Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semenjak manusia dilahirkan, manusia telah bergaul dengan manusia lainnya

dalam wadah yang kita kenal sebagai masyarakat. Mula-mula ia berhubungan dengan

orang tuanya dan setelah usianya meningkat dewasa ia hidup bermasyarakat, dalam

masyarakat tersebut manusia saling berhubungan dengan manusia lainnya.sehingga

manimbulkan kesadaran pada diri manusia bahwa kehidupan dalam masyarakat

berpedoman pada suatu aturan yang oleh sebagian besar warga masyarakat tersebut

ditaati.hubungan antara manusia dengan manusia dan masyarakat diatur oleh

serangkaian nilai-nilai dan kaidah-kaidah. Didalam pembagian hukum konvensional,

hukum pidana termasuk bidang hukum publik. Artinya hukum pidana mengatur

hubungan antara warga dengan negara menitikberatkan kepada kepentingan umum atau

kepentingan publik. Secara historis hubungan hukum yang ada pada awalnya adalah

hubungan pribadi atau hubungan privat,tetapi dalam perjalanan waktu terdapat hal-hal

yang diambil alih kelompok atau suku dan akhirnya setelah berdirinya negara diambil

alih oleh negara dan dijadikan kepentingan umum.1

Hukum adalah keseluruhan norma oleh penguasa masyarakat yang berwenang

menegakkan hukum, dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan dengan tujuan untuk

mengadakan suatu mengikat bagi sebagian atau seluruh tata yang di kehendaki oleh

penguasa tersebut.2

1
Prof.Dr.Teguh Prasetyo,S.H.,M.Si.Hukum pidana,yogyakarta 2011.hlm1.
2
www.academia.edu. Diakses pada tanggal 26 November 2018.

1
Hukum pidana merupakan hukum yang memiliki sifat khusus, yaitu dalam hal

sanksinya. Setiap kita berhadapan dengan hukum, pikiran kita mengarah pada sesuatu

yang mengikat perilaku seseorang di dalam masyarakatnya. Didalam nya terdapat

ketentuan tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, serta

akibatnya. Yang pertama itu kita sebut sebagai norma sedangkan akibatnya kita

namakan sanksi. Yang membedakan hukum pidana dengan hukum yang lainnya, di

antaranya adalah bentuk sanksinya, yang bersifat negatif yang disebut sebagai pidana

(hukuman). Bentuknya bermacam-macam dari dipaksa diambil hartanya karena harus

membayar denda, dirampas kebebsannya karena dipidanan kurungan atau penjara,

bahkan dapat pula dirampas nyawanya, jika diputuskan dijatuhi hukuman mati.3

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada sesuatu

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang karena

keinginan atau desakan untuk mempertahankan status diri. Secara umum kebutuhan

setiap manusia itu akan dapat dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya, dalam keadaan

yang tidak memerlukan desakan dari dalam atau orang lain. Terhadap kebutuhan yang

mendesak pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan segera biasanya sering

dilaksanakan tanpa pemikiran matang yang dapat merugikan lingkungan atau manusia

lain. Hal seperti itu akan menimbulkan suatu akibat negatif yang tidak seimbang dengan

suasana yang dari kehidupan yang bern9ilai baik. Untuk mengembalikan kepada

suasana dan kehidupan yang bernilai baik itu diperlukan suatu pertanggungjawaban dari

pelaku yang berbuat sampai ada ketidakseimbangan. Dan pertanggungjawaban yang

wajib dilaksanakan oleh pelakunya berupa pelimpahan ketidakenakan masyarakat

supaya dapat dirasakan juga penderitaan atau kerugian yang dialami. Pemberi
3
Prof.Dr.Teguh Prasetyo,S.H.,M.Si.Op.cit.hlm2.

2
pelimpahan dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang berwenang untuk itu

sebagai tugas yang diberikan masyarakat kepadanya. Sedangkan penerima pelimpahan

dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya pelimpahan itu berupa hukuman yang

disebut ”dipidanakan”. Jadi bagi seseorang yang dipidanakan berarti dirinya

menjalankan suatu hukuman untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang

dinilai kurang baik dan membahayakan kepentingan umum.4

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam sistem peradilan pidana anak

bahwa terhadap anak adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi

korban dan anak yang menjadi saksi dalam tindak pidana. Anak yang berkonflik

dengan hukum adalah anak yang yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur

18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana, Anak yang menjadi korban adalah

anak yang belum berumur 18 (delapan belas tahun) yang mengalami penderitaan fisik,

mental dan atau kerugian ekonomi yang disebabkan tindak pidana, Anak yang menjadi

saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas tahun) yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan proses hukum mulai tingkat penyidikan,

penuntutan dan sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat

dan atau dialami. Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh anak sebelum genap berumur

18 tahun dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak melampaui batas umur 18

tahun tetapi belum mencapai umur 21 tahun anak tetap diajukan ke sidang anak (Pasal

20 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).5

Anak merupakan amanah dan anugerah dari tuhan yang maha esa yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak
4
Prof.Dr.Teguh Prasetyo,S.H.,M.Si.Op.cit.hlm3.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak pasal (1)

3
mempunyai harkat dan martabat yang patut di junjung tinggi dan setiap anak yang

terlahir harus mendapat hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan

ketentuan konvensi hak anak yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui

keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip

umum perlindungan anak, yaitu nondiskriminasi, kepentingan terbaik anak,

kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, dan menghargai partisipasi anak. Prinsip-

prinsip tersebut juga terdapat di dalam ketentuan undang-undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

anak yang di bentuk oleh pemerintah agar hak-hak anak dapat di implementasikan di

Indonesia. Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap terhadap harkat dan martabat

anak sebenarnya sudah terlihat sejak Tahun 1979 ketika membuat Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Akan tetapi, hingga keluarnya

Undang-Undang perlindungan anak dan sampai sekarang, kesejahteraan dan pemenuhan

hak anak masih jauh dari yang diharapkan.6

Undang-undang dasar 1945 pasal 28 ayat 2 menyatakan Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungn dari

kekerasan dan dikriminasi.7

Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1990 menentukan bahwa

kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,

peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha Negara. Sekarang pasal 10

ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 menyebutkan bahwa pada masing-

6
Rika Saraswati,S.H.,CN.,M.Hum., Hukum Perlindungan Anak di
Indonesia,Semarang,2015.hlm.1.
7
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 ayat (2).

4
masing lingkungan peradilan tersebut, tidak menutup kemungkinan, misal dalam

lingkungan peradilan umum diadakakan pengkhususan yang berupa pengadilan lalu

lintas, pengadilan anak-anak, pengadilan ekonomi, dan sebagainya dengan undang-

undang. dari penjelasan pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tersebut

dapat diketahui atau disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengadilan anak adalah

pengadilan khusus yang dibentuk dengan undang-undang dalam lingkungan peradilan

umum yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus

perkara tertentu.8

Lebih dari 4.000 angka anak diajukan kepengadilan setiap tahunnya atas

kejahatan ringan, seperti pencurian. Pada umumnya mereka tidak mendapatkan

dukungan, baik dari pengacara maupun dinas sosial. Dengan demikian tidak

mengejutkan jika 9 dari 10 anak akhirnya di jebloskan kepenjara atau rumah tahanan.9

Keberadaan anak yang ada di lingkungan kita memang perlu mendapatkan kan

perhatian, terutama mengenai tingkah lakunya, dalam perkembangan kearah dewasa,

kadang-kadang seorang anak melakukan perbuatan yang lepas kontrol, ia melakukan

perbuatan tidak baik. Sehingga merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Tingah laku

yang demikian di sebabkan karena dalam masa pertumbuhan, sikap dan mental anak

belum stabil, dan juga tidak terlepas dari lingkungan pergaulan nya. Disamping itu

keadaan ekonomi pun bisa menjadi pendorong bagi anak untuk melakukan perbuatan

yang dilarang.10

8
R.Wiyono,S.H.Sistem Peradilan Anak Di Indonesia.2016.
9
Rika Saraswati,S.H.,CN.,M.Hum.,Op.cit.hlm.13.
10
Htpp://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=kriminalitas.diakses pada tanggal 27 september
2018.

5
Mengingat dan sifat yang khas pada anak dan demi perlindungan terhadap

anak,perkara anak yang berhadapan dengan hukum wajib disidangkan di pengadilan

pidana anak yang berada di lingkungan peradilan umum. Proses peradilan perkara anak

sejak di tangkap, ditahan, dan diadili pembinaannya wajib dilakukan oleh pejabat yang

memahami masalah anak. Jika dilakukan proses hukum terhadap anak maka tentunya

kurang adil jika kepada terdakwa anak diberlakuan proses hukum yang sama dengan

terdakwa dewasa. Begitu juga dengan pidana yang nantinya akan dijatuhkan kepada

anak,tentunya sangat tidak adil jika pidana yang harus di jalaninya sama dengan pidana

terdakwa dewasa. Apalagi megingat bahwa anak merupakan penerus cita-cita

perjuangan bangsa, sehingga dalam menangani tidak pidana yang dilakukan oleh anak

harus betul-betul memperhatikan kepentingan dan masa depan anak. Pembedaaan

perlakuan dan ancaman yang diatur dalam undang-undang ini dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap anak dan menyongsong masa

depannya yang masih panjang.11

Diambil dari sebuah kasus yang terjadi di Teluk Kuantan yang mana anak sudah

berani melakukan tindak pidana pencurian yang mengakibatkan hilangnya nyawa

seseorang adalah GUSVERIUS ANTONIUS SINAGA alias AGUS bin RUWIN

MARTIN SINAGA yaitu seorang anak yang berumur 18 Tahun dan telah melakukan

tindak pidana pencurian yang disertai pembunuhan terhadap seorang penjaga sekolah di

SD Negeri 025 Sinambek teluk kuantan, yang bernama AMRIZAL. Gusverius

11
Wigiati Soetedjo,Hukum Pidana Anak,Bandung,Refika aditama,2010.hlm.29.

6
Antonius Sinaga dinyatakan bersalah karena telah menghilangkan nyawa orang lain

sesuai dengan pasal 338 KUHP. Yang pada awalnya bermula dari melakukan tindak

pidana pencurian kemudian di pergoki oleh penjaga sekolah, karena rasa takut

Gusverius Antonius Sinaga melakukan perlawanan kepada penjaga sekolah yang

memergokinya hingga terjadi tindak pembunuhan yang dilakukan oleh Gusveris. Salah

satu contoh tindak pidana anak yang dilakukan oleh Gusverius Antonius Sinaga yang

melakukan tindak pidana pembunuhan dan terbukti telah bersalah di Pengadilan Negeri

Rengat sehingga pengadilan menjatuhi pidana penjara kepada Gusvenius sesuai dengan

amanat pasal yang ditentukan di pengadilan Pengadilan Negeri Rengat.12

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji leih

dalam tentang penerapan hukum dan pertimbangan hukum hakim terhadap tindak

pidana yang dilakuan oleh anak. Untuk itu penulis mengangkat skripsi dengan judul

“TINJAUAN YURIDIS ANAK SEBAGAI PELAKU TIDAK PIDANA

PEMBUNUHAN DALAM PERKARA Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagai mana yang diuraikan di atas maka

penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap anak yang melakukan tindak

pidana dalam perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt?

12
Putusan Perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt.

7
2. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana anak

yang melakukan tindak pidana dalam perkara Nomor

14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari proposal skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan sanksi pidana terhadap anak yang melakukan

tindak pidana yang menyebabkan hilangnya nyawa seseoran pada perkara

Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/Rgt.

2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara

tindak pidana terhadap hilangnya nyawa manusia yang dilakukan anak pada

perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/Rgt.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan-tujuan tersebut di atas,maka di harapkan penulisan dan pembahasan

penulis hukum ini dapat memberikan kegunaan atau manfaat baik secara teoris

maupun praktis sebagai bagian yang tak terpisahkan, bagi kalangan akademis

hukum, yaitu :

1. Manfaat teoris.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

hukum, khususnya untuk memperluas pengetahuan dan menambah referensi

8
khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan hukuman

terhadap anak di Indonesia.

2. Manfaat praktis.

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah khususnya aparat

penegak hukum mudah-mudahan dapat melakukan perubahan paradigma

dalam meaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan

masyarakat ,sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara

professional ,manusiawi dan berkeadilan.

E. Kerangka Teori

Teori adalah alat terpenting suatu ilmu pengetahuan.Teori merupakan hubungan

antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta

tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara

empiris. Dalam bentuk yang paling sederhana teori merupakan hubungan antara dua

Variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya.

1. Teori Penegakan Hukum

Menurut Soekanto Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum

terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam

kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian

penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, dan mempertahankan kedamaian

9
pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan

penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkret. Manusia didalam

pergaulan hidup, pada dasarnya mempunyai pandangan-pandangan tertentu mengenai

apa yang baik dan apa yang buruk. Pandangan-pandangan tersebut senantiasa terwujud

di dalam pasangan-pasangan tertentu, misalnya, ada pasangan nilai ketertiban dengan

nilai ketentraman, pasangan nilai kepentingan umum dengan nilai kepentingan pribadi.13

Pasangan nilai kelestarian dengan nilai inovatisme, dan seterusnya. Di dalam

penegakan hukum, pasangan nilai-nilai tersebut perlu diserasikan; umpanya, perlu

penyerasian antara nilai ketertiban dengan nilai ketentraman. Sebab, nilai ketertiban

bertitik tolak pada keterikatan, sedangkan nilai ketentraman titik tolaknya adalah

kebebasan. Di dalam kehidupannya, maka manusia memerlukan keterikatan maupun

kebebasan di dalam wujud yang serasi. Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan

tersebut, memerlukan penjabaran secara lebih konkret lagi, karena nilai-nilai lazimnya

bersifat abstrak. Penjabaran secaralebih konkret terjadidalam bentuk kaidah-kaidah,

dalam hal ini kaidah-kaidah hukum, yang mungkin berisikan suruhan, larangan atau

kebolehan.

Di dalam bidang hukum tata negara Indonesia, misalnya, terdapat kaidah-kaidah

tersebut yang berisikan suruhan atau perintah untuk melakukan tindakan-tindakan

tertentu, atau tidak melakukannya. Didalam kebanyakan kaidah hukum pidana

tercantum larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, sedangkan

di dalam bidang hukum perdata ada kaidah-kaidah yang berisikan kebolehan-

kebolehan.14
13
Prof.Dr.Soekanto,S.H.,M.A.Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan Hukum,
rajagrafindo. jakarta. 2016.hlm 5.
14
Ibid.hlm6.

10
Menurut Wayne La-Fvre, Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman

atau patokan bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap pantas, atau yang

seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan kedamaian. Demikianlah konkretisasi daripada

penegakan hukum secara konsepsional. Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada

hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang

tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian

pribadi.Dengan mengutip pendapat Roscoe Pound, maka LaFavre menyatakan, bahwa

pada hakikatnya diskresi berada di antara hukum dan moral (etika dalam arti sempit).

dasar uraian tersebut dapatlah dikatakan , bahwa gangguan terhadap penegakan hukum

mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara “tritunggal” nilai, kaidah dan pola

perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila ketidakserasian antara nilai-nilai yang

berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola

perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.15

2. Teori Pemidanaan

Teori-teori pemidanaan berkembang mengikuti dinamika kehidupan masyarakat

sebagai reaksi dari timbul dan berkembangnya kejahatan itu sendiri yang senantiasa

mewarnai kehidupan sosial masyarakat dari masa ke masa. Dalam dunia ilmu hukum

pidana itu sendiri, berkembang beberapa teori tentang tujuan pemidanaan, yaitu teori

absolut (retributif), teori relatif (deterrence/utilitarian), teori penggabungan (integratif),

15
Ibid.hlm7.

11
teori treatment dan teori perlindungan sosial (social defence). Teori-teori pemidanaan

mempertimbangkan berbagai aspek sasaran yang hendak dicapai di dalam penjatuhan

pidana.16

1. Teori absolut (teori retributif)

Memandang bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang

telah dilakukan, jadi berorientasi pada perbuatan dan terletak pada kejahatan itu sendiri.

Pemidanaan diberikan karena si pelaku harus menerima sanksi itu demi kesalahannya.

Menurut teori ini, dasar hukuman harus dicari dari kejahatan itu sendiri, karena

kejahatan itu telah menimbulkan penderitaan bagi orang lain, sebagai imbalannya

(vergelding) si pelaku harus diberi penderitaan. Setiap kejahatan harus diikuti dengan

pidana, tidak boleh tidak, tanpa tawar menawar. Seseorang mendapat pidana oleh

karena melakukan kejahatan. Tidak dilihat akibat-akibat apapun yang timbul dengan

dijatuhkannya pidana, tidak peduli apakah masyarakat mungkin akan dirugikan.

Pembalasan sebagai alasan untuk memidana suatu kejahatan.Penjatuhan pidana pada

dasarnya penderitaan pada penjahat dibenarkan karena penjahat telah membuat

penderitaan bagi orang lain.Menurut Hegel bahwa, pidana merupakan keharusan logis

sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan.Ciri pokok atau karakteristik teori retributif,

yaitu :

1) Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan

2) Pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak mengandung

sarana-sarana untuk tujuan lain misalnya untuk kesejahteraan masyarakat

3) Kesalahan merupakan satu-satunya syarat untuk adanya pidana

4) Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelanggar


16
Sucipto Raharjo, Teori-teori kejahatan dari aspek sosiologis, Jakarta. 2000, Hlm 47

12
5) Pidana melihat ke belakang, ia merupakan pencelaan yang murni dan

tujuannya tidakuntuk memperbaiki, mendidik atau memasyarakatkan

kembali si pelanggar.17

2. Teori relatif (deterrence)

Teori ini memandang pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan si

pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan bermanfaat untuk melindungi masyarakat

menuju kesejahteraan. Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan sebagai sarana

pencegahan, yaitu pencegahan umum yang ditujukan pada masyarakat. Berdasarkan

teori ini, hukuman yang dijatuhkan untuk melaksanakan maksud atau tujuan dari

hukuman itu, yakni memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat kejahatan

itu. Tujuan hukuman harus dipandang secara ideal, selain dari itu, tujuan hukuman

adalah untuk mencegah (prevensi) kejahatan.18

3. Teori gabungan (integratif)

Mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas tertib pertahanan tata tertib

masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Pada

dasarnya teori gabungan adalah gabungan teori absolut dan teori relatif. Gabungan

kedua teori itu mengajarkan bahwa penjatuhan hukuman adalah untuk mempertahankan

tata tertib hukum dalam masyarakat dan memperbaiki pribadi si penjahat.

Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :

1) Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan itu

tidak boleh melampaui batas dari apa yang pelu dan cukup untuk dapatnya

dipertahankannya tata tertib masyarakat;

17
Ibid hlm 59
18
Ibid hlm 60

13
2) Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat,

tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada

perbuatan yang dilakukan terpidana.19

4. Teori treatment

Mengemukakan bahwa pemidanaan sangat pantasdiarahkan kepada pelaku

kejahatan, bukan kepada perbuatannya. Teori ini memiliki keistimewaan dari segi

proses re-sosialisasi pelaku sehingga diharapkan mampu memulihkan kualitas sosial

dan moral masyarakat agar dapat berintegrasi lagi ke dalam masyarakat. Menurut Albert

Camus, pelaku kejahatan tetap human offender, namun demikian sebagai manusia,

seorang pelaku kejahatan tetap bebas pula mempelajari nilai-nilai baru dan adaptasi

baru. Oleh karena itu, pengenaan sanksi harus mendidik pula, dalam hal ini seorang

pelaku kejahatan membutuhkan sanksi yang bersifat treatment.Treatment sebagai tujuan

pemidanaan dikemukakan oleh aliran positif. Aliran ini beralaskan paham determinasi

yang menyatakan bahwa orang tidak mempunyai kehendak bebas dalam melakukan

suatu perbuatan karena dipengaruhi oleh watak pribadinya, faktor-faktor lingkungan

maupun kemasyarakatannya. Dengan demikian kejahatan merupakan manifestasi dari

keadaan jiwa seorang yang abnormal. Oleh karena itu si pelaku kejahatan tidak dapat

dipersalahkan atas perbuatannya dan tidak dapat dikenakan pidana, melainkan harus

diberikan perawatan (treatment) untuk rekonsialisasi pelaku.20

3. Teori Tindak Pidana

19
Ibid.Hlm 62.
20
Ibid hlm 63

14
Atas dasar asas konkordasi Kitab Undang-undang Hukum pidana (KUHP)

Indonesia, yang dulu bernama Wetboek van Strafrecht indonesie merupakan semacam

kutipan dari WvS Nederland.bahasanya tentu saja bahasa belanda. Pasal 1 KUHP

mengatakan bahwa perbuatan yang pelakunya dapat di pidana/dihukum adalah

perbuatan yang sudah di sebutkan di dalam perundang-undangan sebelum perbuatan itu

dilakukan. Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari strafbaar feit di dalam kitab

Undang-Undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya

yang di maksud dengan strafbaar feit itu sendiri, biasanya tindak pidana disinonimkan

dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum. Dalam kamus besar

bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut:

Delik adalah perbuatan yang dapat di kenakan hukuman karena merupakan

pelanggaran terhadap Undang-Undang tindak pidana.

Berdasarkan rumusan yang ada maka delik strafbaar feit memuat beberapa unsur

yakni:

a. Perbuatan manusia.

b. Perbuatan itu dilarang dan di ancam dengan hukuman oleh undang-

undang.Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat di

pertanggung jawabkan.21

Keragaman pendapat diantara para sarjana hukum mengenai defenisi strafbaar

feit telah melahirkan beberapa rumusan atau terjemahan mengenai strafbaar feit itu

sendiri,yakni:

a. Perbuatan pidana.

21
Prof.Dr.Teguh Prasetyo,S.H,M.H.Op.cit.hlm. 47.

15
Prof.mulyatno,S.H. Menerjemahkan istilah strafbaar feit dengan perbuatan

pidana. Menurut pendapat beliau istilah perbuatan pidana menunjukkan kepada makna

adanya suatu kelakuan manusia yang menimbulkan akibat tertentu yang dilarang hukum

dimana pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana. Dapat di artikan demikian karena

kata perbuatan tidak mungkin berupa kelakuan alam,karena yang dapat berbuat dan

hasilnya disebut perbuatan itu adalah hanya manusia.

b. Peristiwa pidana.

Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh prof.wirjono prodjodikoro,S.H., dalam

perundang-undangan formal Indonesia, istilah peristiwa pidana pernah digunakan secara

resmi dalam Undang-Undang sementara 1950, yaitu dalam pasal 14 ayat 1. Secara

subtansif, pengertian dari istilah peristiwa pidana lebih menunjukkan kepada suatu

kejadian yang dapat di timbulkan baik oleh perbuatan manusia maupun oleh gejala

alam.Oleh karena itu, dalam percakapan sehari-hari sering di dengar suatu ungkapan

bahwa kejadian itu merupakan perstiwa alam.22

c. Tindak pidana.

Istilah tindak pidana menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku dan

gerak-gerik jasmani seseorang. Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak

berbuat,akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak pidana.

mengenai kewajiban untuk berbuat tetapi dia tidak berbuat yang di dalam undang-

undang menentukan pada pasal 164 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana),

ketentuan dalam pasal ini mengharuskan seseorang utuk melaporkan kepada pihak yang

berwajib apabila akan timbul kejahatan,ternyata dia tidak melaporkan kepada pihak
22
Ibid.hlm.48.

16
yang berwenang akan kejahatan, ternyata dia tidak melaporkan,maka dia dapat dikenai

sanksi. Prof.sudarto berpendapat bahwa pembentuk undang-undang sudah tetap dalam

pemakaian istilah tindak pidana dan beliau lebih condong memakai istilah tindak pidana

seperti yang telah dilakukan oleh pembentuk undang-undang.Pendapat prof.sudarto

diikuti oleh Teguh Prasetyo karena pembentuk undang-undang sekarang selalu

menggunakan istilah tindak pidana sehingga istilah pidana itu mempunyai pengertian

yang di pahami oleh masyarakat. oleh karena itu,setelah melihat berbagai defenisi di

atas, maka diambil kesimpulan bahwa yang disebut dengan tindak pidana adalah

perbuatan yang oleh aturan hukum di larang dan ancam dengan pidana,dimana

pngertian perbuatan di sini selain perbuatan yang bersifat aktif melakukan sesuatu yang

sebenarnya dilarang oleh hukum juga perbuatan yang bersifat pasif.23

a. Pembagian hukum pidana.

Beberapa pembagian hukum pidana atas dasar:

1. Hukum pidana formil adalah hukum yang mengatur cara-cara mempertahankan

dan melaksanakan hukum materil atau dengan kata lain cara mengajukan suatu

perkara ke muka pengadilan dan tata cara hakim memberikan putusan.24

2. Hukum pidana materil adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa yang dapat

dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan.25

3. Hukum pidana dalam arti objektif dan subjektif. Hukum pidana objektif atau ius

poenale adalah hukum pidana yang dilihat dari larangan-larangan berbuat, yaitu

23
Ibid.hlm.49.
24
KUHAP
25
KUHP

17
larangan yang disertai dengan ancaman pidana bagi siapa yang melanggar

larangan tersebut (hukum pidana materiil).26

Hukum pidana subjektif atau ius poenandi merupakan aturan yang berisi hak

atau kewenangan negara untuk:

a. Menentukan larangan-larangan dalam upaya mencapai ketertiban umum.

b. Memberlakukan (sifat memaksa) hukum pidana yang wujudnya dengan

menjatuhkan pidana kepada si pelanggar larangan.

c. Menjalankan sanksi pidana yang telah dijatuhkan oleh negara kepada pelanggar

hukum.

1) Pada siapa berlakunya hukum pidana.

Secara tradisional dalam buku-buku hukum pidana kita lihat bahwa hukum

pidana itu dibagibatas hukum pidana umum dan hukum pidana khusus seperti hukum

pidana ekonomi ,hukum pidana fisikal dan hukum pidana militer. Hukum pidana umum

adalah hukum pidana yang ditujukan dan berlaku untuk semua warga negara (subjek

hukum) dan tidak membeda-bedakan kualitas pribadi subjek hukum tertentu.27

2) Sumbernya.

Pembedaan menurut sumbernya, hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana

umum dan hukum pidana khusus, hukum pidana umum adalah semua ketentuan pidana

yang terdapat/bersumber pada kodifikasi (KUHP), sering disebut dengan hukum pidana

kodifikasi. Hukum pidana khusus adalah hukum pidana yang bersumber pada peraturan
26
Prof.Dr.Teguh Prasetyo,S.H,M.Si.Op.cit.hlm.10.
27
DR.Andi Hamzah,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana.Jakarta.1994.Hlm.10.

18
perundang-undangan diluar KUHP. Hukum pidana khusus ini dibedakan atas dua

kelompok, yaitu:

a. Kelompok peraturan perundang-undangan hukum pidana (ketentuan/isi

peraturan perundang-undangan ini hanya mengatur satu bidang hukum pidana).28

b. Kelompok peraturan perundang-undangan bukan dibidang hukum pidana, tetapi

di dalamnya terdapat ketentuan pidananya.

3). Bentuk/wadahnya.

Berdasarkan bentuk/wadahnya hukum pidana dapat dibedakan menjadi:

a. Hukum pidana tertulis (hukum pidana undang -undang).

b. Hukum pidana tidak tertulis ( hukum pidana alat).29

4. Teori Hukum Pidana Anak

Hukum pidana menjadi legitimasi untuk mengurangi dan membatasi penikmatan

hak asasi seseorang, termasuk anak yang berkonflik dengan hukum. Meski demikian,

terdapat sejumlah hak dan kebebasan yang tidak boleh dikurangi dalam kondisi apa pun.

Sejumlah hak ini dikenal dengan hak-hak nonderogable, yaitu hak-hak yang bersifat

absolut yang tidak boleh dikurangi pemenuhannya oleh negara sekalipun dalam keadaan

darurat. Hak-hak tersebut adalah hak atas hidup, hak bebas dari penyiksaan,hak bebas

dari pemidanaan yang berlaku surut, dan hak sebagai subjek hukum [Pasal 4 ayat (2)

Kovonan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik. Dalam rangka memberikan

28
Ibid.hlm.11.
29
Ibid.hlm.13.

19
pemenuhan hak terhadap anak yang berkonflik dengan hukum,pemerintah telah

berupaya memberikan perlindungan hukum terhadap anak-anak Indonesia dengan

menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan yang memuruskan perlindungan

terhadap anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Salah satu implementasinya

adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

yang memberlakukan proses pemeriksaan khusus bagi anak yang melakukan tindak

pidana yang penanganannya melibatkan beberapa lembaga negara, yaitu kepolisian,

kejaksaan, pengadilan, Departemen Hukum dan HAM, serta lembaga-lembaga lain,

seperti Dinas Sosial yang secara terpadu dengan mengedapankan kepentingan yang

terbaik bagi anak-anak.30

Pengadilan anak adalah meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan memutus

perkara yang menyangkut kepentingan anak. Dan keterlibatan pengadilan dalam

kehidupan anak dan keluarganya senantiasa ditujukan pada upaya penanggulangan

keadaan yang buruk, sehubungan dengan perilaku yang menyimpang dan pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh anak-anak dalam wilayah hukum negara Indonesia.

Khususnya bagi anak-anak yang telah mencapai umur 8 tahun, tetapi belum mencapai

umur 18 tahun. Undang-Undang Pengadilan Anak mengamanatkan bahwa dalam

melaksanakan persidangan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa yang

masih anak-anak, Undang-Undang Pengadilan Anak membatasi usia anak mulai dari 8

hingga 18 tahun. Mengingat hal tersebut maka haruslah diperlakukan secara khusus

sesuai dengan Undang-Undang Pengadilan Anak, antara lain, dengan:

30
Rika Saraswati,S.H.,CN.,M.Hum., Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Semarang,
2015.Hlm.107.

20
1. Melangsungkan persidangan secara tertutup, kecuali dalam hal tertentu dan di

pandang perlu, maka persidangan dilangsungkan secara terbuka (Pasal 8).

2. Dengan tidak menggunakan toga atau pakaian dinas dalam persidangan tindak

pidana yang dilakukan oleh anak-anak (Pasal 6).31

Diindonesia yang dimaksud dengan anak tidak ada kesatuan pengertian .hal ini

disebutkan oleh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kepentingan

anak,masing-masing memberikan pengertiannya sesuai dengan maksud di keluarkan

peraturan perundang-undangan tersebut.32

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahtraan anak, pasal

1 angka 2 Undang-Undang Tahun 1979 menentukan bahwa anak adalah seorang yang

belum mencapai umur 21 (dua puluh satu tahun) dan belum pernah kawin.33

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak,pasal 1 angka 1 menentukan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas tahun, termasuk anak yag masih dalam kandungan.34

Jika diperhatikan pengertian sistem peradilan pidana anak sebagaimana

dimaksud pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 maka dapat

diketahui bahwa sistem peradilan pidana anak yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 adalah sistem mengenai proses penyelesaian perkara anak yang

berhadapan dengan hukum.35

Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak pasal 1 angka 3 bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya
31
Ibid.hlm.108
32
R.Wiyono,S.H.Sistem Peradilan Anak Di Indonesia.2016.Hlm.10.
33
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak pasal 1 angka 2.
34
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 1 angka 1.
35
R.Wiyono,S.H.Sistem Peradilan Anak Di I ndonesia.2016.Hlm.14.

21
disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum

berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.36 Atau dengan

kata lain yang dimaksud dengan anak dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

adalah anak yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Telah berumur 12 (dua belas) tahun,tetapi belum berumur 18(delapan belas)

tahun.

2. Anak tersebut diduga melaukan tindak pidana.37

F. Kerangka Konseptual

a. Tinjauan adalah pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan

data, pengolahan, analisa dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan.38

b. Yuridis adalah segala hal yang mempunyai arti hukum dan telah disahkan oleh

pemerintah, jika atu ran tersebut dilanggar, maka siapapun yang melanggarnya

akan mendapatkan sanksi.39

c. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18(delapan belas) tahun,termasuk

anak yang masih dalam kandungan.40

36
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 1
angka 3
37
R.Wiyono,S.H.Sistem Peradilan Anak Di Indonesia.2016.Hlm.16.
38
elib.unikom.ac.id/download.php?id=196514.diakses pada tanggal 28 september 2018
39
http://www.bhataramedia.com/forum/apa-pengertian-yuridis/.diakses pada tanggal 28
september 2018.
40
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 1 angka 1.

22
d. Pelaku adalah mereka yang melakukan,yang menyuruh melakukan dan yang

turut serta melakukan perbuatan.41

e. Tindak pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang

melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.42

f. Pembunuhan adalah barang siapa yang dengan sengaja merampas nyawa orang

lain, di ancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima

belas tahun.43

g. Perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt tentang pembunuhan yang

dilakukan oleh anak dibawah umur.44

G. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang konkrit dan relevan dengan tujuan penelitian ini,

penulis menggunakan metode sosiologis (empiris) pendekatan terhadap masalah dengan

melihat dan memperhatikan norma hukum yang berlaku di hubungkan dengan fakta

yang ada dari permasalahan yang di temui dalam penelitian, sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis dan sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis normatif yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan hukum utama untuk

menelaah hal yang bersifat teoritis yng menyangkut asas-asas hukum,konsepsi

pandangan,doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum dan sistem hukum yang

berkenaan dengan permasalahan penelitian ini.pendekatan masalah secara yuridis

41
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) pasal 55
42
Mahrus Ali,S.H.,M.H. Dasar-Dasar Hukum Pidana.yogyakarta.2011.
43
Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 338 KUHP.
44
PN RENGAT

23
normatif dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman tentang pokok bahasan yang

jelas mengenai gejala dan objek yang sedang diteliti yang bersifat teoritis

berdasarkan atas kepustakaan dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dibahas.

2. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yang diangkat dalam proposal skripsi ini adalah

mengenai “Tinjauan Yuridis Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

Dalam Perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt”

3. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran tentang fakta yang

menjadi tujuan dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu :

1. Data Primer, yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh secara

langsung dan dikumpulkan dari responden (sumber data) dari wawancara.

2. Data Sekunder yaitu merupakan data yang dikumpulkan guna mendukung

data primer ataupun data yang diperoleh secara tidak langsung yang terdiri

dari :

a. Bahan hukum primer

Yaitu bahan hukum yang bersifat pokok dan mengikat yaitu semua

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul terdiri dari :

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait, yaitu :

 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak.

24
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1964 Tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana

 Perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt

b. Bahan Hukum Sekunder

Y akni bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan atau

membahas lebih hal-hal yang telah diteliti pada bahan-bahan hukum.

c. Bahan hukum Tersier

Yakni bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan-

bahanhukum Primer dan Sekunder, yakni Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Kamus Hukum, dan berbagai kamus lain yang relevan.

4. Analisa Data

Analisa Data dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan analisis kualitatif

yaitu dengan mengkaji data dan fakta yang dihasilkan atau dengan kata lain yaitu

dengan menguraikan data dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci,

sistematis dan analisis, membandingkan antara data dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan atau pendapat para ahli, kemudian penulis menarik kesimpulan

secara deduktif yaitu smengambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada

hal-hal yang bersifat khusus.

25
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

a. Pengertian tindak pidana menurut para ahli hukum

Pengertian “het strafbaarfeit” telah diterjemahkan oleh para sarjana menjadi

berbagai macam arti, dan para sarjana itu mempunyai batasan dan alasan tersendiri

untuk menentukan pengertian het strafbaarfeit. Untuk lebih jelasnya, peneliti mengutip

beberapa pengertian tentang tindak pidana menurut pakar dan ahli hukum pidana seperti

tersebut di bawah ini:

26
Menurut Moeljatno dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana, menerjemahkan

istilah perbuatan pidana adalah:45 “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa

melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah

perbuatan yang oleh suatu aturan dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu

diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian

yang ditentukan oleh kelakuan orang. Sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada

orang yang menimbulkan kejadian itu.”

Pengertian tindak pidana menurut Bambang Purnomo dalam bukunya Asas-

Asas Hukum Pidana, yang mengatakan bahwa:46

“Perbuatan pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian

dasar dalam ilmu hukum pidana sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran

dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana, perbuatan pidana

mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa konkrit dalam

lapangan hukum pidana, sehingga perbuatan pidana haruslah diberikan arti yang

bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan

istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat”.

Sianturi dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan

penerapannya, mengartikan het strafbaarfeit ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:

1) Perbuatan yang dapat atau boleh dihukum

2) Peristiwa Pidana

45
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, Hlm. 54. 24
46
Bambang Purnomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, Hlm. 16.

27
3) Perbuatan Pidana

4) Tindak Pidana

Selanjutnya Sianturi mengutip pendapat Moeljatno bahwa perbuatan pidana

maksudnya adalah, bahwa:47 “Hal itu dibuat oleh seseorang dan ada sebab maupun

akibatnya, sedangkan pengertian peristiwa tidak menunjukkan bahwa yang melakukan

adalah seorang manusia, bisa hewan atau alam melakukannya”.

Menurut Simons, strafbaarfeit yang dikutip oleh P.A.F. Lamintang dalam

bukunya Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, yang mengatakan bahwa: 48 “Suatu

tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang

dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah

dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”.

Adapun menurut J.E.Jonkers, yang dikutip oleh Martiman Prodjohamidjojo

dalam bukunya Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, memberikan definisi

strafbaarfeit menjadi dua pengertian, yaitu: 49

1) Definisi pendek memberikan pengertian bahwa strafbaarfeit adalah suatu

kejadian (feit) yang dapat diancam pidana oleh undang-undang.

2) Definisi panjang atau lebih mendalam bahwa strafbaarfeit adalah suatu kelakuan

melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau alpa oleh orang

dapat dipertanggungjawabkan.

47
Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana dan Penerapannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1990
48
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1994,
Hlm 172.
49
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta, 1994, Hlm. 15-16

28
Perbuatan pidana oleh Moeljatno dirumuskan sebagai perbuatan yang dilarang

dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan

perbuatan tersebut harus betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang

menghambat tercapainya tata pergaulan dalam masyarakat seperti yang dicita-citakan

masyarakat, perbuatan itu juga harus memenuhi unsur formil dan materil, unsur formil

adalah unsur yang sesuai dengan rumusan Undang-undang, dan unsur materil adalah

yang bersifat melawan hukum atau tidak sesuai dengan dicita-citakan mengenai

pergaulan masyarakat. Perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan

dengan Undang-undang atau Peraturan lainnya, yaitu perbuatan tersebut dikenai

tindakan penghukuman.

Selanjutnya Sianturi mengutip pendapat Satochid Karta Negara mengenai

istilah tindak pidana (tindakan) menurutnya tindak pidana mencakup pengertian

melakukan atau perbuatan atau pengertian tidak melakukan, dan istilah peristiwa tidak

menunjukkan kepada hanya tindakan manusia saja.

Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana di

Indonesia mengatakan, bahwa:50 “Suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan

hukuman. Dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana”.

Menurut Martiman Prodjohamidjojo dalam bukunya Memahami Dasar-Dasar

Hukum Pidana Indonesia menerangkan dari beberapa pakar hukum pidana memberikan

definisi mengenai strafbaarfeit, antara lain:51

50
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, Hlm.
55.
51
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.

29
1) Simons, mengatakan bahwa strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam pidana

yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan di

lakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

2) Hamel dan Noyon-Langemeyer, mengatakan bahwa strafbaarfeit itu sebagai

kelakuan orang yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan

dilakukan dengan kesalahan.

3) Van Hatum, mengatakan bahwa perbuatan oleh karena mana seseorang dapat

dipidana.

4) Moeljatno, mengatakan perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh aturan

hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana barang siapa yang

melanggar larangan tersebut.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Dari beberapa perumusan Strafbaarfeit jelas bahwa adanya suatu perbuatan yang

bersifat melawan hukum tersebut merupakan unsur-unsur yang sangat penting di dalam

usaha mengemukakan adanya suatu tindak pidana.

Unsur-unsur tindak pidana, menurut Leden Marpaung dalam bukunya Hukum

Pidana Bagian Khusus, membedakan 2 macam unsur yaitu:52 Unsur subjektif; Unsur

objektif. Selanjutnya Leden Marpaung menjelaskan beberapa unsur-unsur tindak

pidana diantaranya adalah: Unsur Subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada si

52
Leden Marpaung, Hukum Pidana Bagian Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, Hlm. 9

30
pelaku tindak pidana dalam hal ini termasuk juga sesuatu yang terkandung di dalam

hatinya. Unsur-unsur Subjektif dari suatu tindak pidana adalah :

a. Kesengajaan atau ketidak sangajaan (dolus atau culpa)

b. Maksud pada suatu percobaan

c. Macam-macam maksud seperti yang terdapat di dalam kejahatan–kejahatan

Pembunuhan, Pencurian, Penipuan.

d. Merencanakan terlebih dahulu, Pasal 340 KUHP.

Kemudian yang dimaksud dengan Unsur Objektif adalah unsur yang ada

hubungan dengan keadaan tertentu di mana keadaan-keadaan tersebut sesuatu perbuatan

telah dilakukan. Unsur-unsur Objektif dari suatu tindak pidana adalah :

a. Sifat melawan hukum. Misalnya Pasal 338 KUHP.

b. Kausalitas (sebab-akibat) dari pelaku.

c. Kausalitas yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan

sesuatu kenyataan akibat.

Adapun istilah unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno, terbagi ke dalam

beberapa unsur antara lain :

a. Kecaman dan akibat (perbuatan).

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.

c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.

d. Unsur melawan hukum.yang objektif.

e. Unsur melawan hukum yang subjektif.

31
Adapun menurut J. B. Daliyo dalam bukunya Pengantar Hukum Indonesia,

mengatakan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga suatu peristiwa pidana

ialah:53

a. Harus ada suatu perbuatan, maksudnya bahwa memang benar-benar ada suatu

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang, kegiatan itu

terlihat sebagai suatu perbuatan yang dapat dipahami oleh orang lain sebagai

sesuatu yang merupakan peristiwa.

b. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan hukum

artinya perbuatannya sebagai suatu peristiwa hukum yang dapat memenuhi isi

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku pada saat itu, pelakunya memang

benar-benar telah berbuat seperti yang terjadi dan terhadapnya wajib

mempertanggung jawabkan akibat yang timbul dari perbuatan itu. Berkenaan

dengan syarat ini hendaknya dapat dibedakan bahwa ada suatu perbuatan yang

tidak dapat dipersalahkan dan terhadap pelakunya tidak perlu

mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak dapat dipersalahkan itu karena

dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang dalam melaksanakan tugas,

membela diri dari ancaman orang lain yang mengganggu keselamatanya dan

dalam keadaan darurat.

c. Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Maksudnya bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa

orang itu dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang disalahkan oleh

ketentuan hukum.

53
J.B.Daliyo ,Pengantar Hukum Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2001, Hlm. 14

32
d. Harus berlawanan dengan hukum. Artinya suatu perbuatan yang berlawanan

dengan hukum dimaksudkan kalau tindakannya nyata-nyata bertentangan

dengan aturan hukum.

e. Harus tersedia ancaman hukumannya. Maksudnya kalau ada ketentuan yang

mengatur tentang larangan atau keharusan dalam suatu perbuatan tertentu dan

ancaman hukuman itu dinyatakan secara tegas maksimal hukumannya yang

harus dilaksanakan oleh para pelakunya. Kalau di dalam suatu perbuatan tertentu

maka dalam peristiwa pidana terhadap pelakunya tidak perlu melaksanakan

hukuman tertentu.

Dengan mencermati pengertian di atas, maka unsur-unsur tindak pidana

berhubungan dengan unsur-unsur kesalahan yang mencakup beberapa hal yang penting

yaitu, unsur-unsur tindak pidana yang dilihat dari segi adanya perbuatan melawan

hukum, perbuatan tersebut dapat dipertanggung jawabkan adanya unsur kesalahan,

memenuhi rumusan undang-undang dan tidak adanya alasan pembenaran dan pemaaf.

3. Macam-macam tindak pidana

Menurut Andi Hamzah dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana, delik itu dapat

dibedakan atas pelbagai pembagian tertentu seperti tersebut dibawah ini :

a. Delik kejahatan dan delik pelanggaran (misdrijven en oventredingen)

Kejahatan ialah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara konkret, pelanggaran itu hanya membahayakan in abstracto saja.

Secara kuantitatif pembuat Undang-undang membedakan delik kejahatan dan

pelanggaran itu: Untuk mengetahui yang mana delik kejahatan dan yang mana pula

33
delik pelanggaran, dalam KUHP lebih mudah karena jelas kejahatan pada buku II

sedangkan pelanggaran pada buku III .

b. Delik materiel dan formel ( materiele end formele delicten)

Pada delik materil disebutkan adanya akibat tertentu, dengan atau tanpa

menyebut perbuatan tertentu. Pada delik formil, disebut hanya suatu perbuatan tertentu

sebagai dapat dipidana misalnya Pasal 160, 209, 242, 263, 362 KUHP.

c. Delik komisi dan delik omisi (commissiedelicten end omissiedelicten)

Delik komisi (delicta commissionis) ialah delik yang dilakukan dengan

perbuatan. Delik omisi (ommissiedelicten) dilakukan dengan membiarkan atau

mengabaikan (nalaten). Delik omisi terbagi menjadi dua bagian:

1) Delik omisi murni adalah membiarkan sesuatu yang diperintahkan seperti pasal

164, 224, 522, 511 KUHP.

2) Delik omisi tidak murni (delicto commissionis per omissionem)

Delik ini terjadi jika oleh Undang-undang tidak dikehendaki suatu akibat (yang

akibat itu dapat ditimbulkan dengan suatu pengabaian). Seperti Pasal 338 KUHP

yang dilakukan dengan jalan tidak memberi makan.

d. Delik selesai dan delik berlanjut (af lopende en voordorende delicten)

Delik selesai adalah delik yang terjadi dengan melakukan suatu atau beberapa

perbuatan tertentu. Delik yang berlangsung terus ialah delik yang terjadi karena

meneruskan keadaan yang dilarang.

e. Delik tunggal dan delik berangkai (enkelvoudige en samengesteede delicten)

34
Delik berangkai berarti suatu delik yang dilakukan dengan lebih dari satu

perbuatan untuk terjadinya delik itu. Van Hamel menyebut ini sebagai delik kolektif.

Contoh yang paling utama ialah delik yang dilakukan sebagai kebiasaan seperti pasal

296 KUHP.

f. Delik bersahaja dan delik berkualifikasi (eenvoudige en gequalificeerde

delicten)

Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, mempunyai semua unsur bentuk

dasar, tetapi satu atau lebih keadaan yang memperberat pidanaatau tidak menjadi soal

apakah itu merupakan unsur atau tidak misalnya pencurian dengan membongkar,

pembunuhan berencana (sebagai lawan pembunuhan). Sebaliknya ialah delik

berprivilege (geprivilegieer de delict), bentuk khusus yang mengakibatkan keadaan-

keadaan pengurangan pidana (tidak menjadi soal apakah itu unsur ataukah tidak),

dipidana lebih ringan dari bentuk dasar, misalnya pembunuhan anak lebih ringan dari

pembunuhan biasa. Perbedaan antara delik bersahaja dan delik berkualifikasi (termasuk

berprivilege) penting dalam mempelajari teori percobaan objektif dan penyertaan.

g. Delik sengaja dan delik kelalaian atau culpa (doleuse en culpose dellicten)

Delik yang dilakukan sengaja dan delik kelalaian penting dalam hal percobaan,

penyertaan, pidana kurungan, pidana perampasan.

h. Delik politik dan delik komun atau umum (politeeke en commune delicten)

Delik politik dibagi atas:

1) Yang murni, tujuan politik yang hendak dicapai yang tercantum didalam bab

I buku II, pasal 107. Disini termasuk Landes Verrat dan Hochverrat. Di

35
dalam komperensi hukum pidana di Kopenhagen 1935 diberikan definisi

tentang delik politik sebagai berikut:

“Suatu kejahatan yang menyerang baik organisasi, maupun fungsi-fungsi

negara dan juga hak-hak warga negara yang bersumber dari situ”.

2) Delik politik campuran, setengah delik politik setengah delik komun

(umum).

i. Delik propria dan delik komun (delicta propria en commune deliction)

Delik propia diartikan delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang

mempunyai kualitas tertentu, seperti delik jabatan, delik militer, dsb

B. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pembunuhan

1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

Perkembangan kehidupan dalam suatu masyarakat yang sangat pesat

menimbulkan persaingan yang ketat untuk memperoleh penghidupan yang layak,

sehingga tidak sedikit dari masyarakat untuk menghalalkan segala cara untuk mendapat

apa yang mereka inginkan, keadaan tersebut tak mudah untuk dihadapi sehingga

menyebabkan penyimpangan tingkah laku dalam masyarakat, apabila dilihat dari

keadaan faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab paling sensitif akan perbuatan

masyarakat yang menyimpang, perbuatan masyarakat yang menyimpang itu salah

satunya adalah membunuh, yaitu dengan kata lain merampas/ mengambil nyawa orang

lain dengan melanggar hukum, apabila dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia

pengertian pembunuhan adalah:54 “pembunuhan menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah proses, perbuatan, atau cara membunuh (menghilangkan, menghabisi, mencabut

nyawa)”.
54
Dekdipbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta;Balai Pustaka,2005, hlm. 257

36
Perbuatan yang dikatakan membunuh adalah perbuatan yang oleh siapa saja

yang sengaja merampas nyawa orang lain. pembunuhan (Belanda : Doodslag) itu

dincam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (Pasal 338 KUHP). jika

pembunuhan itu telah direncanakan lebih dahulu maka disebut pembunuhan berencana

(Belanda : Moord), yang diancam dengan pidana penjara selama waktu tertentu paling

lama dua puluh tahun atau seumur hidup atau pidana mati (Pasal 340 KUHP).55

Bunyi Pasal 338 KUHP adalah :

“barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”. Bunyi Pasal 340

KUHP adalah :

“Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang

lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati

atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua

puluh tahun”.

Perkataan nyawa sering disinonim dengan "jiwa". pembunuhan adalah suatu

perbuatan yang dilakukan sehingga menyebabkan hilangnya seseorang dengan sebab

perbuatan menghilangkan nyawa. dalam KUHP Pasal 338-340 menjelaskan tentang

pembunuhan atau kejahatan terhadap jiwa orang. kejahatan ini dinamakan "makar mati"

atau pembunuhan (Doodslag).56

55
33Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia. Bandung. Alumni 2005, hlm., 129-130.

56
Lade Marpung. Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta. Sinar Grafika, 1999,
hlm. 4.

37
2. Unsur Tindak Pidana Pembunuhan

Kejahatan terhadap nyawa diatur dalam KUHP BAB XIX Pasal 338-350. Arti

nyawa sendiri hampir sama dengan arti jiwa. Kata jiwa mengandung beberapa arti,

antara lain; pemberi hidup, jiwa, roh (yang membuat manusia hidup). Sementara kata

jiwa mengandung arti roh manusia dan seluruh kehidupan manusia. Dengan demikian

kejahatan terhadap nyawa dapat diartikan sebagai kejahatan yang menyangkut

kehidupan seseorang (pembunuhan/murder). Kejahatan terhadap nyawa dapat

dibedakan beberapa aspek:

a. Berdasarkan KUHP,Yaitu:

1) Kejahatan terhadap jiwa manusia

2) Kejahatan terhadap jiwa anak yang sedang/baru lahir.

3) Kejahatan terhadap jiwa anak yang masih dalam kandungan

b. Berdasarkan unsur kesengajaan (dolus)

Dolus menurut teori kehendak (wilsiheorie) adalah kehendak kesengajaan pada

terwujudnya perbuatan.57 Sedangkan menurut teori pengetahuan kesengajaan

adalah kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur yang diperlukan.

Kejahatan itu meliputi:

a) Dilakukan secara sengaja

b) Dilakukan secara sengaja dengan unsur pemberat

c) Dilakukan secara terencana

57
Adami Chazawi.Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. PT RajaGrafindo, Jakarta, 2001,

hlm. 50

38
d) Keinginan dari yang dibunuh

e) Membantu atau menganjurkan orang untuk bunuh diri.

Dalam hal menghilangkan atau merampas jiwa orang lain, ada beberapa teori,

yaitu:

a. Teori Aequivalensi yang dianut oleh Von Buri atau dikenal dengan teori

(condition sin quanon) yang menyatakan bahwa semua faktor yang

menyebabkan suatu akibat adalah sama (tidak ada unsur pemberat)

b. Teori Adaequato yang dipegang oleh Van Kries atau lebih dikenal dengan teori

keseimbangan, yang menyatakan bahwa perbuatan itu seimbang dengan akibat

(ada alasan pemberat).

c. Teori Individualis dan Generalis dari T. Trager yaitu bahwa faktor dominan

yang paling menentukan, suatu akibat itulah yang menyebabkannya, sementara

menurut teori nyawa atau generalisasi faktor yang menyebabkan itu akibatnya

harus dipisah satu-persatu.58 Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat

dibedakan atau dikelompokkan atas 2 dasar, yaitu:

a) Atas dasar unsur kesalahannya. Berkenaan dengan tindak pidana terhadap

nyawa tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan sebagai berikut:

 Dilakukan dengan sengaja yang diatur dalam pasal bab XIX KUHP

 Dilakukan karena kelalaian atau kealpaan yang diatur bab XIX

 Karena tindak pidana lain yang mengakibatkan kematian yang diatur

dalam Pasal 170, 351 ayat 3, dan lain-lain.

58
Ibid., hlm 63-64

39
b) Atas dasar objeknya (nyawa). Atas dasar objeknya (atas dasar kepentingan

hukum yang dilindungi)

C. Tinjauan Umum Tentang Anak

1. Pengertian Anak

Anak adalah merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT. Tuhan Yang

Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena di dalam dirinya nelekat harkat,

martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijungung tinggi oleh manusia.

Selain itu juga anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-

cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Pasal

330 KUHPerdata dapat kita lihat kriteria orang belum dewasa. Pasal 330 KUHPerdata

yang berbunyi :

“Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan
tidak terlebi dahulu kawin. Apabila perkawinan dibubarkan sebelum umur
mereka 21 tahun maka mereka tidak kembali lagi dalam belum dewasa. Mereka
yang belum dewasa tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.”

Ketentuan dalam pasal 330 KUHPerdata ini banyak berlaku bagi orang Eropa

dal golongan Timur Asing (Tionghoa), sehingga bagi golongan Bumi putra (Indonesia)

diberikan Staatsbland 1917 No. 138 kemudian dicabut dan diganti staatsbland 1931 No.

54 yang berbunyi :

“Apabila peraturan undang-undang memakai istilah belum dewasa maka sekedar


mengenai Bangsa Indonesia dengan istilah yang dimaksudkan segala orang yang
belum mencapai genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur dua puluh satu tahun maka
tidaklah mereka kembali dalam istilah belum dewasa.”

Ketentuan pasal 330 KUHPerdata tersebut diatas, maka batasan umur sehingga

seseorang dikategorikan anak masih di bawah umur yaitu yang belum mencapai umur

40
dua puluh satu tahun dan tidak dahulu kawin. Sedangkan dalam KUHP memberikan

pengertian mengenai anak yaitu dengan memberikan batasan umur sehingga dalam hal

penentuan, ada pembedaan antara pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak

dan orang dewasa.

Dalam undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak, pengertian anak yaitu anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang berkonflik

dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi

tindak pidana, hal ini juga tidak terlepas dengan adanya undang-undang No. 13 Tahun

2006 tentang perlindungan saksi dan korban sehingga mempengaruhi definisi anak

dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.

1. Anak yang berhadapan dengan hukum

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan

hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak

pidana.

2. Anak yang berkonflik dengan hukum

Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak

yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun

yang diduga melakukan tindak pidana.

3. Anak yang menjadi korban tindak pidana

Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak korban

adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan

fisik, mental, dan atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

4. Anak yang menjadi saksi tindak pidana

41
Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi

adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan

keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan tentang suatu perkara pidana yang di dengar, dilihat, dan atau dialaminya

sendiri.

Menurut KUHAP apabila seorang anak yang telah berumur di atas 16 (enam

belas) tahun pada waktu melakukan tindak pidana (kejahatan dan pelanggaran), maka

tuntutannya sama dengan yang diberlakukan pada orang dewasa, jadi dianggap telah

dewasa dan bagi orang yang belum mencapai umur enam belas tahun pada waktu

melakukan perbuatan yang dapat di hukum, maka Hakim dapat memilih 3 alternatif

yaitu :

1. Dikembalikan kepada orang tuanya / walinya

2. Ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah

3. Menjatuhkan pidana

Menurut Poerwadaminta, mengklarifikasikan batas usia seseorang sebagai

berikut :

1. Remaja adalah mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin

2. Muda (tentang anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan)

3. Mulai dewasa, yaitu mulai terbit rasa cinta birahi atau waktu anak-anak mulai

terbit rasa cinta birahi.

Aristoteles membagi tiga fase perkembangan manusia, adalah sebagai berikut :

1. 0 – 7 tahun = masa anak-anak

2. 7 – 14 tahun = masa sekolah

42
3. 14 – 21 tahun = masa remaja/puberteit

Zakiyah Daradjat (1982 : 6 -7), berpendapat sebagai berikut :

“Jika di pandang dari segi psikologi, maka batas usia remaja lebih banyak
bergantung kepada keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup. Yang dapat
ditentukan dengan pasti adalah permulaan puber pertama atau mulainya
perubahan jasmani dan anak-anak menuju dewasa kira-kira umur dua belas
tahun atau awal tiga belas tahun. Akan tetapi akhir masa remaja tidak sama atau
dengan yang lainnya.”

Pendapat tersebut menentukan bahwa remaja adalah seorang dalam usia tradisi,

yang telah meninggalkan usia kanak-kanak dan masih penuh ketergantungan.

Lain halnya dengan pendapat Surigi bahwa :

“Selama ditubuhnya berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan orang itu


masih menjadi anak dan baru dewasa bila proses perkembangannya dan
pertumbuhan itu selesai. Jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan
permulaan menjadi dewasa yaitu 18 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk laki-
laki, seperti halnya di Amerika, Yugoslavia dan Negara-negara barat lainnya,
tetapi atas dasar Biologis batas 18 tahun sampai 20 tahun yang lebih tepat”
(1987 : 34).

Pendapat Surigi di atas, menekankan bahwa selama berjalan proses pertumbuhan

dan perkembangan pada diri seseorang, maka ia masih termasuk dalam kategori anak-

anak. Sementara itu batas usia anak, remaja, dan dewasa dengan bertitik tolak pada usia

remaja, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yulia D. Gunarsa bahwa :

“Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa
yakni antara 12 tahun sampai 21 tahun”.

Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian anak di bawah umur menurut

peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli hukum, maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian anak di bawah umur adalah seseorang yang di bawah 21 (dua puluh

satu) tahun atau belum kawin.

43
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Pasal 1 angka 1 menyebutkan pengertian

seorang anak yang belum berusia 18 tahun termasuk anak dalam kandungan. Sedangkan

dalam undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak Pasal 1 angka 2

menyebutkan anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah kawin. Namun dengan adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi dalam

putusannya menyatakan batasan usia anak yang bisa di mintai pertanggungjawaban

pidana 12 tahun.

Undang-udang No. 35 tahun 2014 Pasal 1 angka 1 menyebutkan pengertian anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih di dalam kandungan.

2. Sebab-sebab Timbulnya Kenakalan Anak

Romli Atmasasmita mengemukakan pendapatnya mengenai motivasi instrinsik

dan motivasi ekstrinsik yang menybabkan kenakalan anak :

a. Motivasi Instrinsik dari kenakalan anak-anak lain ialah :

1. Faktor Intelegentia

2. Faktor usia

3. Faktor kelamin

4. Faktor kedudukan anak dalam keluarga

b. Yang termasuk motivasi Ekstrinsik adalah :

1. Faktor rumah tangga

2. Faktor pendidikan dan sekolah

3. Faktor pergaulan anak

4. Faktos mass media

44
3. Pertimbangan Pemidanaan Anak

Hakim yang menangani perkara pidana anak sedapat mungkin mengambil

tindakan yang tidak memisahkan anak dari orang tuanya, atas pertimbangan bahwa

rumah yang jelek lebih baik dari lembaga pemasyarakatan anak yang baik (a bad home

is better than a good institution/prison). Hakim seyogyanya benar-benar teliti dan

mengetahui segala latar belakang anak sebelum sidang dilakukan.

Dalam hal ini hakim memutus untuk memberikan pidana pada anak maka ada

tiga hal yang perlu di perhatikan :

a) Sifat kejahatan yang di jalankan

b) Perkembangan jiwa si anak

c) Tempat dimana ia harus menjalankan hukumannya

Sejak adanya sangkaan atau diadakannya penyelidikan sampai diputuskan

pidananya dan menjalani putusan tersebut, anak harus didampingi oleh petugas sosial

yang membuat case study tentang anak dalam sidang. Adapun yang tercantum dalam

case study ialah gambaran keadaan si anak berupa :

a) Masalah sosialnya

b) Kepribadiannya

c) Latar belakang kehidupannya, misalnya :

d) Riwayat sejak kecil

e) Pergaulannya didalam dan diluar rumah Keadaan rumah tangga si anak

f) Hubungan antara bapak ibu dan si anak

g) Hubungan si anak dengan keluarganya dan lain-lain

45
h) Latar belakang saat dilaksanakannya tindak pidana tersebut

Case study ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak

dikemudian hari, karena didalam memutuskan perkara anak dengan melihat case study

dapat dilihat dengan nyata keadaan si anak secara khusus (pribadi). Sedangkan apabila

hakim yang memutus perkara anak tidak dibantu dengan pembuatan case study, maka

hakim tidak akan mengetahui keadaan sebenarnya dari si anak sebab hakim hanya boleh

bertemu terbatas dalam ruang sidang yang hanya memakan waktu beberapa jam saja

dan biasanya dalam case study petugas BISPA menyarankan kepada hakim tindakan-

tindakan yang sebaiknya diambil oleh para hakim guna kepentingan dan lebih

memenuhi kebutuhan

4. Jenis-jenis Pidana dan Tindakan terhadap Anak

Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 terhadap anak dapat dijatuhkan

pidana yaitu pidana pokok dan pidana tambahan atau tindakan. Dengan menyimak pasal

23 ayat (1) dan ayat (2) diatur pidana pokok dan pidana tambahan bagi anak nakal.

a) Pidana Pokok

Ada beberapa pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal, yaitu :

1) Pidana Penjara

Pidana penjara berbeda dengan orang dewasa, pidana penjara bagi anak

nakal ½ (satu per dua) dari ancaman pidana orang dewasa atau paling lama 10

(sepuluh tahun). Kecuali itu pidana mati dan penjara seumur hidup tidak dapat

dijatuhkan terhadap anak. Terdapat perbedaan perlakuan dan perbedaan

ancaman pidana terhadap anak, hal ini diamksudkan untuk lebih melindungi dan

mengayomi anak agar dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang.

46
Selain itu, pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan

kepada anak agar melalui pembinaan akan memperoleh jati dirinya untuk mejadi

manusia yang mandiri, bertanggungjawab, dan berguna bagi diri, keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara (vide penjelasan umum Undang-undang Nomor

3 Tahun 1997).

Mengenai ancaman pidana bagi anak yang melakukan tindak pidana,

mengacu Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, pada pokoknya

sebagai berikut :

 Pidana penjara yang dapat dijatuhkan paling lama ½ (satu per dua) dari

maksimum pidana penjara dari orang dewasa

 Apabila melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana

penjara seumur hidup maka pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak

tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.

 Apabila anak tersebut mencapai usia 12 (dua belas) tahun melakukan tindak

pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup maka

hanya dapat dijatuhkan tindakan berupa “menyerahkan kepada negara untuk

mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja”.

 Apabila anak tersebut mencapai usia 12 (dua belas) tahun melakukan tindak

pidana yang tidak diancam pidana mati atau tidak diancam pidana penjara

seumur hidup maka dijatuhkan salah satu tindakan.

2) Pidana Kurungan

Dinyatakan dalam Pasal 27 bahwa pidana kurungan yang dijatuhkan

kepada anak yang melakukan tindak pidana, paling lama ½ (satu per dua) dari

47
maksimum ancaman pidana kurungan terhadap tindak pidana yang dilakukan

sesuai yang ditentukan dalam KUHP atau undang-undang lainnya (penjelasan

Pasal 27).

3) Pidana Denda

Seperti pidana penjara dan pidana kurungan maka penjatuhan pidana

denda terhadap anak nakal paling banyak ½ (satu per dua) dari maksimum

ancaman pidana denda bagi orang dewasa (vide Pasal 28 ayat (1)). Undang-

Undang pengadilan anak mengatur pula ketentuan yang relatif baru yaitu apabila

pidana denda tersebut ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib

latihan kerja. Undang-undang menetapkan demikian sebagai upaya untuk

mendidik anak yang bersangkutan agar memiliki keterampilan yang bermanfaat

bagi dirinya (vide penjelasan Pasal 28 ayat (2). Lama wajib latihan kerja sebagai

pengganti denda, paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja da lama latihan

kerja tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari

(vide penjelasan Pasal 23 ayat (3)). Tentunya hal demikian mengingat

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak serta

perlindungan anak.

4) Pidana Pengawasan

Pidana pengawasan dijatuhkan kepada anak yang melakukan tindak

pidana dengan ketentuan sebagai berikut :

 Lamanya paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun.

48
 Pengawasan terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari di

rumah anak tersebut dilakukan oleh jaksa.

 Pemberian bimbingan dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.

5) Pidana Tambahan

Seperti telah disebut bahwa selain pidana pokok maka terhadap anak nakal

juga dapat dijatuhkan pidana tambahan yang berupa :

 Perampasan barang-barang tertentu; dan atau

 Pembayaran ganti rugi

6) Tindakan

Beberapa tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal (Pasal 24 ayat

(1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997) adalah :

 Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh;

 Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan,

dan latihan kerja; atau

 Menyerahkan kepada departemen sosial, atau organisasi sosial

kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan

latihan kerja.

49
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Hukum Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana

Pembunuhan Dalam Perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt.

1. Posisi Kasus

Bahwa terdakkwa Gusverius Antonius Sinaga Als Agus Bin Ruwin Martin Sinaga

pada saat peristiwa tindak pidana terjadi masih berumur 17 tahun berdasarkan Buku

Induk Register Peserta Didik SMPN 6 Teluk Kuantan, bersama-sama dengan saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga (penuntutan dilakukan

secara terpisah) pada hari Jum’at tanggal 17 Maret 2017 sekitar jam 18.00 wib atau

setidak-tidaknya pada suatu waktu dalm bulan Maret 2017 bertempat SDN O25 Dusun

Sinambek Kelurahan Sei Jering Kec. Kuantan Tengah Kab.Kuantan Singingi atau

setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum

Pengadilan Negeri Rengat, dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain yaitu

Amrizal, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa dengan cara antara lain sebagai

berikut :

50
 Bahwa berawal pada hari jumat tanggal 17 Maret 2017 sekitar jm 15.00 Wib

saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga dengan

menggunakan baju kaos oblong motif ttangan memegang kamera canon dan

sandal warna biru bergaris putih datang ke warnet bersama sama dengan

tedakwa yang menggunakan baju kaos oblong motif kartun one piece meminjam

sepeda motor supra x 125 warna biru hitam milik saksi Frans Kurniawan.

 Bahwa kemudian terdakwa dan saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin

Ruwin Martin Sinaga berangkat menuju SDN 025 Desa Sinambek dan

sesampainya di Simpang empat Abdurrauf saksi Mangiring Fransisco Sinaga

Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga turun dari sepeda motor dan menyuruh

terdakwa untuk membeli pahat dan menyerahkan uang sebesar Rp.100.000,-

(seratus ribu rupiah).

 Bahwa terdakwa kemudian berangkat menuju toko bangunan pak Nur

(disamping swalayan indah) dan membeli 1 (satu) buah pahat bergagang warna

biru bertuliskan Ferza dan 1 (satu) buah linggis dengan disaksikan oleh saksi

Erhan dan saksi Asri Hayati.

- Bahwa sebilah pisau dapur yang tertancap di dada sebelah kiri korban adalah

milik pihak SDN 025 Dusun Sinambek yang biasanya diletakkan di atas kulkas

yang berada di dalam ruangan majelis guru, setelah saksi diberitahu oleh ibu

kandungnya an. MARTINA.

- Bahwa kondisi disekolah tersebut sangat gelap karena lampu belum dihidupkan

dan yang berada ditempat kejadian tersebut hanya saksi, ibu kandung saksi dan

adik kandung saksi serta korban (ayah saksi). Menimbang, bahwa atas

51
keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya menyatakan tidak berkeberatan

dan membenarkan.

Saksi M. FADLI bin AMRIZAL, tanpa disumpah yang pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi diperiksa sehubungan dengan peristiwa pembunuhan yang terjadi

pada hari Juma't tanggal 17 Maret 2017 sekira jam 17.30 Wib s/d 18.30 Wib di

halaman SDN 025 Dusun Sinambek Lingkungan III Kel. Sei. Jering Kec.

Kuantan Tengah.

- Bahwa Saksi tidak mengetahui siapa pelaku dari pembunuhan tersebut dan yang

menjadi korbannya adalah ayah kandung saksi an. AMRIZAL.

- Bahwa Saksi mengetahui kejadian tersebut pada hari Juma't tanggal 17 Maret

2017 sekira jam 18.30 Wib yang saat itu saksi sedang berada didekat ayah

kandung Saksi yang mana sebelumnya ayah kandung saksi telah berada

disekolah tersebut untuk membersihkan sekolah dan menghidupkan lampu

sekolah.

- Bahwa ayah kandungnya telah terbaring di halaman sekolah dengan kondisi

berlumuran darah, Saksi langsung berlari pulang ke rumah untuk

memberitahukan hal tersebut kepada ibu kandung dan kakak kandung Saksi .

- Bahwa Saksi tidak ada melihat orang lain disaat ia menjumpai ayah kandungnya

terbaring dihalaman sekolah dengan kondisi berlumuran darah tersebut.

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

52
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

Saksi MARTINA alias IMAR bin NASAR, dibawah sumpah yang pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa saksi diperiksa sehubungan dengan adanya peristiwa pembunuhan yang

terjadi pada hari Juma't tanggal 17 Maret 2017 sekira jam 18.30 Wib di halaman

SDN 025 Dusun Sinambek Lingkungan III Kel. Sei. Jering Kec. Kuantan

Tengah.

- Bahwa yang menjadi korban dari kejadian pembunuhan tersebut adalah

suaminya an. AMRIZAL sedangkan pelakunya saksi tidak mengetahuinya.

- Bahwa saksi mengetahui bahwa suaminya telah dibunuh dari anak laki-laki

- Bahwa pada hari Jumal tanggal 17 Maret 2017 sekira jam 18.30 Wib ia langsung

menjumpai suaminya dengan posisi terbaring di halaman sekolah dengan kedua

tangannya berlumuran darah, baju dan celananya berlumuran darah dan di dada

kirinya tertancap sebilah pisau dan saksi langsung mencambut pisau tersebut.

- Bahwa sebilah pisau tersebut diketahui saksi milik dari pihak SDN 025 Dusun

Sinambek yang biasanya terletak di atas kulkas yang berada di ruangan majelis

guru.

- Bahwa kondisi dan situasi pada saat Saksi menjumpai suaminya telah terbaring

berlumuran darah, lampu sekolah belum dihidupkan dan sangat gelap dan saksi

sempat melihat ke pintu ruangan majelis guru dalam keadaan terbuka.

53
- Bahwa saat Saksi menjumpai suaminya yang telah terbaring berlumuran darah

dan sebilah pisau tertancap di dada sebelah kirinya, saksi juga menjumpai

sepasang sandal warna biru di dekat suaminya yang terbaring berlumuran darah

tersebut.

- Bahwa Saksi mengenali sebilah pisau yang tertancap di dada sebelah kiri

suaminya an. AMRIZAL adalah milik dari pihak SDN 025 Dusun Sinambek

yang biasanya terletak di atas kulkas dalam ruangan majelis guru.

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

Saksi ELPIS bin TAHARUDIN, dibawah sumpah yang pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa Saksi mendapatkan informasi bahwa kejadian pembunuhan dan

pencurian terjadi pada hari Juma't tanggal 17 Maret 2017 sekira jam 18.30 Wib

di SDN 025 Dusun Sinambek Kel. Sei. Jering.

- Bahwa yang menjadi korban pencurian tersebut adalah pihak sekolah SDN 025

Dusun Sinambek dan korban dari kejadian Pembunuhan tersebut adalah Sdr.

AMRIZAL yang merupakan suami penjaga sekolah SDN 025 Sinambek an.

MARTINA.

54
- Bahwa Saksi mengetahui bahwa Sdr. AMRIZAL telah meninggal dunia setelah

dapat informasi dari pihak UGD RSUD Teluk Kuantan bahwa Sdr. AMRIZAL

yang merupakan suami penjaga sekolah SDN 025 Dusun Sinambek telah

meninggal dunia akibat ditikam oleh orang, dan setelah saksi melihat tempat

kejadian (SDN 025 Dusun Sinambek) bersama dengan pihak kepolisian melihat

bahwa ruangan majelis guru dalam keadaan telah dibongkar dan berantakan dan

setelah dilakukan pengecekan uang sejumlah Rp. 4.000,- (empat ribu rupiah)

yang berada di dalam laci meja telah hilang.

- Bahwa korban biasanya setiap sore membantu istrinya untuk membersihkan

lingkungan sekolah di SDN 025 Dusun Sinambek.

- Bahwa korban dibunuh dengan menggunakan sebilah pisau yang mana pisau

tersebut milik pihak SDN 025 yang biasanya terletak di atas lemari es yang

berada di dalam ruangan majelis guru

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

Saksi MUTIA IMELDA alias ONI binti AHMAD SAYUTI, dibawah sumpah

yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa saksi dimintai keterangan sehubungan dengan kejadian pembunuhan

tersebut dan pencurian yang terjadi pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017

sekira jam 18.30 wib di Halaman SD Negeri 025 Sinambek Kel. Sei. Jering Kec.

Kuantan Tengah Kab. Kuansing

55
- Bahwa saat ini Saksi bekerja sebagai guru Honorer di SD Negeri 025 Sinambek

sejak tahun 2013, sedangkan jabatan Saksi di SD Negeri 025 Sinambek tersebut

adalah Operator, selain sebagai Operator, Saksi juga sebagai pemegang uang

Koperasi Sekolah SD Negeri 025 Sinambek.

- Bahwa Hasil penjualan Es pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017 adalah

sebesar Iebih dari Rp. 200.000,- dan uang tersebut langsung disetorkan oleh Sdr

ERNANIS kepada Saksi.

- Bahwa saksi tidak mengetahui siapa yang melakukan Pencurian dan

pembunuhan tersebut, sedangkan yang menjadi korban dari Pencurian tersebut

adalah pihak SD Negeri 025 Sinambek, sedangkan yang menjadi korban dari

Pembunuhan tersebut adalah Sdr AMRIZAL.

- Bahwa benda yang dicuri oleh pelaku adalah uang koperasi SD 025 Sinambek

yang diletakkan di dalam buku kas di dalam meja Sdri ERNANIS sedangkan

besarnya uang tersebut Saksi tidak mengetahuinya berapa.

- Bahwa Buku kas koperasi SD 025 Sinambek tersebut diletakkan di dalam meja

Sdri ERNANIS, yang mana meja Sdri ERNANIS berada di dalam ruang majelis

guru.

- Bahwa Setiap guru-guru pulang dan keluar dari ruang majelis guru, ruangan

majelis guru tersebut tidak dikunci, yang mengunci ruangan majelis guru adalah

Sdr AMRIZAL bernama istrinya yang bernama Sdri MARTINA, yang mana Sdr

AMRIZAL selain bekerja di bengkel, Sdr AMRIZAL membantu istrinya yang

bernama Sdri MARTINA untuk menjaga dan membersihkan ruangan majelis

guru dengan gaji sebesar Rp. 800.000 per tiga bulan untuk Sdri MARTINA,

56
sehingga kunci ruangan majelis guru dipegang oleh Sdr AMRIZAL dan Sdri

MARTINA, dan dapat Saksi jelaskan bahwa Sdri MARTINA juga berjualan dan

menyewa kantin milik pihak sekolah SD Negeri 025 Sinambek dengan harga

sebesar Rp. 25.000,- per hari.

- Bahwa sistem pekerjaan Sdr AMRIZAL dan Sdri MARTINA untuk menjaga

dan membersihkan ruangan majelis guru SD Negeri 025 Sinambek adalah,

mereka bekerja setelah guru-guru SD Negeri 025 Sinambek pulang, kemudian

Sdri MARTINA dibantu oleh Sdr AMRIZAL membersihkan ruangan majelis

guru dan mengunci ruangan majelis guru, dan jam 18.00 menurunkan bendera

merah putih di halaman SD Negeri 025 Sinambek.

- Bahwa Pisau yang digunakan oleh pelaku untuk melakukan pembunuhan

terhadap Sdr AMRIZAL adalah pisau inventaris milik SD Negeri 025 Sinambek,

yang mana yang membeli pisau tersebut adalah saya sendiri sekira dua bulan

sebelum kejadian tersebut, :Alat yang digunakan oleh pelaku untuk membunuh

Sdr AMRIZAL adalah pisau besi berwarna putih dengan panjang lebih kurang

30 Cm.

- Bahwa Pisau tersebut seialu diletakkan didalam ruangan majelis guru dan

biasanya diletakan di atas kulkas.

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

57
Saksi ASRI HAYATI alias SRI, dibawah sumpah yang pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa Saksi mengetahui peristiwa tersebut pada hari Sabtu tanggal 18 Maret

2017 bahwa yang menjadi korban pembunuhan di SDN 025 Dusun Sinambek

tersebut adalah Sdr. AMRIZAL.

- Bahwa setelah diperlihatkan 1 (satu) buah pahat dengan gagang berwarna Biru

merk FERZA, saksi mengatakan bahwa pahat tersebut ada dijual di toko

bangunan miliknya.

- Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa namun seingat saksi Terdakwa

tersebut pernah datang ke toko saksi untuk membeli pahat dan linggis kecil

disaat toko saksi akan tutup pada hari Juma't tanggal 17 Maret 2017 sore hari

(sekira jam 17.00 Wib) disaat toko bangunan saksi akan tutup dan harga dari

pahat Rp. 22.000,- (dua puluh dua ribu rupiah) dan linggis kecil dengan harga

Rp. 15.000,-(Lima belas ribu rupiah) ;

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

Saksi FRANS KURNIAWAN SIMBOLON alias FRANS, dibawah sumpah

yang pada pokoknya menerangkan sebagal berikut :

58
Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa pada hari jumat tanggal 17 Maret 2017 saksi sedang berada di warnet

"Starnet" di desa Jao Kel. Simpang Tiga Kec. Kuantan Tengah dari jam 08.00

wib sampai dengan jam 20.20 Wib.

- Bahwa saksi pergi dari rumah dengan menggunakan sepeda motor jenis Honda

Merk Supra X 125 warna biru kombinasi hitam (spakboard depan dan belakang

warna hitam dengan kondisi trondol) dan saat itu saksi menggunakan baju jenis

melayu warna hijau (seragam hari jumat di SMK N 1 Teluk Kuantan).

- Bahwa yang meminjam motor saksi adalah Sdr MANGIRING FRANSISCO

SINAGA.

- Bahwa cara Sdr. MANGIRING FRANSISCO SINAGA meminjam motor

kepada saksi yaitu pada saat saksi lagi main game di dalam warnet kemudian

saksi di datangi oleh Sdr MANGIRING FRANSISCO SINAGA dengan

mengatakan "FRANS pakai dulu motor kau" saksi menjawab "kemana kau" Sdr

MANGIRING FRANSISCO SINAGA menjawab "saya ada perlu" saksi

menjawab "aku tidak mau, mau balek aku" Sdr MANGIRING FRANSISCO

SINAGA mengatakan "ku isikan tu nanti minyak kau" mendengar hal tersebut

saksi mengatakan "ya udah pakai la isikan minyak nya jangan lama-ama aku

mau pulang" Sdr MANGIRING FRANSISCO SINAGA langsung pergi

meninggalkan saksi dan saat itu saksi Sdr MANGIRING FRANSISCO SINAGA

meminjam motor kepada saksi sekitar pukul 14.30 Wib atau sekira jam 15.30

Wib.

59
- Bahwa pada saat saksi melihat Sdr MANGIRING FRANSISCO SINAGA

menjumpai saksi di dalam warnet memakai pakaian dengan baju kaos oblong

warna hitam dengan gambar tangan memegang kamera canon agak longgar,

celana panjang bahan kain levis warna hitam.

- Bahwa Sdr MANGIRING FRANSISCO mengembalikan sepeda motor saksi

pada hari itu juga (Jumat 17 Maret 2017) sekira jam 20.20 Wib di warnet

"StarNet" tempat saksi main.

- Bahwa pada saat Sdr MANGIRING FRANSISCO hanya sendiri

menggembalikan sepeda motor kepada saksi.

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

Saksi MANGGIRING FRANSISCO SINAGA alias FRAN, dibawah sumpah

yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa Saksi diperiksa sehubungan dengan tindak pidana Pembunuhan dan

Pencurian yang diduga terjadi pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017 Sekira

pukul 18.30 Wib di SDN 025 Lingkungan Sinambek Kel. Sei jering Kec.

Kuantan Tengah Kab. Kuansing.

- Bahwa saksi membantah semua keterangan yang ada di Berita Acara

Pemeriksaan Saksi;

60
- Bahwa bukan saksi yang melakukan pencurian dan pembunuhan tersebut;

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa membantahnya

bahwa saksi dan terdakwa yang melakukan tindak pidana tersebut dan yang

merencanakan adalah saksi Mangiring Fransisco Sinaga dan yang menusuk

korban Amrizal dengan pisau adalah saksi Mangiring Fransisco Sinaga.

Menimbang, bahwa kemudian Saksi menyatakan bertetap pada keterangannya

semula;

Saksi BAMBANG EKO HP, dibawah sumpah yang pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diperiksa oleh Penyidik yang BAP-nya tersebut telah saksi

baca, pahami dan tanda-tangani;

- Bahwa waktu kejadiannya (Kejahatan terhadap jiwa orang (Pembunuhan) dan

Pencurian) pada hari Juma't tanggal 17 Maret 2017 diperkirakan sekira jam

18.30 Wib di SDN 025 Lingkungan Sinambek Kel. Sei. Jering Kec. Kuantan

Tengah Kab. Kuansing.

- Bahwa yang menjadi korban adalah seorang laki-laki yang diketahui namanya

AMRIZAL selaku penjaga sekolah SDN 025 Lingkungan Sinambek Kel, Sei

Jering Kec. Kuantan Tengah.

- Bahwa saksi mendatangi tempat kejadian perkara dugaan Pembunuhan dan

Pencurian tersebut pada hari Jumal tanggal 17 Maret 2017 sekira jam 23.00 Wib

61
dengan maksud tujuan melakukan penyelidikan berupa mengolah TKP,

mengumpulkan Barang Bukti dan membuat berita acara di TKP.

- Bahwa yang saksi jumpai di lingkungan SDN 025 Dusun Sinambek Kel. Sei

Jering tepatnya dihalaman depan sekolah tersebut dalam kondisi gelap dan di

jumpai berupa bercak darah bercecer dilantai terbuat dari paping blok tidak jauh

dari tiang bendera dihalaman sekolah SDN 025 yang diduga darah korban

pembunuhan an. AMRIZAL, sandal warna coklat sebelah kid (milik korban),

sebilah pisau dapur, sandal warna biru sebelah kiri, sandal warna cokelat sebelah

kanan (milik korban), kunci ruangan 2 (dua) ikat, sandal warna biru sebelah

kanan dan 1 (satu) buah pahat gagang warna biru bertuliskan FERZA, pintu

ruangan majelis guru dalam keadaan terbuka dan kunci sudah rusak, laci-laci

meja dalam ruangan majelis guru dalam keadaan terbuka diduga dibongkar

paksa oleh pelaku, pintu ruangan kepala sekolah di dalam ruangan majelis guru

dalam kondisi terkunci namun meja di dalam ruangan kepala sekolah sudah

teracak-acak/berantakan.

- Bahwa sebilah Pisau dapur yang ada bercak darah di duga darah korban

AMRIZAL, saksi temukan tidak jauh dari posisi bercak-bercak darah berserakan

dengan jarak lebih kurang 120 cm atau 1,2 Meter.

- Bahwa Sandal sebelah kiri warna biru tersebut saksi temukan tidak jauh dari

bercak-bercak darah berserakan lebih kurang 3 Meter (tiga meter).

- Bahwa sandal sebelah kanan warna biru ditemukan saksi tidak jauh dari sandal

sebelah kiri warna biru yang jaraknya lebih kurang 8,5 M (delapan koma lima

62
meter) dan jarak dari bercak-bercak darah berceceran lebih kurang 11,5 M

(sebelas koma lima meter).

- Bahwa Saksi menemukan sebuah Pahat dengan gagang warna biru bertuliskan

FERZA tersebut dengan jarak lebih kurang dari tempat bercak-bercak darah

berserakan sekira 23,5 M (dua puluh tiga koma lima meter) tepatnya diujung

lapangan upacara SDN 025 Dusun Sinambek tersebut.

- Bahwa saksi mengenali barang bukti yang diperlihatkan kepadanya dan diajukan

dalam persidangan.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Anak pada pokoknya

menyatakan tidak berkeberatan dan membenarkan.

Menimbang, bahwa dalam pemeriksaan perkara ini, Anak melalui penasehat

hukumnya menyatakan tidak mengajukan saksi yang meringankan (a de charge),

meskipun mengenai haknya tersebut telah dijelaskan kepada Anak oleh Majelis

Hakim di persidangan;

Menimbang, bahwa di persidangan telah pula didengar keterangan Anak yang

pada pokoknya sebagai berikut :

- Bahwa anak pernah diperiksa oleh penyidik dan keterangan yang diberikan di

hadapan penyidik sudah benar ;

- Bahwa Anak diajukan karena kasus pembunuhan;

- Bahwa anak telah ikut melakukan pembunuhan pada hari Jumat tanggal 17

Maret 2017 Sekira pukul 18.30 Wib di SDN 025 Lingkungan Sinambek Kel. Sei

jering Kec. Kuantan Tengah Kab. Kuansing.

63
- Bahwa perbuatan tesebut Terdakwa lakukan bersama dengan abang kandung

Terdakwa yaitu Saksi MANGIRING SINAGA sedangkan korbannya adalah

seorang laki-laki yang ia tidak ketahui namanya dan setelah kejadian yang is

ketahui korban tersebut adalah bekerja sebagai penjaga sekolah SDN 025

Lingkungan Sinambek Kel. Sei Jering Kec. Kuantan Tengah Kab. Kuansing.

- Bahwa awal merencanakan pencurian tersebut hari Rabu tanggal 15 Maret 2017

dengan cara Terdakwa dengan Saksi MANGIRING SINAGA memantau ke

lokasi sekolah SDN 025 tersebut pada malam harinya sekira pukul 20.00 wib

dan pada hari Kamis Terdakwa dengan abangnya sepakat untuk melakukan

pencurian tersebut yang akan dilakukan pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017.

- Bahwa pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017 sekira pukul 15.00 wib Saksi

MANGIRING SINAGA meminjam sepeda motor Sdr FRANS SIMBOLON

dengan cara Terdakwa dengan Saksi MANGIRING SINAGA berjalan kaki

menuju warnet "StarNet" dan setelah sampai diwarnet tersebut saksi Mangiring

Sinaga langsung masuk kedalam warnet dan menemui Sdr FRANS SIMBOLON

dan langsung meminjam sepeda motor kepada FRANS dan mengambil sepeda

motor yang diparkirkan didepan warnet kemudian saksi Mangiring Sinaga

dengan Terdakwa pergi jalan-jalan dulu kearah bundaran simpang tiga tugu

pelajar dan ketaman jalur. Sekira pukul 16.30 wib abang Terdakwa saksi

Mangiring Sinaga mengatakan kepada Terdakwa dengan perkataan "berangkat

kita lagi" dan kami langsung jalan menuju kearah SDN 025 tersebut dengan

melewati jalan raya dan pada saat kami dekat lampu merah simpang empat sei

jering Saksi MANGIRING SINAGA menyuruh Terdakwa memberhentikan

64
sepeda motor dan mengatakan "pergi dulu bell pahat" dan Saksi MANGIRING

SINAGA memberikan uang kepada Terdakwa sebesar Rp.100.000,- (seratus

ribu rupiah) selanjutnya Terdakwa langsung pergi membeli pahat tersebut

kearah kantor camat dan Saksi MANGIRING SINAGA menunggu dipinggir

jalan dekat lampu merah dan tidak lama kemudian ± 20 menit Terdakwa

kembali menjemput Terdakwa dengan membawa : 1 (satu) buah linggis yang

dikaitkan disamping kiri bodi sepeda motor, 1 (satu) buah pahat dengan

gagangnya warna biru.

- Bahwa sesampainya di kawasan bundaran kantor bupati Terdakwa memarkirkan

sepeda motornya disamping rumah makan YOLANDA, setelah itu mereka

berdua langsung jalan kaki menuju tempat kejadian (SDN 025 Dusun

Sinambek), setelah sampai Terdakwa memberikan pahat kepada Saksi

MANGIRING SINAGA dan langsung mencongkel pintu ruangan majelis guru

dan setelah terbuka pahat tersebut diserahkan Saksi MANGIRING SINAGA

kepada Terdakwa dan mereka langsung memeriksa laci-laci meja di dalam

ruangan tersebut dan didapatkan Saksi MANURING SINAGA berupa uang

yang tidak Terdakwa tahu berapa jumlahnya. Setelah itu Saksi MANGIRING

SINAGA memanjat diinding ruangan didalam ruangan majelis guru tersebut

setelah berhasil masuk Saksi MANGIRING SINAGA langsung memeriksa laci

meja dan lemari namun tidak ada di dapatkan berupa uang setelah itu Saksi

MANGIRING SINAGA meminta kepada Terdakwa berupa pahat dan Saksi

MANGIRING SINAGA mencongkel pintu ruangan di yang ada di dalam

ruangan majelis guru sehingga ia bisa keluar.

65
- Bahwa setelah itu Saksi MANGIRING SINAGA berdiri di sebelah kulkas dan

melihat ada seorang laki-laki sedang berdiri di sebelah jendela dan laki-laki

tersebut langsung berdiri di depan pintu ruangan majelis guru sambil

mengatakan " hai ngapain kalian disini, mancilok klian yo " mendengar hal

tersebut Saksi MANGIRING SINAGA langsung mengambil sebilah pisau yang

berada di atas kulkas dan Saksi MANGIRING SINAGA langsung mengatakan

kepada Terdakwa " ayok kita kejar dia"

- Bahwa mendengar hal itu korban Amrizal tersebut langsung lari kearah halaman

sekolah dan Saksi MANGIRING SINAGA dengan Terdakwa langsung

mengejar sehingga saat itu Terdakwa berhasil mendapatkan orang tersebut

sambil mendorong sehingga laki-laki tersebut terjatuh dan Terdakwa langsung

meninju dengan cara membungkukkan badannya yang ditangan Terdakwa ada

berupa pahat mengarah kewajah nya dan korban Amrizal berusaha menangkis

mengakibatkan telapak tangan laki-laki tersebut luka, selanjutnya Saksi

MANGIRING SINAGA langsung menarik Terdakwa dan Saksi MANGIRING

SINAGA langsung menghujarkan sebilah pisau kearah dada sebelah kiri korban

Amrizal tersebut dengan mengatakan " matilah kau" sehingga sebilah pisau

tersebut tertancap di dadanya setelah itu Saksi MANGIRING SINAGA langsung

meninju dahi laki-laki tersebut sebanyak 2 kali.

- Bahwa melihat korban tidak bergerak lagi, Saksi MANGIRING SINAGA

dengan Terdakwa langsung lari meninggalkan korban Amrizal sehingga pisau,

sandal warna biru milik Terdakwa tertinggal di tempat kejadian serta sebuah

pahat juga tertinggal di tempat kejadian.

66
- Bahwa saat Saksi MANGIRING SINAGA meminjam sepeda motor milik

FRANS SIMBOLON, Saksi MANGIRING SINAGA memakai baju kaos

oblong warna hitam dengan gambar depannya tangan memegang kamera Canon,

celana tidak ingat lagi dan memakai sandal warna biru dengan les putih di

bagian punggung sandal.

- Bahwa jenis sepeda motor yang dipinjam oleh Saksi MANGIRING SINAGA

kepada Sdr. FRANS SIMBOLON adalah jenis Honda merk Supra X 125 warna

biru kombinasi hitam.

- Bahwa yang tertinggal ditempat kejadian pencurian dan pembunuhan disaat

Terdakwa dengan Saksi MANGIRING SINAGA meninggalkan laki-laki

tersebut berupa pahat dengan gagang berwarna biru, sandal milik Saksi

MANGIRING SINAGA yang berwarna biru dengan di punggung nya ada les

putih serta sebilah pisau yang tertancap di dada sebelah kiri korban.

Menimbang, bahwa di muka persidangan telah pula diajukan barang bukti

berupa :

- 1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra X 125 warna biru kombinasi hitam.

- 1 (satu) bilah pisau berwarna silver.

- 1 (satu) buah pahat gagang warna biru merk FERZA.

- 1 (satu) pasang sandal warna biru dengan les putih.

- 1 (satu) helai baju kaos warna dongker.

- 1 (satu) unit angkong warna merah pudar.

- 1 (satu) kaos lengan pendek warna hitam bergambar tangan memegang kamera

merk Canon.

67
- 1 (satu) kaos lengan pendek warna hitam bergambar One Piece.

- 1 (satu) buah buku besar daftar penjualan barang berwarna merah kotak-kotak

ber merk bintang obor.

- 1 (satu) buah bungkus Pahat warna merah dengan merk FERZA FIRMER

CHISELS WITH REVELLED;

barang bukti mana telah dilakukan penyitaan secara sah, sehingga dapat

dijadikan sebagai barang bukti sekaligus untuk memperkuat pembuktian dalam

perkara ini telah pula diperlihatkan di muka persidangan serta dibenarkan oleh

para saksi serta Anak;

Menimbang, bahwa setelah pemeriksaan terhadap Anak dinyatakan selesai,

menuntut umum mengajukan tuntutan pidana yang pada pokoknya menuntut

agar Majelis Hakim memutuskan

1. Menyatakan Terdakwa GUSVERIUS ANTONIUS SINAGA Als AGUS Bin

RUWIN MARTIN SINAGA terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana "Pencurian dengan Kekerasan yang mengakibatkan

kematian" sebagaimana dakwaan Subsidair kami melanggar Pasal 365 Ayat (4)

KUHPidana Jo UU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa GUSVERIUS ANTONIUS SINAGA

Als AGUS Bin RUWIN MARTIN SINAGA dengan pidana penjara selama 5

(lima) tahun Penjara dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

3. Menyatakan barang bukti berupa :

- 1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra X 125 warna biru kombinasi hitam.

68
- 1 (satu) bilah pisau berwarna silver.

- 1 (satu) buah pahat gagang warna biru merk FERZA.

- 1 (satu) pasang sandal warna biru dengan les putih.

- 1 (satu) helai baju kaos warna dongker.

- 1 (satu) unit angkong warna merah pudar.

- 1 (satu) kaos lengan pendek warna hitam bergambar tangan memegang kamera

merk Canon.

- 1 (satu) kaos lengan pendek warna hitam bergambar One Piece.

- 1 (satu) buah buku besar daftar penjualan barang berwama merah kotak-kotak

ber merk bintang obor.

- 1 (satu) buah bungkus Pahat warna merah dengan merk FERZA FIRMER

CHISELS WITH REVELLED.

Dipergunakan dalam perkara an. Mangiring Fransisco Sinaga.

- Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp1.000,- (seribu

rupiah).

Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana penuntut umum tersebut, Anak tidak

mengajukan nota pembelaan (pledoi), hanya memohon keringanan hukuman

yang pada pokoknya menyatakan terdakwa Anak mengaku bersalah, menyesal

dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya ;

Menimbang, bahwa atas permintaan Anak tersebut, penuntut umum menyatakan

bertetap pada tuntutannya ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim menilai alat bukti tersebut serta

menghubungkannya satu sama lain yang saling berhubungan dan bersesuaian,

69
maka diperoleh fakta hukum yang ada hubungannya dengan pembuktian

kesalahan Anak sebagai berikut :

- Bahwa benar, anak telah ikut melakukan pembunuhan pada hari Jumat tanggal

17 Maret 2017 Sekira pukul 18.30 Wib di SDN 025 Lingkungan Sinambek Kel.

Sei jering Kec. Kuantan Tengah Kab. Kuansing.

- Bahwa benar, perbuatan tesebut Terdakwa lakukan bersama dengan abang

kandung Terdakwa yaitu Saksi MANGIRING SINAGA sedangkan korbannya

adalah seorang laki-laki yang ia tidak ketahui namanya dan setelah kejadian

yang ia ketahui korban tersebut adalah bekerja sebagai penjaga sekolah SDN

025 Lingkungan Sinambek Kel. Sei Jering Kec. Kuantan Tengah Kab.

Kuansing.

- Bahwa benar, awal merencanakan pencurian tersebut hari Rabu tanggal 15

Maret 2017 dengan cara Terdakwa dengan Saksi MANGIRING SINAGA

memantau ke lokasi sekolah SDN 025 tersebut pada malam harinya sekira pukul

20.00 wib dan pada hari Kamis Terdakwa dengan abang nya sepakat untuk

melakukan pencurian tersebut yang akan dilakukan pada hari Jumat tanggal 17

Maret 2017.

- Bahwa benar, pada hari Jumat tanggal 17 maret 2017 sekira pukul 15.00 wib

Saksi MANGIRING SINAGA meminjam sepeda motor Sdr FRANS

SIMBOLON dengan cara Terdakwa dengan Saksi MANGIRING SINAGA

berjalan kaki menuju warnet "StarNet" dan setelah sampai diwamet tersebut

saksi Mangiring Sinaga Iangsung masuk kedalam warnet dan menemui Sdr

FRANS SIMBOLON dan Iangsung meminjam sepeda motor kepada FRANS

70
dan mengambil sepeda motor yang diparkirkan didepan warnet kemudian saksi

Mangiring Sinaga dengan Terdakwa pergi jalan-jalan dulu kearah bundaran

simpang tiga tugu pelajar dan ketaman jalur. Sekira pukul 16.30 wib abang

Terdakwa saksi Mangiring Sinaga mengatakan kepada Terdakwa dengan

perkataan "berangkat kita lagi" dan kami Iangsung jalan menuju kearah SDN

025 tersebut dengan melewati jalan raya dan pada saat kami dekat lampu merah

simpang empat sei jering Saksi MANGIRING SINAGA menyuruh Terdakwa

memberhentikan sepeda motor dan mengatakan "pergi dulu beli pahat" dan

Saksi MANGIRING SINAGA memberikan uang kepada Terdakwa sebesar

Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) selanjutnya Terdakwa Iangsung pergi

membeli pahat tersebut kearah kantor camat dan Saksi MANGIRING SINAGA

menunggu dipinggir jalan dekat lampu merah dan tidak lama kemudian 20 menit

Terdakwa kembali menjemput Terdakwa dengan membawa : 1 (satu) buah

Iinggis yang dikaitkan disamping kiri bodi sepeda motor, 1 (satu) buah pahat

dengan gagangnya warna biru.

- Bahwa benar, Sesampainya di kawasan bundaran kantor bupati Terdakwa

memarkirkan sepeda motornya disamping rumah makan YOLANDA, setelah itu

mereka berdua Iangsung jalan kaki menuju tempat kejadian (SDN 025 Dusun

Sinambek), setelah sampai Terdakwa memberikan pahat kepada Saksi

MANGIRING SINAGA dan Iangsung mencongkel pintu ruangan majelis guru

dan setelah terbuka pahat tersebut diserahkan Saksi MANGIRING SINAGA

kepada Terdakwa dan mereka Iangsung memeriksa laci-laci meja di dalam

ruangan tersebut dan didapatkan Saksi MANGIRING SINAGA berupa uang

71
yang tidak Terdakwa tahu berupa jumlahnya. Setelah itu Saksi MANGIRING

SINAGA memanjat diinding ruangan didalam ruangan majelis guru tersebut

setelah berhasil masuk Saksi MANGIRING SINAGA Iangsung memeriksa laci

meja dan lemari namun tidak ada di dapatkan berupa uang setelah itu Saksi

MANGIRING SINAGA meminta kepada Terdakwa berupa pahat dan Saksi

MANGIRING SINAGA mencongkel pintu ruangan di yang ada di dalam

ruangan majelis guru sehingga ia bisa keluar.

- Bahwa benar, Setelah itu Saksi MANGIRING SINAGA berdiri di sebelah

kulkas dan melihat ada seorang laki-laki sedang berdiri di sebelah jendela dan

laki-laki tersebut Iangsung berdiri di depan pintu ruangan majelis guru sambil

mengatakan " hai ngapain kalian disini, mancilok klian yo " mendengar hal

tersebut Saksi MANGIRING SINAGA langsung mengambil sebilah pisau yang

berada di atas kulkas dan Saksi MANGIRING SINAGA langsung mengatakan

kepada Terdakwa " ayok kita kejar dia"

- Bahwa benar, mendengar hal itu korban Amrizal tersebut Iangsung lari kearah

halaman sekolah dan Saksi MANGIRING SINAGA dengan Terdakwa Iangsung

mengejar sehingga saat itu Terdakwa berhasil mendapatkan orang tersebut

sambil mendorong sehingga laki-laki tersebut terjatuh dan Terdakwa langsung

meninju dengan cara membungkukkan badannya yang ditangan Terdakwa ada

berupa pahat mengarah kewajah nya dan korban Amrizal berusaha menangkis

mengakibatkan telapak tangan laki-laki tersebut luka, selanjutnya Saksi

MANGIRING SINAGA langsung menarik Terdakwa dan Saksi MANGIRING

SINAGA langsung menghujamkan sebilah pisau kearah dada sebelah kin korban

72
Amrizal tersebut dengan mengatakan " matilah kau" sehingga sebilah pisau

tersebut tertancap di dadanya setelah itu Saksi MANGIRING SINAGA

Iangsung meninju dahi laki-laki tersebut sebanyak 2 kali.

- Bahwa benar, melihat korban tidak bergerak lagi, Saksi MANGIRING SINAGA

dengan Terdakwa Iangsung lari meninggalkan korban Amrizal sehingga pisau,

sandal warna biru milik Terdakwa tertinggal di tempat kejadian serta sebuah

pahat juga tertinggal di tempat kejadian.

- Bahwa saat Saksi MANGIRING SINAGA meminjam sepeda motor milik

FRANS SIMBOLON, Saksi MANGIRING SINAGA memakai baju kaos

oblong warna hitam dengan gambar depannya tangan memegang kamera Canon,

celana tidak ingat lagi dan memakai sandal warna biru dengan les putih di

bagian punggung sandal.

 Bahwa benar , jenis sepeda motor yang dipinjam oleh saksi Mangiring Sinaga

kepada Sdr. Frans Simbolon adalah jenis honda merk Supra X 125 warna biru

kombinasi hitam.

 Bahwa benar, yang tertinggal ditempat kejadian pencurian dan pembunuhan

disaat terdakwa dengan saksi Mangiring Sinaga meninggalkan laki-laki tersebut

berupa pahat dengan gagang berwarna biru, sendal milik saksi Mangiring Sinaga

yang berwarna biru dengan di punggungnya ada les putih serta sebilah pisau

yang tertancap di dada sebelah kiri korban.

Menimbang, bahwa segala sesuatu yang tejadi didalam persidangan yang

tidak termuat dalam putusan ini akan tetapi secara lengkap tercatat dalam Berita

Acara Persidangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

73
putusan ini dan merupakan dasar pertimbangan bagi Majelis Hakim untuk

memutus perkara ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh fakta yang terungkap dalam

keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan adanya barang bukti tesebut

diatas, apakah hal tersebut sudah cukup untuk dijadikan dasar hukum yang telah

diambil oleh Penuntut Umum sebagaimana dalam tuntutan pidananya tersebut,

maka dalam hal ini Majelis Hakim akan mempertimbangkan dan membuktikan

dengan cara menghubungkan satu dengan yang lainnya dari keseluruhan fakta-

fakta hukum tersebut guna mendapatkan kebenaran Materil (Material Waarheid)

dalam perkara ini.

2. Pembahasan

Majelis Hakim dalam menjatuhkan pidana kepada Terdakwa harus terlebih dahulu

telah memenuhi semua syarat untuk dilakukan pemidanaan atas diri Terdakwa seperti

dinyatakan oleh Leo Polak, maka pemidanaan harus memenuhi tiga syarat yaitu :

a) Perbuatan yang dilakukan dapat dicela sebagai suatu perbuatan yang

bertentangan dengan etika, yaitu bertentangan dengan kesusilaan dan tata hukum

objektif;

b) Pidana hanya boleh memperhatikan apa yang sudah terjadi. Pidana tidak boleh

memperhatikan apa yang mungkin akan atau dapat terjadi. Jadi, pidana tidak

boleh dijatuhkan dengan suatu maksud prevensi. Umpanya pidana dijatuhkan

dengan maksud prevensi, maka kemungkinan besar penjahat diberi suatu

penderitaan yang beratnya lebih daripada maksimum yang menurut ukuran-

74
ukuran objektif boleh diberi kepada penjahat. Menurut ukuran-ukuran objektif

berarti sesuai dengan beratnya delik yang dilakukan penjahat;

c) Sudah tentu beratnya pidana harus seimbang dengan beratnya delik. Beratnya

pidana tidak boleh melebihi beratnya delik. Hal ini perlu supaya penjahat tidak

dipidana secara tidak adil.

Dari hasil penelitian terhadap putusan perkara Pengadilan Negeri Rengat Nomor

14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt. Dan dengan melakukan studi pustaka tentang materi

yang berhubungan dengan obyek penelitian serta mengacu pada pendapat Leo Polak

mengenai syarat-syarat pemidanaan, maka agar dapat menjawab permasalahan dan

tujuan penelitian, dapat disusun analisis sebagai berikut :

1. Penerapan unsur-unsur Pasal 338 Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 Kitab Undang-

undang Hukum Pidana pada tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh

anak dalam perkara Nomor 14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt.

Peradilan pidana anak meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan pemutusan

perkara pidana yang menyangkut anak. Dan sistemnya juga berbeda dengan

pemeriksaan pada pelaku tindak pidana dewasa.

Soedarto mengatakan bahwa peradilan anak meliputi segala aktivitas

pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menyangkut kepentingan anak.59 Undang-

Undang Pengadilan Anak pada Pasal 40 menyatakan bahwa hukum acara yang berlaku

dalam acara pengadilan anak ialah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. Dengan demikian, hukum

acara yang berlaku bagi anak adalah KUHAP dan Undang-undang Pengadilan Anak.

59
Agung Wahyono dan Ny. Siti Rahayu , Tinjauan Tentang Peradilan Anak Di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 1993, Hal. 14

75
Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan dengan hukum,

yaitu:

1) Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh

orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut,

membolos sekolah atau kabur dari rumah.

2) Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan

oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum. Undang-

undang Pengadilan Anak menyatakan bahwa “Hukum acara yang berlaku

diterapkan pula dalam acara pengadilan anak, kecuali ditentukan lain dalam

undang-undang ini”, ini berarti hukum acara yang berlaku (Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana) diterapkan juga dalam acara pengadilan anak,

kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang anak tersebut. Rumusan Pasal 338

KUHP adalah : “barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,

karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama limabelas tahun”.

 Analisis Penulis

Untuk membuktikan tuntutan Jaksa Penuntut Umum bahwa terdakwa melakukan

tindak pidana pembunuhan sebagaimana didalam dakwaan primair Terdakwa di

dakwakan melanggar Pasal 338 jo pasal 55 ayat (1) ke 1 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, maka unsur-unsur tentang tindak pidana tersebut harus terpenuhi seluruhnya,

Adapun unsur-unsur tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut :

a. Unsur subjektif : Barang Siapa

b. Unsur objektif : Dengan sengaja merampas nyawa orang lain.

Oleh sebab itu untuk membuktikannya, penulis akan mengkaji unsur unsur tersebut:

76
a. Barang Siapa

Yang dimaksud dengan “barang siapa” dalah subyek hukum berupa orang yang

ditujukan kepada siapa saja (natuurlijke personen) sebagai subyek hukum sebagai

pendukung hk dan kewajiban dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani dalam

berbuat hukum dan memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab (Toerekenings vaan

Baarheid) atas segala perbuatan yang telah dilakukan setelah dikonstruksikan sebagai

pelaku perbuatan pidana yang memenuhi semua unsur-unsur dari yang terdapat dalam

perumusan-perumusan delik.

Bahwa yang dalam perkara ini yang dimaksud sebagai subyek hukum oleh

Penuntut Umum adalah terdakwa GUSVERIUS ANTONIUS SINAGA alias AGUS bin

RUWIN MARTIN SINAGA yang telah diperiksa identitasnya pada awal persidangan

ternyata sesuai dengan identitas terdakwa sebagaimana tercantum dalam surat dakwaan

penuntut umum. Berdasarkan fakta dan pertimbangan hukum di atas, unsur ini telah

terpenuhi dan terbukti secara sah menurut hukum sehingga tidak tedapat adanya error in

persona.

b. Dengan sengaja merampas nyawa orang lain.

Bahwa dengan sengaja dapat diartikan sebagai menghendaki dan mengetahui.

Menghendaki artinya ada akibat yang diharapkan atau diinginkan dari perbuatan yang

dilakukannya itu, dan mengetahui artinya bahwa pelaku sebelum melakukan suatu

perbuatan sudah menyadari bahwa perbuatan tersebut seandainya dilakukan akan

membawa akibat sebagaimana yang diharapkan itu dan mengetahui pula bahwa

perbuatan yang hendak dilakukannya adalah melawan hukum. Merampas nyawa orang

77
lain adalah sadar akan menghilangkan nyawa seseorang atau sadar akan membunuh

seseorang.

Berkaitan dengan unsur objektif tersebut, berikut adalah fakta persidangan

dalam putusan pengadilan :

Bahwa berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti

diketahui bahwa berawal pada hari jumat tanggal 17 Maret 2017 sekitar jm 15.00 Wib

saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga dengan

menggunakan baju kaos oblong motif ttangan memegang kamera canon dan sandal

warna biru bergaris putih datang ke warnet bersama sama dengan tedakwa yang

menggunakan baju kaos oblong motif kartun one piece meminjam sepeda motor supra x

125 warna biru hitam milik saksi Frans Kurniawan. Bahwa kemudian terdakwa dan

saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga berangkat menuju

SDN 025 Desa Sinambek dan sesampainya di Simpang empat Abdurrauf saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga turun dari sepeda

motor dan menyuruh terdakwa untuk membeli pahat dan menyerahkan uang sebesar

Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah). Bahwa terdakwa kemudian berangkat menuju toko

bangunan pak Nur (disamping swalayan indah) dan membeli 1 (satu) buah pahat

bergagang warna biru bertuliskan Ferza dan 1 (satu) buah linggis dengan disaksikan

oleh saksi Erhan dan saksi Asri Hayati. Bahwa kemudian terdakwa menjemput saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga di simpang empat

lampu merah Abdurrauf dan bersama sama menuju SDN 025 Desa Sinambek. Bahwa

sesampainya di SDN 025 Sinambek langsung masuk ke ruangan Majelis guru dan pada

saat berada dalam ruangan guru SDN 025 Desa Sinambek bertemu dengan korban

78
Amrizal yang merupakan penjaga sekolah sekira pukul 18.30 wib dan korban langsung

berkata “Oi ngapo kalian disiko, mau maling yo”, mendengar hal tersebut saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga langsung mengambil

pisau yang berada diatas kulkas diruangan majelis guru, melihat hal tersebut korban

Amrizal lari kearah halaman sekolah, dan kemudian dikejar oleh terdakwa dan saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga. Bahwa terdakwa

kemudian mendorong korban Amrizal hingga terjatuh dalam posisi telungkup,

kemudian terdakwa membalikkan badan korban Amrizal dan langsung memukul kearah

wajah korban dengan menggunakan tangan kanan yang sedang memegang pahat namun

ditangkis oleh korban dengan menggunakan tangan kiri korban sehingga tangan kiri

korban mengalami robek. Bahwa kemudian datang saksi Mangiring Fransisco Sinaga

Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga menarik baju korban dan langsung menikam korban

dengan pisau kearah dada sebelah kiri korban Amrizal hingga pisau tersebut tertancap

di dada korban, selanjutnya saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin

Martin Sinaga memukul kearah dahi korban sebanyak 2 (dua) kali sambil berkata

“matilah kau”. Bahwa benar niat pertama terdakwa dan saksi Mangiring Fransisco

Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga adalah untuk mencuri dan karena ketahuan

oleh korban Amrizal maka terdakwa dan saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran

Bin Ruwin Martin Sinaga lalu mengejar korban dengan maksud agar korban tidak

berteriak dan hanya ingin menakut-nakuti korban saja.

Berdasarkan penjelasan fakta hukum diatas terdakwa telah terbukti berniat untuk

melakukan pencurian disekolah tersebut, namun aksinya tersebut terlebih dahulu

diketahui oleh korban, sehingga perbuatan terdakwa kurang relevan dengan penjelasan-

79
penjelasan elemen unsur sebagaimana tersebut diatas, sehingga perbuatan tedakwa tidak

relevan apabila disesuaikan dengan unsur-unsur pasal dalam dakwaan primair ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka terhadap unsur kedua ini tidak terpenuhi

menurut keyakinan dan menurut hukum.

Selanjutnya untuk membuktikan tuntutan Jaksa Penuntut Umum bahwa

terdakwa melakukan tindak pidana pembunuhan sebagaimana didalam subsidiair yaitu

melanggar pasal 365 ayat (4) KUHP jo Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang

sistem peradilan pidana anak yang mempunyai unsur unsur delik sebagai berikut :

1. Barang siapa;

2. Mengambil barang sesuatu;

3. Sebagian atau seluruhnya milik orang lain;

4. Dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hukum;

5. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

6. Untuk sampai pada barang yang diambil dilakukan dengan merusak, memotong

atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau

pakaian palsu,

7. Yang didahului, disertai atau diiukuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikan diri

sendiri atau perserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri

8. Jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian.

Oleh sebab itu untuk membuktikannya, penulis akan mengkaji unsur unsur tersebut:

80
1. Barang siapa.

Bahwa majelis hakim a quo mengambil alih pertimbangan unsur “barang siapa”

didalam pertimbangan dakwaan primair, dan sebatas untuk menunjukkan subjek

hukumnya, sementara untuk perbuatannya tergantung dari unsur berikutnya didalam

dakwaan subsidair, maka terhadap unsur “barang siapa” ini dipandang telah terpenuhi;

2. Mengambil barang sesuatu

Yang dimaksud dengan unsur mengambil suatu barang adalah untuk mengambil

untuk dikuasainya segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud.

Berikut adalah fakta persidangan dalam putusan pengadilan :

Bahwa setelah pintu ruangan majelis guru tersebut terbuka lalu saksi mangiring

Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga bersama terdakwa masuk kedalam

ruang majelis guru dan membuka semua laci meja ruangan guru dengan menggunakan

pahat dan menemukan uang tunai Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) terdakwa

termasuk kedalam ruang majelis guru dan membuka semua laci meja ruangan guru

dengan menggunkan pahat dan menemukan dam kembali mengambil uang tunai

Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) lalu memasukkannya kedalam saku celana dan

kemudian saksi mengiring Fransisco Sinaga Als Bin Ruwin Martin Sinaga memanjat

ruangan majelis guru yang ada didalam ruangan majelis gurru,dan kemudian dari dalam

ruangan guru yang terkunci tersebut saksi mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin

Ruwin Martin Sinaga meminta pahat kepada terdakwa untuk membuka laci meja dan

membuka pintu ruangan tersebut.

81
Bahwa dengan demikian terhadap unsur ini telah dapat dibuktikan dengan cara

sah dan meyakinkan.

3. Sebagian tau seluruhnya milik orang lain

Yang dimaksud dengan unsur sebagian atau seluruhnya milik orang lain adalah

“sebagan” yaitu apabila barang tersebut dibelinya secara bersama-sama dan barang

tersebut disimpan dirumah salah satu dan barang tersebut diambil oleh salah satunya

lagi, sedangkan seluruhnya milik orang lain yaitu barang milik satu orang yang telah

diambil dan berpindah tangan atau tempat untuk dimiliki sendiri oleh si pengambil

barang tersebut.

Bahwa berdasarkan keterangan para saksi, keterangan terdakwa telah

mengambil suatu barang berupa uang tunai Rp.50.000,- (lima puluh ibu rupiah) yang

berada dalam sebuah laci diruangan majelis guru SDN 025 Dusun Sinambek bukan

milik terdakwa.

Dengan demikin terhadap unsur ini telah dapat dibuktikan secara sah dan

meyakinkan;

4. Dengan maksud untuk dimiliki dengan melwan hukum

Yang dimaksud “dengan maksud” merupakan bentuk khusus dari

“kesengajaan”. Maksud tidak sama dengan motif. Motif menjelaskan mengapa pelaku

berbuat, sedangkan maksud menjelaskan apa yang hendak di capai oleh pelaku dengan

perbuatan yang sadar tujuan. yang dimaksud “memiliki” adalah menguasai sepenuhnya

barang, termasuk didalamnya berupa hak untuk mempergunakan atau mengalihkan

barang tersebut kepada pihak lain.

82
Bahwa berdasarkan keterangan para saksi, keterangan terdakwa bahwa uang

tunai Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang berada dalam sebuah laci diruangan

majelis dewan guru SDN 026 Dusun Sinambek tersebut adalah untuk diwakili oleh

terdakwa dengan tidak terdapat izin dari si pemilik uang tersebut dan saksi mangiring

Fransisco Sinaga;

Dengan demikian terhadap unsur ini telah dapat dibuktikan secara sah dan

meyakinkan.

5. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu

Bahwa berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan terdakwa sendiri

didepan persidangan bahwa benar terdakwa melakukan perbuatan pencurian dengan

yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia besama-sama dengan saksi Mangiring

Fransisco Sinaga.

Dengan demikian terhadap unsur ini telah banyak dapat dibuktikan secara sah

dan meyakinkan;

6. Untuk sampai pada barang yang diambil dilakukan dengan merusak,

memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu,

perintah palsu atau pakaian palsu

Berkaitan dengan unsur tersebut, berikut adalah fakta persidangan dalam

putusan pengadilan :

Bahwa berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti

diketahui bahwa berawal pada hari jumat tanggal 17 Maret 2017 sekitar jm 15.00 Wib

saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga dengan

83
menggunakan baju kaos oblong motif ttangan memegang kamera canon dan sandal

warna biru bergaris putih datang ke warnet bersama sama dengan tedakwa yang

menggunakan baju kaos oblong motif kartun one piece meminjam sepeda motor supra x

125 warna biru hitam milik saksi Frans Kurniawan. Bahwa kemudian terdakwa dan

saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga berangkat menuju

SDN 025 Desa Sinambek dan sesampainya di Simpang empat Abdurrauf saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga turun dari sepeda

motor dan menyuruh terdakwa untuk membeli pahat dan menyerahkan uang sebesar

Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah). Bahwa terdakwa kemudian berangkat menuju toko

bangunan pak Nur (disamping swalayan indah) dan membeli 1 (satu) buah pahat

bergagang warna biru bertuliskan Ferza dan 1 (satu) buah linggis dengan disaksikan

oleh saksi Erhan dan saksi Asri Hayati. Bahwa kemudian terdakwa menjemput saksi

Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga di simpang empat

lampu merah Abdurrauf dan langsung menuju rumah makan Yolanda, sesampainya di

Rumah Makan Yolanda terdakwa memarkirkan sepeda motor selanjutnya terdakwa

bersama dengan saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga

berjalan menuju SDN 025 Dusun Sinambek dan sekitar pukul 17.30 wib terdakwa

bersama dengan saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga

tiba di Gerbang SDN 025 Dusun Sinambek dan melihat lokasi, dan setelah memastikan

tidak ada orang kemudian terdakwa bersama dengan saksi Mangiring Fransisco Sinaga

Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga masuk ke pekarangan sekolah dengan cara

memanjat dinding pagar gerbang sekolah tersebut dan kemudian saksi Mangiring

Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga mengelilingi bangunan sekolah

84
dan setelah sampai di depan ruangan majelis guru saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als

Fran Bin Ruwin Martin Sinaga memanggil terdakwa dan meminta pahat kepada

terdakwa, dan kemudian saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin

Sinaga membuka pintu ruangan majelis guru dengan menggunakan pahat tersebut.

Bahwa setelah pintu ruangan majelis guru tersebut terbuka lalu saksi mengiring

Fransisco Sinaga Als Fran Bin Ruwin Martin Sinaga bersama terdakwa masuk kedalam

ruang majelis guru dan membuka semua laci meja ruangan guru dengan menggunakan

pahat dan menemukan uang tunai Rp.50.000,- ( lima puluh ribu rupiah) terdakwa masuk

kedalam ruang majelis guru dan membuka semua laci meja ruangan guru dengan

menggunakan pahat dan menemukan dan kemudian mengambil uang tunai Rp.50.000,-

(lima puluh ribu rupiah) lalu memasukkan kedalam saksu celana;

Dengan demikian terhadap unsur ini telah dapat dibuktikan secara sah dan

menyakinkan;

7. Yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian atau mempermudah pencurian atau dalam hal

tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau

perserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri

Berikut fakta di persidangan :

Bahwa bedasarkan keterangan para saksi, terdakwa, barang bukti bahwa benar

pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017 sekira pukul 15.00 wib saksi Mangiring

Fransisco Sinaga meminjam sepeda motor Sdr Frans Simbolon dengan cara terdakwa

dengan saksi Mangiring Fransisco Sinaga berjalan kaki menuju warnet “StarNet” dan

85
setelah sampai diwarnet tersebut saksi Mangiring Fransisco Sinaga langsung masuk ke

dalam warnet dan menemui Sdr Frans Simbolon dan langsung meminjam sepeda motor

kepada Frans dan mengambil sepeda motor yang diparkirkan didepan warnet kemudian

saksi Mangiring Fransisco Sinaga dengan terdakwa pergi jalan-jalan dulu ke arah

bundaran simpang tiga tugu pelajar dan ke taman jalur. Sekira pukul 16.30 wib abang

terdakwa saksi Mangiring Fransisco Sinaga mengatakan kepada terdakwa dengan

perkataan “berangkat kita lagi” dan kami langsung jalan menuju kearah SDN 025

tersebut dengan melewati jalan raya dan pada saat kami dekt lampu merah simpang

empat sei jering Mangiring Fransisco Sinaga menyuruh terdakwa memberhentikan

sepeda motor dan mengatakan “pergi dulu beli pahat” dan Mangiring Fransisco Sinaga

memberikan uang kepada terdakwa sebesar “100.000,- (seratus ribu rupiah).

Selanjutnya terdakwa langsung pergi membeli pahat tersebut kearah kantor camat dan

Mangiring Fransisco Sinaga menuggu dipinggir jalan dekat lampu merah dan tidak lama

kemudian kurang lebih 20 menit terdakwa kembali menjemput terdakwa dengan

membawa : 1 (satu) buah linggis yang dikaitkan disamping kiri bodi sepeda motor, 1

(satu) buah pahat dengan gagangnya warna biru.

Sesampainya di kawasan bundaran kantor bupati terdakwa memarkirkan sepeda

motornya disamping rumah makan Yolanda, setelah itu mereka berdua langsung jalan

kaki menuju tempat kejadian (SDN 025 Dusun Sinambek), setelah sampai terdakwa

memberikan pahat kepada Sdr. Mangiring Fransisco Sinaga dan langsung mencongkel

pintu ruangan majelis guru dan setelah terbuka pahat tersebut diserahkan Mangiring

Fransisco Sinaga kepada terdakwa dan mereka langsung memeriksa laci-laci meja di

dalam ruangan tersebut dan di dapatkan Mangiring Fransisco Sinaga berupa uang yang

86
tidak tahu berapa jumlahnya. Setelah itu Mangiring Sinaga memanjat dinding ruangan

didalam ruangan majelis guru tersebut setelah berhasil masuk Mangiring Sinaga

langsung memeriksa laci meja dan lemari namun tidak ada di daptkan berupa uang

setelah itu Mangiring Sinaga meminta kepada terdakwa berupa pahat dan Mangiring

Sinaga mencongkel pintu ruangan yang ada di dalam ruangan majelis guru sehingga ia

bisa keluar.

Bahwa setelah itu Mangiring Sinaga berdiri di sebelah kulkas dan melihat ada

seorang laki-laki sedang berdiri di sebelah jendela dan laki-laki tersebut berdiri di depan

pintu ruangan majelis guru sambil mengatakan “hai ngapain kalian disini, mancilok

kalian yo”. Mendengar hal tersebut Mangiring Sinaga langsung mengambil sebilah

pisau yang berada diatas kulkas dan Mangiring Sinaga langsung mengatakan kepada

terdakwa “ayok kita kejar dia”.

Bahwa mendengar hal itu korban Amrizal tersebut langsung lari ke arah

halaman sekolah dan Mangiring Sinaga dengan terdakwa langsung mengejar sehingga

saat itu terdakwa berhasil mendapatkan orang tersebut sambil mendorong sehingga

korban terjatuh dan terdakwa langsung meninju dengan cara membungkukkan badannya

yang ditangan terdakwa berupa pahat mengarah ke wajahnya dan korban Amrizal

berusaha menangkis mengakibatkan telapak tangan laki-laki tersebut luka, selanjutnya

saksi Mangiring Sinaga langsung menarik terdakwa dan saksi Mangiring Sinaga

langsung menghujamkan sebilah pisau kearah dada sebelah kiri korban Amrizal tersebut

dengan mengatakan “matilah kau” sehingga sebilah pisau tersebut tertancap di dadanya

setelah itu saksi Mangiring Sinaga langsung meninju dahi laki-laki tersebut sebanyak

dua kali.

87
Bahwa dengan demikian terhadap unsur ini telah dapat dibuktikan secara sah

dan meyakinkan.

8. Jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian

Bahwa pencurian yang mengakibatkan luka berat atau kematian haruslah

dilakukan terhadap orang bukan terhadap barang yang dilakukan sebelum, pada saat

atau setelah pencurian tersebut dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pencurian

tersebut. Berikut fakta di persidangan :

Bahwa pada saat terdakwa bersama saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran

Bin Ruwin Martin Sinaga berada di dalam ruang majelis guru, terdakwa melihat korban

Amrizal selaku penjaga sekolah spontan terdakwa mengejar dan mendorong korban

Amrizal hingga terjatuh. Kemudian saksi Mangiring Fransisco Sinaga Als Fran Bin

Ruwin Martin Sinaga menarik terdakwa dan langsung menikam korban Amrizal dengan

menggunakan pisau tepat di bagian dada sebelah kiri korban Amrizal. Bahwa

berdasarkan surat Visum Et Repertum Nomor 024/183/RHS/2017 tanggal 17 Maret

2017 dengan hasil pemeriksaan sebagai beikut Kesimpulan : Telah dilakukan

pemeriksaan luar terhadap seorang laki-laki usia 50 tahun dalam keadaan sudah

meninggal, pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak bercak darah yang telah

mengering di bagian wajah, dada, perut, kaki dan tangan. Tampak luka robek sepanjang

1,3 cm dibagian sudut alis mata kanan dan luka robek 1,2 cm dibagian kening sebelah

kanan diduga akibat trauma benda tumpul. Tampak luka obek dengan ukuran panjang

3,5 cm lebar 0,4 cm dan dalam tidak dapat diperkirakan pada dada depan bagian kiri

diduga akibat trauma tajam. Tampak memar kemerahan sepanjang 3 cm pada dada

depan bagian tengah, diduga akibat trauma benda tumpul. Tampak memar kemerahan

88
sepanjang 2,3 cm pada dada bagian belakang sebelah kiri, diduga akibat trauma tumpul.

Tampak luka lecet sepanjang 1,5 cm di bagian telunjuk tangan kanan dan luka lecet 1

cm dibagain jempol tangan kanan, diduga akibat trauma benda tumpul. Tampak luka

robek dengan kulit terkelupas bentuk tidak beraturan, diameter 3 cm dibagian luar

telapak tangan kiri, diduga akibat trauma tajam.

Dengan demikian terhadap unsur ini telah dapat dibuktikan secara sah dan

myakinkan.

B. Pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara tindak pidana terhadap

hilangnya nyawa manusia yang dilakukan anak pada perkara Nomor

14/Pid.Sus-Anak/2017/Rgt.

1. Pertimbangan Hakim

Putusan Hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang sedang

diperiksa dan diadili oleh Hakim tersebut. Oleh karena itu, tentu saja Hakim membuat

keputusan harus memperhatikan segala aspek di dalamnya, mulai dari perlunya kehati-

hatian, dihindari sedikit mungkin ketidakcermatan, baik yang bersifat formal maupun

yang bersifat materil sampai dengan adanya kecakapan teknik membuatnya. Jika hal-hal

negatif tersebut dapat dihindari, tentu saja diharapkan dalam diri hakim lahir, tumbuh,

dan berkembang adanya sikap atau sifat kepuasan moral jika kemudian putusannya itu

dapat menjadi tolak ukur untuk perkara yang sama, atau dapat menjadi bahan referensi

89
bagi kalangan teoritisi maupun praktisi hukum serta kepuasan nurani sendiri jika

putusannya dikuatkan dan tidak dibatalkan pengadilan yang lebih tinggi.

Adapun pertimbangan hakim sebelum menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa

yakni sebagai berikut :

Menimbang, bahwa Terdakwa diperhadapkan kepersidangan telah didakwa oleh

Penuntut Umum dengn dakwaan Subsidaitas yakni Primair Pasal 338 jo pasal 55 ayat

(1) ke 1 KUHPidana jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak dan Subsidair Pasal 365 Ayat (4) KUHPidana Jo Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Menimbang, bahwa persidangan telah didengar keterangan beberapa saksi dibawah

sumpah menurut agamanya masing-masing antara lain sebagai berikut : Saksi Rina

Syafriani binti Amrizal, Saksi M.Fadli bin Amrizal, Saksi Martina bin Nasar, Elpis bin

Taharudin, Mutia Imelda bin Ahmad Sayuti, Asri Hayati, Frans Kurniawan Simbolon,

Manggiring Fransisco Sinaga, dan Bambang Eko HP, telah memberikan keterangan

sesuai apa yang diberikan kepada penyidik dan keterangan telah termuat dalam berita

acara persidangan dimana keterangannya pada pokoknya telah mendukung dakwaan

penuntut umum dan memberatkan perbuatan terdakwa.

Menimbang, bahwa dipersidangan telah diajukan dan diperlihatkan barang bukti dan

barang bukti tersebut telah dibenarkan oleh saksi-saksi dan diakui oleh terdakwa

sebagai barang yang telah dibuat pada saat terdakwa melakukan kejahatannya tersebut.

Menimbang, bahwa terdakwa dipersidangan telah memberikan keterangan yang pada

pokoknya telah mengakui perbuatannya dan keterangan tersebut telah termuat dalam

berita acara persidangan ini.

90
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka didapatlah fakta-fakta

persidangan, dimana keterangan para saksi yang didengar keterangannya dibawah

sumpah antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berhubungan dengan

keterangan terdakwa serta dengan diajukan barang bukti dipersidangan maka unsur-

unsur yang terkandung dalam pasal dakwaan jaksa penuntut umum telah terpenuhi oleh

perbuatan terdakwa.

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur-unsur dalam rumusan delik telah

terpenuhi semua oleh perbuatan terdakwa maka terdakwa dinyatakan terbukti secara

menurut hukum dan Hakim yakin akan kesalahan terdakwa telah melakukan perbuatan

sebagaimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Menimbang, bahwa hakim tidak melihat adanya alasan penghapus pidana baik alasan

pembenar maupun alasan pemaaf dalam perbuatan terdakwa tersebut sehingga

perbuatan terdakwa dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.

Menimbang, bahwa hakim berkesimpulan terdakwa telah terbukti melakukan

perbuatan yang didakwakan kepadanya karenanya harus dihukum pula untuk membayar

ongkos perkaranya.

Menimbang, bahwa oleh karena terhadap diri Anak dilakukan penahanan, maka masa

penahanan yang telah dijalani Anak tersebut dikurangkan seluruhnya terhadap lamanya

pidana yang dijatuhkan.

Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan putusan pidana atas diri Anak, terlebih

dahulu hakim perlu mempertimbangkan hal-hal yang meringankan terdakwa sehingga

putusan yang akan dijatuhkan dapat mencapai rasa keadilan.

Hal-hal yang memberatkan :

91
-Perbuatan terdakwa anak mengakibatkan korban meninggal dunia;

- Perbuatan terdakwa anak menyebabkan keresahan dilingkungan masyarakat;

Hal-hal yang meringankan :

- Anak menyesali perbuatannya;

- Anak bersikap sopan selama di Persidangan;

- Anak masih dalam usia Anak dan masih memiliki masa depan yang panjang

 Analisis Penulis

Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir (vonis) yang didalamnya

terdapat penjatuhan sanksi pidana (penghukuman), dan di dalam putusan itu hakim

menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah dipertimbangkan dan apa yang menjadi

amar putusannya. Sebelum sampai pada tahapan tersebut, ada tahapan yang harus

dilakukan sebelumnya, yaitu tahapan pembuktian dalam menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa.

Dalam menjatuhkan Pidana, hakim harus berdasarkan pada dua alat bukti yang

sah kemudian dua alat bukti tersebut hakim memperoleh keyakinan bahwa tindak

pidana yang didakwakan benar-benar terjadi dan terdakwalah yang melakukannya. Hal

tersebut diatur dalam Pasal 183 KUHAP.

Selain dari apa yang dijelaskan penulis di atas, yang perlu dilakukan oleh Hakim

adalah untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa tindak pidana yang

dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditetapkan dalam Undang-undang.

Dilihat dari sudut terjadinya tindakan dan kemampuan bertanggung jawab, seseorang

akan dipertanggungjawabkan atas tindakan dan perbuatannya serta tidak adanya alasan

92
pembenar/pemaaf atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang

dilakukannya.

Dalam putusan perkara Pengadilan Negeri Rengat Nomor

14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt., proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

Majelis Hakim menurut Penulis sudah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku seperti

yang dipaparkan oleh penulis sebelumnya, yaitu berdasarkan dua alat bukti yang sah,

dimana dalam kasus ini, alat bukti yang digunakan Hakim adalah keterangan saksi dan

keterangan terdakwa serta alat bukti yang dipakai terdakwa melakukan pembunuhan.

Lalu mempertimbangkan tentang pertanggungjawaban pidana, dalam hal ini Majelis

Hakim berdasarkan fakta-fakta yang timbul dipersidangan menilai bahwa terdakwa

dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang dilakukan dengan pertimbangan

bahwa pada saat melakukan perbuatannya, terdakwa sadar akan akibat yang

ditimbulkan. Terdakwa dalam melakukan perbuatannya berada pada kondisi yang sehat

dan cakap untuk mempertimbangkan perbuatannya.

Selain hal diatas, Hakim juga tidak melihat adanya alasan pembenar atau alasan

pemaaf yang dapat menjadi alasan penghapusan pidana terhadap perbuatan yang

dilakukan oleh terdakwa. Sama halnya dengan Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim

hanya melihat hal-hal yang memberatkan yaitu perbuatan terdakwa yang

mengakibatkan korban meninggal dunia, dan menyebabkan keresahan dilingkungan

masyarakat.. Adapun hal-hal yang meringankan adalah terdakwa menyesali

perbuatannya, terdakwa bersikap sopan selama di persidangan, dan terdakwa masih

dalam usia Anak dan masih memiliki masa depan yang panjang.

93
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Penulis, maka Penulis berkesimpulan

sebagai berikut :

1. Penerapan hukum materiil dalam putusan perkara Pengadilan Negeri Rengat

Nomor:14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt adalah tepat. Jaksa Penuntut Umum

menggunakan 2 (dua) dakwaan yang disusun secara alternatif yaitu: Kesatu,

Primair Pasal 338 jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP jo Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012, Subsidair Pasal 365 ayat (4) KUHP jo Undang-Undang Nomo 11

Tahun 2012. Diantara unsur-unsur Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut

Umum tersebut, yang terbukti secara sah dan meyakinkan adalah Pasal 365 ayat

(4) KUHP. Dimana, antara perbuatan dan unsur-unsur Pasal saling mencocoki.

2. Pertimbangan Hakim sebelum menjatuhkan putusan

Nomor:14/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Rgt menurut Penulis sudah sesuai dengan

94
aturan hukum yang berlaku seperti yang diharapkan oleh Penulis. Karena

berdasarkan alat bukti yang sah, dalam kasus yang diteliti Penulis ini, alat bukti

yang digunakan Hakim adalah keterangan saksi dan keterangan terdakwa beserta

alat bukti pembunuhan. Majelis Hakim berdasarkan fakta-fakta di persidangan

menilai bahwa terdakwa dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya dengan

pertimbangan bahwa pada saat melakukan perbuatannya terdakwa sadar akan

akibat yang ditimbulkannya dan tidak mengurungkan niatnya, pelaku dalam

melakukan perbuatannya dalam keadaan sehat dan cakap untuk

mempertimbangkan unsur melawan hukum, serta tidak adanya alasan

penghapusan pidana.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, Penulis juga memberikan saran sebagai berikut :

1. Jaksa Penuntut Umum harus teliti dan cermat dalam menyusun surat dakwaan,

mengingat surat dakwaan merupakan dasar bagi hakim untuk menjatuhkan

pidana terhadap pelaku yang dihadapkan di muka persidangan

2. Hakim tidak serta merta berdasar pada tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam

menjatuhkan pidana, melainkan pada dua alat bukti yang sah ditambah dengan

keyakinan hakim. Hakim harus lebih peka untuk melihat fakta-fakta apa yang

timbul pada saat persidangan, sehingga dari fakta yang timbul tersebut,

menimbulkan keyakinan hakim bahwa terdakwa benar dapat atau tidak dipidana.

95
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

DR.Hamzah Andi.S.H.Asas-Asas Hukum Pidana.Jakarta.1994.

Sunggono,Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007.

Saraswati,Rika,S.H.,CN.,M.Hum., Hukum Perlindungan Anak di

Indonesia, Semarang,2015.

Wiyono,R,S.H.Sistem Peradilan Anak Di Indonesia.2016.

Raharjo,Sucipto, Teori-teori kejahatan dari aspek sosiologis, Jakarta. 2000.

Prof.Dr.Soekanto,S.H.,M.A.Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan Hukum,

rajagrafindo. jakarta.2016.

Pengadilan Negeri Rengat.

Prof.Dr.Prasetyo ,Teguh,S.H.,M.Si.Hukum pidana,yogyakarta 2011.

Soetedjo,Wigiati,Hukum Pidana Anak,Bandung,Refika aditama,2010.

96
B. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 338 (KUHP).

Kitab Undang-Undang Hukum Acara pidana (KUHAP).

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

C. Internet

Htpp://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=kriminalitas.diakses pada tanggal 27

september 2018.

Https://karyamusisiamatiran.blogspot.com/2012/11/pembunuhan.html, diakses pada

tanggal 27 september 2018.

elib.unikom.ac.id/download.php?id=196514.diakses pada tanggal 28 september 2018

http://www.bhataramedia.com/forum/apa-pengertian-yuridis/.diakses pada tanggal 28

september 2018.

www.academia.edu. Diakses pada tanggal 26 November 2018.

97

Anda mungkin juga menyukai