Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VI/No.

3/Mei/2018

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN pemberian perlindungan hukum dari negara


KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) kepada keluarga ; suami, istri, maupun anak,
(STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA maka dibentuklah Undang-Undang Republik
MANADO)1 Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Oleh : Ronald Varit Sabaja2 Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
KOMISI PEMBIMBING: yang selanjutnya disingkat UU KDRT. Ketentuan
Dr. Flora Pricilla Kalalo, SH, MH hukum tersebut dimaksudkan untuk mencegah
Dr. Theodorus H. W. Lumunon, SH, MH terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah
tangga.
ABSTRAK Dalam konsep hukum pidana, berkaitan
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dengan pemrosesan perkara bergantung pada
digunakan yaitu penelitian hukum normatif jenis deliknya. Delik adalah perbuat yang dapat
empiris. Dalam penelitian hukum, terdapat dikenakan hukum karena merupakan
beberapa pendekatan yang dilakukan. perbuatan melawan hukum. Ada dua jenis delik
Berkaitan dengan penelitian ini, penulis sehubungan dengan pemrosesan perkara, yaitu
melakukan tiga pendekatan yaitu pendekatan delik aduan dan delik biasa. Delik aduan (klacht
perundang-undangan (state approach), delict) jika ditinjau dari arti kata klacht atau
pendekatan konseptual (conceptual approach), pengaduan berarti tindak pidana yang hanya
dan pendekatan kasus (case approach). Dalam dapat dilakukan penuntutan/ proses hukum
penelitian ini penulis menggunakan data setelah adanya laporan dengan permintaan
sekunder, yang terdiri atas bahan hukum untuk dilakukan penuntutan terhadap orang
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan tertentu.3
hukum tersier. Pelaksanaan perlindungan Seiring perkembangan zaman, pelanggaran-
hukum terhadap perempuan sebagai korban pelanggaran hukum yang terjadi dalam rumah
KDRT dilaksanakan dengan memberikan tangga, diantaranya kekerasan yang dilakukan
perlindungan dari proses penyidikan sampai suami terhadap istri, orang tua terhadap anak,
proses persidangan dengan bekerjasama atau majikan terhadap pekerja rumah tangga.
tenaga kesehatan, sosial, relawan, dan seolah tak kan pernah selesai. Misalnya saja
pendamping rohani untuk melindungi korban. kasus yang menimpa seorang anak perempuan
Perlindungan oleh pihak avokat, diberikan yang membuat gempar masyarakat, yaitu kasus
dalam bentuk konsultasi hukum. Pelayanan Angelin di Bali, yang sampai menyebabkan
sosial yang diberikan dalam bentuk konseling kematian.
untuk memguatkan dan memberi rasa aman Pada dasarnya, kekerasan yang terjadi
terhadap korban, memberi informasi tentang dalam rumah tangga merupakan delik aduan.
hak hak korban untuk mendapatkan Pada delik aduan, jaksa hanya akan melakukan
perlindungan. Pelayanan oleh pembimbing penuntutan apabila telah ada pengaduan dari
rohani diberikan untuk memberikan penjelasan orang yang menderita yang merasa dirugikan
mengenai hak dan kewajiban,memberikan oleh suatu kejahatan. Pengaturan delik aduan
pengutan iman dan takwa kepada korban. dapat ditemukan secara tersebar di dalam Buku
Kata Kunci: Fungsi, Kurator, Harta, Debitur, II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Pailit. Sedangkan delik biasa, suatu perkara tindak
pidana dapat di proses tanpa adanya
PENDAHULUAN persetujuan atau laporan dari pihak yang di
A. Latar Belakang rugikan (korban). Di dalam delik biasa,
Indonesia sebagai negara hukum pada walaupun korban telah berdamai dengan
dasarnya bertujuan untuk memberikan tersangka, proses hukum tidak dapat
perlindungan hukum bagi masyarakat. dihentikan. Contoh kasusnya yaitu dalam kasus
Perlindungan hukum dimaksudkan agar hak-hak pembunuhan.
warga negara dapat terpenuhi. Sebagai bentuk

1 3
Artikel Tesis Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan
2
Mahasiswa pada Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan
NIM. 16202108056 Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2008, hal. 5.

5
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

Diadakanya delik aduan adalah untuk melakukan wawancara kepada beberapa


melindungi pihak yang dirugikan dan narasumber berkaitan dengan
memberikan kesempatan kepada pihak yang penanganan kasus KDRT di wilayah
berkepentingan untuk menyelesaikan perkara hukum Polresta Manado..
yang berlaku dalam masyarakat. Mengenai
delik aduan kekerasan dalam rumah tangga 2. Pendekatan Penelitian
diatur dalam UU KDRT. Dalam penelitian hukum, terdapat
Adanya UU KDRT yang hakikatnya beberapa pendekatan yang dilakukan,.
melindungi hak asasi manusia dari tindak Berkaitan dengan penelitian ini, penulis
kekerasan dalam rumah tangga apapun melakukan tiga pendekatan yaitu
bentuknya, faktanya tidaklah demikian. Justru pendekatan perundang-undangan (state
kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga approach), pendekatan konseptual
seolah semakin meningkat saja. Akhir-akhir ini, (conceptual approach), dan pendekatan
kita banyak menemukan berbagai berita kasus (case approach)..
mengenai kekerasan dalam rumah tangga di
berbagai media masa. Bahkan tidak jarang, kita 3. Sumber Data
menemukan kekerasan yang terjadi dalam Dalam penelitian ini penulis
rumah tangga di lingkungan kita sendiri. Hal ini menggunakan data sekunder, yang terdiri
haruslah memperoleh penanganan yang serius atas bahan hukum primer, bahan hukum
dari alat kelengkapan negara yang diberikan sekunder, dan bahan hukum tersier.
tugas dan wewenang, serta fungsi melindung Bahan hukum primer terdiri dari
warga negara dari berbagai macam tindakan perundang-undangan, catatan-catatan
kekerasan, tak terkecuali dalam rumah tangga. resmi atau risalah dalam pembuatan
perundang-undangan dan putusan-
4
B. Rumusan Masalah putusan hakim. Bahan hukum primer
1. Bagaimanakah perlindungan hukum dalam penelitian ini yaitu, Undang-
terhadap korban kekerasan dalam rumah Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tangga (KDRT)? Tahun 1945, Undang-Undang Republik
2. Bagaimanakah penanganan korban Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Hak Asasi Manusia, Undang-Undang
wilayah hukum Polresta Manado? Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan
C. Tujuan Penelitian Dalam Rumah Tangga, serta peraturan-
1. Mengetahui dan mengkaji perlindungan peraturan lain yang berkaitan dengan hak
hukum terhadap korban kekerasan dalam asasi manusia dan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT). rumah tangga.
2. Mengetahui dan mengkaji penanganan Bahan Hukum Sekunder merupakan
korban kekerasan dalam rumah tangga bahan hukum yang dapat memberikan
(KDRT) di wilayah hukum Polresta penjelasan terhadap bahan hukum
Manado. primer. Bahan hukum sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini berupa
D. Metodologi Penelitian buku literatur, jurnal, hasil penelitian,
1. Jenis Penelitian serta hal-hal lain termasuk narasumber
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang yang relevan.
digunakan yaitu penelitian hukum
normatif empiris. Metode penelitian 4. Analisis Data
hukum normatif empiris ini pada Dalam penelitian ini, analisis data akan
dasarnya merupakan penggabungan dilakukan dengan cara mengolah secara
antara pendekatan hukum normatif
dengan adanya penambahan berbagai 4
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian
unsur empiris. Penambahan unsur Hukum Normatif; Suatu
empiris dalam penelitian ini yaitu dengan Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 32.

6
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

sistematis bahan-bahan penelitian lainnya baik sementara atau berdasarkan


dengan membuat klasifikasi terhadap penetapan pengadilan. Pengertian
bahan hukum primer, sekunder dan perlindungan pula diatur dalam Undang-
tersier. Penglasifikasian bahan hukum Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
tersebut dilakukan untuk mempermudah 2006 tentang Perlindungan Saksi Dan Korban.
dalam proses analisis. Pasal 1 ayat (6) UU tersebut menyebutkan
bahwa perlindungan adalah segala upaya
HASIL DAN PEMBAHASAN pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
A. Perlindungan Hukum Terhadap Korban memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau
Perlindungan korban KDRT yang diterapkan lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan
di Indonesia yaitu dengan merativikasi undang-undang.
ketentuan internasional tentang HAM. Menurut Barda Nawawi Arief bahwa 5 ,
Diskriminasi terhadap perempuan sudah lama pengertian perlindungan korban dapat dilihat
ditentang oleh masyarakat internasional dari dua makna yaitu : pertama, dapat diartikan
dengan adanya Convention on the Elimination sebagai perlindungan hukum untuk tidak
of Discrimination of All Forms against Women menjadi korban tindak pidana (berarti
tahun 1978 (CEDAW). Konvensi ini sudah kepentingan hak asasi manusia (HAM) atau
diratifikasi oleh pemerintah dengan Undang- kepentingan hukum seorang). Kedua, dapat
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun diartikan sebagai perlindungan untuk
1984. Dengan diratifikasinya konvensi tersebut, memperoleh jaminan atau santunan hukum
maka menjadi kewajiban bagi pemerintah atas penderitaan atau kerugian orang yang
untuk mentransformasikan ketentuan yang ada telah menjadi korban tindak pidana (jadi identik
dalam konvensi tersebut ke dalam hukum dengan penyantunan korban). Bentuk santunan
nasional. Salah satu perwujudan aturan dalam ini dapat berupa pemulihan nama baik atau
konvensi CEDAW ke dalam sistem hukum rehabilitasi, pemulihan keseimbangan batin
nasional kita adalah diberlakukannya Undang- (antar lain dengan pemaafan), pemberian ganti
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun rugi (restitusi, kompensasi, jaminan/
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam kesejahteraan sosial), dan sebagainya.
Rumah Tangga, yang selanjutnya disingkat UU Model perlindungan terhadap korban
PKDRT. kejahatan : pertama, model hak-hak
Dikeluarkannya berbagai konvensi atau prosedural, secara singkat model ini
undang-undang berperspektif gender untuk menekankan dimungkinkan berperan aktifnya
melindungi perempuan dari pelanggaran HAM korban dalam proses peradilan pidana seperti
belum dapat sepenuhnya menjamin membantu jaksa penuntut umum, dilibatkan
perempuan dari pelanggaran HAM. CEDAW dalam setiap pemeriksaan perkara, wajib di
yang cukup revolusioner telah menjamin hak- dengar pendapatnya apabila terpidana dilepas
hak perempuan atas pekerjaan, politik, bersyarat dan sebagainya. Kedua, model
pendidikan, perkawinan dan kesehatan. Oleh pelayanan yang menekankan pada pemberian
sebab itu, negara berperan sebagai penjaga ganti kerugian dalam bentuk kompensasi,
HAM bagi warganya harus menjamin perolehan restitusi dan upaya pengembalian kondisi
hak-hak secara de jure tetapi yang terpenting korban yang mengalami trauma, rasa takut dan
secara de facto. Sesungguhnya CEDAW tertekan akibat tindak pidana.
merupakan senjata ampuh bagi perempuan Berdasarkan UU PKDRT bentuk perlindungan
menentang segala bentuk diskriminasi. terhadap korban KDRT dapat berupa : pertama,
Perlindungan hukum terhadap korban KDRT perlindungan oleh pihak kepolisian berupa
menurut UU PKDRT, pada Pasal 1 ayat (4) perlindungan sementara yang diberikan paling
menyebutkan bahwa perlindungan adalah lama 7 hari dan dalam waktu 1 x 24 jam sejak
segala upaya yang ditujukan untuk memberikan memberikan perlindungan, kepolisian wajib
rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh
pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, 5
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2,
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 56.

7
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

meminta surat penetapan perintah pendamping. Relawan mendampingi untuk


perlindungan dari pengadilan. Perlindungan memaparkan secara objektif KDRT yang
sementara oleh kepolisian ini dapat dilakukan dialaminya dalam proses penyidikan,
bekerja sama tenaga kesehatan, sosial, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan,
relawan, dan pendamping rohani untuk mendengarkan dan memberikan pengutan
melindungi korban. Pelayanan terhadap korban secara psikologis dan fisik kepada korban.
KDRT ini harus menggunakan ruangan Ketujuh, pelayanan oleh pembimbing rohani
pelayanan khusus di kepolisisan dengan sistem diberikan untuk memberikan penjelasan
dan mekanisme kerja sama program pelayanan mengenai hak dan kewajiban, memberikan
yang mudah diakses oleh korban. pengutan iman dan takwa kepada korban.
Terhadap pelaku KDRT berdasarkan tugas Latar belakang diberlakukannya UU PKDRT
dan wewenang kepolisian dapat melakukan adalah sebagaimana dapat dibaca dalam bagian
penyelidikan, penangkapan dan penahanan menimbang UU PKDRT, yang antara lain
dengan bukti permulaan yang cukup disertai menyatakan : “Bahwa segala bentuk kekerasan,
dengan surat perintah penahanan ataupun terutama kekerasan dalam rumah tangga,
tanpa surat penagkapan dan penahanan yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan
dapat diberikan setelah 1 x 24 jam. Kedua, kejahatan terhadap martabat kemanusiaan,
perlindungan oleh pihak advokat diberikan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus”.
dalam bentuk konsultasi hukum, melakukan Sebelum adanya UU PKDRT, KDRT selalu
mediasi ataupun negoisasi diantara para pihak diindikasikan sebagai salah satu bentuk delik
korban dan pelaku KDRT, serta mendapingi aduan. Padahal sebenarnya apabila dilihat
korban pada tingkat penyidikan, penuntutan, dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP (tentang
pemeriksaan, dalam sidang pengadilan melalui penganiayaan) dan Pasal 356 KUHP
koordinasi dengan sesama penegak hukum, (pemberatan) sama sekali tidak mensyaratkan
relawan pendamping dan pekerja sosial. adanya satu delik aduan. Hanya saja
Ketiga, perlindungan dengan penetapan masyarakat (khususnya aparat penegak hukum)
pengadilan dikeluarkan dalam bentuk perintah selalu meganggap jika suatu kasus berkaitan
perlindungan yang diberikan selama 1 tahun dengan keluarga maka selalu dinyatakan
dan dapat diperpanjang. Pengadilan dapat sebagai delik aduan, padahal kasus itu
melakukan penahanan dengan surat perintah sebenarnya adalah sebuah kejahatan murni.
penahanan terhadap pelaku KDRT selama 30 Kalaupun misalnya di belakang hari nanti
hari setelah pelaku tersebut melakukan korban melakukan pencabutan aduan,
pelangaran atas peryatan yang seharusnya polisi bersikap tegas dengan
ditandatanganinya mengenai kesangupan menganggap bahwa apa yang dilaporkan itu
untuk memenuhi perintah perlindungan dari memang sebagai bentuk kejahatan dan harus
pengadilan. Keempat, pelayanan kesehatan ditindaklanjuti ke pengadilan. Hal ini memang
penting sekali artinya terutama dalam upaya menjadi kendala yang sangat umum sekali
pemberian sanksi terhadap pelaku KDRT. dalam persoalan KDRT, karena kelompok
Tenaga kesehatan sesuai profesinya wajib korban memang tidak bisa menyatakan secara
memberikan laporan tertulis hasil pemeriksaan berani bahwa ini adalah sebuah kejahatan yang
medis dan membuat visum atas harus ditindaklanjuti dengan proses hukum.
permintaanpenyidik polisi atau membuat Ketidak beranian korban sangat berkaitan erat
keterangan medis lainnya yang mempunyai dengan budaya yang berlaku di Indonesia, yaitu
kekuatan hukum sebagai alat bukti. budaya patriarki yang sangat kental yang
Kelima, pelayanan sosial yang diberikan serigkali melihat bahwa masalah KDRT bisa
dalam bentuk konseling untuk menguatkan dan diselesaikan tanpa melalui jalur hukum.
memberi rasa aman terhadap korban, memberi Ironisnya, pilihan untuk meyelesaikan persoalan
informasi tentang hak hak korban untuk KDRT tanpa melalui jalur hukum selalu
mendapatkan perlindungan. Keenam, disampaikan oleh aparat penegak hukum
pelayanan relawan pendamping diberikan sendiri. Padahal aparat penegak hukum
kepada korban mengenai hak-hak korban untuk sebetulnya sangat mengetahui bahwa
mendapatkan seeorang atau relawan

8
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

persoalan KDRT adalah kejahatan yang harus adalah sebuah terobosan hukum yang sangat
direspon dengan hukum. penting bagi upaya penegakan HAM, khusunya
perlindungan terhadap mereka yang selama ini
B. Penanganan Korban Kekerasan Dalam dirugikan dalam sebuah tatanan keluarga atau
Rumah Tangga (KDRT) Di Wilayah Hukum rumah tangga.
Polresta Manado Terobosan hukum lain yang juga penting dan
Pembaharuan hukum yang berpihak pada dimuat di dalam UU PKDRT adalah identifikasi
kelompok rentan atau tersubordinasi, aktor-aktor yang memiliki potensi terlibat
khususnya perempuan, menjadi sangat dalam kekerasan. Pada Pasal 2 UU PKDRT
diperlukan sehubungan dengan banyaknya disebutkan bahwa lingkup rumah tangga
kasus kekerasan, terutama KDRT. Definisi meliputi (a) suami, isteri, dan anak, (b) orang-
Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT, orang yang memiliki hubungan keluarga
sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 1 UU sebagaimana dimaksud pada huruf (a) karena
PKDRT adalah setiap perbuatan terhadap hubungan darah, perkawinan, persusuan,
seseorang terutama perempuan, yang pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
berakibat timbulnya kesengsaraan atau dalam rumah tangga dan atau (c) orang-orang
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, yang bekerja membantu rumah tangga dan
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk menetap dalam rumah tangga tersebut
ancaman untuk melakukan perbuatan, sehingga dipandang sebagai anggota keluarga.
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan Identifikasi kekerasan terhadap pekerja
secara melawan hukum dalam lingkup rumah rumah tangga sebagai kekerasan domestik
tangga. UU PKDRT ini lahir melalui perjuangan sempat mengundang kontraversi karena ada
panjang selama lebih kurang tujuh tahun yang yang berpendapat bahwa kasus tersebut
dilakukan para aktivis gerakan perempuan dari hendaknya dilihat dalam kerangka relasi
berbagi elemen. pekerjaan (antara pekerja dengan majikan).
Di Indonesia, secara legal formal, ketentuan Meskipun demikian, UU PKDRT mengisi jurang
ini mulai diberlakukan sejak tahun 2004. Misi perlindungan hukum karena sampai saat ini
dari undang-undang ini adalah sebagai upaya, undang-undang perburuhan di Indonesia tidak
ikhtiar bagi penghapusan KDRT. Dengan adanya mencakup pekerja rumah tangga. Sehingga
ketentuan ini, berarti negara bisa berupaya korban kekerasan dalam rumah tangga adalah
mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah orang yang mengalami kekerasan dan/atau
tangga, menindak pelaku kekerasan dalam ancaman kekerasan dalam lingkup rumah
rumah tangga, dan melindungi korban akibat tangga.
KDRT. Sesuatu hal yang sebelumnya tidak bisa UU PKDRT merupakan terbosan hukum yang
terjadi, karena dianggap sebagai persoalan positif dalam ketatanegaraan Indonesia.
internal keluarga seseorang. Dimana persoalan pribadi telah masuk menjadi
Pasalnya, secara tegas dikatakan bahwa, wilayah publik. Pada masa sebelum UU PKDRT
tindakan keekerasan fisik, psikologis, seksual, ada, kasus-kasus KDRT sulit untuk diselesaikan
dan penelantaran rumah tangga (penelantaran secara hukum. Hukum Pidana Indonesia tidak
ekonomi) yang dilakukan dalam lingkup rumah mengenal KDRT, bahkan kata-kata kekerasan
tangga merupakan tindak pidana. Tindakan- pun tidak ditemukan dalam Kitab Undang-
tindakan tersebut mungkin biasa dan bisa Undang Hukum Pidana (KUHP). Kasus-kasus
terjadi antara pihak suami kepada isteri dan pemukulan suami terhadap isteri atau orang
sebaliknya, atapun orang tua terhadap tua terhadap anak diselesaikan dengan
anaknya. menggunakan pasal-pasal tentang
Sebagai undang-undang yang membutuhkan penganiayaan, yang kemudian sulit sekali
pengaturan khusus, selain berisikan pengaturan dipenuhi unsur-unsur pembuktiannya, sehingga
sanksi pidana, undang-undang ini juga kasus yang diadukan, tidak lagi ditindaklanjuti.6
mengatur tentang hukum acara, kewajiban
negara dalam memberikan perlindungan segera
kepada korban yang melapor. Dengan 6
Mudjiati, Implementasi Undang-Undang Nomor 23
demikian, bisa dikatakan bahwa ketentuan ini Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Suatu Tantangan Menuju Sistem Hukum

9
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

Diundangkannya UU PKDRT, maka atau stres akibat tekanan ekonomi. Kekerasan


diharapkan kinerja kepolisian akan lebih efektif rumah tangga karena tekanan ekonomi, banyak
karena terdapat perangkat hukum yang pasti yang berujung dengan kematian. Bapak
mengenai KDRT dan telah dibentuk Unit membunuh anak dan isteri, kemudian bunuh
Pelayanan Perempuan dan Anak-anak (Unit diri.8
PPA) yang pada Tingkat Mabes Polri Korban KDRT pada umumnya mengalami
berkedudukan di bawah Direktorat I/Keamanan stres, dan depresi. Selain itu, korban KDRT juga
dan Transnasional Bareskrim Polri, pada tingkat ketakutan, dan trauma. Tidak hanya itu, korban
Polda berkedudukan di bawah Satuan KDRT biasanya takut bertemu pelaku sehingga
Operasional Dit Reskrim/Dit Reskrim Um Polda, putus komunikasi antara korban dan pelaku.
dan pada tingkat Polres berkedudukan di cacat fisik, atau berakhir pada perceraian.
bawah Sat Reskrim Polres bertugas untuk Pelaku KDRT apabila kasusnya terungkap dan
memberikan pelayanan dalam bentuk dilaporkan, biasanya timbul rasa menyesal,
perlindungan terhadap perempuan dan anak malu, rasa dihukum. Ada yang meminta maaf
yang menjadi korban kejahatan/kekerasan dan dan tobat, tapi juga tidak jarang memilih
penegakan hukum terhadap pelakunya. dengan jalan perceraian.
Diharapkan UPPA ini dapat memberikan rasa Ada ungkapan, mencegah lebih baik
aman kepada perempuan dan anak yang daripada mengobati. Maka dalam masalah
menjadi korban kekerasan, mengungkap kasus KDRT, sangat penting dilakukan pencegahan
kekerasan, membangun dan memelihara sebelum terjadi KDRT. Adapun kiat mencegah
sinergi dengan fungsi/lembaga terkait dalam terjadinya KDRT antara lain9 :
pelayanan terhadap perempuan dan anak yang 1. Keluarga wajib mengamalkan ajaran
menjadi korban sehingga penanganan kasus agama. Bapak harus menjadi imam bagi
KDRT bisa tuntas. isteri, anak-anak serta keluarga, dan Ibu
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) imam bagi anak-anak dan dalam
penyebabnya banyak faktor. Pertama, bisa mengatur urusan rumah tangga.
kombinasi dari banyak persoalan, seperti faktor 2. Harus dikembangkan komunikasi timbal
ekonomi, sosial, anak, dan lain sebagainya. balik antara suami, isteri dan anak-anak.
Kedua, ekonomi. Ketiga, pendidikan dan iman. 3. Isteri wajib mendidik anak sejak kecil,
Keempat, politik. Kelima, konflik bersenjata.7 kalau marah jangan memukul dan
Faktor dominan yang menjadi penyebab berkata kasar.
KDRT ialah ekonomi. Dalam masalah ini, 4. Kalau ada masalah harus diselesaikan
setidaknya terbagi dua kelompok yang menjadi dengan dialog.
pelaku dan korban KDRT. Pertama, mereka 5. Jika terjadi pertengkaran serius, salah
sudah mapan ekonominya. Kedua, masyarakat satu atau kedua-duanya harus meminta
miskin. Mereka yang sudah mapan kepada orang yang dituakan untuk
ekonominya, juga bisa melakukan KDRT. memediasi.
Penyebabnya bisa berbagai macam seperti Dalam hal pencegahan KDRT secara dini, Ibu
sudah mempunyai pacar atau isteri simpanan. sebagai isteri dan ibu dari anak-anak, secara
Selain itu, suami-isteri sibuk, anak kemudian dini bisa berperan dalam mencegah KDRT
tidak mendapat perhatian, sehingga terlibat melalui pencerahan dan penyadaran kepada
bergaulan bebas serta Narkoba. Akibatnya, putra-putrinya. Selain itu, organisasi massa
suami melakukan KDRT ke isteri sebagai seperti PKK dapat berperan dalam sosialisasi
pelampiasan kekesalan. Pada masyarakat pentingnya dibangun rumah tangga yg baik,
bawah, KDRT dilakukan pada umumnya karena penuh cinta kasih, penuh kasih sayang.
kesulitan ekonomi. Suami atau isteri Jika KDRT terjadi, maka hadapi dan tangani :
melakukan KDRT untuk melampiaskan depresi 1. Isteri dan suami lakukan dialog.
Keduanya harus cari solusi atas masalah
Yang Responsif Gender, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 5
8
No. 3 September 2008. Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademi
7
Luluhima, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Pressindo, Jakarta, 1989, hal. 53.
9
Terhadap Perempuan dan Alternatif Penyelesaiannya, PT. Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Penerbit Rineka
Alumni, Bandung, 2000, hal. 66. Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 59.

10
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

yang dihadapi untuk memecahkan KESIMPULAN DAN SARAN


masalah yang menjadi penyebab A. Kesimpulan
terjadinya KDRT. Jika anak-anak sudah Perlindungan korban KDRT menurut hukum
mulai besar, ajak mereka supaya pidana Indonesia sesuai Undang-Undang
berbicara kepada bapak, kalau KDRT Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004,
dilakukan bapak (suami). yakni tahap preventif melalui perlindungan
2. Selesaikan masalah KDRT dengan kepala sementara dari kepolisian dan atau
dingin. Cari waktu yang tepat untuk perlindungan pengadilan, penempatan korban
sampaikan bahwa KDRT bertentangan pada “rumah aman,” dan tahap kuratif baik
hukum negara, hukum agama, budaya kesehatan fisik maupun psikis, serta tindakan
dan adat-istiadat masyarakat. represif terhadap pelaku KDRT. Namun
3. Laporkan kepada keluarga yang dianggap ketentuan perlindungan korban KDRT belum
berpengaruh yang bisa memberi jalan diterapkan secara maksimal aparat penegak
keluar terhadap penyelesaian masalah hukum.
KDRT supaya tidak terus terulang. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap
4. Kalau sudah parah KDRT seperti korban perempuan sebagai korban KDRT dilaksanakan
sudah luka-luka, maka dilakukan visum. dengan memberikan perlindungan dari proses
5. Laporkan kepada yang berwajib telah penyidikan sampai proses persidangan dengan
terjadi KDRT. Melapor ke polisi bekerjasama tenaga kesehatan, sosial, relawan,
merupakan tindakan paling terakhir dan pendamping rohani untuk melindungi
karena bisa berujung kepada perceraian. korban. Perlindungan oleh pihak avokat,
KDRT merupakan permasalahan yang sering diberikan dalam bentuk konsultasi hukum.
terjadi didalam rumah tangga. Oleh karena itu Pelayanan sosial yang diberikan dalam bentuk
harus dilakukan pencegahan secara dini. konseling untuk memguatkan dan memberi
Pendidikan agama dan pengamalan ajaran rasa aman terhadap korban, memberi informasi
agama di rumah tangga merupakan kunci tentang hak hak korban untuk mendapatkan
sukses untuk mencegah terjadinya KDRT. Untuk perlindungan. Pelayanan oleh pembimbing
mencegah KDRT di rumah tangga, harus rohani diberikan untuk memberikan penjelasan
dikembangkan cinta kasih dan kasih saying mengenai hak dan kewajiban,memberikan
sejak dini. Ibu bisa berperan besar dalam hal pengutan iman dan takwa kepada korban.
mengajarkan kepada anak-anak dirumah untuk Hambatan atau kendala dalam pelaksanaan
saling mencintai dan saling menyayangi. perlindungan hukum terhadap perempuan
Demikian juga PKK sebagai organisasi dapat sebagai korban KDRT yaitu : faktor hukumnya
memberi terus-menerus pencerahan dan sendiri, di mana kelemahan dari UU PKDRT
penyadaran kepada kaum perempuan. yaitu terletak pada delik aduan, dimana
Oleh karena pelaku utama KDRT pada meskipun sudah jelas-jelas perbuatan yang
umumnya adalah suami, maka peranan para dilakukan pelaku adalah tindak pidana dan
pemuka agama, pendidik, sosiolog dan bertentangan dengan Hak Asasi Manusia
cendekiawan, harus berada digarda terdepan namun tanpa adanya pengaduan dari korban,
untuk terus menyuarakan pentingnya rumah maka pelaku tidak dapat dituntut atas
tangga sebagai unit terkecil dalam masyarakat tindakpidana yang dilakukannya. Faktor
untuk dibangun secara baik dan jauh dari petugas penegak hukum, yaitu petugas
KDRT. Supaya terkomunikasikan hal tersebut penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) masih
kepada masyarakat luas, maka peranan dan banyak yang bersikap bias gender, bahkan
partisipasi media sangat penting dan acapkali menggunakan pendekatan victim
menentukan. Betapapun keadaannya sebuah blaming dan victim participating dalam
rumah, maka rumah harus menjadi tempat merespon kasus kekerasan.
yang memberi kehangatan, ketenangan, Faktor sarana dan fasilitas antara lain
kedamaian, perlindungan, dan kebahagian mencakup tenaga manusia yang berpendidikan
kepada seluruh anggota keluarga. dan terampil, organisasi yang baik, peralatan
yang memadai, keuangan yang cukup dan
seterusnya. Ketiga, cara mengatasi kendala

11
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

dalam pelaksanaan perlindungan hukum yang baik dalam membina hubungan agar tidak
terhadap perempuan sebagai korban KDRT terjadi kesalapahaman antara satu dengan
adalah menciptakan sistem peradilan pidana lainnya serta ada kerjasama dari semua pihak,
terpadu yang berkeadilan gender dalam yakni keluarga, masyarakat dan aparat hukum
penanganan kasus kekerasan terhadap untuk meminimalisir terjadinya kekerasan
perempuan. Dalam sistem terpadu tersebut terutama terhadap perempuan dan anak.
diharapkan ada keterkaitan antar instansi/ Diharapkan kepada pemerintah dan aparat
pihak yang berwenang menangani kasus penegak hukum dan masyarakat dapat
kekerasan terhadap perempuan dan akses memberikan perlindungan dan menjamin hak-
pelayanan yang mudah dan terjangkau bagi hak korban apabila terjadi tindakan Kekerasan
korban dalam setiap proses peradilan kasus Dalam Rumah Tangga (KDRT), masyarakat tidak
kekerasan terhadap perempuan. Sistem ini berdiam diri apabila mengetahui adanya. Dalam
menuntut adanya penegak hukum yang penelitian ini adapun kelemahannya yaitu lebih
memiliki visi berkeadilan gender dan tidak bias banyak melihat dari perspektif permpuann.
gender. Untuk itu diharapkan penelitian selanjutnya
disarankan untuk dapat melihat dari persperktif
B. Saran laki-laki dan perempuan. Disarankan untuk
Untuk para penegak hukum dan masyarakat, penelitian selanjutnya dapat lebih banyak
perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan- mendapatkan informasi dari pihak korban yang
pelatihan tentang permasalahan kekerasan melaporkan dan tidak melaporkan tindakan
dalam rumah tangga, khususnya kekerasan kekerasan terhadap perempuan dalam rumah
terhadap isteri. Dengan adanya UU PKDRT tangga.
diharapkan semua pihak dapat memahami
keberadaan undang-undang ini, khususnya DAFTAR PUSTAKA
kepada petugas penegak hukum dapat Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan
mengimplementasikan undang-undang ini Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam menyelesaikan kasus-kasus kekerasan Dalam Penanggulangan Kejahatan,
rumah tangga dengan baik sehingga dapat Kencana, Jakarta, 2008.
memberikan perlindungan kepada isteri sebagai Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2003,
korban kekerasan suami. Penelitian Hukum Normatif; Suatu
Pemerintah perlu melengkapi berbagai Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo
peraturan-perundangan di tingkat nasional, Persada, Jakarta.
daerah yang telah dibuat untuk mendukung Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana
penanganan komprehensif terkait kekerasan Bagian 2, PT. Raja Grafindo Persada,
terhadap perempuan dengan menyediakan Jakarta, 2001.
perangkat pelaksanaan yang memadai, Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan
termasuk mekanisme sosialisasi dan penguatan Reformasi Hukum di Indonesia, The
kapasitas di lingkungan birokrasi negara dan Habibie Centre, Jakarta, 2002.
lembaga-lembaga penegak hukum. Petunjuk Viswandro, Mengenal Profesi Penegak Hukum,
teknis untuk memastikan pelaksanaan yang Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2015.
tepat guna dan peka gender oleh aparat Mudjiati, Implementasi Undang-Undang Nomor
pemerintahan di tingkat nasional hingga 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
daerah. Alokasi anggaran negara secara Kekerasan Dalam Rumah Tangga
berkelanjutan untuk pelaksanaan dan Suatu Tantangan Menuju Sistem
monitoring-evaluasi. Sistem pendataan nasional Hukum Yang Responsif Gender, Jurnal
yang akurat dan relevan bagi perbaikan system Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 3
penanganan kekerasan terhadap perempuan ke September 2008.
depan. Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan
Untuk mencegah terjadinya kekerasan Kuliah Bagian II, Balai Lektur
dalam rumah tangga, hendaknya setiap Mahasiswa, Bandung, 2000.
pasangan ataupun masing-masing pihak dalam Luluhima, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak
lingkup keluarga selalu menjalin kerjasama Kekerasan Terhadap Perempuan dan

12
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 3/Mei/2018

Alternatif Penyelesaiannya, PT.


Alumni, Bandung, 2000.
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak,
Akademi Pressindo, Jakarta, 1989.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

13

Anda mungkin juga menyukai