Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutunhnya, anak

adalah sebagai penerus bangsa yang tidak terpisahkan dari

keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangasa dan

Negara. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung

tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendaptkan hak-haknya tampah

anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan konvensi hak anak

(Convention On The Rights Of The Child) yang diratifikasi oleh

pemerintah Indonesia melalui keputusan persiden republik indonesia

nomor 36 tahun 1990, kemudian juga di tuangkan dalam undang-undang

republik indonesia nomor 4 tahun 1979 tentang kesejatrahan anak dan

undang-undang republik Indonesia nomor 36 tahun 2014 tentang

perubahan atas undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak serta undang-undang republik Indonesia nomor

11 tahun 2014 tentang sistem peradilan pidana anak (selanjutnya disingkat

UU SPPA) yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip umum

perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak,

kelangsungan hidup dan tumbuh kembang serta menghargai partisipasi

anak.

1
Dalam undang-undang dasar republik Indonesia tahun 1945 juga

mengatur jelas hak-hak anak yang salah satunya adalah berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang serta berhak atas perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi.1 Oleh karna itu, maka diperlukan suatu

sistem peradilan pidana anak yang di dalamnya terdapat proses

penyelesaian perkara anak diluar mekanisme pidan konvesional. Muncul

suatu pemikiran atau gagasan untuk hal tersebut dengan cara pengalihan

atau biasa di sebut diversi. Karenah lembaga pemasyarakatan bukanlah

jalan untuk menyelesaikan permasalahan anak dan justru dalam lembaga

pemasyarakatan rawan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak

anak. Hal inilah yang mendorong ide diversi khususnya melalui konsep

restoratif justice menjadi suatu pertimbangan yang sangat penting dalam

menyelesaikan perkara pidana yang di lakukan oleh anak.

Dalam teori hukum pidana dikenal dalil ultrimun remedium atau

disebut sebagai sarana terakhir yaitu sebagai sarana perbaikan keadaan

yang telah di rusak dengan adanya tindakan pidana (obat pamungkas) di

dalam masyarakat. Penjatuhan pemidanaan oleh apratur Negara (dalam hal

ini lembaga yudikatif) terhadap pelaku tindak pidana adalah objek dan fair.

Hal ini berguna agar tidak terjadinya balas membalas atau pertikaian di

dalam masyarakat. Dimana hanyalah Negaralah yang mempunyai

kewenangan untuk membalas dan menegakan hukum guna mencapai suatu

keadilan.

1
Tim pustaka setia 2002. Undang-undang dasar 1945 setelah amandemen keempat tahun 2002.
Bandung .CV. pustaka setia. Hal. 23.
2
Sejalan dengan hal tersebut menurut yeni garnasi bahwa”pidana

merupakan alat yang paling ampuh yang dimiliki oleh Negara untuk

menerangi kejahatan namun pidana bukan merupakan satu-satunya alat,

sehingga pidana jarang diterapkan terpisah, melainkan selalu dalam

kombinasi dengan tindakan-tindakan sosial lainya, khususnya dalam

kombinasi dengan tindakan-tindakan preventif. Lebih jauh lagi

mengatakan:

1) Jangan menggunakan hukum pidana apabila kerugian yang

ditimbulkan dengan pemidanaan akan lebih besar dari pada

kerugian oleh suatu tindakan pidana.

2) Jangan menggunakan hukum pidana apabila penggunaannya

diperkirakan tidak akan tepat.2

Meskipun kehidupan anak-anak serta merta berjalan dengan mulus.

Karnah fakta dilapangan, anak pun sering bermasalah dengan adanya

kenakalan anak bahkan beriorentasi pada pelaku kriminal. Belakangan ini

anak tidak hanya menjadi korban tindak pidana orang dewasa, tetapi

sebagai pelaku.(tindak pidana pencurian).

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang anak berperilaku

kriminal, diantaranya bersal dari keluarga dengan kelas sosial menengah

ke bawah, orang tua yang pola usahanya yang kurang baik, anak dengan

tempramen yang sulit, dan stressor di dalam kehidupan sehari-hari.3selain

faktor tersebut kenakalan timbul karena dari segi pribadinya mengalami


2
Yenti garnasih. “kebebasan berpendapat dan kebijakan criminal”.(LBH pres),
3
Lembaga bantuan hukum jakarta,mengawal perlindungan anak berhadapan dengan hukum:pendidikan dan
laporan monitoring paralegal LBH Jakarta untuk anak yang berhadapan dengan hukum, hlm 14-15
3
perkembangan jiwa. Emosinya belum stabil, muda tersinggung dan pekah

terhadap kritikan sehingga mempengaruhi dirinya bertindak kadang-

kadang tidak umum dan diluar aturan yang berlaku di masyrakat.4

Maka dari itu anak masi perlu pembinaan dan perlindungan dalam

rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial

secara utuh, agar tidak melakukan tindak pidana pembinaan dan

perlindungan ini juga dapat mengecualikan bagi anak yang melakukan

tindak pidana. Meskipun dalam hal ini anak melakukan tindak pidana

pencurian dapat di kategorikan sebagai anak nakal. anak yang melakukan

tindak pidana yang ancamannya di atas 7 tahun tidak dapat di selesaikan

melalui proses diversi, karna tindak pidana yang ancamannya di atas 7

tahun tergolong tindak pidana berat. Diversi wajib diupayakan apabila

anak melakukan tindak pidana yang ancamannya di bawa 7 tahun.5

Diversi dilakukan melalui cara musyawarah dengan melibatkan

korban dan keluarganya dengan tersangka pelaku tindak pidana dan lebih

menekankan pada keputusan damai demi tercapainya keadailan restoratif,

diversi harus disetujui oleh korban dan atau keluargnya, tujuan dari diversi

adalah untuk melindungi hak-hak serta memperbaiki kesalahan yang telah

dilakukan anak agar tidak mengulangi lagi tindakan yang sama dimasa

yang akan datang. Dalam proses deversi wewenang diberikan kepada

penegak hukum mulai dari tahap penyidikan sampai dengan tahap

pemeriksaan perkara di pengadilan untuk menyelasaikan dan mengambil

4
Gatot suparmono, hukum acara peradilan anak,(Jakarta: percetakan intan sejati Klaten, 2007), hlm 3-4
5
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
4
langkah-langkah dalam penyelesaian permasalahan anak yang melanggar

hukum. Diversi merupakan wujud penerapan dari keadilan restoratif untuk

memulihkan atas sebuah permasalahan, tidak merupakan suatu

pembalasan yang dikenal dalam hukum pidana. Dalam pasal 7 ayat (1)

undang-undang nomor 11 tahun 2012 yang menyebutkan bahwa:

“pada tahap penyidikan, penuntutan dan pemeriksan perkara anak


di pengadilan wajib untuk diupayakan proses diversi”6

Polisi sebagai penegak hukum memiliki tanggung jawab untuk

mensinegrikan tugas dan wewenan polri sebagimana di atur dalam

undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisan Negara republik

indonesia memiliki tugas menegakan hukum. Memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat serta memberikan perlindungan dan pengayoman

dalam pelayanan masyarakat. Penyidik menurut undang-undang nomor 2

tahun 2002 adalah pejabat kepolisian Negara republik Indonesia yang

diberiwewenan oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Kewenangan penyidik tindak pidana oleh penyidik polri yang menerpkan

prinsip keadilan restoratif dalam metode penyidikannya di dasarkan pada

pasal 18 undang-undang nomor 2 tahun 2002 dan pasal 16 ayat (1) huruf

L yang menentukan:

“polisi dapat mengadakan tindakan lain menurut hukum yang


bertanggung jawab dengan batasan bahwa tindakan tersebut tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku, selaras dengan
kewajiban hukum/profesi yang mengharuskan dilakukannya
tindakan jabatan tersbut, tindakan tersebut harus patut dan masuk
6
Ismala dewi,2015,sistem peradilan pidana anak peradilan untuk keadilan restoratif, jakarta hlm. 57
5
akal dan termasuk dalam lingkup jabatannya didasarkan pada
pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa dan
menghormati hak asasi manusia”.

Anak yang melakukan tindak pidana, pada tahap penyidikan wajib

dilakukan diversi oleh penyidik sesuai dengan ketentuan pada undang-

undang nomor 11 tahun 2012, ditahap penyidikan polisi adalah aparat

hukum yang menjamin pihak pertama dalam menyelesaikan perkara anak

yaitu dengan impelementassi restorative justice, menggunakan cara

pengalihan diversi dalam penyelesaian perkara tersebut.7 Muncul argumen

dalam hal ini, yang mengatakan bahwa terhadap pidana anak seharusnya

tidak perlu dimasukan dalam penjara, karna dapat mempengaruhi kejiwaan

sang anak. “suasana penjara yang tidak ramah dan konsep pemisahan dari

masyarakat atau lingkungannya akan menyebabkan anak merasa dirinya

pantas mempersalahkan dirinya dan inferioritas tidak layak kembali ke

masyarakat. pada akhirnya menciptkan lingkaran residivis (mengulangi

kejahatan yang sama), sebab dilingkungan ini mereka merasa mendapat

tempat.

Kejahatan yang terdiri atas kejahatan pencurian salah satu lembaga

penengak hukum terdepan yaitu pihak kepolisian setempat suda menjadi

tugas dan wewenang kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban

dalam kasus tindak pidana pencurian baik dewasa maupun anak,

kepolisian mempunyai wewenang untuk melakukan penyelidikan dan

peyidikan terhadap pelaku tindak pidana pencurian, namun pihak penyidik

7
Undang-undang nomor 2 tahun 2002 , tentang kepolisan Negara republik Indonesia.
6
atau banit III polsek kolaka, Muh.Mujrir (Brigadir Polisi Kepala)

mengatakan dalam proses peyelidikan ada beberapa kendala pada

penetapan tersangka yang di lakukan oleh anak dalam tindak pidana

pencurian yaitu kurang nya alat bukti, sehingga samar–samar untuk di

jadikan tersangka kepada pelaku yang diduga telah melakukan tindak

pidana pencurian yang diakukan anak. ini merupakan persoalan bagi para

penyidik polsek kolaka untuk melakukan penahanan dan menindak lanjut

atas laporan korban yang mengalami kerugian8

Berdasarkan uarain-uraian yang telah dijelaskan menimbulkan

keingintahuan bagi penyusun untuk mengetahui lebih lanjut permasalahan

anak yang berhadapan dengan hukum di polsek kolaka, maka penyusun

tertarik untuk melakukan penelitina dengan judul “PENERAPAN

DIVERSI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DI

LAKUKAN ANAK PADA TAHAP PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

KABUPATEN KOLAKA” (Studi Kasus Polsek Kolaka)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik

beberapa pertanyaan penting dengan rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyidikan tindak pidana pencurian yang dilakukan

oleh anak dalam penetapan tersangka di polsek kolaka?

8
Wawancara dengan polsek kolaka. Banit III Muh.mujrir (brigadir polisi kepala) pada hari kamis tanggal 17-
November- 2022 Jam 9:00 WITA
7
2. Hambatan apa sja yang di hadapi oleh penyidik polsek kolaka dalam

penerapan diversi terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan

anak?

C. Tujuan Penelitian

Seiring rumasan msalah pada penelitian ini, maka tujuang dari

penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses penyidikan terhadap tindak pidana pecurian

yang dilakukan oleh anak dalam penetapan tersangka di polsek kolaka?

2. Untuk mengetahui hambatan apa sja yang dihadapi oleh penyidik

polsek kolaka dalam penerapan diversi terhadap tindak pidana

pencurian yang dilakukan anak?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Secara teoritis, dapat memberikan suatu gagasan dan bahan dalam

rangka untuk kemajuan hukum pidana dan juga menyampaikan

masukan bagi pihak kepolisian dalam penerapan diversi terhadap

anak yang melakukan tindak pidana pencurian

b. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama

menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas

Sembilanbelas November Kolaka serta memberikan landasan

untuk penelitian lebih lanjut.

8
2. Manfaat praktisi

a. Secara praktisi, untuk memberikan motivasi kepada teman-teman

mahasiswa agar meneliti terkait penerapan diversi dan diharapkan

dengan adanya penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi

para pembaca mengenai penerapan diversi.

b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi gambaran secara

jelas tentang penerapan diversi terhadap tindak pidana pencurian

yang dilakukan anak pada tahap penyidikan di polsek kolaka.

c. Hasil penelitian ini dapat diharapkan berguna bagi masyarakat

dalam rangka untuk meningkatkan keprcayaan kepada penyidik

(polsek kolaka) dalam melaksanakan tugasnya.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diversi

1. Pengertian Diversi

Dalam undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan

pidana anak, diversi memiliki penegertian pengalihan penyelesaian

perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan

pidana.9

Beberapa ahli memberikan pengertian terhadap diversi yakni sebagai

berikut:

a. Pengertian diversi menurut Nasir Djamil dalam bukunya Anak bukan

untuk dihukum, ialah suatu pengalihan penyelesaian kasus anak yang

diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal ke

penyelesaian demi antara tersangka, terdakwa, pelaku tindak pidana

dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga atau masyarakat,

polisi,jaksa dan hakim.10

b. Pengertian diversi menurut Jack E Byunm dalam bukunya Juvenile

Delinquency a sociological approach, yaitu sebuah tindakan atau

perlakuan untuk mengalihkan atau menetapkan pelaku tindak pidana

anak keluar dari sistem peradilan pidana.11

9
https://mh.uma.ac.id/apa -itu-diversi Di Akses Pada Hari sabtu 10 November 2022 pukul 11:33. Wita
10
Nasir Djamil, anak bukan untuk dihukum, hlm. 137.
11
Jurnal, diversi dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia dan tinjauannya menurut hukum islam.
Tahun 2017.
10
c. Pengertian diversi yang dikemukakan Marlina dalam bukunya

peradilan pidana anak di Indonesia, Merupakan kebijakan yang

dilakukan untuk menghindarkan pelaku dari sistem peradilan pidana

formal untuk memberikan perlindungan dan rehabilitasi kepada pelaku

sebagai upaya untuk mencegah anak menjadi pelaku kriminal

dewasa.12

Berdasarkan pasal (5) sampai dengan pasal 14, pasal 29, pasal 42

dan 57 ayat (2) sampai dengan ayat (6) undang-undang No. 11 tahun 2012

tentang sistem peradilan pidana anak, diversi wajib diupayakan pada

tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di

pengadilan dengan mengutamakan pendekatan restorative justice. kata

“wajib diupayakan”mengandung makna bahwa penegak hukum anak dari

penyidik, penuntut dan juga hakim diwajibkan untuk mengupayakan

diversi dari mulai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak

di pengdilan negri, dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara di bawa 7 (tuju) tahun dan bukan merupakan

pengulangan tindak pidana.13

Ketentuan ini menjelaskan bahwa anak yang melakukan tindak

pidana yang ancamannya lebih dari 7 (tujuh) tahun dan merupakan sebuah

pengulangan maka tidak wajib diupayakan diversi, hal ini memang penting

mengingat kalau ancaman hukuman lebih 7 (tuju) tahun tergolong pada

tindakan berat, begitu pula jika merupakan suatu pengulangan, artinya


12
Marlina, peradilan pidana anak di Indonesia : pengembangan konsep Diversi dan restorative justice
(bandung :Refika Aditama, 2009) Hlm. 22.
13
Pasal 7 ayat (2) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
11
anak perna melakukan tindak pidana baik itu sejenis maupun tidak sejenis

termasuk tindak pidana yang diselesaikan melalui diversi. Pengulangan

tindak pidana oleh anak, menjadi bukti bahwa tujuan diversi tidak tercapai

yaitu menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak untuk tidak

mengulangi perbuatan yang berupah tindakan pidana. Oleh karna itu,

upaya diversi terhadapnya bisa saja tidak wajib diupayakan.14

2. Tujuan Diversi

Pada pasal 6 undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang sistem

peradilan pidana anak, disebutkan tujuan diversi,15yaitu antara lain:

1. Mencapai perdamaian antar korban dan anak,

2. Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan,

3. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan,

4. Mendorong masyarakat untuk perpastisipasi, dan

5. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.

Tujuang diversi tersebut merupakan implementasi dari restorative

justice yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap sebuah

permasalahan, bukan sebuah permbalasan yang selama ini dikenal dalam

hukum pidana.16 banyak Negara Diversi ini dilakukan sebagai upaya

pengalihan penaganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan

tindak pidana dari proses formal dengan atau tampa syarat. Diversi dalam

hal ini bertujuang untuk:

14
pasal 8 ayat (1) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
15
Pasal 8 ayat (3)undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sisitem peradilan pidana anak.
16
Pasal 9 ayat (1) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sisitem peradila pidana anak
12
a. Menghindari penahanan.

b. Meghindari cap/label sebagai penjahat,

c. Memajukan interversi-interversi yang dubutuhkan korban dan

pelaku tampa malalui proses formal,

d. Menghidari anak mengikuti proses peradilan pidana dalam rangka

menghindari pengaruh dan implikasi negatif dari proses tersebut.

Dalam pencapain tujuan terkhir, maka upaya ini lebih serius

dilakukan ditingkat kepolisian oleh polisi dengan menggunakan kekuasaan

diskresinya (home of discretion). Dilembaga kejaksaan, pengesampingan

prosedur ini dilakukan melalui lembaga opporutunitas dengan jalan men-

deponer suatu perkara. 17

3. Proses Diversi

Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan

anak atau orangtua/walinya, korban dan/atau orangtua/walinya, serta

pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial frofesional berdasarkan

pendekatan keadilan restorative.18

Disamping dilakukan melalui musyawarah, proses diversi juga

wajib memperhatikan kepentingan korban, kesejahtraan dan tanggung

jawab anak, penghindaran stigma negatif, penghindaran pembalasan,

keharmonisan masyarakat, dan kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban

umum.19 Dalam poses penegakan hukum pidan anak, aparat baik itu
17
Badan penelitian dan pengembangan HAM kementrian hukum dan HAM berkerja sama dengan badan
penelitian dan pengembangan daerah provinsi Sulawesi selatan,penerapan restorative justice dalam upaya
perlindungan anak yang berkonflik dengan hukum dengan hukum, Cet. 1 (jakarta: Arya Jaya Utama, 2013).
Hlm 31.
18
Pasal 8 ayat (1) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
19
Pasal 8 ayat (3) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
13
penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus

membertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian

kemasyarakatan dari balai pemasyarakatan (BAPAS) dan dukungan

lingkungan keluarga dan masyarakat.20

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan

pidana anak belum mengatur secara jelas tentang tata cara dan terhadap

proses Diversi, tata cara dan tahapan diversi secara jelas diatur dalam

peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 4 tahun 2014

tentang pedoman pelaksanaan diversi dalam sistem peradilan pidana anak.

Proses Diversi (musyawarah) dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

1) Musyawarah diversi dibuka oleh fasilitator diversi dengan

memperkenalkan para pihak yang hadir, menyampaikan maksud

dan tujuang musyawarah diversi, serta tata tertib musyawarah

untuk disepakati oleh para pihak yang hadir.

2) Fasilitator diversi menjelaskan tugas fasilitator diversi,

3) Fasilitaror diversi menjelaskan ringkasan (sangkaan/dakwaan)

yang ditujukan kepada pelaku anak dan mempersilahkan

pembingbing kemasyarakatan memberi informasi tentang prilaku

dan keadaan sosial anak serta memberikan saran untuk

memperoleh penyelesaian

4) Fasilitator diversi wajib memberikan kesempatan kepada:

a) Anak untuk didengar keterangan prihal perbuatan yang

disangkakan/didakwakan kepadanya.
20
Pasal 9 ayat (1) Udang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
14
b) Orangtua/walinya untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan

dengan perbuatan anak dan bentuk penyelesaian yang

diharapkan,

c) Korban/anak korban/orangtua/walinya untuk memberikan

tanggapan dan bentuk penyelesain yang diharapkan.

Proses diversi (musyawarah) tersebut dapat disesuaikan pada

tingkat penyidik,penuntut umum dan hakim yang mengambil peran

sebagai fasilitator. Dalam undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang

sisitem peradilan pidana anak, proses hasil kesepakatan diversi di ataur

dalam pasal 12, yang menyatakan bahwa kesepakatan tersebut.21

1. Dituangkan dalam bentuk kesepakatan diversi.

2. Disampaikan oleh atasan langsung pejabat yang bertanggung jawab di

setiap tingkat pemeriksaan ke pengadilan negri sesuai dengan daerah

hukumanya dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan

dicapai untuk memperoleh penetapan,

3. Penetapan dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitug

sejak diterimanya kesepakatan Diversi,

4. Penetapan disampaikan kepada pembimbing kemasyarakatan, penyidik

penuntut umum, atau hakim dalam waktu palimg lama 3 (tiga) hari

sejak diterapkan,

5. Setelah menerima penetapan, penyidik menerbitkan penetapan

penghentian penuntutan.

21
Pasal 12 undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
15
Kesepakatan diversi harus mendapat persetujuan korban dan/atau

keluarga anak korban serta kesedian anak dan keluarganya. Hal ini

mengindikasikan bahwa harus ada keaktifan dari korban dan keluarganya

dalam proses diversi, agar proses pemulihan keadaan dapat tercapai sesuai

dengan restorative justice. Kesepakatan diversi tersebut dapat

dikecualikan untuk.22

1) Tindak pidana berupah pelanggaran,

2) Tindak pidana ringan,

3) Tindak pidana tampa korban,

4) Nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi

setempat.

Bentuk-bentuk hasil kesepakatan diversi antara lain dapat berupah.23

1) Perdamaian dengan atau tampa ganti kerugian,

2) Penyerahan kembali kepada orangtua/wali,

3) Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan dilembaga

pendidikan atau lembaga penyelenggaraan kesejahteraan sosial

(LPKS) paling lama 3 (tiga) bulan, atau

4) Pelayanan masyarakat.24

Selama proses diversi berlangsung sampai dengan kesepakatan

diversi dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan wajib melakukan

pendampingan, pembimbing atau pengawasan. Selama proses diversi,

anak ditempatkan bersama orangtua/wali, jika anak tidak memiliki


22
Pasal 9 ayat (2) undang-undang nompr 11 tahun 2012 tentang sisitem peradilan pidana anak.
23
Badang penelitian dan perkembangan HAM kementrian hukum dan HAM, buku pedoman.. hlm. 27.
24
Pasal 1 ayat (6) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sisitem peradilan pidana anak.
16
orangtua/wali maka anak ditempatkan di LPKS dengan mempertimbangka

kepentingan terbaik bagi anak undang-undang nomor 11 tahun 2012

tentang sistem peradilan pidana anak telah mengatur tentang diversi yang

berfungsi agar anak berhadapan dengan hukum tidak terstingmatisasi akbit

proses peradilan yang harus dijalaninya.

Pelaksanaan mekanisme diversi diserahkan para pengak hukum

mulai dari polisi, jaksa, hakim dan lembag pemasyarakatan dalam mengani

perkara anak tanpa menggunakan pengadilan formal. Dalam pelasanaan

proses diversi tidak terlepas dari 4 komponen tersebut. Adapun faktor

yang jadi pertimbangan dalam pelaksanaan diversi adalah:

a) Sifat dan kondisi perbuatan,

b) Pelanggaran yang sebelumya dilakukan,

c) Derajat keterlibatan anak dalam kasus,

d) Sikap anak terhadap berbuatan tersebut,

e) Reaksi orang tua atau keluarga anak terhadap berbuatan tersebut,

f) Dampak perbuatan terhadap korban,

g) Pandangn hakim tentang penaganan yang ditawarkan.25

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan

Anak

1. Pengertian Tindak Pidana


25
https://respository.uir.ac.id/1875/1/171010555.pdf. Diakses pada hari senin, 14 November 2022 pukul
10:30 Wita.
17
Dalam kitap undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tindak pidana

dikenal dengan istilah Strafbaarfeit. Tindak pidana ini merupakan istilah

yang mengadung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah

yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada

pristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang

abstark dari pristiwa-pristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana,

sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah yang

ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang

dipakai sehari-sehari dalam kehidupan masyarakat.

Delik dalam bahasa belanda disebut Strafbaarfeit, yang atas 3

(tiga) kata yaitu straf, baar, dan feir. Dimana ketiganya memiliki arti

yaitu:

1. Straf diartikan sebagai pidana dan hukum:

2. Baar diartikan sebagai dapat dan boleh:

3. Feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.

Jadilah istilah Sratfbaarfeit yaitu peristiwa yang dapat dipidana

atau perbuatan yang dapat dipidana sedangkan delik dalam bahasa asing

disebut dengan delict yang artinya suatu perbuatan yang dapat di hukum26

Menurut Moeljatno berpendapat bahwa pengertian tindak pidana

yang menurut beliau yang diistilahkan sebagai perbuatan pidana adalah:

26
Amir IIyas. 2012 Asas-Asas hukum pidana memberikan tindak pidan dan pertanggungjawaban pidana
sebagai Syarat pemidanaan. Yokyakarta. Penerbit Rangkang Education Yogyakarta & puKAP Indonesia. Hal.
18.
18
”Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang
siapa melanggar larangan tersebut”27
Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat meyimpulkan

bahwasannya tindak pidana yang merupakan suatu perbuatan yang tidak

sesuai atau bisa dikatakan dengan perbuatan yang melawan hukum yang

disertai dengan sanksi pidan dimana aturan tersebut ditunjukkan kepada

perbuatannya sedangkang dengan ancamannya atau sanksi pidananya di

tunjukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan

terjadinya kejadian tersebut, maka bagi setiap orang yang melanggar

aturan-aturan hukum yang berlaku, dapat dikatakan bahwasannya orang

tersebut sebagai pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana.

Demikian juga antara larangan dan ancaman sangat erat hubungannya

dimana adanya kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian

merupakan dua hal yang konkret.

R. Tresna menarik divenisi menganai pristiwa pidana yang

menyatakan bahwa:

“Pristiwa pidana itu merupakan sutau perbuatan atau rangkaian


perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan perundang-undangan lainnya, terhadap perbuatan mana
diadakan tindak penghukumanya”28

Dapat dilihat bahwasannya rumusan itu tidak memasukkan

unsur/anasir yang berkaitan dengan pelakunya. Selanjutnya, beliu hanya

27
Moeljanto,OP. Cip.,Hlm.61.
28
Adami Chazawi. Op,cit.,Hal. 72.
19
menyatakan bahwa dalam peristiwa pidana tersebut hanya mempunyai

syarat-syarat yaitu:

a. harus ada suatu perbuatan manusia:

b. perbuatan itu sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam kententuan

hukum:

c. harus terbukti adanya “doa” pada orang berbuat,yaitu orangnya

harus dapat dipertanggungjawabkan:

d. perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum:

e. terhadap perbuatan itu harus tersedia acamanya hukumannya dalam

undang-undang.29

Dengan melihat pada syarat-syart peristiwa pidana itu yang

dikatakan beliau, terdapat syarat yang telah mengenai diri si pelaku,

seperti hanya pada syarat ketiga. Sudah jelas bahwasannya syarat tersebut

dapat dihubungkan dengan adanya orang yang berbuat

pelanggaran/peristiwa pidana berupa syarat untuk dipindainya bagi orang

yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Demikian juga dapat saya simpulkan bahwasannya tindak pidana

itu merupakan perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum dimana jika

dilanggar akan dikenakan sanksi yang berupah pidana sesuai dengan

aturan perundag-undagan yang berlaku.30

2. Pengertian Pencurian

29
Ibid.,Hal. 72-73
30
P.P.F. lamintang. 1997. Dasar-dasar hukum pidana Indonesia. Bandung. Penerbit PT. Citra Aditiya Bakti.
Hal. 193.
20
Pencurian adalah mengambil barang oarang lain. Dari segi bahasa

(eitimologi) pencurian berasal dari kata “curi” yang mendapat awalan

“pe”.Dan akhirnya “an”. Arti dari kata curi adalah sembunyi-sembunyi

atau diam-diam atau tidak dengan jalan yang sah atau melakukan

pencurian secara sembunyi-sembunyi atau tidak dengan diketahui orang

lain perbuatan yang dilakukanya itu. Mencuri berarti mengambil barang

oarng lain secara tidak sah atau melawan hukum. Orang yang mencuri

barang yang merupakan milik orang lain disebut pencuri. Sedangkan

pencurian sendiri berarti perbuatan atau perkara yang berkaitan dengan

mencuri, menurut pasal 362 KUHP pidana pencurian adalah:

“Barang siapa mengambil barang sesuatu yang selurunya atau


sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum diancam karnah pencurian,dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilang
ratus rupiah.”31

3. jenis-jenis dan usur-unsur pencurian

Adapaun jenis pencurian yang dirumuskan dalam pasal 362-367

KUHP pidana yaitu:

a. pencurian biasa (pasal 362 HKUP pidana)

b. pencurian dengan pemeberatan atau pencurian dengan

berkualifikasi (pasal 363 KUHP pidana)

c. pencurian ringan (pasal 364 KUHP pidana)

d. pencurian dengan kekerasan (pasal 365 KUHP pidana)

31
Rizki Muhammad Gerry, KUHP & KHP (jakarta: permata press, 2007), hlm. 575.
21
e. pencurian dengan penjatuhan pencabutan hak (pasal 366 KUHP

pidana)

f. pencurian dalam keluarga (pasal 367 KUHP pidana).

pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumusakan

dalam pasal 362 KUHP yaitu:

“Barang siapa mengambil suatu benda yang selurunhnya atau


sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum,diancam karnah pencuria,dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau denda paling banyak sembilang ratus
rupiah”32

Diancam dengan pidana paling lama tuju tahun:

1) Pencurian ternak:

2) Pencurian pada waktu terjadi kebakaran, letusan, banjir, gempah

bumi atau gempah laut, gunung meletus, kapal karam, kapal

terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau

bahaya perarang,

3) Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh

orang yang ada disitu tampah diketahui atau tampah dikehendaki

oleh yang berhak,

4) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu,

5) Pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau

untuk dapat mengambil barang yang hendak dicuri itu, dilakukan


32
Rizki Muhammad Gerry, KUHP & KHP (jakarta: permata press, 2007), hlm. 576
22
dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai

anak gunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

a) bila pencurian tesebut dalam No 3 diserati dengan salah satu hal dalam

nomor 4 dan 5, maka perbuatan itu diancam dengan pidana penjara

paling lama sembilang tahun pasal 365 KUHP:

1. Diancam dengan pidana paling lama 9 tahun pencurian yang

didahului, disertai atau di ikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan

atau mempermudah pencurian itu, atau bila tertangkap tangan,

untuk memungkinkan diri sendiri atau peserta lainya untuk

melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

b) Diancam dengan pidana penjara pling lama duabelas tahun:

1. Bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah

atau dipekarang tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau

dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan,

2. Bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutuh,

3. Bila yang bersalah masuk ketempat melakukan kejahatan dengan

merusak atau memanjak, atau dengan memakai anak gunci palsu,

atau perintah palsu atau pakaian jabatan palsu,

4. Bila perbuatan mengakibatkan luka berat,

5. Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah

diancam dengan pidana penjara paling lama limabelas tahun,

23
6. Diancaman dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau

pidana penjara selama waktu tertentu, paling lama duapuluh tahun,

bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan

dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutuh, diserati

pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomo 1’dan 3.33

4. Sebab-Sebab Terjadinya Pencurian Yang Dilakukan Anak

Tindak pidana pencurian yang dilakukan anak dibawa umur tidak

terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor

yang mendorong anak yang melakukan kenakalan termasuk pencurian.

Bentuk dari motivasi itu asa dua macam yaitu.

1) Motivasi instrinsik

Motifasi instrinsik adalah keinginan atau dorongan pada diri

seseorang yang tidak perlu disertai dengan rangsangan dari luar yang

meliputi:

1. Faktor intelegenita yaitu kecerdasan seseorang atau kesanggupan

untuk menimbang dan memberi keputusan. Dengan kecerdasan

yang rendah dan wawasan sosial yang kurang tajam menyebabkan

mereka mudah terserat oleh ajakan buruk untuk menjadi delinquent

jahat.

2. Faktor usia. Usia adalah faktor yang paling penting dalam sebab

timbulnya kejahatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh lembaga pemsyarakatan pada tahun 1998 yang

33
Andi Hamzah,delik-delik tertntu (Speciallie Delicten) di dalam KUHP. 2007. Hlm. 77.
24
menyimpulkan bahwa usia anak yang sering melakukan kejahatan

berkisar antara15-18 tahun.

3. Faktor kelamin. Kenakalan anak dapat dilakukan oleh laki-laki

maupun perempuan, sekalipun dalam perakteknya jumlah anak

lali-laki yang melakukan kejahatan jauh lebih banyak pada batas

usia tertentu disbanding perempuan. Berbedaan jenis kelamin

mengakibatkan pula timbulnya perbedaan dari segi kualitas

kenakalanya.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau dorongan yang datang

dari luar diri sesorang yang meliputi:

1. Faktor keluarga. Adapun keluarga yang dapat menjadi sebab

timbulnya delinquency dapat berupa keluarga yang tidak normal

(brokem home) dan keadaan jumlah anggota keluarga yang kurang

menguntungkan.

2. Faktor pendidikan dan sekolah. Proses pendidikan yang kurang

mengutungkan bagi perkembangan jiawa anak memberi pengaruh

langsung atau tidal langsung terhadap anak didik disekolah,

sehingga dapat menimbulkan kenakalan anak.

3. Faktor pergaulan. Anak menjadi nakal karena banyak dipengaruhi

oleh tekanan pergaulan yang memberikan pengaruh menekan dan

memaksa pada pembentukan prilaku buruk, sehingga anak-anak

sering melanggar peraturan, norma sosial dan hukum formal.

25
Anak-anak menjadi nakal akabiat dari transformasi piskologis

sebagai reaksi terhadap pengaruh eksternal yang menekan dan

memaksa sifatnya.

4. Pengaruh masa media. Hiburan ada kalahnya memiliki dampak

kejiwaan yang baik dan dapat pula memberikan pengaruh yang

tidak menguntungka bagi perkembangan jiwa anak jika

tontonannya menyankut aksi kekerasan dan kriminalitas.34

5. Sanksi Pidana Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak

kasus pidana kejahatan pencurian yang telah dilakukaan anak-

anak dengan sanksinya dipenjara minim dari 7 tahun, harus

mengupayakan divers, bila tak ada perjanjian didalam diversi atau

perjanjian eksklusif tak terlaksanakan, maka prosedur pidana anak

akan dilanjutkan. Namun tentunya hukuman yang di beri kepada

seorang anak tetap perlu memperhatikan kepintingan anak tersebut.

Hal ini berjalan dengan system peradillan Anak yang diutamakan

keadilan restorative. Dalam sanksi pengaturan kasus pidana pencuian

diatur pada Pasal 362-367 KUHP. Hukuman kejahatan untuk

pencurian tergantung pada apa yang telah dilakukan pada tindak

pencuriannya. Misal pencurian sebagaimana diatur dalam pasal 362

KUHP.

Hasil perjanjian diversi apabila prosedur diversi tidak

mendapatkan perjanjian atau kesepakattan diversi itu tidak dipenuhi,

maka prosedur peradilan pidana anak-anak akan tetap berjalan. Jika


34
Ibid, Hlm. 25.
26
prosedur hukum anak berlanjut, anak dapat dikenakan hukuman

pidana atau terkena tindakan. Namun dapat diketahui anak-anak yang

belum bercukup umur 14 (empatbelas) tahun atau belum berumur 18

(delapan belas) tahun maka akan dikenakan tindakan. Hukuman pidana

utama pada anak yang terdiri dari:

a) Tuntutan pidana/pidana teguran;

b) Pelatihn vokasi;

c) pembinaan dari lembaga;

d) kurungan.35

C. Tinjaun Uumum Tentang Kepolisian

1. Pengertian Polisi

Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia terdapat rumusan

mengenai defenisi dari berbagai hal yang berkaitan dengan polisi,

termasuk pengertian kepolisian. Hanya saja defenisi tentang kepolisian

tidak dirumuskan secara lengkap karena hanya menyangkut soal fungsi

dan lembaga polisi sesuai yang diatur dalam peraturan

perundangundangan. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia yang dimaksud

kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.36

Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata


35
Jurnal Konstruksi Hukum .Vol. 3, No. 1, Januari 2022.
36
H.Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), penerbit Laksbang
Mediatama, Surabaya, hlm.53.
27
polisi adalah suatu badan yang bertugas memelihara keamanan,

ketentraman, dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar

hukum), merupakan suatu anggota badan pemerintah (pegawai negara

yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban).37

Istilah “polisi” pada semulanya berasal dari perkataan Yunani

“Politeia”, yang berarti seluruh pemerintahan negara kota. Seperti

diketahui di abad sebelum masehi negara Yunani terdiri dari kota-kota

yang dinamakan “Polis”. Jadi pada jaman itu arti “Polisi” demikian

luasnya bahkan selain meliputi seluruh pemerintahan negara kota,

termasuk juga di dalamya urusan-urusan keagamaan seperti

penyembahan terhadap dewa-dewanya.38 Di karenakan pada jaman itu

masih kuatnya rasa kesatuan dalam masyarakat, sehingga urusan

keagamaan termasuk dalam urusan pemerintahan. Selain itu di Jerman

dikenal kata “Polizey” yang mengandung arti luas yaitu meliputi

keseluruhan pemerintahan negara. Istilah “Polizey” di Jerman masih

ditemukan sampai dengan akhir abad pertengahan yang dipergunakan

dalam “Reichspolizei ordnugen” sejak tahun 1530 di negara-negara

bagian Jerman.39 Pengertian istilah polisi di berbagai negara mempunyai

tafsiran atau pengertiannya masing-masing seperti di Belanda dalam

rangka Catur Praja dari VAN VOLLENHOVEN maka istilah “Politie”

dapat kita temukan sebagai bagian dari pemerintahan. Diketahui VAN

VOLLENHOVEN membagi pemerintahan dalam 4 (empat) bagian,


37
W.J.S Purwodarminto, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, Jakarta, hlm. 763.
38
Momo Kelana, 1994, Hukum Kepolisian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm. 13
39
Ibid.hlm 45
28
yaitu:

a. Bestuur

b. Politie

c. Rechtspraak

d. Regeling

Dari sini dapat kita lihat bahwa menurut ajaran Catur Praja maka

polisi tidak lagi termasuk dalam bestuur, tetapi sudah merupakan

pemerintahan yang tersendiri. Untuk lebih jelasnya tentang arti “Politei”

dapat kita temukan dalam defenisi VAN VOLLENHOVEN dalam

bukunya Politei Overzee halaman 135 yang berbunyi :

Didalam pengertian polisi termasuk organ-organ pemerintahan


yang berwenang dan berkewajiban untuk mengusahakan dengan
jalan pengawasan dan bila perlu dengan paksaan bahwa yang
diperintah berbuat atau tidak berbuat menurut kewajibannya
masing-masing yang terdiri dari:

1. Melihat cara menolak bahwa yang diperintah itu melaksanakan

kewajiban umumnya;

2. Mencari secara aktif perbuatan-perbuatan yang tidak melaksanakan

kewajiban umum;

3. Memaksa yang di perintahkan itu untuk melaksanakan kewajiban

umumnya dengan melalui pengadilan;

4. Memaksa yang diperintahkan itu untuk melaksanakan kewajiban

umum itu tanpa perantara pengadilan;

5. Memberi pertanggung jawaban dari apa yang tercantum dalam

29
pekerjaan terseut.40

2. Fungsi Kepolisian

Fungsi kepolisian Negara republik indoneisa. Kepolisan dalam

Negara manapun selalu berada dalam sebuah dileman kepentingan

kekuasan yang selalu menjadi garda terdepan perbedaan pendpat antar

kekuasaan dengan masyarakatnya. Sistem kepolisian suatu Negara sangat

dipengaruhi oleh sisitem politik serta control social yang diterapkan.

Berdasarkan penetapan pemerintahan No.11/S.D kepolisian beralih status

menjadi jabatan tersendiri dibawah langsung jadi perdapa menteri.

Ketetapan pemerintah tersebut menajdi kedudukan plisi setingkat dengan

departeman dan kedudukan polisi setingkat dengan departemen dan

kedudukan kepala kepolisian Negara republic Indonesia (kapolri)

setingkat dengan mentri.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi kepolisian, perlu diatasi

dahulu rumusan tugas pokok, wewenang kepolisian Ri dalam undang-

undang No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara republik Indonesia.

Peran dan fungsi kepolisian Negara republik Indonesia.

1. fungsi kepolisian

Pasal 2: “fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan


Negara di bidang pemiliharan keamana dan ketertiban masyarakat”.
sedangkang pasal 3:” ayat (1) pengembangan fungsi kepolisian
adalah kepolisian Negara republic indoneisa yang dibuat oleh
a. kepolisian khusu

b. pegawa negri sipil atau


40
Ibid, hlm. 14-16
30
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (2) dimaksud dalam ayat (1)

huruf a,b, dan c, peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

hukum masing-masing41

3. Tugas Dan Wewenang Kepolisian

Dalam landasan pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan, bahwa tugas

pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

b. Menegakkan hukum

c. Memeberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat

Tugas kepolisian dalam melaksanakan tanggung jawabnya di

masyarakat juga tercantum dalam ketentuan Pasal 1 Undang-Undang

Nomor. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, maka kepolisan

bertugas :

a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum, mencegah

dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat,

memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk

memeberikan perlindungan dan pertolongan, mengusahakan ketaatan

warga negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara.

b. Dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan

dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-

41
httpas://sumbawa.ntb.polri.go.id/profil/tugas-fungsi-kewenangan-polri. Di Akses Pada Hari Senin 14
November 2022 pukul 12:00. Wita
31
Undang Hukum Acara Pidana dan peraturan Negara lainnya.

c. Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang daat membahayakan

masyarakat dan negara.

d. Melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya

oleh suatu peraturan negara.

Di dalam menjalankan tugas pokok memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, polisi mengupayakan untuk terciptanya suatu

kondisi yang aman dan tertib di dalam mayarakat. 42 Adapun beberapa

tugas pokok atau struktur oraganiasai khusunya kepolisian polsek kolaka

terbagi menjadi bebrapa untit di antaranya sebagai berikut:

1. BINMAS

Binmas bertugas melaksanakan pembinaan yang meliputi

kegiatan penyuluhan masyarakat sbb.

a) Pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan

masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b) Pengembangan peran serta masyarakat dalam pembinaan

keamana, ketertiban ,dan perwujudan kerja sama dengan

masyarakat

c) Pembinaan dibidang ketertiban masyarakat terhadap komponen

masyarakat terhadap komponen masyarakat antara lain remaja,

42
Momo Kelana, Op. Cit., hlm. 35.
32
pemuda, wanita, dan anak. 43

2. SABARA

Melaksanakan fungsi kepolisian tugas preventif terhadap

pelanggaran hukum atau gangguan kamtibmas dengan kegiatan

penjagaan, pengawalan dan patroli dengan sasaran pokoknya adalah:

memberikan perlindnungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat sbb.

a) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

b) Meniadakan unsur kesempatan atau peluang bagi anggota

masyarakat yang berniat melakukan pelanggaran hukum.

c) Melaksanakan search and resque (SAR) terbatas.44

3. RESKRIM

Satreskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan

pengawasan penyidikan tindak pidana sbb.

a) Pembinaan teknis terhadap adimistrasi penyelidikan dan

penyidikan, serta indentifikasi dan laboraturium forensik

lapangan.

b) Pelayanan dan perlindnungan khusus kepada remaja, anak, dan

wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesui dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

43
Https://Polrespati.Com/Eh/3-Job-Deskription-Binmas.Di Akses Pada Hari Senin 14 November 2022 pukul
1:30. Wita
44
Https://Www.Polreskendal.Net/Index.Php/Sat-Sabara. Di Akses Pada Hari Senin 14 November 2022 Pukul
3:10 Wita
33
c) Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan

umum.45

4. SENTRAL PELAYANAN KEPOLISIAN TERPADU (SPK)

Bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat,

dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama sbb.

a) Laporan polisi (LP)

b) Surat tanda trima laporan polisi (STTPLP)

c) Suarat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP)

d) Surat keterangan tanda lapor kehilangan (SKTLK)46

4. Penyidik Polsek Kolaka

STRUKTUR ORAGANISASI
UNIT RESKRIM

KAPOLSEK
MOH. ASYURA MAJID, S.H

AJUN KOMISARIS POLISI NRP 66050051

RICHUL

INSPEKTUR POLISI SATU NRP 71080493

KANIT
LABABA

BRIGADIR POLISI KEPALA NRP 804061448

45
https://tabessby.jatim.polri.gi.id/main/tupoksi/lihat/23/satuan-reserse-dan -kriminal-satreskrim Di Akses
Pada Hari Senin 14 November 2022 pukul 4:26. Wita
46
https://polri.go.id/spkt.Diakses pada hari senin, 14 November 2022 pukul 4:20 Wita.
34
BANIT I BANIT II BANIT III
ANDI HAMDI USMAN HAMSAR SODDING MUH. MUJRIR

BRIGADIR POLISI KEPALA NRP 86090526 BRIGADIR POLISI KEPALA NRP 84041386 BRIGADIR POLISI KEPALA NRP 86070724

Saat ini kanit reskrim dijabat oleh pak lababa perpangkat

(BRIKADIR), dan unsur pelaksanannya dijabat oleh banit I oleh Andi

Hamdi Usman (BRIGADIR), banit II oleh Hamsar Sodding

(BRIGADIR) dan banit III oleh Muh, Mujrir (BRIGADIR).

Satreskrim bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana secara transparan dan

akuntabel dengan penerapan SP2HP, memberi pelayanan dan

perlindungan khusus terhadap korban dan pelaku anak dan wanita,

menyelenggarakan fungsi identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan

mapun pelayanan umum, penyelenggara Pembinaan, koordinasi dan

pengawasan PPNS baik di bidang oprasional maupun adimistrasi

penyidikan sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangan.47

5. Proses Penyidikan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Dalam melakukan penyidikan terhadap anak yang berhadapan

dengan hukum, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari

pembimbing kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau

diadukan. Hal Ini diatur dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor

11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Kemudian yang

47
Sumber Polsek Kolaka, Bagian Reskrim (Reserse Dan Kriminal) Oleh Kanit Lababa.,BRIGADIR POLISI
KEPALA NRP 804061448
35
dimaksud dengan anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya

disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas tahun), tatapi

belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak

pidana. Adapun anak yang menjadi korban tindak pidana yang

selanjutnya disebut anak korban adalah anak yang belum berumur 18

(delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau

kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Sedangkan anak

yang menjadi saksi tindak pidana adalah anak yang belum berumur 18

(delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau

dialaminya sendiri.

Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak

hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan,

pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar

proses peradilan pidana. Jadi intinya pembimbing kemasyarakatan adalah

pegawai/petugas pemasyarakatan pada bapas atau balai pemasyarakatan

yang mempunyai tugas melakukan penelitian kemasyarakatan,

melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap

anak dalam proses system peradilan pidana anak. Pembimbing

kemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari system tata peradilan

pidana, seperti halnya polisi, jaksa, hakim dan panitera. Tugas

pembimbing kemasyarakatan diatur di dalam Pasal 65 Undang-Undang

36
Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Setelah

dilakukan penelitian kemasyarakatan terhadap perkara anak, hasil

penelitian kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Balai pemasyarakatan

(Bapas) kepada penyidik dalam waktu paling lama 3x24 jam (tiga kali

dua puluh empat) jam setelah permintaan penyidik diterima. Hal ini

diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak.48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis-Jenis Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian hukum dapat dilakukan dengan menggunakan 2

(dua) pendekatan. Tetapi penelitian skripsi ini pendekatan yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian Empiris (yuridis

sosilogis). Penelitian hukum yang menganalisa tentang penerapan

hukum dalam kenyataannya terhadap invidu, kelompok, masyarakat,

lembaga hukum dalam masyarakat dengan menitikberatkan pada

perilaku individu atau masyarakat, oraganisasi atau lembaga hukum


48
https://bpsdm.kemenkumham.go.id/informasi-publik/publikasi/pojok-penyuluhan-hukum/proses-
penanganan-perkara-anak-di-tingkat-penyidikan. Di Akses Pada Hari Selasa 15 November 2022 pukul 11:12.
Wita
37
dalam kaitannya dengan penerapan atau berlakunya hukum.49

B. Lokasi Penelitian

untuk memperoleh data–data dan informasi yang dibutuhkan,

maka penulis memilih lokasi penelitian di daerah kab. Kolaka yaitu

bertempat di kepolisan (polsek kolaka).

C. Sumber Data

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan data primer dan sukunder, dimana jenis datanya

meliputi:

1. Data Primer

data primer adalah data empirik yang diperoleh secara langsung di

lapangan atau lokasi penelitian. Melalui teknik wawancara dengan

pihak terkait yaitu dengan aparat penegak hukum kepolisian (polsek

kolaka)

2. Data Sekunder

data yang diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai literatur atau

studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan, jurnal, internet,

buku-buku, dan dokumen-dokumen yang berkaitan erat dengan

masalah yang akan diteliti

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dipergunakan dalam memperoleh data

sekunder melalui kepustakaan (library research) yang dilakukan

49
Dr. muhaimin, motode penelitian hukum ( mataram Universitas press, 2020) Hal. 83
38
denagn dua cara:

1. wawancara

Dilakukan untuk menggunakan data primer dengan cara

mewawancarai secara langsung dan terbuka kepada pihak penegak

hukum kepolisian (polsek kolaka), pada metode ini peneliti dan

responden berhadapan langsung ( face to face ) untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan tujuan mendapatkan data yang

dapat menjelaskan permasalahan.

2. Observasi

Suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan

pencatatan secara sistematis terhadap obejek yang aakan diteliti.

Observasi pada penelitian ini dilakukan dikabupaten kolaka di

kepolisian polsek kolaka .

3. Studi Dokumen

Dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dengan cara membaca

dan mempelajari artikel-ertikel pada majalah-majalah, tabloid-tabloit,

surat kabar dan buku-buku bacaan lainnya yang erat kaitannya

dengan permasalahan yang dibahas.

E. Teknik Pengolahan Data

Metode pengolahan data pengolahan data adalah suatu proses

dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara

atau rumusan- masalah tertentu. Data yang kemudian dikumpulkan

kemudian diolah, pengolahan data pada umumnya dilakukan dengan

39
cara sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (Editing)

Pengecekan atau pengoresksian data yang telah dikumpulkan,

karena kemungkinan data yang masuk atau terkumpul itu tidak

logis dan meragukan.

2. Sistematis Data (Sistemazing),

Mendapatkan data menurut kerangka sistematika bahan dasar

berdasarkan urutan masalah.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dianalisis

secara kualitatif, yaitu menggunakan masalah, mengemukakan

pendapat, dan memecahkan permasalahan aspek hukumnya. Kemudian

disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan

menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya

dengan penelitian ini. Dari hasil analisis tersebut akan diperoleh

kesimpulan yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang

dibahas dalam penulisan proposal skripsi ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amir IIyas. 2012 Asas-Asas hukum pidana memberikan tindak pidan dan
pertanggungjawaban pidana sebagai Syarat pemidanaan. Yokyakarta.
Penerbit Rangkang Education Yogyakarta & puKAP Indonesia. Hlm. 18.

Andi Hamzah,delik-delik tertntu (Speciallie Delicten) di dalam KUHP. 2007.


Hlm. 77.

Badan penelitian dan pengembangan HAM kementrian hukum dan HAM


berkerja sama dengan badan penelitian dan pengembangan daerah
provinsi Sulawesi selatan,penerapan restorative justice dalam upaya
perlindungan anak yang berkonflik dengan hukum dengan hukum, Cet. 1
(jakarta: Arya Jaya Utama, 2013). Hlm 31.

Badan penelitian dan perkembangan HAM kementrian hukum dan HAM, buku
pedoman.. hlm.27.

41
Gatot suparmono, hukum acara peradilan anak,(Jakarta: percetakan intan sejat

Klaten,2007), hlm 3-4

H.Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri),


penerbit Laksbang Mediatama, Surabaya, hlm.53.

Ismala dewi,2015,sistem peradilan pidana anak peradilan untuk keadilan


restoratif, jakarta hlm. 57

Lembaga bantuan hukum jakarta, mengawal perlindungan anak berhadapan


dengan hukum:pendidikan dan laporan monitoring paralegal LBH
Jakarta untuk anak yang berhadapan dengan hukum, hlm 14-15

Marlina, peradilan pidana anak di Indonesia:pengembangan konsep Diversi


danrestorative justice (bandung :Refika Aditama, 2009) Hlm.22.

Momo Kelana, 1994, Hukum Kepolisian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia


Jakarta,hlm. 13

Nasir Djamil, anak bukan untuk dihukum, hlm. 137.

P.P.F. lamintang. 1997. Dasar-dasar hukum pidana Indonesia. Bandung.


Penerbit PT. Citra Aditiya Bakti. Hal. 193.

Rizki Muhammad Gerry, KUHP & KHP (jakarta: permata press, 2007), h. 575-
756.

Tim pustaka setia 2002. Undang-undang dasar 1945 setelah amandemen


keempat tahun 2002. Bandung .CV. pustaka setia. Hal. 23

W.J.S Purwodarminto, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka


Jakarta, hlm. 763.

B. UNDANG-UNDANG

Pasal 1 ayat (6) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sisitem peradilan
pidana anak.

Pasal 7 ayat (2) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan
pidana anak.

pasal 8 ayat (1) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan
pidana anak.

42
Pasal 8 ayat (3)undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sisitem peradilan
pidana anak.

Pasal 9 ayat (1) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sisitem peradila
pidana anak

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

Undang-undang nomor 2 tahun 2002 , tentang kepolisan Negara republik


Indonesia.

C. JURNAL/PUBLIKASIH DAN KARYAH ILMIAH

Jurnal, diversi dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia dan tinjauannya
menurut hukum islam. Tahun 2017.

Yenti garnasih. “kebebasan berpendapat dan kebijakan criminal”.(LBH pres).

Jurnal Konstruksi Hukum. Vol. 3, No. 1, Januari 2022.

D. WIBSITE

https://respository.uir.ac.id/1875/1/171010555.pdf. Diakses pada hari senin, 14


November 2022 pukul 10:30 Wita.

https://bpsdm.kemenkumham.go.id/informasi-publik/publikasi/pojok-
penyuluhan,hukum/proses-penanganan-perkara-anak-di-tingkat-
penyidikan Diakses pada hari selasa, 15 desember 2022 pukul 11:12
Wita.

https://mh.uma.ac.id/apa -itu-diversi Diakses pada hari sabtu, 10 November 2022


pukul 11:33 Wita.

httpas://sumbawa.ntb.polri.go.id/profil/tugas-fungsi-kewenangan-polri.Diakses
pada hari senin, 14 November 2022 pukul 12:00 Wita.

https://polrespati.com/eh/3-job-deskription-binmas.Diakses pada hari senin, 14


November 2022 pukul 1:30 Wita.

https://www.polreskendal.net/index.php/sat-sabara. Diakses pada hari senin, 14


November 2022 pukul 3:10 Wita.

https://tabessby.jatim.polri.gi.id/main/tupoksi/lihat/23/satuan-reserse-dan-
kriminal-satreskrim Diakses pada hari senin, 14 November 2022 pukul
43
4:26 Wita.

https://polri.go.id/spkt. Diakses pada hari senin, 14 November 2022 pukul 4:20


Wita.

44

Anda mungkin juga menyukai