Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN DIVERSI TERHADAP

TINDAK PIDANA ANAK DALAM


SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Teguh Prasetyo
Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Korespondensi: prof.teguh.prasetyo@gmail.com

Abstrak

Artikel ini berbicara mengenai diversi dalam tindak pidana anak dalam sistem peradilan
anak. Dalam sistem peradilan pidana yang berlaku selama ini, hukuman untuk anak
yang terlibat tidak pidana tidak menciptakan keadilan, baik bagi pelaku (anak) dan juga
korban. Disisi lain, pemberian hukuman kepada pelaku juga menyisakan permasalahan
yang tidak selesai. Memperhatikan salah satu prinsip dalam perlindungan anak, yaitu
kepentingan yang terbaik untuk anak, maka penyelesaian tidak pidana leh anak haruslah
dilakukan diluar mekanisme pidana atau secara umum disebut sebagai diversi.
Penyelesaian melalui cara diversi diharapkan akan menciptakan solusi yang berimbang
sehingga dapat menciptakan keadilan, baik bagi pelaku maupun korban. Meskipun
demikian, diversi tidak dapat diterapkan kesemua tindak pidana. Diversi hanya dapat
diterapkan dalam tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dengan ancaman pidana
tidak lebih dari tujuh tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana (residive).

Keywords: Diversi; Peradilan Anak; Tindak Pidana Anak.

Abstract

This article discusses the application of diversion in juvenile criminal justice system. So
far in the criminal justice system, punishment of juvenile perpetrators of crimes did not
create justice for the perpertrators and victims. On the other hand, the system also leaves
another problem that has not been solved eventhough the perpetrators have been punished.

Noting one of the principles in the protection of children, which is the best interests of the
child, criminal cases with children as perpetrators should be settled outside the criminal
mechanism generally referred to as diversion. Settlement by way of diversion is expected
to create a solution that is balanced so as to create justice for both perpetrators and
victims. Nevertheless, the diversion can not be applied to all of the criminal act. Diversion
can only be applied in offenses committed by children which are sanctioned by penalty of
no more than seven years imprisonment and the offence is not a repetition of crime (recidive).

Key Words: Diversion; Juvenile Criminal Justice System; Juvenile Delinquency.

1
2 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

PENDAHULUAN dalam arus pergaulan masyarakat dan


lingkungannya yang kurang sehat dan
Anak sebagai bagian dari generasi merugikan perkembangan pribadinya.
muda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan merupakan Mengingat ciri dan sifat yang khas
sumberdaya manusia bagi pada anak dan demi perlindungan
pembangunan nasional kedepan, terhadap anak, perkara anak yang
sehingga anak memerlukan pembinaan berhadapan dengan hukum wajib
dan perlindungan dalam rangka disidangkan di pengadilan anak yang
menjamin pertumbuhan dan berada dilingkungan peradilan umum.
perkembangan fisik, mental dan sosial Proses peradilan perkara anak sejak
secara utuh, serasi, selaras dan ditangkap, ditahan, dan di adili
seimbang. Dalam berbagai hal upaya pembinaannya wajib dilakukan oleh
pembinaan dan perlindungan tersebut, pejabat khusus yang memahami
dihadapkan pada permasalahan dan masalah anak. Tujuan penyelenggaraan
tantangan dalam masyarakat dan sistem peradilan anak (Juvenile Justice)
kadang-kadang dijumpai penyimpangan tidak semata-mata bertujuan untuk
perilaku di kalangan anak, bahkan lebih menjatuhkan sanksi pidana bagi anak
dari itu terdapat anak yang melakukan yang telah melakukan tindak pidana,
perbuatan melanggar hukum, tanpa tetapi lebih difokuskan pada dasar
mengenal status sosial dan ekonomi. pemikiran bahwa penjatuhan sanksi
tersebut sebagai sarana mendukung
Penyimpangan tingkah laku atau mewujudkan kesejahteraan anak pelaku
perbuatan melanggar hukum yang tindak pidana.
dilakukan oleh anak, disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain adanya Dengan tujuan dari sistem peradilan
dampak negatif dari perkembangan pidana anak tersebut diatas, maka
pembangunan yang cepat, arus sudah seharusnyalah setiap anak yang
globalisasi di bidang komunikasi dan berhadapan dengan hukum harus di
informasi, kemajuan ilmu pengetahuan proses di peradilan pidana anak bukan
dan teknologi serta perubahan gaya dan di peradilan pidana konvensional.
cara hidup sebagian orang tua, telah Alasan bagi penanganan anak yang
membawa perubahan sosial yang berhadapan dengan hukum di dalam
mendasar dalam kehidupan masyarakat peradilan pidana anak disebabkan
yang sangat berpengaruh terhadap nilai karena dibanyak negara di dunia
dan perilaku anak. Selain itu, anak yang terdapat ketidakpuasan dan rasa
kurang atau tidak memperoleh kasih frustasi terhadap hukum pidana formal
sayang, asuhan, bimbingan dan telah memicu sejumlah pemikiran untuk
pembinaan dalam pengembangan sikap, melakukan upaya alternatif dalam
perilaku, penyesuaian diri, serta menjawab persoalan-persoalan yang
pengawasan dari orang tua, wali, atau berkaitan dengan penanganan tindak
orang tua asuh akan mudah terseret pidana yang terjadi di negara tersebut.
2015] PENERAPAN DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK 3

Permasalahan seputar perkembangan kepada aparat penegak hukum


sistem peradilan pidana yang ada mengambil tindakan-tindakan kebijakan
sekarang menunjukkan bahwa sistem dalam menangani masalah pelanggaran
ini dianggap tidak lagi dapat anak dengan tidak mengambil jalan
memberikan perlindungan terhadap formal, tindakan ini disebut diversi
HAM anak serta transparansi terhadap (diversion). Sementara menurut
kepentingan umum yang dijagapun Penjelasan umum Undang-Undang
semakin tidak dirasakan.1 Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU No. 11 Tahun
Terkait hal tersebut Artidjo Alkostar 2012) menjelaskan bahwa terhadap
mengatakan bahwa proses peradilan perkara anak sebelum masuk proses
pidana konvensional terlalu peradilan, para penegak hukum,
menyederhanakan masalah hak, keluarga dan masyarakat wajib
martabat dan kepentingan korban serta mengupayakan proses penyelesaian
masyarakat terkait (stakeholder). 2 diluar jalur pengadilan, yakni melalui
Seolah-olah kasus dan penderitaan yang diversi berdasarkan pendekatan
menimpa diri korban apabila telah keadilan restoratif.3 Berdasarkan Pasal
ditangani oleh kepolisian dan/atau 1 angka 7 UU No. 11 Tahun 2012 yang
kejaksaan, maka korban-korban dan dimaksud dengan diversi adalah
masyarakat (stakeholder) tidak perlu pengalihan penyelesaian perkara anak
ikut campur lagi serta menyerahkan dari proses peradilan pidana ke proses
nasibnya kepada penegak hukum. di luar peradilan pidana.
Padahal apabila pelaku kejahatan
dihukum penjara atau denda, Oleh karena itu, penerapan diversi
kepentingan moril dan material dari dalam penanganan kasus tindak pidana
korban dan stakeholder tidak terpenuhi. yang dilakukan oleh anak-anak
Denda Yang dikenakan kepada pelaku sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan
masuk ke dalam kas negara dan nasib untuk menghindari dan menjauhkan
korban terabaikan. anak dari proses peradilan sehingga
dapat menghindari stigmatisasi
Guna menghindari efek atau terhadap anak yang berhadapan dengan
dampak negatif proses peradilan pidana hukum dan diharapkan anak dapat
terhadap anak ini United Standar kembali ke dalam lingkungan sosial
Minimum Rules for the Administration of secara wajar. Sehingga sangat
Juvenile Justice (The Beijing Rules) telah diperlukan peran serta semua pihak
memberikan pedoman sebagai upaya dalam rangka mewujudkan hal
menghindari efek negatif tersebut tersebut.4
dengan memberikan kewenangan

1
Eva Achjani Zulfa, ‘Restorative Justice di Indonesia’ <http://evacentre.blogspot.com/p/
restorative-justice-di-indonesia.html> diakses 12 April 2014.
2
Artidjo Alkostar, ‘Restorative Justice’ (2007) Varia Peradilan 1, 8-9.
3
Penjelasan Umum UU No. 11 Tahun 2012.
4
Penjelasan Umum UU No. 11 Tahun 2012.
4 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

PEMBAHASAN kegiatan yang bersifat langsung dan


tidak langsung dari tindakan yang
Sistem Peradilan Pidana Anak membahayakan anak secara fisik
dan/atau psikis;
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1
b. keadilan. Yang dimaksud dengan
UU No. 11 Tahun 2012 yang dimaksud
keadilan adalah bahwa setiap
dengan sistem peradilan pidana anak
penyelesaian perkara anak harus
adalah keseluruhan proses penyelesaian
mencerminkan rasa keadilan bagi
perkara anak yang berhadapan dengan
anak;
hukum, mulai dari tahap penyidikan
c. non diskriminasi. Yang dimaksud
sampai dengan tahap pembimbingan
dengan non diskriminasi adalah
setelah menjalani pidana.Sehingga
tidak adanya perlakuan yang
dalam sistem peradilan pidana anak,
berbeda didasarkan pada suku,
pihak-pihak yang terlibat adalah:
agama, ras, golongan, jenis kelamin,
Pertama, polisi sebagai institusi etnik, budaya dan bahasa, status
formal ketika anak nakal pertama kali hukum anak, urutan kelahiran
bersentuhan dengan sistem peradilan, anak, serta kondisi fisik dan/atau
yang juga akan menentukan apakah mental;
anak akan dibebaskan atau diproses d. kepentingan terbaik bagi anak. Yang
lebih lanjut. Kedua, jaksa dan lembaga dimaksud dengan kepentingan
pembebasan bersyarat yang juga akan terbaik bagi anak adalah segala
menentukan apakah anak akan pengambilan keputusan harus
dibebaskan atau diproses ke pengadilan selalu mempertimbangkan
anak. Ketiga, Pengadilan Anak, tahapan kelangsungan hidup dan tumbuh
ketika anak akan ditempatkan dalam kembang anak;
pilihan-pilihan, mulai dari dibebaskan e. asas penghargaan terhadap
sampai dimasukkan dalam institusi pendapat anak adalah asas
penghukuman. Keempat, Bapas. penghormatan atas hak anak untuk
merupakan penegak hukum yang berpartisipasi dan menyatakan
melaksanakan fungsi penelitian pendapatnya dalam pengambilan
kemasyarakatan, pembimbingan, keputusan, terutama jika
pengawasan, dan pendampingan anak menyangkut hal yang
di dalam dan di luar proses peradilan mempengaruhi kehidupan anak;
pidana. Kelima, Lembaga pembinaan f. asas kelangsungan hidup dan
Khusus Anak, yaitu tahap dimana tumbuh kembang anak adalah hak
menjalani masa pidananya. asasi yang paling mendasar bagi
anak yang dilindungi oleh negara,
Sistem peradilan pidana anak pemerintah, masyarakat, keluarga
dilaksanakan berdasarkan asas: dan orang tua;
g. asas pembinaan dan Pembimbingan.
a. perlindungan. Yang dimaksud Pembinaan adalah kegiatan untuk
dengan perlindungan meliputi
2015] PENERAPAN DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK 5

meningkatkan kualitas, ketaqwaan a. Berlandaskan hak anak;


kepada Tuhan Yang Maha Esa, b. Menerapkan prinsip keadilan
intelektual, sikap dan perilaku, restoratif;
pelatihan keterampilan, profesional, c. Menempatkan kepentingan terbaik
serta kesehatan jasmani dan rohani bagi anak sebagai acuan pertama
anak baik di dalam maupun diluar dan utama;
proses peradilan pidana. d. Fokus pada pencegahan sebagai
Pembimbingan adalah pemberian tujuan utama;
tuntunan untuk meingkatkan e. Menjadikan sanksi penahan sebagai
kualitas ketaqwaan kepada Tuhan alternatif terakhir (the last resort)
Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan jika memungkinkan menahan
dan perilaku, pelatihan anak dalam waktu yang sesingkat-
keterampilan, profesional, serta singkatnya;
kesehatan jasmani dan rohani klien f. Prinsip proporsionalitas;
kemasyarakatan; g. Menekankan rehabilitasi dan
h. asas proporsional adalah segala reintegrasi;
perlakuan terhadap anak harus h. Melakukan Intervensi secara layak
memperhatikan batas keperluan, dan tepat waktu;
umur dan kondisi anak; i. Prosedur khusus untuk memberikan
i. asas perampasan kemerdekaan perlindungan terhadap hak anak.6
merupakan upaya terakhir adalah
asas yang pada dasarnya anak tidak Penerapan Diversi Terhadap Tindak
dapat dirampas kemerdekaannya, Pidana Anak Dalam Sistem Peradilan
kecuali terpaksa guna kepentingan Pidana Anak
penyelesaian perkara;
Dalam sistem peradilan pidana,
j. asas penghindaran pembalasan
proses diversi merupakan hal yang baru,
adalah asas yang menjauhkan
karena selama ini proses diversi tidak
upaya pembalasan dalam proses
dikenal dalam sistem peradilan pidana
peradilan pidana.5
di Indonesia. Diversi baru muncul
Secara umum, tujuan dari setelah diundangkannya UU No. 11
bekerjanya sistem peradilan pidana Tahun 2012. Diversi merupakan
anak pada dasarnya ditujuakn untuk alternatif penyelesaian perkara pidana
membangun sistem peradilan yang adil diluar pengadilan. Sebagaimana
dan ramah terhadap anak (fair and dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UU
humane). Adapun karakteristik sistem No. 11/2012 yang menyebutkan bahwa
peradilan pidana anak yang adil dan diversi adalah pengalihan penyelesaian
ramah terhadap anak, meliputi: perkara anak dari proses peradilan ke
proses di luar peradilan pidana.

5
Pasal 2 beserta penjelasannya UU No. 11 Tahun 2012.
6 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

Menurut United Nations Standart yang bermartabat, dalam Pasal 6 UU No.


Minimum Rules for Administration of 11 Tahun 2012 menyebutkan bahwa
Juvenile Justice (The Beijing Rules), tujuan diterapkannya diversi dalam
Diversi adalah pemberian kewenangan sistem peradilan pidana anak adalah
kepada aparat penegak hukum untuk untuk:
mengambil tindakan–tindakan
kebijaksanaan dalam menangani atau a. mencapai perdamaian antara korban
dan anak;
menyelesaikan masalah pelanggar anak
b. menyelesaikan perkara anak diluar
dengan tidak mengambil jalan formal proses peradilan;
antara lain menghentikan atau tidak
c. menghindarkan anak dari perampasan
meneruskan/melepaskan dari proses kemerdekaan;
peradilan pidana atau mengembalikan d. mendorong masyarakat untuk
atau menyerahkan kepada masyarakat berpartisipasi; dan
dan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan e. menanamkan rasa tanggungjawab
sosial lainnya. kepada anak.

Dengan tujuan diversi yang mulia


Dengan pengertian yang demikian, tersebut, maka dalam sistem peradilan
menurut penulis penerapan diversi pidana anak yang meliputi: (a)
sangatlah penting dalam proses penyidikan dan penuntutan pidana anak
penyelesaian perkara tindak pidana yang dilaksanakan sesuai dengan
yang dilakukan oleh anak-anak. Hal ini ketentuan peraturan perundang-
bertujuan untuk menemukan solusi undangan, kecuali ditentukan lain
atau jalan terbaik (win-win solution) dalam undang-undang ini; (b)
antara pelaku anak dengan korban. persidangan anak yang dilakukan oleh
Yang mana dalam diversi ini diharapkan pengadilan di lingkungan peradilan
dapat tercapainya keadilan baik bagi umum; (c) pembinaan, pembimbingan,
pelaku maupun korban. Keadilan yang pengawasan dan atau pendampingan
hendak dicapai disini adalah keadilan selama proses pelaksanaan pidana atau
yang bermartabat. Yaitu keadilan yang tindakan dan setelah menjalani pidana
memanusiakan manusia bukan saja atau tindakan, wajib di upayakan
terhadap pelaku namun juga terhadap diversi.7 Menurut Halim Parlindungan
korban. Hal ini sangatlah penting karena Harahap berpendapat bahwa ada empat
selama ini korban tindak pidana kurang landasan pemikiran bagi lahirnya diversi
mendapatkan rasa keadilan. Selain dalam sistem peradilan pidana anak di
bertujuan untuk mencapai keadilan Indonesia, yaitu:8

6
Hungama Anwari, ‘Justice for The Children: The Situation for Children in Conflict with the Law
in Afghanistan’ (UNICEF and AIHRC tanpa tahun) <http://www.unicef.org/media/files/
Juvenile_Detention_Study_engl.pdf> diakses 6 Agustus 2014.
7
lihat Pasal 5 ayat (2) dan (3) UU No. 11 Tahun 2012.
8
Halim Parlindungan Harahap, ‘Tinjauan Yuridis Sosiologis Terhadap Kebijakan Diversi Bagi
Anak Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak’
(2014) 3 Unnes Law Journal 10, 12-13.
2015] PENERAPAN DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK 7

1) landasan filosofis. tersebut menghendaki bahwa dalam


Dapat dikatakan Diversi selaras menetapkan peraturan badan-
dengan Nilai-nilai Pancasila oleh karena: badan pemerintah menempuh jalur
musyawarah, di samping itu juga
a) Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha perlu memper-timbangkan
Esa terdapat nilai Religiusitas dalam kehendak rakyat. Dalam
setiap ajaran agama di pengakomodiran diversi pada
Indonesia.Keterkaitan dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun
diversi maka dalam salah satu 2012 merupakan pencerminan dari
ajaran agama di Indonesia yaitu nilai-nilai masyarakat sebagaimana
Islam, dalam QS Asy-Syura (42):40 dijelaskan dalam naskah akademik
dan QS An Nur (24):44 yang pada Rancangan Undang-undang Sistem
intinya Allah menyukai setiap orang Peradilan Pidana Anak (RUU SPPA).
yang pemaaf dan berlapang dada
dalam menyikapi suatu kesalahan e) Dalam Sila Keadilan sosial bagi
atau kejahatan orang lain. Sehingga seluruh rakyat Indonesia. Diversi
di sini dengan penyelesaian secara dapat dikatakan adil bagi anak oleh
diversi maka terdapat kemungkinan karena diversi merupakan suatu
akan adanya nilai-nilai permaafan bentuk penanganan terhadap anak
dari korban karena penyelesaian yang bermasalah dengan hukum
diselesaikan dengan (ABH) yang berbeda dengan
memperioritaskan cara penanganan pelaku tindak pidana
musyawarah antar keluarga pelaku dewasa. Hal tersebut diakomodir
korban dan masyarakat. dalam Undang-undang oleh karena
pertimbangan akan kebutuhan
b) Dalam Sila Kemanusiaan yang adil
khusus anak.
dan beradab. Nilai Kemanusiaan
memiliki esensi bahwa manusia 2) landasan sosiologis.
diperlakukan sebagaimana Adanya faktor-faktor sosial penyebab
mestinya dengan tetap mnjunjung
anak melakukan tindak pidana seperti
tinggi HAM. Dalam konteks diversi
pengaruh globalisasi, perkembangan
yang diberlakukan bagi anak maka
IPTEK, bahkan faktor pengasuhan oleh
nilai HAM dari anak (ABH) berupa
keluarga serta pergaulan negatif, perlu
akses pendidikan dan akses
ditangani dengan melibatkan
pendampingan dari orang tua
komponen-komponen lingkungan sosial
sangat diperlukan, sehingga hal
seperti keluarga dan masyarakat.
tersebut merupakan wujud
Sehingga interaksi antara faktor sosial
keselarasan.
dan komponen sosial dapat dikatakan
c) Dalam Sila Persatuan Indonesia. sebagai paradigma penanganan secara
Nilai persatuan bermakna akan sosiologis bagi ABH.
rasa saling membutuhkan dan
3) landasan yuridis.
kebersamaan. Keterkaitan dengan
ide diversi yang berorientasikan Pasal 28 ayat (2) UUD 1945, Undang-
dengan model penyelesaian yang undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang
melibatkan berbagai pihak seperti HAM, Undang-undang Nomor 23
korban, pelaku beserta keluarganya Tahun2002 tentang Pengadilan Anak
dan masyarakat merupakan wujud yang dalam ketentuan-ketentuannya
kebersamaan sehingga diversi tetap mempertimbangkan aspek
dengan sila persatuan tidaklah perlindungan khusus bagi anak (ABH).
bertentangan melainkan wujud dari Jaminan akan bentuk-bentuk
realisasi sila tersebut. perlindungan terhadap Hak Asasi anak
tersebut juga dapat dikatakan sebagai
d) Dalam Sila Kerakyatan yang faktor pendorong pentingnya diversi
dipimpin oleh hikmat dalam diakomodir dalam suatu Undang-
kebijaksanaan permusyawaratan undang.
perwakilan. Bahwa kandungan sila
8 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

4) landasan Psikopolitik Masyarakat. pengulangan tindak pidana.


Diversi yang diakomodir dalam Konsekuensi dan implikasi logis
Undang-undang nomor 11 Tahun 2012
dimensi ini menimbulkan karakter
merupakan kehendak masyarakat. Hal
tersebut sesuai dengan aspirasi bahwa pembentuk undang-undang
masyarakat yang dijembatani Komisi III secara tidak langsung telah
DPR, sejumlah masukan terhadap
membangun polarisasi pemikiran
formulasi diversi diberikan oleh
sejumlah tokoh aparat penegak hukum ambiguitas dan sikap diskriminatif
(apgakkum), lembaga pemerhati anak, yaitu dengan cara menerapkan
dan masyarakat. Bentuk
perlakuan berbeda dalam
pengakomodiran tersebut dapat
dikatakan sesuai dengan konsep menangani anak yang berhadapan
pembentukan Undang-undang dalam dengan hukum. Seharusnya UU
Politik Hukum Pidana. SPPA menganut filosofis untuk
kepentingan terbaik bagi anak,
Meskipun pemilihan diversi seyogianya diversi dilakukan untuk
mempunyai banyak keuntungan, semua tindak pidana yang dilakukan
namun menurut Lilik Mulyadi, diversi oleh anak.9
juga menimbulkan beberapa
Dalam penerapannya diversi wajib
problematika dan implikasi, yaitu:
dilakukan dalam setiap sistem peradilan
a. berpotensi melanggar hak anak yang pidana, yaitu yang dimulai dari tingkat
berhadapan dengan hukum karena penyidikan di kepolisian, penuntutan di
pembentuk UU SPPA tidak mengatur kejaksaan dan persidangan di
secara eksplisit klausul “anak yang pengadilan. Hal ini sebagaimana
telah mengaku bersalah melakukan diamanatkan dalam Pasal 7 ayat (1) UU
tindak pidana/kejahatan”, sebagai No. 11 Tahun 2012, yang
salah satu syarat penentu atau mengamanatkan bahwa pada tingkat
pertimbangan untuk dilakukannya penyidikan, penuntutan, dan
diversi; pemeriksaan perkara anak di pengadilan
b. kewajiban pelaksanaan diversi negeri wajib diupayakan diversi. Adapun
senyatanya melanggar hak anak proses pelaksanaandiversi dalam setiap
atas asas praduga tidak bersalah tingkatan dalam sistem peradilan pidana
(asas presumption of innocence); anak adalah sebagai berikut:
c. kewajiban pelaksanaan diversi
melanggar hak anak atas peradilan 1. Diversi dalam tahap penyidikan di
yang adil dan tidak memihak (fair Kepolisian.
trail);
Landasan hukum bagi pelaksanaan
d. diversi hanya dilaksanakan dalam
diversi ditingkat penyidikan adalah Pasal
hal tindak pidana yang dilakukan
7 UU No. 11 Tahun 2012 yang mengatur
dengan ancaman pidana dibawah 7
bahwa pada tingkat penyidikan,
(tujuh) tahun dan bukan merupakan
penuntutan, dan pemeriksanaan

9
Lilik Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia (PT Alumni 2014) 39-40.
2015] PENERAPAN DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK 9

perkara anak di pengadilan negeri wajib adalah dalam waktu paling lama tiga
diupayakan diversi. Diberikannya hari sejak diterimanya kesepakatan
kewenangan kepada kepolisian selaku diversi. Penetapan tersebut disampaikan
penyidik untuk melakukan diversi dalam kepada pembimbing kemasyarakatan,
penyelesaian perkara tindak pidana penyidik, penuntut umum, atau hakim
yang dilakukan oleh anak lebih dalam waktu paling lama tiga hari sejak
didasarkan pada kedudukan kepolisian ditetapkan. Setelah menerima
sebagai lembaga penegak hukum yang penetapan dari pengadilan tersebut,
pertama dan langsung bersinggungan maka penyidik menerbitkan penetapan
dengan masyarakat, polisi pada penghentian penyidikan.
dasarnya mempunyai potensi yang
Diversi dinyatakan gagal, apabila
demikian besar untuk merubah kultur
dalam tahap penyidikan, penyidik gagal
masyarakat.10
dalam penerapan diversi dengan tidak
Proses diversi ditingkat penyidikan dicapainya kesepakatan damai antara
dimulai setelah menerima laporan polisi pihak pelaku dengan korban, maka
penyidik membuat surat untuk meminta penyidik atau kepolisian melimpahkan
saran tertulis dari petugas pembimbing kasus tersebut ke penuntut umum.
kemasyarakatan. Hasil penelitian Yaitu dengan cara penyidik
kemasyarakatan wajib diserahkan oleh melampirkan berita acara diversi dan
pembimbing kemasyarakatan kepada laporan hasil penelitian masyarakat dari
penyidik dalam waktu paling lama 3 x petugas pembimbing kemasyarakatan.
24 jam setelah permintaan penyidik
Ada beberapa keuntungan yang
diterima. Adapun penyidik mulai
akan diperoleh jika diversi dilakukan
mengupayakan diversi dalam waktu
pada tahap penyidikan oleh kepolisian,
paling lama tujuh hari setelah
yaitu:
penyidikan dimulai. Apabila pelaku
a. Kepolisian merupakan satu-
maupun korban setuju untuk dilakukan satunya lembaga penegak hukum
diversi maka polisi, pembimbing dalam sub sistem peradilan pidana
kemasyarakatan dan pekerja sosial yang mempunyai jaringan hingga
tingkat kecamatan. Dengan
memulai proses musyarawarah demikian, secara struktural
penyelesaian perkara dengan melibatkan lembaga kepolisian merupakan
pihak-pihak terkait. Proses musyawarah satu-satunya lembaga penegak
hukum yang paling dekat dan
tersebut dilaksanakan paling lama 30 paling mudah dijangkau oleh
(tiga puluh) hari setelah dimulainya masyarakat. Dengan potret
diversi. Setelah proses musyawarah kelembagaan yang demikian,
kepolisian merupakan lembaga
dilaksanakan maka penyidik membuat penegak hukum yang paling
berita acara proses diversi. memungkinkan untuk memiliki
Pengadilan mengeluarkan penetapan jaringan sampai di tingkat yang
paling bawah (tingkat desa). Salah
diversi sebagaimana dijelaskan diatas satu lembaga yang dibentuk oleh

10
Koeno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika oleh Anak
(UMM Press 2009) 111.
10 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

kepolisian pada tingkat desa/ penuntutan, dan pemeriksanaan


kelurahan adalah Badan Kemitraan
Polisi dan Masyarakat (BKPM).
perkara anak di pengadilan negeri wajib
diupayakan diversi.
b. Secara kuantitas aparat kepolisian
jauh lebih banyak dibandingkan Jaksa penuntut umum wajib
dengan aparat penegak hukum
yang lainnya, sekalipun juga
memperhatikan berkas perkara dari
disadari bahwa tidak setiap aparat kepolisian dan hasil penelitian
kepolisian mempunyai komitmen masyarakat yang telah dibuat oleh
untuk menangani tindak pidana
yang dilakukan oleh anak, tetapi
pembimbing kemasyarakatan serta
ketersediaan personil yang cukup kendala yang menghambat proses
memadai juga akan sangat diversi pada tingkat penyidikan. Untuk
membantu proses penyelesaian
tindak pidana yang dilakukan oleh
proses diversi, penuntut umum wajib
anak. mengupayakan diversi dalam waktu
c. Oleh karena lembaga kepolisian paling lama 7 (tujuh) hari setelah
merupakan aparat penegak hukum
pertama yang bergerak dalam
menerima berkas perkara dari penyidik.
proses peradilan pidana, maka Apabila pelaku dan korban setuju untuk
diversi di tingkat kepolisian dilakukan diversi maka penuntut
mempunyai makna memberikan
jaminan kepada anak untuk sedini
umum, Pembimbing Kemasyarakatan
mungkin dihindarkan dari dan pekerja sosial memulai proses
bersinggungan dengan proses diversi penyelesaian perkara dengan
peradilan pidana. Dengan demikian,
dampak negatif akibat anak
melibatkan pihak terkait. Proses diversi
bersinggungan dengan aparat tersebut dilaksanakan paling lama
penegak hukum dapat selama tiga puluh hari. Setelah proses
diminimalisir.11
diversi tersebut terlaksana, maka
penuntut umum membuat berita acara
2. Diversi dalam tahap penuntutan di
proses diversi.
Kejaksaan.
Sebagaimana dengan berita acara
Diversi di tingkat penuntutan
yang dibuat oleh penyidik, berita acara
dilakukan setelah jaksa menerima
proses diversi ditingkat penuntutan
berkas dari polisi. Pelimpahan berkas ke
berbentuk dua macam yaitu (1) diversi
kejaksaan ini dilakukan karena proses
berhasil; atau (2) diversi gagal. Diversi
diversi di tingkat penyidikan oleh polisi
di tingkat penuntutan dikatakan
mengalami kegagalan dengan tidak
berhasil apabila para pihak mencapai
dicapainya kesepakatan antara pelaku
kesepakatan, dan hasil kesepakatan
(anak) dengan korban. Dengan tidak
tersebut dituangkan dalam bentuk
adanya kesepakatan tersebut maka
kesepakatan diversi. Selanjutnya setelah
jaksa wajib melakukan proses diversi.
terjadi kesepakatan, Pengadilan
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
mengeluarkan penetapan diversi dalam
7 UU No. 11/2012 yang mengatur
waktu paling lama tiga hari terhitung
bahwa pada tingkat penyidikan,
sejak diterimanya kesepakatan diversi.

11
Ibid. 112-113.
2015] PENERAPAN DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK 11

Penetapan tersebut disampaikan kepada Pekerja sosial memulai proses diversi


pembimbing kemasyarakatan, penuntut penyelesaian perkara dengan melibatkan
umum, atau hakim paling lama tiga hari pihak-pihak yang terkait (pelaku (anak),
sejak ditetapkan. Setelah menerima korban, keluarga, masyarakat, tokoh
penetapan tersebut penuntut umum masyarakat, maupun pihak-pihak lain
menerbitkan penetapan penghentian yang terkait). Proses diversi tersebut
penuntutan. dilakukan diruang mediasi pengadilan
negeri. Setelah proses diversi tersebut
Sementara itu diversi ditingkat
selesai, maka selanjutnya hakim
penuntutan dikatakan gagal apabila
membuat berita acara proses diversi.
tidak terjadi kesepakatan bersama
antara pelaku dan korban. Apabila Berita acara proses diversi yang
dalam hal diversi gagal, Penuntut Umum dibuat oleh hakim pengadilan negeri
wajib menyampaikan berita acara diversi dapat berbentuk dua macam yaitu
dan melimpahkan perkara ke pengadilan diversi berhasil dan diversi gagal. Proses
dengan melampirkan laporan hasil diversi dikatakan berhasil apabila para
penelitian kemasyarakatan.12 pihak telah mencapai kesepakatan dan
hasil kesepakatan tersebut dituangkan
3. Diversi dalam tahap di pengadilan. dalam bentuk kesepakatan diversi. Hasil
kesepakatan diversi beserta berita acara
Proses diversi dalam proses di
diversi tersebut disampaikan kepada
pengadilan dilaksanakan apabila dalam
ketua pengadilan negeri untuk
proses diversi ditingkat penuntutan di
dibuatkan penetapan. Penetapan yang
kejaksanaan mengalami kegagalan
dibuat oleh ketua pengadilan negeri
karena tidak tercapainya kesepatakan
dikeluarkan paling lama 3 (tiga) hari
antara pelaku (anak) dengan korban.
terhitung sejak diterimanya kesepakatan
Setelah menerimba berkas dari jaksa
diversi. Penetapan tersebut disampaikan
penuntut umum, selanjutnya Ketua
kepada pembimbing kemasyarakatan
pengadilan negeri wajib menetapkan
dan hakim yang menangani perkara
hakim atau majelis hakim untuk
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
menangani perkara anak paling lama 3
sejak ditetapkan. Dengan disepakatinya
(tiga hari setelah menerima berkas
diversi tersebut, maka hakim membuat
perkara. Hakim yang telah ditetapkan
penetapan penghentian persidangan
oleh ketua Pengadilan Negeri tersebut
terhadap perkara anak tersebut.
wajib mengupayakan proses diversi
paling lama 7 (tujuh) hari setelah Diversi ditingkat pengadilan
penetapan tersebut. dikatakan gagal apabila tidak
tercapainya kesepatakan antara pihak
Dalam proses diversi di tingkat
pelaku (anak) dan korban. Dengan
pengadilan tersebut, maka hakim,
gagalnya diversi tersebut, maka perkara
Pembimbing Kemasyarakatan dan
dilanjutkan ke tahap persidangan. Yang
12
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana
Anak (UU SPPA) (Sinar Grafika 2013) 60.
12 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

selanjutnya hakim melanjutkan Yang mana dalam diversi ini diharapkan


persidangan sesuai dengan prosedur dapat tercapainya keadilan baik bagi
persidangan untuk anak, sebagaimana pelaku maupun korban. Keadilan yang
diatur dalam UU No. 11/2012. hendak dicapai disini adalah keadilan
Meskipun proses diversi dalam yang bermartabat. Yaitu keadilan yang
sistem peradilan pidana anak memanusiakan manusia bukan saja
merupakan kewajiban yang harus terhadap pelaku namun juga terhadap
dilaksanakan di dalam setiap tingkatan, korban. Hal ini sangatlah penting karena
namun tidak semua tindak pidana yang selama ini korban tindak pidana kurang
dilakukan oleh anak-anak dapat mendapatkan rasa keadilan. Meskipun
dilakukan proses diversi. Yang dapat demikian, diversi tidak dapat diterapkan
dilakukan proses diversi hanyalah kesemua tindak pidana. Diversi hanya
tindak pidana anak yang diancam dapat diterapkan dalam tindak pidana
pidana penjara kurang dari 7 (tujuh) yang dilakukan oleh anak-anak dengan
tahun dan bukan merupakan ancaman pidana tidak lebih dari tujuh
pengulangan tindak pidana. Hal ini tahun dan bukan merupakan
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat pengulangan tindak pidana (residive).
(2) UU No. 11/2012 yang mengatur Dalam sistem peradilan pidana anak,
bahwa: diversi sebagaimana dimaksud penerapan diversi merupakan suatu
pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal kewajiban bagi aparat penegak hukum
tindak pidana yang dilakukan: a) yang dimulai dari tahap penyidikan,
diancam dengan pidana penjara penuntutan dan pemeriksaan di
dibawah 7 (tujuh) tahun; dan b) bukan pengadilan.
merupakan pengulangan pidana
(residive).

PENUTUP
DAFTAR BACAAN
Diversi merupakan hal yang baru
Adi, Koen, Diversi Sebagai Upaya
dalam sistem peradilan pidana di
Alternatif Penanggulangan Tindak
Indonesia. Diversi merupakan
Pidana Narkotika Oleh Anak (UMM
penyelesaian diluar pengadilan. Diversi
Press Malang 2009).
sangat penting bagi perkembangan
sistem peradilan di Indonesia, hal ini
Djamil, M. Nasir, Anak Bukan Untuk
dikarenakan dengan diterapkannya
Dihukum Catatan Pembahasan UU
diversi dalam peradilan di Indonesia
Sistem Peradilan Pidana Anak (UU
maka diharapkan akan mengurangi
SPPA) (Sinar Grafika 2013).
beban pemeriksaan perkara di
Pengadilan. Proses diversi juga Mulyadi, Lilik, Wajah Sistem Peradilan
bertujuan untuk menemukan solusi Pidana Anak Indonesia (Alumni
atau jalan terbaik (win-win solution) Bandung 2014).
antara pelaku anak dengan korban.
2015] PENERAPAN DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK 13

Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni


Made Martini Tinduk, Analisa Situasi
Sistem Peradilan Pidana Anak
(Juvenile Justice System) di Indonesia
(UNICEF Indonesia 2003).

Jurnal

Alkostar, Artidjo, Artidjo Alkostar,


‘Restorative Justice’ (2007) Varia
Peradilan 1.

Harahap, Halim Parlindungan, ‘Tinjauan


Yuridis Sosiologis Terhadap
Kebijakan Diversi Bagi Anak Dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak’ (2014) 3 Unnes Law
Journal 10.

Internet

Henkes, Barbara, ’The Role of Education


in Juvenile Justice in Eastern
Europe and The Former Soviet
Union’ (2000) Constitutional & Legal
Policy Institute, Hungary http://
childhub.org/sites/default/files/
library/attachments/
347_410_EN_original_1.pdf

Lain-lain

Anwari, Hangama, ‘Justice for The


Children: The Situation for Children
in Conflict with the Law in
Afghanistan’ (UNICEF dan AIHRC
tanpa tahun).
14 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

Anda mungkin juga menyukai