Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga negara wajib “menjunjung hukum”. Dalam kenyataan

sehari-hari, warga negara yang lalai/sengaja tidak melaksanakan

kewajibannya sehingga merugikan masyarakat, dikatakan bahwa warga

negara tersebut “melanggar hukum” karena kewajiban tersebut telah

ditentukan berdasarkan hukum.1

Salah satu tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat adalah

tindak pidana pembunuhan. Pembunuhan adalah setiap perbuatan

yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan/merampas jiwa

orang lain.

Selain itu pembunuhan dianggap perbuatan yang sangat. terkutuk


dan tidak berperikemanusiaan. Dipandang dari sudut agama,

pembunuhan merupakan suatu yang terlarang bahkan tidak boleh

dilakukan.

Didalam tindak pidana pembunuhan yang menjadi sasaran si pelaku

adalah jiwa nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun.

Dan perampasan itu sangat bertentangan dengan Undang-Undang

1945 yang berbunyi: “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

1
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidan, Sinar Grafika, 2011,Jakarta, hlm
22

1
mempertahankan hidup dan kehidupannya”

Apabila kita melihat ke dalam kitab Undang-Undang Hukum


Pidana

yang selanjutnya disingkat KUHP, segera dapat diketahui bahwa

pembentuk undang-undang telah bermaksud mengatur ketentuan

ketantuan pidana tentang kejahatan-kejahatan yang ditujukan terhadap

nyawa orang itu dalam Buku ke II Bab ke-XIX KUHP yang terdiri dari

tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.2

Salah satu masalah yang sering muncul dimasyarakat adalah tindak

pidana pembunuhan, tindak pidana pembunuhan adalah suatu bentuk

kejahatan dalam jiwa seseorang dimana perbuatan tersebut sangat

bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarkat yaitu

norma agama dan adat-istiadat, sekaligus bertentangan dengan norma

ketentuan hukum pidana dan melanggar hak asasi manusia yaitu hak

untuk hidup.

Beberapa tahun belakangan ini juga terjadi fenomena-fenomena

sosial yang mucul di dalam masyarakat, dimana kejahatan-kajahatan

tindak pidana pembunuhan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa

akan tetapi juga dilakukan oleh anak-anak baik secara sendi-sendiri,

maupun secara bersama-sama.

2
P.A.F.,Lamintang, Kejahatan Tarhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, hlm 11

2
Terhadap anak yang melakukan tndak pidana tersebut akan

dilakukan tindakan hukum atau proses hukum. Dalam tindakan hukum

tersebut, yang masih anak-anak lebih didepankan pada aspek

perlindungan hak-hak anak tersebut dalam tiap tingkat

pemeriksaannya.

Hal ini didasarkan karena dalam diri seorang anak melekat harkat,

martabat, dan hak-hak anak sebagaimana layaknya manusia yang

harus dijunjung tinggi. Anak sebagai salah satu sumber daya manusia

merupakan generasi penerus bangsa, sudah selayaknya mendapatkan

perhatian khusus terutama anak yang berperkara dengan hukum.

Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah

anak itu modal utama kelangsungan hidup manusia, bangsa dan

keluarga, untuk itu hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat

melindungi diri sendiri hak-haknya, banyak pihak yang mempengaruhi

kehidupannya. Negara dan masyarakat berkepentingan untuk

mengusahakan perlindungan hak-hak anak.3

Jika harus dilakukan proses hukum terhadap anak maka tentunya

kurang adil jika kepada terdakwa anak diberlakukan proses hukum

yang sama dengan terdakwa dewasa. Begitu juga dengan pidana yang

nantinya akan dijatuhkan kepada anak, tentunya sangat tidak adil jika

3
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Anak
Di Indonesia, P.T.Refika Aditama Bandung, 2010, hlm 39.

3
pidana yang harus dijalani sama dengan pidana terdakwa dewasa.

Apalagi mengingat bahwa anak merupakan penerus cita-cita

perjuangan bangsa, sehingga dalam menanangani tindak pidana yang

dilakukan oleh anak, harus betul-betul memperhatikan kepentingan dan

masa depan anak.

Pertanggungjawaban pidana anak tidaklah cukup kalau hanya

didasarkan pada hukum materiil seperti yang diatur dalam KUHP,

karena KUHP tersebut ketentuan hukumnya bersifat konvensional yang

mengacu kepada kepentingan hukum kolonial Belanda, tetapi juga

karena perilaku dan perdaban manusia sudah sedemikian kompleks

bahkan perkembangannya jauh lebih cepat dari peraturan yang ada.4

Oleh karena itu, melalui Pasal 103 KUHP, masih dibenarkan


adanya

perbuatan lain yang menurut undang-undang selain KUHP dapat

dipidana sepanjang undang-undang itu bertalian dengan masalah anak.

dan tidak bertentangan dengan ketentuan KUHP (lex specialis derogat

legi generali).

Melalui asas ini pula hukum pidana anak membenarkan undang

undang lain, di luar KUHP yang bertalian dengan masalah anak seperti

4
Bunadi Hidayat, Pemidanaan Anak Di Bawah Umur, Bandung, 2010, hlm 49

4
Ketentuan hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, di dalam undang-undang ini
mengatur

pembedaan perlakuan di dalam hukum acara maupun ancaman

pemidanaannya.

Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam undang

undang ini dimaksudkan untuk lebih memberikan perlindungan dan

pengayoman terhadap anak dalam menyongsong masa depannya yang

masih panjang. Selain itu, pembedaan tersebut dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan kepada anak agar setelah melalui pembinaan

akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang lebih baik,

yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.5

Berkaitan dengan hal tersebut di atas yang dalam kenyataan hakim

dalam menjatuhkan putusan kadang-kadang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akibatnya dapat

merugikan bagi diri si pelaku, terutama dalam menjatuhkan putusan

terhadap anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan

perhatian khusus untuk terus tumbuh dan berkembang sebagi generasi


penerus bangsa, dalam konteksnya sering dianggap tidak adil bagi anak.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, penulis merasa

tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang penerapan hukum dan

5
Wigiati Soetedjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm 29.

5
pertimbangan hukum hakim terhadap tindak pidana yang dilakukan

oleh anak. Dengan Judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK


PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG DILAKUKAN OLEH
ANAK”

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan
pidana terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh
anak?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengatahui pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan
pidana tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak.
2. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui pelaksanaan penerapan sanksi terhadap kejahatan yang di
lakukan oleh anak.
2. Mengetahui faktor-faktor atau pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang dilakukan oleh
anak.

E. Kerangka Teori

Ada tiga golongan utama teori untuk membenarkan penjatuhan


pidana

1. Teori absolut atau pembalasan ( vergeldings theorein )


2. Teori relative atau tujuan ( doeltheorein )
3. Teori gabungan ( vereningingstheorein )

6
Teori pembalasan mengatakan bahwa pidana tidaklah bertujuan
untuk yang praktis seperti memperbaiki penjahat. Penjahat sendirilah yang
mengandung unsur-unsur untuk dijatuhkan pidana. Pidana secara mutlak
ada, karna dilakukan suatu kejahatan. Tidak perlu untuk memikirkan
manfaat menjatuhkan pidana itu. Setiap kejahatan harus berakibat
dijatuhkan pidana kepada pelanggar. Sedangkan teori relatife mencari
dasar hukum pidana dalam menyelenggarakan tertib masyarakat dan
akibatnya yaitu tujuan untuk prevensi terjadinya kejahatan.6

Dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem


Peradilan Pidana Anak merumuskan bahwa anak adalah orang yang dalam
perkara anak nakal telah mencapai 8 (delapan) tahun, tetapi belum
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah.7

Sanksi Pidana atau Hukuman pada dasarnya merupakan suatu


penderitaan yang sengaja diberikan oleh hakim kepada seseorang yang
melalakukan kesalahan karena melanggar kepentingan umum yang diatur
dalam Undnang-Undang Pidana. Termasuk kedalam kepentingan umum,
yang pertama adalah kepentingan badan dan peraturan perundangan
Negara, seperti ; negara, lembaga lembaga negara , pejabat negara,
pegawai negeri, undang undang, peraturan pemerintahan, dan sebagainya.
Kedua adalah kepentingan tiap orang seperti ; jiwa, tubuh, kemerdekaan,
kehormatan, dan hak milik atau harta benda.8

Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam Undang Undang


Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ditentukan
berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8
sampai 12 tahun hanya dikenakan tindakan, sedangkan terhadap anak yang
telah mencapai umur 12 sampai 18 tahun di jatuhkan pidana.

6
Andi Hamzah, Asas Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, 2010, Jakarta, Hlm 33
7
Sutarik sri, Rekonstruksi Sistem Sanki Dalam Hukum Pidana Anak di Indonesia,
2013, Jakarta, Hlm 2
8
Wiyanto Roni, Asas Asas Hukum Pidana Indonesia, Mandar Maju, 2012, Bandung,
Hlm 119

7
Dalam Pasal 24 Undang Undang tersebut ditentukan bahwa
tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah :

1. Mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh


2. Menyerahkan kepada Negara untuk mengikuti pendidikan,
pembinaan, dan latihan kerja; atau
3. Menyerahkan kepada social, atau organisasi social
kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan,
pembinaan dan pelatihan kerja.

Pidana yang dijatuhkan terhadap anak nakal, menurut Undang


Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
meliputi pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok meliputi
pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda atau pidana pengawasan ;
sedangkan pidana tambahan dapat berupa perampasan barang-barang
tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.9

F. Metodelogi Penelitian

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library
research) penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan
bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non hukum. Penelusuran
bahan bahan hukum tersebut dapat dilakukan dengan membaca,
melihat, mendengar.10

B. Tipe Penelitian
Tipe Penelitian ini adalah Deskriptif Analitis penulisan ini hanya
mendiskripsikan berbagai temuan yang akan dianalisis dalam suatu

9
Soetodjo Wagiati, Hukum Pidana Anak, Rafika Aditama, 2006, Bandung, Hlm 31
10
Fajar Mukti, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, 2010, Yogyakarta,
Hlm 160

8
system penulisan, sehingga hasil deskripsi tersebut dapat ditarik
kesimpulan dan saran saran.11

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini , jenis dan sumber data yang di gunakan
terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data primer, mengunakan peraturan perundang undangan yang
berlaku sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian ini ,
yaitu Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
b. Data sekunder, mengunakan literatur-literatur kepustakaan
sebagai pelengkap data-data yang teliti, seperti buku buku dan
artikel yang berkaitan dengan tindak pidana anak.
D. Teknik Pengumpulan Data
Guna menunjang kelancaran dan keberhasilan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data :
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah
literature maupun dokumen yang relevan dengan objek dan judul
penelitian ini , baik dokumen hukum, berupa aturan perundang
undangan,maupun dokumen lainnya yang dipandang perlu.

E. Metode Analisa Data


Bertolak dari permasalahan dan tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini, maka dari sejumlah data yang diperoleh akan dianalisa
dengan mengunakan metode analisis kualitatif. Kemudian data yang
diperoleh, baik data primer maupun data sekunder, yang dalam
penulisan akan disajikan secara deskripsi, dan kemudian diberi suatu
kesimpulan.

11
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986,
Hlm 10

9
F. Sistimatika Penilitian

Dalam penulisan hukum ini, penulis membahas serta menguraikan


masalah yang terdiri dari satu bab :

BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang,


Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka
Teori, Metodelogi Penelitian,Sistimatika Penelitian.

10

Anda mungkin juga menyukai