Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK


BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MUARA
BULIAN NOMOR 5/Pid.Sus.Anak/2018/PN. Mbn
A. Kasus Posisi

1. Identitas Terdakwa

Nama : Anak

Tempat Lahir : Desa Pulau Muara (Tembesi)

Umur/Tanggal lahir : 15 Tahun / 6 September 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Rt. 04 Dusun Ilir Desa Pulau Kecamatan Muara

Tembesi, Kabupaten Batang Hari

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Di dalam kata “sistem peradilan pidana anak” terkandung unsur sistem

peradilan pidana dan unsur anak. Kata “anak” dalam kata “sistem peradilan pidana

anak” mesti dicantumkan, karena untuk membedakan dengan sistem peradilan pidana

dewasa, sehingga sistem peradilan pidana anak adalah sistem peradilan pidana bagi

anak. Anak dalam sistem peradilan pidana anak adalah anak yang berkonflik dengan

hukum.

1
Sependapat dengan Mardjono Reksodiputro, hambatan dari kerangka

keadilan pidana adalah, “Kerangka pengendalian pelanggaran terdiri dari polisi,

kejaksaan, pengadilan dan pengajaran remedial. Sementara itu, Barda Nawawi Arief

menjelaskan bahwa kerangka keadilan pidana pada dasarnya tidak dapat dibedakan

dengan kerangka kewenangan hukum pidana, atau kerangka pengendalian hukum

dalam kerangka hukum pidana.

Bidang hukum pidana. Sistem hukum/kerangka kewenangan hukum pidana

atau kerangka pengawasan peradilan dalam bidang hukum pidana, dikoordinasikan

dan diaktualisasikan dalam 4 (empat) subsistem pengawasan, yaitu pengawasan

penyidikan, pengawasan penuntutan, mengadili/melakukan pengawasan pidana, dan

eksekusi pidana. /kekuatan implementasi. Sebagai kerangka pengesahan hukum

pidana, di dalam kerangka hukum tersebut terdapat sudut pandang kerangka

persyaratan hukum pidana kain, sudut pandang hukum pidana formil dan sudut

pandang kerangka pengesahan hukum untuk mengaktualisasikan hukum pidana.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Kerangka Pemerataan Pidana

Remaja, sudah ditentukan.1

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Kerangka

Pemerataan Pidana Remaja, dicirikan bahwa kerangka pemerataan pidana remaja itu

sendiri merupakan keseluruhan penanganan perkara anak yang berhadapan dengan

hukum, mulai dari penyidikan sampai penyusunan arahan setelahnya. melayani

1
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative
Justice), PT. Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 16.

2
kesalahan. Soerjono Soekanto memberikan pengertian tentang sistem peradilan

pidana adalah, “Bisa jadi suatu keseluruhan yang digantungkan yang terdiri dari

komponen-komponen yang praktis saling terkait". Mardjono Reksodiputro

mencirikan kerangka keadilan pidana sebagai kerangka pengendalian perbuatan yang

terdiri dari, "Kepolisian mengajar, kejaksaan, pengadilan dan lembaga

pemasyarakatan bagi terpidana, dengan tujuan mengantisipasi individu menjadi

korban kesalahan, menanggulangi pelanggaran yang terjadi sehingga individu

terpenuhi bahwa keadilan telah dilayani dan mereka yang tercela ditolak, dan

membuat tanpa keraguan bahwa mereka yang telah melakukan pelanggaran tidak

mengulangi kejahatan mereka.”

Gordon Bazemore mengungkapkan bahwa tujuan kerangka keadilan

kriminal remaja (SPPA) beragam, tergantung pada pandangan dunia kerangka

keadilan kriminal remaja yang dianut. Ada tiga standar keadilan remaja yang

terkenal, yaitu penekanannya pada persoalan yang dihadapi pelaku, bukan pada

tindakan/kerugian yang ditimbulkan. Kewajiban ini terletak pada kewajiban sistem

dalam keinginan berkumpul para seniman pertunjukan.

Ketidaknyamanan sanksi dalam kerangka keadilan kriminal remaja dengan

pandangan dunia kemajuan seseorang tidak signifikan, kebetulan dan pada umumnya

tidak pantas. Pencapaian tujuan sanksi tersebut ditonjolkan dalam petunjuk-petunjuk

yang berkaitan dengan apakah pelakunya harus diakui, apakah pelakunya telah

dimintai keterangan untuk dikembangkan dalam program pembinaan yang tidak

lazim dan sejauh mana program tersebut dapat diselesaikan. Keputusan tersebut

3
ditekankan pada perintah untuk menyediakan program untuk pengobatan dan

administrasi.

Yang paling utama adalah pada pembedaan perpetra Paradigma Retributif

Ditentukan pada saat pelaku telah dijatuhi pidana. Tujaun penjatuhan sanksi tercapai

dilihat dengan kenyataan apakah pelaku telah dijatuhi pidana dan dengan pemidanaan

yang tepat, pasti, setimpal serta adil. Bentuk pemidanaan berupa penyekapan,

pengawasan elektronik, sanksi punitive, denda dan fee. untuk menciptakan

perlindungan masyarakat dilakukan dengan pengawasan sebagai strategi terbaik,

seperti penahanan, penyekapan, dan pengawasan elektronik. Keberhasilan

perlindungan masyarakat dengan dilihat pada keadaan apakah pelaku telah ditahan,

apakah residivis berkurang dengan pencegahan atau penahanan.

Ada kecurigaan dalam kerangka keadilan kriminal remaja dengan pandangan

yang bermanfaat, bahwa dalam mencapai tujuan memaksa sanksi, korban termasuk

untuk memiliki hak untuk secara efektif dimasukkan ke dalam pegangan hukum.

Petunjuk untuk mencapai tujuan sanksi pemaksaan dilakukan dengan melihat apakah

korban telah pulih kembali, pemenuhan korban, jumlah remunerasi, kesadaran pelaku

terhadap kegiatannya, jumlah kesepakatan perbaikan yang dibuat, kualitas

administrasi kerja dan umumnya mempersiapkan itu terjadi.

Bentuk sanksinya adalah ganti rugi, syafaat bagi pelaku korban, administrasi

korban, pembinaan masyarakat, koordinasi administrasi terhadap korban atau denda

perbaikan. Dalam pemaksaan sanksi, secara efektif mengikutsertakan pelaku, korban,

masyarakat dan aparat hukum. Pelaku bekerja secara efektif untuk memulihkan

4
kemalangan korban, dan tawar-menawar dengan korban/agen korban. Korban bersifat

dinamis di semua tahap metode dan akan membantu dalam memutuskan dilaksanakan

berdasarkan asas 2

Pemeriksaan di pengadilan anak pada awalnya dilakukan oleh hakim

tunggal, tetapi dalam menganalisis kasus-kasus anak dengan pelanggaran yang dapat

dipidana dengan penahanan selama tujuh tahun atau lebih, sulit untuk

membuktikannya dilakukan oleh majelis hakim. hakim. Hakim dalam memeriksa

perkara anak dalam sidang anak diumumkan secara tertutup, tetapi untuk dibacakan

putusannya. Hakim wajib mengatur orang tua/wali atau pendamping atau pemberi

bantuan hukum lainnya; dalam hal wali, penjaga gerbang atau penjaga gerbang tidak

hadir, persidangan dapat dilanjutkan dengan didampingi oleh seorang advokat atau

penyedia bantuan lain yang sah dan/atau penasihat komunitas. Hakim beberapa waktu

belakangan ini membuat suatu pilihan memberi kesempatan kepada orang

tua/wali/pendamping untuk menunjukkan hal-hal yang berguna bagi anak, maka pada

saat membaca dengan teliti pilihan pengadilan itu dilakukan dalam sidang terbuka.

dan tidak boleh dibawa pergi oleh anak. Anak yang berumur 14 tahun ke atas dapat

dijatuhi hukuman yang berbeda.

Jika dalam undang-undang dasar seorang anak yang berselisih dengan

hukum dilanggar dengan disiplin gabungan berupa penahanan dan denda, denda

tersebut dapat diganti dengan pekerjaan persiapan minimal 3 bulan dan paling lama 1

tahun. . Disiplin untuk membatasi kebebasan yang dikenakan pada anak mungkin

2
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafik, Jakarta, 2013, hal. 80.

5
merupakan pemenjaraan terberat dari pemenjaraan paling ekstrem yang melemahkan

orang dewasa (Pasal 79 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2012 tentang Kerangka Pemerataan Pidana Remaja), sedangkan pengaturan paling

tidak biasa untuk penahanan tidak berlaku untuk anak-anak. (Pasal 79 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Pemerataan

Pidana Remaja). Penahanan anak dalam perjuangan yang sah diatur di Lembaga

Penampungan Ringkas Anak (LPAS), sedangkan tempat anak menjalani masa

pidananya ditempatkan di Lembaga Pendirian Umum Anak (LPKA). Maka tempat

dimana anak-anak mendapatkan administrasi sosial adalah di Organisasi

Kesejahteraan Sosial.

B. Fakta Persidangan Dan Putusan Pengadilan Negeri Muara


Bulian 5/Pid.Sus.Anak/2018/PN. Mbn

1. Kronologi Penemuan Mayat Bayi

2. Anak tersebut mengakhiri kehamilan sebelum waktunya pada hari Selasa, 22

Mei 2018 pukul 18.00 WIB di rumah milik anak dalam kamar di RT 04

Dusun II Kota Pulau Pulau Muara Tembesi Peraturan Batang Hari, anak

melakukan ini karena takut dipindahkan dari rumah, pada saat Asmara Dewi )

mengetahui bahwa anak tersebut sedang hamil. Bahwa ayah dari bayi tersebut

adalah saudara kandung yang lebih kawakan dari anak tersebut, hubungan

seksual primer terjadi di rumah pada bulan September 2017 dan telah terjadi 9

6
(sembilan) kali hubungan seksual. Kerabat si anak terus menerus melemahkan

untuk memukul si anak, kalau-kalau si anak tidak perlu berhubungan seks.

Sore hari tanggal 22 Mei 2018, Asmara Dewi fair pulang dari pemotongan

karet, Anak mengatakan bahwa perut Anak terluka karena rintangan tersebut,

Asmara Dewi menyuruh Anak untuk mengoleskan minyak angin ke perut

Anak, karena Anak masih mengeluh perutnya masih sakit , Asmara Dewi

memberi Anak, minum saripati kunyit, setelah minum zat kunyit, anak itu

sekali lagi mengoleskan minyak angin pada perutnya dan meremas perutnya.

3. Fakta Yang Ditemukan Dalam Persidangan

a. Bahwa Anak menggugurkan Kandungannya dan membuang bayi tersebut hingga

akhirnya mayat bayi tersebut ditemukan warga

b. Bahwa Anak Menggugurkan kandungan pada selasa 22 Mei 2018 di rumah anak

sendiri tepatnya di dalam kamar di RT 04 Desa Pulau Kecamatan Muara

Tembesi Kabupaten Batang Hari

c. Bahwa Anak melakukan perbuatan tersebut karena takut diusir dari rumah, jika

Ibu anak saksi Asmara Dewi mengetahui anak hamil

d. Bahwa Ayah dari bayi tersebut adalah Kakak Kandung anak yaitu Anak Saksi

e. Bahwa Anak Saksi melakukan persetubuhan dengan Anak pertama Kali bulan

september 2017 di rumah anak saksi dan juga merupakan rumah anak di RT 04

Desa Pulau Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari

f. Anak Saksi menyetubuhi anak sudah 9 (sembilan) kali

7
g. Bahwa Anak Saksi melakukan ancaman pada anak setiap hendak menyetubuhi

anak dengan mengancam saksi akan memukul anak.

h. Bahwa Saksi Asmara Dewi tidak ada ikut membantu menggugurkan kandungan

anak

i. Bahwa Saksi Asmara Dewi ada memberikan ramuan sari pati kunyit tetapi

tujuannya bukan untuk menggugurkan kandungan anak, melainkan

memperlancar halangan (datang bulan)

3. Putusan Pengadilan

a. Menyatakan Anak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana Aborsi

b. Menjatuhkan pidana penjara kepada anak selama 6 (enam) bulan dan pelatihan

kerja selama 3 (tiga) bulan

c. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani oleh

anak, dikurangkan keseluruhan dari pidana yang dijatuhkan

d. Menetapkan anak tetap berada dalam tahanan

e. Menetapkan barang bukti berupa:

1. buah jilbab segi empat warna putih

2. 1 buah telapak meja warna coklat

a) Analisis Posisi Kasus

a. Kronologi Perkara

Nama : Anak

8
Tempat Lahir : Desa Pulau Muara (Tembesi)

Umur/tanggal lahir : 15 Tahun/ 6 September 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Rt. 04 Dusun Ilir Desa Pulau Kecamatan

Muara Tembesi, Kabupaten Batang Hari

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Berawal pada hari selasa tanggal 22 Mei 2018 sekira pukul 15.00 Wib Anak

di rumahnya tepatnya Rt.04 Dusun Ilir Desa Pulau Kec. Muara Tembesi Kab.

Batanghari Anak mengatakan kepada ibunya saudari ASMARA DEWI Binti

SULAIMAN “PERUT AKU SAKIT MAK” kemudian dijawab oleh ibunya “GOSOK

MINYAK ANGIN KE PERUT KAU TU” selanjutnya Anak langsung masuk ke

kamarnya untuk berbaring, selanjutnya setelah itu sekira pukul 16.30 saudari

ASMARA DEWI Binti SULAIMAN mendatangi Anak menanyakan kondisinya

dengan mengatakan “MASIH SAKIT DAK PERUT TU” dan dijawab oleh anak

“SAKIT LAH MAK EH” mendengar hal tersebut saudari ASMARA DEWI Binti

SULAIMAN langsung berpikir bahwa ini reaksi dari janin yang berada di dalam

kandungan Anak, selanjutnya saudari ASMARA DEWI membuatkan sari pati kunyit

agar janin yang ada di dalam kandungan Anak itu gugur kemudian setelah itu saudari

ASMARA DEWI langsung memberikan minuman tersebut kepada Anak, selanjutnya

sekitar 1 (satu) jam kemudian setalah Anak meminum sari pati kuyit tersebut.

9
b. Dakwaan

Dalam Putusan Nomor 5/Pid.Sus.Anak/2018/PN.MBn Jaksa Penuntut

Umum mendakwakan dengan surat dakwaan tunggal, yaitu sebagai berikut :

melanggar Pasal 77 Ayat (1) Jo Pasal 45 A Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2014 tentang Perubahan UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang

unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

a. Setiap orang;

Surat Dakwaan dan berdasarkan bukti surat berupa Akta Kelahiran atas nama

Anak, yang dikeluarkan oleh Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Batang Hari, yang lahir di Desa Pulau pada tanggal 6 September

2002, anak ke dua, jenis kelamin perempuan, dari suami-isteri Efendi-Asmara

Dewi dikategorikan sebagai Anak dan Anak di persidangan dapat menjawab

setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya maka dipandang sebagai pihak

yang diminta untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, dimana

tujuan unsur ini adalah untuk menghindari kekeliruan atas diri orang/pelaku.

b. Dengan sengaja melakukan aborsi terhadap anak yang masih dalam

kandungan;

Fakta hukum tersebut terlihat adanya perbuatan Anak dengan sengaja ingin

menyembunyikan keadaan atau kondisi kehamilan Anak, adanya perbuatan

Anak yang sengaja mengurut-urut perutnya sampai keluarnya bayi dan Anak

juga dengan sengaja menyembunyikan kondisi pada saat dan setelah Anak

10
melahirkan bayi sampai dengan bayi tersebut meninggal dunia, sehingga

Majelis Hakim berpendapat perbuatan tersebut dapat dikategorikan

sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian aborsi atau pengguguran

kandungan yaitu berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus)

atau embrio sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar

rahim, sehingga mengakibatkan kematian bayi tersebut, meskipun sebenarnya

Anak masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan nyawa bayi tersebut

yaitu pada saat Ibu si Anak (Saksi Asrama Dewi) curiga akan kehamilan Anak

dan membujuk Anak untuk memeriksakan kesehatan Anak ke dokter akan

tetapi Anak menolak bahkan sampai bayi lahir pun Anak masih memiliki

kesempatan untuk menyelamatkan bayinya, sehingga keadaan tersebut telah

memenuhi keadaan yang dimaksud dengan unsur ini.

c. dengan alasan dan tata cara yang tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan;

fakta yang terungkap di persidangan, Anak telah disetubuhi oleh Anak Saksi

sekira bulan September tahun 2017 dan Anak melakukan perbuatan

sebagaimana yang didakwakan pada bulan Mei tahun 2018 sehingga Majelis

Hakim berpendapat usia kehamilan Anak sudah melewati usia 40 (empat

puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir dan dalam persidangan

juga tidak ditemukan fakta pendukung adanya kedaruratan medis sebagaimana

telah diuraikan di atas sehingga Majelis Hakim berpendapat perbuatan Anak

dilakukan dengan alasan dan tata cara yang tidak dibenarkan oleh ketentuan

11
peraturan perundang-undangan sehingga keadaan tersebut telah memenuhi

keadaan yang dimaksud dalam unsur ini;

a) Bahwa Anak dihadirkan pada persidangan ini karena telah menggugurkan

kandungan Anak dan Anak membuang bayi tersebut hingga akhirnya

mayat bayi tersebut ditemukan warga pada hari Rabu tanggal 30 Mei

2018 di RT 04 Desa Pulau Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari;

b) Bahwa Anak menggugurkan kandungan pada hari Selasa tanggal 22 Mei

2018 pukul 18.00 WIB di rumah Anak sendiri tepatnya di dalam kamar di

Rt.04 Dusun Ilir Desa Pulau Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batang Hari;

c) Bahwa Anak melakukan perbuatan tersebut karena Anak takut diusir dari

rumah jika ibu Anak yaitu Saksi Asmara Dewi mengetahui bahwa Anak

hamil;

d) Bahwa Ayah dari bayi tersebut adalah kakak kandung Anak yaitu Anak

Saksi;

e) Bahwa Anak Saksi melakukan persetubuhan dengan Anak pertama

kalinya pada bulan September tahun 2017 di rumah Anak Saksi yang juga

merupakan rumah Anak tepatnya

f) Bahwa Anak Saksi ada melakukan ancaman pada Anak setiap hendak

menyetubuhi Anak dengan mengancam Anak Saksi akan memukul Anak;

12
g) Bahwa ibu yaitu Saksi Asmara Dewi tidak ikut membantu menggugurkan

kandungan tersebut;

h) Bahwa Saksi Asmara Dewi ada memberikan ramuan sari pati kunyit

dicampur garam tetapi tujuannya bukan untuk menggugurkan kandungan

melainkan untuk memperlancar halangan (datang bulan);

i) Bahwa pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2018 sekira sore hari saat Saksi

Asmara Dewi baru pulang dari memotong karet, Anak berkata pada Saksi

2. Pertimbangan Hakim

Perbuatan Anak tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 77 A ayat (1) Jo pasal 45A Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang

perubahan Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Jo.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana; Menimbang, bahwa terhadap Dakwaan Penuntut

Umum tersebut, Anak dan Penasihat Hukum Anak tidak mengajukan

keberatan/eksepsi Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut

Umum telah mengajukan para Saksi sebagai berikut, Saksi Asmara Dewi binti

Sulaiman, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a. Bahwa Saksi merupakan ibu kandung Anak;

b. Bahwa menurut Saksi, sekitar bulan Maret 2018, Anak pernah mengeluh sakit

perut dan Saksi ingin mengajak Anak berobat ke dokter tapi Anak tidak mau, lalu

Saksi memberi sari pati kunyit yang dicampur dengan garam untuk diminum oleh

Anak agar sakit perutnya berkurang;

13
c. Bahwa pada tanggal 30 Mei 2018 Saksi dan Anak diperiksa oleh polisi berkaitan

dengan adanya penemuan mayat bayi di dekat rumah Saksi di Rt.04 Desa Pulau

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari selanjutnya setelah diperiksa

petugas polisi Anak mengakui bahwa mayat tersebut adalah bayi dari Anak dan

ayah bayi tersebut adalah Anak Saksi yang merupakan kakak kandung Anak

yang juga merupakan anak kandung Saksi;

d. Bahwa berdasarkan pengakuan Anak saat diperiksa polisi, Anak menggugurkan

kandungannya tersebut pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2018 sekira pukul 18.00

WIB tepatnya di rumah Saksi di Rt.04 Dusun Ilir Desa Pulau Kecamatan Muara

Tembesi Kabupaten Batang Hari;

e. Bahwa Saksi tidak ikut membantu Anak mengugurkan kandungannya;

f. Bahwa Saksi membantah keterangan Saksi dalam Berita Acara Penyidik

mengenai bahwa Saksi mengakui telah membantu anak untuk melakukan aborsi

dengan cara memberi Anak minum sari pati kunyit yang dicampur garam lalu

Saksi mengurut perut Anak hingga kepala bayi tersebut keluar lalu Saksi menarik

bayi hingga keluar, keterangan tersebut tidak benar bahwa Saksi membantu Anak

melakukan Aborsi, Saksi menandatangani BAP tersebut karena dipaksa Penyidik

kepolisian;

g. Bahwa pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2018 sepulang dari motong karet, Anak

menemui Saksi dan berkata perutnya sakit karena sedang halangan (datang

bulan) kemudian Saksi menyuruh anak menggosok perutnya dengan minyak

angin, beberapa saat kemudian atas pertanyaan dari Saksi, Anak mengatakan

14
bahwa perutnya masih sakit, lalu Saksi pergi mencari sari pati kunyit dan

menyuruh Anak meminum sari pati kunyit yang telah dicampur garam tersebut,

Setelah itu pada tanggal 30 Mei 2018 Saksi diperiksa atas penemuan mayat bayi

dan Saksi dipaksa mengakui membantu Anak menggugurkan bayi tersebut;

h. Bahwa Saksi menyuruh Anak minum sari pati kunyit yang telah dicampur garam

untuk memperlancar halangan (datang bulan) Anak, karena sebelumnya Anak

mengatakan sakit perut karena sedang halangan (datang bulan);

i. Bahwa Saksi tidak ada mengurut perut Anak seperti yang tertulis dalam BAP

kepolisian;

j. Bahwa saat memberi sari pati kunyit yang dicampur garam tersebut Saksi tidak

mengetahui Anak sedang dalam keadaan hamil;

k. Bahwa pada tanggal 18 Maret 2018 Saksi merasa curiga dengan kondisi Anak

yang saat itu wajahnya dalam keadaan pucat lalu Saksi mengajak Anak ke dokter

tapi Anak menolak, lalu Saksi bertanya pada Anak “Kau ni hamil?” tetapi Anak

tidak mengakuinya dengan berkata “Dak mak, aku tiap bulan halangan”;

l. Bahwa Anak tetap tidak mau dibawa berobat ke dokter;

m. Bahwa Saksi ada mengatakan pada Anak bahwa Saksi akan mengusir Anak dari

rumah daripada membuat malu keluarga, akan tetapi Anak tetap tidak mengakui

bahwa dirinya sedang hamil;

n. Bahwa Saksi tidak mengetahui saat Anak melahirkan;

o. Bahwa Saksi tidak ikut membantu Anak membuang bayi tersebut;

p. Bahwa Saksi tidak mengetahui Anak membuang bayi tersebut;

15
q. Bahwa Anak pernah diperiksa di rumah sakit untuk mengatahui apa benar Anak

pernah melahirkan karena sebelumnya Anak tidak mengakui bahwa dirinya

pernah melahirkan dan setelah diperiksa di rumah sakit ternyata hasilnya Anak

pernah melahirkan;

r. Bahwa Saksi tinggal bersama Anak, Anak Saksi dan anak bungsu yang bernama

Mustika Ayu

s. Bahwa Saksi sudah bercerai dengan suami atau bapak Anak;

C. Analisis dan Pendapat Penulis Dalam Putusan Nomor

5/Pid.Sus.Anak/2018/PN.MBn

Analisis dan pendapat penulis bahwa Penulis Tidak Setuju dengan Putusan

yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian Stabat karena

dari apa yang diuraikan penulis sebagaimana dalam pertimbangan Hakim Pengadilan

Negeri Muara Bulian tersebut di atas, dimana Putusan Pengadilan Negeri Muara

Bulian tersebut harus dikritisi, karena supremasi hukum tidak hanya ditegakkan

dengan asas kepastian hukum semata, tetapi juga ada asas keadilan dan asas

kemanfaatan. Prof. Edie O Hariej (pakar hukum pidana UGM) pernah memaparkan

bahwa tiga ide dasar atau asas supremasi hukum, yakni kepastian, keadilan, dan

kemanfaatan, sulit dibuat oleh hakim bernilai 30+30+30. Menurut Prof. Edie O

Hariej, bisa jadi seorang hakim mengabaikan atau mengurangi kepastian hukum,

namun mementingkan asas kemanfaatan.

Vonis yang diberikan hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian Jambi yang

menjatuhkan hukuman penjara pada anak perempuan korban perkosaan itu

16
merupakan keputusan yang tidak ada asas manfaatnya. Korban masih berusia sangat

muda, 15 tahun, dimana masih mempunyai masa depan yang sangat panjang. Putusan

PN Muara Bulian yang menjatuhkan vonis 6 bulan penjara kepadanya membuat dia

menderita secara mental.

Unsur barangsiapa dalam Pasal ini adalah setiap orang yang dapat

bertanggungjawab atas perbuatannya dan tidak termasuk dalam alasan pemaaf. 3

Alasan pemaaf adalah alasan yang dapat membuat seseorang lepas dari jerat pidana

karena faktor gangguan jiwa dan tidak dapat mempertanggungjawabkan

perbuatannya.4

Alasan pembenar adalah alasan yang meniadakan sifat melawan hukum

suatu perbuatan. Macam-macam alasan pembenar menurut Ahmad Sarto adalah,

“Adanya daya paksa (overmacht) sesuai Pasal 48 KUHP, pembelaan terpaksa

(noodweer) dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP, menjalankan perintah undang-undang

dalam Pasal 50 KUHP, dan menjalankan perintah jabatan sesuai Pasal 51 ayat (1)

KUHP”.5

Unsur barangsiapa yang dimaksud dalam Pasal ini adalah orang atau

badan hukum yang bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tidak termasuk

dalam alasan pemaaf dan pembenar. Orang adalah manusia. Manusia mempunyai hak

dan kewajiban dalam hukum. Hak manusia menurut Pasal 28 D ayat (1) Undang-
3
R. Sugandhi, KUHP: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Berikut Penjelasannya,
Grafindo Mediatama, Jakarta, 2013, hal. 91.
4
Pasal 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan
Hukum Pidana
5
Zuleha, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Deepublish, Jakarta, 2017, hal. 37.

17
Undang Dasar Tahun 1945 adalah, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan

perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

hukum”.

Kewajiban adalah suatu hal yang harus dilakukan sebelum mengambil

hak, sedangkan Kewajiban Warga Negara yaitu melakukan suatu kewajiban atau

perintah kita sesuai dengan hukum yang berlaku dan berdasarkan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945. Saat ini masih banyak warga negara yang lalai dalam tanggung

jawabnya sebagai warga negara sehingga menjadi hambatan suatu negara untuk maju

dan lebih baik.

Unsur dengan sengaja memiliki arti bahwa pelaku baik orang ataupun

badan hukum harus niatnya dengan sengaja melakukan perbuatan yang melanggar

hukum pidana. Dengan sengaja menurut Kamus besar bahasa Indonesia adalah,

“Direncanakan, dimaksudkan, memang diniatkan begitu, tidak secara kebetulan”.

Perbuatan pelaku harus dengan niat sengaja, direncanakan, dimaksudkan, memang

diniatkan begitu, atau tidak secara kebetulan agar dapat memenuhi unsur dalam

tindak pidana ini. Pembuktian unsur dengan sengaja pada prakteknya sering

mengalami hambatan.

Menurut Gede Agastian Erlandi, Kesengajaan adalah sebagai berikut:

Kesengajaan adalah suatu pengetahuan, yang mana adanya suatu hubungan


batin atau pikiran dengan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Kesengajaan mempunyai hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu
tindakan (terlarang/keharusan) dibandingkan dengan culpa. Karenanya
ancaman pidana pada suatu delik jauh lebih berat, apabila dilakukan dengan
sengaja, dibandingkan dengan apabila dilakukan dengan kealpaan. Dalam
KUHP tidak ada definisi secara jelas mengenai kesengajaan (dolus). Namun

18
menurut memori penjelasan (Memorie van Toelichting), kesengajaan yaitu
“menghendaki dan menginsyafi” terjadinya suatu tindakan beserta
akibatnya. Dalam pengertian ini disebutkan bahwa kesengajaan diartikan
sebagai “menghendaki dan menginsyafi”, artinya seseorang yang melakukan
suatu tindakan dengan sengaja, harus menghendaki serta menginsafi
tindakan tersebut dan/ atau akibatnya. Dapat dikatakan bahwa kesengajaan
berarti kehendak (keinginan) untuk melaksanakan suatu tindakan yang
didorong oleh pemenuhan nafsu.

Merujuk pada pembahasan Nefa Claudia Meliala dalam website hukum

online antara lain sebagai berikut:

Beberapa waktu belakangan publik ramai memperbincangkan Jaksa


Penuntut Umum dalam Kasus Novel Baswedan yang menuntut para
Terdakwa dalam kasus tersebut dengan tuntutan 1 tahun penjara dengan
alasan para Terdakwa “tidak sengaja” melukai mata Novel. Penuntut Umum
menyebutkan bahwa kedua Terdakwa “tidak sengaja” menyiram air keras ke
wajah Novel. Menurut jaksa, keduanya hanya ingin menyiramkan air keras
tersebut ke tubuh Novel. Jaksa juga menyatakan bahwa dalam fakta
persidangan terungkap bahwa para Terdakwa tidak ingin melakukan
penganiayaan berat, namun hanya ingin memberi pelajaran kepada Novel
Baswedan dengan melakukan penyiraman air keras. Jaksa mendakwa para
Terdakwa dengan menggunakan konstruksi dakwaan primair Pasal 55 ayat 1
ke-1 jo. Pasal 355 ayat 1 KUHP tentang penganiayaan berat dengan rencana
terlebih dahulu dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara, subsidair Pasal
55 ayat 1 ke-1 jo. Pasal 353 ayat 1 dan 2 KUHP tentang penganiayaan
dengan rencana lebih dahulu yang mengakibatkan luka berat dengan
ancaman maksimal 7 tahun penjara, lebih subsidair Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo.
Pasal 351 ayat 1 dan 2 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan
luka berat dengan ancaman maksimal 5 tahun penjara. Jaksa berpendirian
bahwa dalam kasus ini dakwaan primair tidak terbukti sehingga para
Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan tersebut dan selanjutnya jaksa
membuktikan dakwaan subsidair. Terkait dakwaan jaksa yang dinilai terlalu
ringan apabila dibandingkan dengan ancaman maksimal dalam dakwaan
subsidair, jaksa menyatakan bahwa alasan yang meringankan tuntutan
adalah para Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya dalam
persidangan dan telah meminta maaf kepada keluarga korban dan institusi
Polri serta menyatakan menyesali perbuatan mereka.6

6
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ee99dda4a3d2/beberapa-catatan-mengenai-
unsur-sengaja-dalam-hukum-pidana-oleh--nefa-claudia-meliala, diakses pada tanggal 7 Juli 2021 pada
pukul 14.18 WIB.

19
Perbuatan terdakwa mengakibatkan timbulnya luka pada mata anies

baswedan, tapi menurut keterangan terdakwa yang juga disebutkan jaksa bahwa

terdakwa niatnya sengaja menyiram air keras pada tubuh novel baswedan, bukan

pada matanya. Dari kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa dasar pertimbangan

jaksa menuntut terdakwa dengan 1 (tahun) penjara adalah niat dengan sengaja mereka

hanya pada tubuh, tapi kenyataannya malah mengenai mata korban. Disini penafsiran

jaksa adalah dengan sengaja pada niat melukai pada bagian tubuh yang mana, bukan

pada kenyataannya. Berarti niat pelaku yang dinilai, bukan pada apa yang terjadi pada

kenyataan.

Jaksa pada kasus novel baswedan menerapkan tindak pidana apa yang

diterapkan pada pelaku dari unsur niat, bukan pada termasuk tindak pidana mana

akibat dari perbuatan pelaku. Menurut kunkun abdul syukur yang menyatakan bahwa:

Untuk dapat mengungkap kesalahan dalam tindak pidana korupsi yang


dilakukan oleh seorang terdakwa yang diajukan ke muka sidang, maka
penuntut umum harus untuk dapat membuktikan kesalahan tersebut.
sehingga penuntut umum dibebani untuk melakukan pembuktian dimana
dengan alat-alat bukti yang diajukan itu membuat terang akan kebenaran
suatu tindak pidana yang telah terjadi yang dilakukan oleh terdakwa yang
dibawa di muka sidang. Jika unsur niat (kehendak) atau menghendaki dan
mengetahui dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan tidak dapat
dibuktikan dengan jelas secara materiil karena memang maksud dan
kehendak seseorang itu sulit untuk dibuktikan secara materiil maka
pembuktian adanya unsur kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan
korupsi yang melanggar hukum sehingga perbuatannya itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada si pelaku seringkali hanya dikaitkan dengan
keadaan serta tindakan si pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan
melanggar hukum yang dituduhkan kepadanya tersebut. Unsur actus reus
yaitu perbuatan harus didahulukan. Setelah diketahui adanya perbuatan
pidana sesuai rumusan undang-undang selanjutnya barulah diselidiki
tentang sikap batin pelaku atau unsur mens rea. Dengan demikian maka

20
unsur perbuatan pidana harus didahulukan, selanjutnya apabila terbukti
barulah mempertimbangkan tentang kesalahan terdakwa yang merupakan
unsur pertanggungjawaban pidana.7
Komitmen adalah hal-hal yang harus dilakukan beberapa waktu terakhir

untuk mengambil hak, sedangkan komitmen warga negara adalah untuk

melaksanakan komitmen atau perintah kita menurut hukum yang bersangkutan dan

berdasarkan UUD 1945. Saat ini masih banyak warga yang mampu sebagai warga

negara sehingga akhirnya menjadi kendala. suatu bangsa untuk maju dan menjadi

lebih baik.

Secara tidak sengaja mengandung pengertian bahwa pelakunya, baik orang

perseorangan maupun zat yang sah, harus dengan sengaja melakukan perbuatan yang

menyalahi hukum pidana. Menyetujui dengan sengaja referensi kata bahasa Indonesia

adalah, "Diatur, kebetulan, bertujuan demikian, bukan kebetulan". Perbuatan

pelakunya harus kesengajaan, disengaja, disengaja, atau tidak disengaja dalam rangka

memenuhi komponen-komponen dalam perbuatan salah ini. Verifikasi yang sengaja

tidak pasti dalam mengasah secara teratur mengalami hambatan. Menurut Gede

Agastian Erlandi, sengaja adalah sebagai berikut: Musyawarah dapat berupa

informasi, yaitu adanya hubungan internal atau pemikiran dengan kegiatan yang

dilakukan.

7
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/galuhjustisi/article/view/420 , diakses pada tanggal 10
Juli 2021 pukul 11.13 WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai