Anda di halaman 1dari 8

RESTORATIVE JUSTICE SEBAGAI MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK

PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Oleh:
Andro Giovani Ginting1), Vici Utomo Simatupang2)
dan Sonya Arini Batubara 3)
Universitas Prima Indonesia, Medan1,2,3)

E-Mail:
androginting8@gmail.com 1),vickywrsatria@.com 2)
sonyaairinibatubara@unprimdn.ac.id 3)

ABSTRACT

There are many domestic violence settlements that do not satisfy the sense of justice,
especially for the victims and subordinates in household. The result of this dissertation
showed: first, the settlement of domestic violence in fact was settled by Act No. 23 of 2004 as
lex specialis. The setlements of domestic violence cases based on that rule, empirically
emphasized more on the criminal sanction, so that the purpose of preventive, protective and
consolidative was not fulfilled. Second, the research concluded that domestic violence was a
case with multidimensional settlement because there was the scope of the civil and criminal
sphere on the other side. Therefore, it needed a medium in the system that could
accommodate the completion of the case, one of which was restorative justice approach.
Keywords: crime, domestic violence, criminal justice system, restorative justice

1. PENDAHULUAN hukum yang terjadi dilakukan dengan


a. Latar Belakang membawa korban dan pelaku bersama-
Restorative Justice merupakan sama berbicara. Restorative Justice
suatu pendekatan untuk peradilan yang merupakan suatu pendekatan untuk
berfokus pada kebutuhan korban dan peradilan yang berfokus pada kebutuhan
pelaku kejahatan, serta melibatkan peran para korban dan pelaku, serta
serta masyarakat, bukan untuk masyarakat yang terlibat, bukan untuk
menjalankan prinsip penghukuman menjalankan prinsip penghukuman
terhadap pelaku disertai dengan terhadap pelaku.
pertimbangan hakim. Proses Restorative Justice
Setiap orang berhak menerima mempunyai tujuan sebagai berikut:
perlindungan atas dirinya pribadi dan 1. Bertanggungjawab atas
perlindungan atas konsekuensi dari tindakan
keluarga,martabat,kehormatan,dan harta merekam dan berkomitmen untuk
benda yang dia miliki serta berhak perbaikan/reparasi.
mendapatkan rasa nyaman dan 2. Langkah-langkah korban setuju
perlindungan dari berbagai ancaman untuk terlibat dalam proses yang
yang dimana telah diatur dalam Pasal 28 dapat dilakukan dengan aman,
G ayat (1) UUD 1945 amandemen ke memahami bahwa perbuatan
dua”. mereka telah mempengaruhi
Prinsip Restorative Justice proses korban dan orang lain, untuk
penyelesaian tindakan pelanggaran kemudian menghasilkan kepuasan.

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 2, Juli 2019: 180-187 180


3. Pelanggaran fleksibel yang mengkaji studi dokumen, yakni
disepakati oleh para pihak yang menggunakan berbagai data
menekankan untuk memperbaiki sekunder seperti peraturan
kerusakan yang dilakukan dan perundang-undangan, keputusan
secepat mungkin juga mencegah pengadilan, teori hukum, dan dapat
pelanggaran. berupa pendapat para sarjana.
4. Pelanggar membuat komitmen Sifat penelitian yang
mereka untuk memperbaiki dipergunakan dalam skripsi ini
kerusakan dan melakukan dan adalah sifat penelitian deskriptif,
berusaha untuk mengatasi faktor- dimana sifat penelitian ini
faktor prilaku mereka; dan mengungkapkan peraturan
5. Korban dan pelaku baik perundang-undangan yang
memahami dinamika yang berkaitan dengan teori-teori hukum
mengarah ke insiden tertentu sebagai objek penelitian. Demikian
memperoleh hasil akhir dan juga hukum dalam pelaksanaannya
integrasi/kembali bergabung didalam masyarakat yang berkenaan
dalam masyarakat. dengan objek penelitian.
b. Rumusan Masalah 2. Sumber Bahan Hukum
Berdasarkan konteks latar Sumber bahan hukum yang digunakan
belakang masalah yang telah diuraikan dalam penelitian ini terdiri dari:
diatas maka dalam penelitian ini dapat a. Bahan hukum primer yaitu
dirumuskan identifikasi masalah sebagai bahan-bahan hukum yang
berikut: mengikat dan mencakup
1. Bagaimana penerapan Restorative peraturan perundang-undangan
Justice dalam penyelesaian tindak yang terkait dengan masalah
pidana kekerasan dalam rumah yang akan diteliti seperti: UU
tangga? nomor 11 tahun 2012 tentang
2. Bagaimana upaya pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak, UU
Restorative Justice sebagai nomor 23 tahun 2004 tentang
alternatif penyelesaian tindak Penghapusan Kekerasan Dalam
pidana dalam rumah tangga? Rumah Tangga dan Kitab
3. Bagaimana mekanisme secara Undang-Undang Hukum Pidana.
Restorative Justice perkara dalam b. Bahan hukum sekunder yaitu
rumah tangga berdasarkan sistem bahan hukum yang berkaitan
hukum di Indonesia? dengan bahan hukum primer
seperti Putusan Pengadilan, hasil
2. METODE PELAKSANAAN karya ilmiah para sarjana, hasil-
1. Jenis dan Sifat Penelitian hasil penelitian yang
Penelitian merupakan berhubungan dengan
penerapan metode yang telah Pertanggungjawaban Pidana.
ditentukan dalam pembuatan c. Bahan hukum tersier yaitu
skripsi. Jenis penelitian yang bahan-bahan yang memberi
digunakan penulis dalam skripsi ini petunjuk maupun penjelasan
adalah metode penelitian normatif. terhadap bahan hukum primer
Penelitian hukum normatif atau maupun sekunder seperti kamus-
penilitian perpustakaan ini kamus hukum, ensiklopedia, dan
merupakan penelitian yang sebagainya.

181 RESTORATIVE JUSTICE SEBAGAI MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN


DALAM RUMAH TANGGA
Andro Giovani Ginting1), Vicky Utomo Simatupang2) dan Sonya Arini Batubara 3)
3. Teknik Pengumpulan Data hukuman adalah penjeraan, balas
Teknik pengumpulan bahan dendam, dan pemberian derita sebagai
hukum yang dipergunakan dalam konsekuensi perbuatannya. Indikator
penelitian ini adalah penelitian penghukuman diukur dari sejauh mana
kepustakaan (library research), narapidana (napi) tunduk pada
yaitu melalui penelusuran peraturan peraturan penjara. Jadi, pendekatannya
perundang-undangan, dokumen lebih ke keamanan (security approach).
maupun buku serta karya ilmiah Selain pemenjaraan yang membawa
lainnya yang sesuai dengan objek akibat bagi keluaga napi, sistem yang
yang akan diteliti. berlaku sekarang dinilai tidak melegakan
4. Analisis Data atau menyembuhkan korban. Apalagi
Suatu proses atau upaya proses hukumnya memakan waktu lama.
pengolahan data menjadi sebuah Dalam penyelesaian pemidanaan
informasi baru agar karakteristik data restoratif akan melibatkan korban,
tersebut menjadi lebih mudah keluarga dan pihak-pihak lain dalam
dimengerti dan berguna untuk solusi menyelesaikan masalah. Disamping itu
suatu permasalahan, khususnya yang hal ini menuntut pelaku tindak pidana
berhubungan dengan penelitian. untuk bertanggung jawab memperbaiki
kerugian yang ditimbulkan atas
3. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN perbuatannya,dan penerapannya tidak
gampang. Kalau hanya diterapkan di
1. Penerapan Restorative Justice lingkungan Lapas, hasilnya tidak akan
Dalam Penyelesaian Tindak maksimal. Jadi, model restoratif harus
Pidana Kekerasan Dalam Rumah dimulai dari kepolisian, saat pertama kali
Tangga perkara disidik. Di kejaksaan dan
pengadilan pun demikian. Satu hal lagi
A. Konsep Restorative Justice Dalam yang sulit adalah memulihkan derita
Penyelesaian Tinak Pidana KDRT korban, baik fisik maupun psikis.
Tujuan utama dari restorative justice Menurut Romli Atmasasmita,
itu sendiri adalah pencapaian keadilan berkaitan dengan masalah kejahatan,
yang seadil-adilnya terutama bagi semua maka kekerasan sering merupakan
pihak yang terlibat didalamnya, dan tidak pelengkap dari bentuk kejahatan itu
sekedar mengedepankan penghukuman. sendiri. Bahkan, dia telah membentuk
Impelementasi restorative justice dalam suatu ciri tersendiri dalam khasanah
Sistem Peradilan Pidana adalah sejalan tentang studi kejahatan. Semakin
dengan Deklarasi PBB tahun 2000 menggejala dan menyebar luas frekuensi
tentang Prinsip-Prinsip Pokok tentang kejahatan yang diikuti dengan kekerasan
Penggunaan Program-Program Keadilan dalam masyarakat, maka semakin tebal
Restoratif dalam Permasalahan- keyakinan masyarakat akan penting dan
Permasalahan Pidana, Hal ini juga seriusnya kejahatan semacam ini.
dipertegas oleh Deklarasi Wina tentang Dengan demikian, pada gilirannya model
Tindak Pidana dan Keadilan. Model kejahatan ini telah membentuk persepsi
hukuman restoratif diperkenalkan yang khas di kalangan masyarakat.
karena sistem peradilan pidana dan Tidaklah berbeda kiranya jika kita
pemidanaan yang sekarang berlaku analogikan dengan perbuatan suap dari
menimbulkan masalah. Dalam sistem tingkat yang paling rendah sampai
kepenjaraan sekarang tujuan pemberian tingkat suap paling canggih.

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 2, Juli 2019: 180-187 182


Berkaitan dengan kekerasan, yang menjadikan perempuan sebagai korban
kemudian dihubungkan dengan tingkah dalam kekerasan, sehingga sudah
laku sebagaimana diapaparkan diatas sepatutnyalah apabila negara dan/atau
adalah sangat wajar apabila kekerasan masyarakat memberikan perlindungan.
itu bisa timbul dalam kultur. Wolfgang Didalam penjelasan umumnya, UU
dan Ferracuti menganggapnya sebagai ini menyampaikan bahwa pembaharuan
teori subkultur kekerasan, yang pada hukum yang berpihak pada kelompok
intinya mengajarkan bahwa tiap rentan atau tersubordinasi khususnya
penduduk yang terdiri atas kelompok perempuan, menjadi sangat diperlukan
etnik tertentu dan kelas-kelas tertentu sehubungan dengan banyaknya kasus
memiliki sikap yang berbeda-beda kekerasan, terutama dalam rumah
tentang penggunaan kekerasan. Sikap tangga. Dengan begitu, UU ini
yang mendukung penggunaan kekerasan menganggap dirinya adalah suatu
diwujudkan ke dalam seperangkat pembaharuan hukum dari KUHP yang
norma yang sudah melembaga dalam khusus mengatur dalam lingkup rumah
kelompok tertentu dalam masyarakat. tangga.
Alasan yang digunakan disini adalah
B. Perkembangan Restorative Justice kekerasan dalam rumah tangga itu
Berdasarkan UU NO. 23/2004 mempunyai kekhasan dengan
Tentang Penghapusan KDRT karakteristik sendiri sehingga perlu juga
Sebelum lahirnya Undang-Undang diatur secara khusus. Dengan demikian,
nomor 23 Tahun 2004, penyelesaian setiap perbuatan yang dimaksudkan
perkara kekerasan dalam rumah tangga dalam batas lingkup rumah tangga dapat
lebih banyak menngunakan ketentuan diselesaikan dengan menggunakan UU
lex generalis, misalnya penggunaan Pasal ini.
351 ayat(1) dan Pasal 356 ke-1 KUHP. 2. Upaya Pelaksanaan Restorative
Padahal secara teori, kekerasan rumah Justice Sebagai Alternatif
tangga tidak hanya berupa kekerasan Penyelesaian Tindak Pidana
fisik semata, teteapi juga kekerasan Dalam Rumah Tangga
psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan A. Pelaksanaan Restorative Justice
ekonomi. Sehingga dengan melihat Dalam KDRT
pengaturan yang ada di dalam KUHP Upaya penghapusan KDRT
sebagai lex generalis, tidak dapat tentunya menjadi agenda penting bagi
menyelesaikan permasalahan kekerasan negara. Kewajiban negara dalam
psikis, kekerasan seksual dan kekerasan melindungi warga Negara tertuang
ekonomi. Undang-Undang nomor 23 dalam pembukaan Undang-Undang
Tahun 2004 cukup memberikan Dasar Republik indonesia tahun 1945
pembatasan gerak bagi pelaku tindak alinea ke 4. Selanjutnya perlindungan
kekerasan dalam rumah tangga. terhadap perempuan terhadap KDRT
Undang-undang ini dilatarbelakangi dijabarkan dalam konstitusi ke dalam
oleh pola pikir bahwa kekerasan dalam beberapa pasal, yaitu pasal 28 huruf G
rumah tangga merupakan pelanggaran ayat (1), pasal 28 huruf I ayat(2), pasal
hak asasi manusia dan kejahatan 28 huruf H ayat (1), pasal 28 huruf G ayat
terhadap martabat kemanusiaan serta (2), pasal 28 huruf A, pasal 27 ayat (1),
bentuk diskriminasi yang harus dihapus. pasal 28 huruf D ayat (1).
UU ini juga tidak menutup mata terhadap
sebagian besar kejadian yang

183 RESTORATIVE JUSTICE SEBAGAI MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN


DALAM RUMAH TANGGA
Andro Giovani Ginting1), Vicky Utomo Simatupang2) dan Sonya Arini Batubara 3)
Selaras dengan hal itu UU PKDRT sementara masyarakat
menyebutkan beberapa tujuan membangun dan memelihara.
penghapusan KDRT, yaitu: C. Konsep Mediasi Penal Dalam
1. Mencegah segala bentuk kekerasan KDRT
dalam rumah tangga (tujuan preventif); Dalam penggunaan mediasi dapat
2. Melindungi korban kekerasan dalam telah ditentukan dalam UU No. 30 Tahun
rumah tangga (tujuan protektif); 1999 mengenai Arbitrase dan Alternatif
3. Menindak pelaku kekerasan dalam Penyelesaian Sengketa. Secara umum,
rumah tangga (tujuan represi); penyelesaian perkara diluar pengadilan
4. Memelihara keutuhan rumah tangga mempunyai beberapa keuntungan,
yang harmonis dan sejahtera (tujuan diantaranya:
konsolidasi). 1. Untuk mengurangi kemacetan
Dalam mengakomodir hal tersebut, dan penumpukkan perkara(court
UU PKDRT telah membawa kasus KDRT congestion) di lembaga peradilan.
dari wilayah privat suamih-istri ke ranah 2. Meningkatkan keterlibatan
publik. Lingkup rumah tangga tidak masyarakat (desesntralisasi
hanya suami-istri tetapi lebih diperluas hukum) atau memberdayakan
lagi sesuai pasal 2 UU KDRT yakni tidak pihaka-pihak yang bersengketa
hanya kekerasan fisik, tetapi juga dalam proses penyelesaian
mencakup kekerasan psikis, penelantara sengketa.
rumah tangga, dan seksual. 3. Meperlancar jalur keadilan (acces
to justice) di masyarakat.
B. Restorative Justice Dalam KDRT 4. Untuk memberikan kesempatan
Tony Marshall memberikan bagi tercapainya penyelesaian
defenisi restorative justice sebagai sengketa yang menghasilkan
”proses yang melibatkan semua pihak keputusan yang dapat diterima
yang memiliki kepentingan dalam oleh semua pihak.
masalah pelangaran tertentu untuk 5. Penyelesaian perkara lebih cepat
datang bersama-sama menyelesaikan dan biaya murah.
secara kolektif bagaimana menyikapi 6. Bersifat tertutup/rahasia.
dan menyelesaikan akibat dari 7. Lebih tinggi kemungkinan untuk
pelanggaran dan aplikasinya untuk masa melaksanakan kesepakatan.
depan.
Terdapat tiga prinsip yang menjadi 3. Mekanisme Secara Restorative
pondasi bagi pelaksanaan restorative Justice Perkara Dalam Rumah
justice, diantaranya: Tangga Berdasarkan Sistem
1. Keadilan yang di tuntut adalah Hukum di Indonesia
adanya upaya pemulihan bagi A. Kewajiban Masyarakat Dan
pihak yang dirugikan. Pemerintah Ditinjau Dari Pasal 15
2. Siapapun yang terlibat dan Uu No.23 Tahun 2004 Tentang
terkena dampak dari tindak PKDRT
pidana harus mendapat Setiap masyarakat wajib
kesempatan untuk berpartisipasi melakukan upaya-upaya pencegahan
penuh dalam terjadinya kekerasan dalam rumah
menindaklanjutinya. tangga sesuai batas kemampuanya jika
3. Pemerintah berperan dalam mengetahui atau melihat perkara ini
menciptakan ketertiban umum, secara langsung,dan hal ini sudah diatur

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 2, Juli 2019: 180-187 184


dalam pasal 15 UU No 23 /2004 tentang kekerasan ekonomi. Sehingga dengan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah melihat pengaturan yang ada di dalam
Tangga. Dalam pasal tersebut peran KUHP sebagai lex generalis, tidak dapat
masyarakat sangat diperlukan untuk : menyelesaikan permasalahan kekerasan
1. Mencegah berlangsungnya tindak psikis, kekerasan seksual dan kekerasan
pidana; ekonomi. Untuk memperbaiki kelemahan
2. Memberikan perlindungan yang ada di dalam tubuh lex generalis
kepada korban; tersebut, lahirlah Undang-Undang No. 23
3. Memberikan pertolongan Tahun 2004 yang secara khusus
darurat; dan mengatur mengenai kekerasan dalam
4. Membantu proses pengajuan lingkup rumah tangga. Undang-Undang
permohonan penetapan ini cukup memberikan pembatasan gerak
perlindungan. bagi pelaku tindak kekerasan dalam
Secara teori, terdapat berbagai rumah tangga.
macam bentuk musyawarah yang dapat Undang-undang ini dilatarbelakangi
diterapkan dalam konteks ini, antara oleh pola pikir bahwa kekerasan dalam
lain negosiasi, mediasi, dan konsolidasi. rumah tangga merupakan pelanggaran
Dari ketiga bentuk musyawarah ini, hak asasi manusia dan kejahatan
tampaknya negosiasi merupakan jalan terhadap martabat kemanusiaan serta
yang paling baik, dipandang dari sisi bentuk diskriminasi yang harus dihapus.
penyelesaian internal kekeluargaan, Undang-undang ini juga tidak menutup
karena perkara kekerasan rumah tangga mata terhadap sebagian besar kejadian
tentu akan membuka peluang untuk yang menjadikan perempuan sebagai
mengungkapkan hal-hal yang dianggap korban dalam kekerasan, sehingga sudah
aib di dalam keluarga. Secara kultural sepatutnyalah apabila negara dan/atau
dalam masyarakat Indonesia pun, hal- masyarakat memberikan perlindungan.
hal yang dianggap aib oleh keluarga Dengan begitu, undang-undang ini
masih merupakan hal tabu untuk menganggap bahwa dirinya adalah suatu
dikemukakan di hadapan umum. pembaharuan hukum dari Kitab Undang-
B. Perlindungan Korban Tindak Undang Hukum Pidana yang khusus
Pidana KDRT Berdasarkan UU NO. mengatur dalam lingkup rumah tangga.
23 Tahun 2004 Alasan yang digunakan disini adalah
Pengaturan penyelesaian perkara kekerasan dalam rumah tangga itu
kekerasan dalam rumah tangga pada mempunyai kekhasan dengan
kenyataannya diselesaikan dengan karakteristik sendiri sehingga perlu juga
peraturan yang lex generalis dan diatur secara khusus. Dengan demikian,
peraturan yang lex specialis. Sebelum setiap perbuatan yang dimaksudkan di
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 atas dalam batas lingkup rumah tangga
Tahun 2004, penyelesaian perkara dapat diselesaikan dengan menggunakan
kekerasan dalam rumah tangga lebih undang-undang ini.
banyak menggunakan ketentuan lex 4. KESIMPULAN DAN SARAN
generalis, misalnya penggunaan Pasal a. Kesimpulan
351 ayat (1) dan Pasal 356 ke-1 KUHP. 1. Penyelesaian perkara kekerasan
Padahal secara teori, kekerasan dalam rumah tangga pada
rumah tangga tidak hanya berupa kenyataannya diselesaikan
kekerasan fisik semata, tetapi juga dengan peraturan yang lex
kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan generalis dan peraturan yang lex

185 RESTORATIVE JUSTICE SEBAGAI MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN


DALAM RUMAH TANGGA
Andro Giovani Ginting1), Vicky Utomo Simatupang2) dan Sonya Arini Batubara 3)
specialis. Meskipun dikatakan b. Saran
bahwa Undang-Undang No. 23 1. Dengan berlandaskan pada tinjauan
Tahun 2004 merupakan teori di dalam penelitian ini,
pembaharuan hukum, akan tetapi sebaiknya penyelesaian perkara
akan lebih baik apabila kekerasan dalam rumah tangga
pembentukan undangundang dilakukan dengan menggunakan
tersebut menggunakan prinsip pendekatan restorative justice.
dalam teori “hukum sebagai 2. Pembuat undang-undang segera
sarana pembaharuan masyarakat melakukan perubahan di dalam
dan birokrasi” atau “law as a tool tubuh UndangUndang No. 23 Tahun
of social and bereucratic 2004, mengenai model dan
engineering”. mekanisme restorative justice yang
2. Penelitian ini telah diadopsi dari pandangan John
menyimpulkan bahwa kekerasan Braithwaite, yang dikenal dengan
dalam rumah tangga merupakan model systemic. Hanya saja Sistem
perkara dengan multi dimensi Peradilan Pidana Indonesia lebih
penyelesaian, mengingat di satu sesuai menggunakan mekanisme
sisi perkara ini berkaitan dengan mediasi untuk mencapai tujuan
lingkup perdata dan di sisi lain hukum, melalui pendekatan
berkaitan dengan lingkup pidana restorative justice sebagai landasan
3. Untuk menentukan model aplikatifnya
restorative justice yang tepat 3. Dengan pengubahan metode tersebut
yang akan menjadi bagian dari di atas di dalam penanganan perkara
Sistem Peradilan Pidana kekerasan dalam rumah tangga,
Indonesia, Penulis mengadopsi sebenarnya secara tidak langsung
pandangan teori hukum telah mensosialisasikan persepsi
pembangunan yakni ketertiban restorative justice dalam perkara
atau keteraturan dalam rangka tersebut, terutama bagi penegak
pembaharuan atau pembangunan hukum yang masih berwacana
merupakan sesuatu yang keadilan konvensional serta
diinginkan bahkan dipandang masyarakat. Pengembangan
mutlak adanya, serta hukum restorative justice ke depan, tidak
dalam arti kaidah atau peraturan hanya terbatas pada perkara
hukum memang dapat berfungsi kekerasan dalam rumah tangga saja,
sebagai alat pengatur atau sarana tetapi dapat diperluas kepada
pembangunan dalam penyalur perkara-perkara lain yang
arah kegiatan manusia yang memerlukan keadilan yang bersifat
dikehendaki ke arah restoratif untuk pencapaian
pembaharuan. Mekanisme penyelesaian permasalahan secara
restorative justice sebagai bagian komprehensif dan holistik.
implementasi dari model di atas,
dapat dilakukan dalam beberapa
mekanisme tergantung situasi
dan kondisi yang ada dan bahkan
ada yang mengkombinasikan
satu mekanisme dengan yang
lain.

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 2, Juli 2019: 180-187 186


DAFTAR PUSTAKA C. Situs Website
https://media.neliti.com/media/
A. Buku publications/56839-ID-konsep-
Adi Sulistyono. 2006. restorative-justice-dalam-
Mengembangkan Paradigma Non- penyele.pdf, Minggu, 20 Mei 2018,
litigasi di Indonesia. UNS Press. diakses pukul 15:00.
Surakarta. https://idtesis.com/pengertian-
Marlina, Peradilan Pidana Anak di penelitian-hukum-normatif-adalah,
Indonesia: Pengembangan Konsep Selasa, 10 juli 2018, pukul
Diversi dan Restorative 13.25.
Justice, Cetakan Pertama, Refika http://www.komnasperempuan.
Aditama, Bandung, 2009. or.id/publikasi/indonesia/kampanye
Mochtar Kusumaatmadja. 2002. %2016%20hari%2
Konsep-Konsep dalam 02010/materi%20fix/Press%20
Pembangunan. Bandung. Backgrounder%20kekerasan%20Sek
Romli Atmasasmita. 2005. Teori Dan sual,%2 0kenali
Kapita Selekta Kriminologi. Refika %20dan%20Tangani
Aditama. Bandung. Final%2024%20November%202
Romli Atmasasmita. Reformasi 010.pdf,di akses” pada tanggal 24
Hukum, Hak Asasi Manusia Dan desember 2012.
Penegakan Hukum, Manshurzikri, “Restorative justice
Mandar Maju, Bandung. Sebagai Mekanisme Penyelesaian
Yusi Amdani, Konsep Restorative Perkara yang Mengedepankan
Justice Dalam Penyelesaian Perkara Kepentingan Perempuan Sebagai
Tindak Pidana Pencurian Korban Kekerasan Seksual
Oleh Anak Berbasis Hukum Islam dan http://manshurzikri.wordpress.c
Adat Aceh, 2016. om/2011/06/01/restorative-justice-
B. Peraturan Perundang-Undangan sebagai mekanisme-
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana penyelesaian-perkara-yang-
Undang-Undang Nomor 23 Tahun mengedepankan-kepentingan-
2014 Tentang Penghapusan perempuan- sebagai-korban-
Kekerasan Dalam Rumah Tangga kekerasan-seksual, akses pada
tanggal 1 Januari 2019.

187 RESTORATIVE JUSTICE SEBAGAI MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN


DALAM RUMAH TANGGA
Andro Giovani Ginting1), Vicky Utomo Simatupang2) dan Sonya Arini Batubara 3)

Anda mungkin juga menyukai