheque, Credit Card, dsb.
Surat berharga di Indonesia berkembang mulai tahun 1980 setelah adanya deregulasi
ekonomi dalam bidang keuangan. Aturan ini membawa perubahan kepada berkembangnya
pasar keuangan di Indonesia dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan
salah satu bentuk pengembangan pasar financial. Dimana selanjutnya pemerintah
mengeluarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.28/52/DIR dan No 49/52/UPG yang
masing �masing tentang �Persyaratan perdagangan dan penerbitan surat berharga
komersial� melalui bank umum di Indonesia, dimana dengan adanya peraturan tersebut
maka bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang seragam.

Anda mungkin juga menyukai