Anda di halaman 1dari 9

JURNAL FAHUM Vol. 1, No.

1, (2024) 1

Pertanggungjawaban Pidana Anak Di Bawah


Umur: Kedewasaan Anak, Teori, dan Ancaman
Pemidanaan
ANNISA DEWI
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Jl. Kapten Muchtar Basri No.3, Glugur Darat II, Kec. Medan Tim., Kota Medan, Sumatera Utara
20238

E-mail: nisadewii824@gmail.com
Abstrak—Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak terkait dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak membawa
paradigma baru dalam penanganan anak yang berhadapan I. PENDAHULUAN

A
dengan hukum, khususnya dalam kasus anak yang melakukan nak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
tindak pidana. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini
keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan
adalah metode penelitian yuridis normatif; kajian terhadap
prinsip-prinsip hukum, norma-norma hukum dalam undang- sebuah bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak
undang dan peraturan perundang-undangan serta keputusan memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan bahwa
pengadilan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup,
perlindungan hukum terhadap anak yang berkonflik dengan tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari
hukum dalam sistem peradilan anak adalah perlakuan khusus kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu, kepentingan
untuk memastikan pertumbuhan fisik dan mental anak sebagai
terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan terbaik
generasi berikutnya yang harus dipertimbangkan di masa depan.
Oleh karena itu, tujuan dari peradilan anak bukan hanya untuk bagi kelangsungan hidup umat manusia. Konsekuensi dari
menyatakan apakah suatu peristiwa konkret terbukti dan ketentuan Pasal 28B Undang Undang Dasar Negara Republik
kemudian membuat putusan, tetapi untuk menyelesaikan kasus Indonesia Tahun 1945 perlu ditindaklanjuti dengan membuat
anak, jika mencapai tingkat pengadilan, kasus tersebut harus kebijakan pemerintah yang bertujuan melindungi Anak. Anak
diselesaikan, tidak sampai pada putusan yang tidak dapat perlu mendapat perlindungan dari dampak negatif
dilaksanakan atau bahkan menimbulkan kasus atau masalah
baru.
perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di
bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan
Kata kunci: perlindungan anak nakal, peradilan anak dan teknologi, serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian
orang tua yang telah membawa perubahan sosial yang
mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat
Abstact---Law Number 11 of 2012 concerning the Criminal berpengaruh terhadap nilai dan perilaku Anak.
Justice System for Children related to Law Number 3 of 1997
concerning Juvenile Courts brings a new paradigm in the Prinsip perlindungan hukum terhadap Anak harus sesuai
handling of children facing the law, especially in this case dengan Resolusi PBB 44/25 tentang Konvensi Hak hak Anak
children who commit crimes.The research method used in this (Convention on the Rights of the Child the Child)
study is a normative juridical research method; the study of sebagaimana telah diratifikasi oleh pemerintah Republik
legal principles, legal norms in the laws and regulations and Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990
court decisions.The research finding shows that legal tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child
protection of children in conflict with the law in the juvenile (Konvensi tentang Hak-Hak Anak). Bukti keseriusan negara
justice system is a special treatment in order to ensure the Republik Indonesia dalam mengadopsi Resolusi Konvensi
physical and mental growth of children as the next generation Hak hak Anak, maka dikeluarkanlah Undang Undang Nomor
that must be considered in the future.So the goal of juvenile
3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sebagai ”pengaturan
justice is not only to declare whether a concrete event is
pengecualian dalam melaksanakan hukum formal
proven and then to make a verdict, but to settle a child’s case,
sebagaimana yang diatur pada Undang undang Nomor 8
if it reaches the court level, the case must be resolved, not
until the verdict cannot be implemented or even cause new Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang lama
cases or problems. pelaksanaan penahanannya ditentukan sesuai dengan
kepentingan anak dan pembedaan ancaman pidana bagi anak
Keywords : naughty cild protection, juvenile justice yang ditentukan Kitab Undang Hukum Pidana yang
penjatuhan pidananya ditentukan ½ (satu per dua) dari
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 2

maksimum ancaman pidana yang dilakukan orang dewasa, kualitatif yakni pemilihan pasal-pasal terpenting yang berisi
sedangkan penjatuhan pidana mati dan pidana penjara seumur kaidah-kaidah hukum yang berkenaan dengan Perlindungan
hidup tidak diberlakukan terhadap anak.” Hal ini dipahami Hukum Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi Anak yang Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
berhadapan dengan hukum agar Anak dapat menyongsong Sistem Peradilan Pidana Anak, kemudian membuat
masa depannya yang masih panjang serta memberi sistematika dari pasa-lpasal tersebut sehingga akan
kesempatan kepada Anak agar melalui pembinaan akan menghasilkan klasifikasi sesuai dengan permasalahan yang
diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, dibahas dalam penelitian ini. Kemudian data-data
bertanggung jawab, dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis untuk
masyarakat, bangsa, dan negara. Namun, faktanya dalam menjelaskan hubungan antar data, sehingga selain
pelaksanaannya Anak diposisikan sebagai objek. Undang menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga
undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang
Pengadilan Anak sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dimaksud. Prinsip Prinsip Dalam Sistem Peradilan Pidana
hukum dalam masyarakat dan belum secara komprehensif Anak di Indonesia
memberikan perlindungan khusus kepada Anak yang
berhadapan dengan hukum. Dengan demikian, perlu adanya Sistem peradilan pidana anak di Indonesia diantaranya terdiri
perubahan paradigma dalam penanganan Anak yang dari beberapa unsur yang merupakan satu kesatuan yakni,
berhadapan dengan hukum, antara lain didasarkan pada peran penyidik anak, penuntut umum anak, hakim anak dan petugas
dan tugas masyarakat, pemerintah, dan lembaga negara lembaga pemasyarakatan anak. Setiap unsur-unsur tersebut
lainnya yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya harus
meningkatkan kesejahteraan Anak serta memberikan mewujudkan prinsip perlindungan hukum yang terkandung
perlindungan khusus kepada Anak yang berhadapan dengan dalam undangundang sistem peradilan pidana anak dimana
hukum. Sehingga lahirlah Undang undang Republik Indonesia prinsip perlindungan hukum terhadap anak yang berkonflik
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dengan hukum harus sesuai juga dengan Konvensi Hak-Hak
merupakan pengganti Undang undang Republik Indonesia Anak (Convention on the Rights of the Child) sebagaimana
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang efektif telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
mulai berlaku setelah 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
diundangkan. Penyusunan Undang undang Republik Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi
Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan tentang HakHak Anak). Adapun dalam sistem peradilan
Pidana Anak merupakan penggantian terhadap Undang pidana anak khususnya anak yang berkonflik dengan hukum
undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang harus dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip.
Pengadilan Anak yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
terwujud peradilan yang benar benar menjamin perlindungan Perlindungan yang meliputi kegiatan yang bersifat langsung
kepentingan terbaik terhadap Anak yang berhadapan dengan dan tidak langsung dari tindakan yang membahayakan anak
hukum sebagai penerus bangsa. Undang undang Nomor 11 yang berkonflik dengan hukum secara fisik dan/atau secara
Tahun 2012 tersebut menggunakan nama Sistem Peradilan psikis. Hakikatnya pemberian perlindungan terhadap anak
Pidana Anak tidak diartikan sebagai badan peradilan telah ada sejak berdirinya negara Indonesia, dimana dalam
sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (2) Undang undang pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa tujuan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang didirikannya negara ini antara lain untuk memajukan
menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa.
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di Jadi dapat dimaknai bahwa kesejahteraan umum dan
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya dilakukan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan melalui proses pendidikan, halmana ruang-ruang belajar pada
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah umumnya berisi anak anak segala usia.
Konstitusi. Namun, Undang undang ini merupakan bagian dari
lingkungan peradilan umum. Nondiskriminasi disini adalah tidak adanya perlakuan yang
berbeda didasarkan pada suku, agama, ras, golongan, jenis
kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, serta
kondisi fisik dan/atau mental. Prinsip ini jelas bahwa setiap
II. KAJIAN TEORI
unsur penyelenggara dalam sistem peradilan pidana anak
Bahan hukum primer yang digunakan di dalam penelitian ini untuk tidak sekali kali melakukan praktik diskriminasi
adalah Norma ataupun kaedah dasar yakni Peraturan terhadap anak dengan alasan apapun. Dengan demikian
perundang-undangan yang berkaitan perlindungan hukum siapapun tidak boleh memperlakukan anak yang berkonflik
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum secara khusus dengan hukum dengan memandang ia berasal dari aliran etnis
dikaji dari Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 apapun, termasuk dari kelompok sosial ekonomi apapun.
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Data
yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara Kepentingan terbaik bagi anak merupakan segala pengambilan
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 3

keputusan harus selalu mempertimbangkan kelangsungan dapat dijatuhi pidana terahadap anak berdasarkan ketentuan
hidup dan tumbuh kembang anak yang berkonflik dengan pasal 69 Undang undang Sistem Peradian Pidana anak adalah
hukum. Prinsip ini mengingatkan kepada semua harus berumur 14 (empat belas) tahun keatas.
penyelenggara sistem paradilan pidana anak bahwa
pertimbangan pertimbangan dalam pengambilan keputusan Kesepakatan Internasional Atas Prinsip Dalam Sistem
menyangkut masa depan anak. Maidin gultom berpendapat Peradilan Anak
bahwa prinsip ini dipandang sebagai of paramount importence
(memperoleh prioritas tinggi) dalam setiap keputusan yang Secara khusus, perhatian dunia terhadap perlindungan anak
menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk telah dimulai sejak munculnya Deklarasi Jenewa tentang Hak-
melindungi anak akan mengalami banyak batu sandungan. hak Anak pada tahun 1924. Deklarasi tersebut telah diakui
pula dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia (Universal
Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang Declaration of Human Right) tahun 1948. Berawal dari
berkonfilk dengan hukum merupakan hak asasi yang paling peristiwa tersebut dalam perkembangan selanjutnya pada
mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, tanggal 20 Nopember 1959 Majelis Umum Perserikatan
masyarakat, keluarga, dan orang tua, sehingga bila anak yang BangsaBangsa (PBB) mengesahkan Deklarasi Hak-hak Anak
berkonflik dengan hukum hakikatnya kelangsungan hidup dan (Declaration of the Rights of the Child). Deklarasi anak
tumbuh kembangnya tetap harus diperhatikan, dimana negara tersebut ditindak lanjuti dengan Konvensi Hak-hak Anak
harus menyediakan lingkungan yang kondusif, sarana dan (Convention on the Righst of the Child) yang termuat dalam
prasarana hidup yang memadai, serta akses setiap anak untuk Resolusi PBB No. 40/25 tanggal 20 Nopember 1989. Dalam
memperoleh kebutuhan kebutuhan dasar, bukan sebaliknya upaya memberikan perlindungan hukum bagi anak, Konvensi
bila anak yang berkonflik dengan hukum ini dipenjara, maka menyatakan secara tegas jaminan-jaminan hukum yang harus
kebutuhannya diperkosa. diberikan oleh Negara-negara peserta terhadap anak pelaku
tindak pidana dimana dalam Pasal 37 konvensi tersebut
Pembinaan dan pembimbingan anak yang berkonflik dengan menyatakan bahwa:
hukum merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas,
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap
A. Tak seorang anakpun boleh mengalami siksaan atau
dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta
perlakuan yang kejam, perlakuan atau hukuman yang tidak
kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di dalam maupun di manusiawi atau menurunkan martabat. Hukuman mati dan
luar proses peradilan pidana. Pembimbingan disini merupakan hukuman seumur hidup tidak akan dijatuhkan tanpa
pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kemungkinan pembebasan untuk kejahatan yang dilakukan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, oleh anak.
pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani
dan rohani klien pemasyarakatan.
b. Tidak seorangpun akan dirampas kemerdekaannya secara
tidak sah atau sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan
Proporsional disini merupakan segala perlakuan terhadap anak
atau penghukuman seorang anak harus sesuai dengan hukum
yang berkonflik dengan hukum harus memperhatikan batas
dan akan diterapkan sebagai upaya terakhir dan untuk jangka
keperluan, umur, dan kondisi anak. Artinya ketika anak
waktu yang paling pendek.
melakukan tindak pidana maka setiap unsur penyelenggara
sistem peradilan pidana anak harus arif dan bijaksana ataupun
c. Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya akan
melakukan diskresi karena pelaku disini adalah anak, yang
diperlakukan secara manusiawi dan dihormati martabat
mana dalam setiap tingkatan pemeriksaan wajib
kemanusiaannya dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
mengupayakan keadilan restoratif (restorative justice) dan
orang seusianya. Khususnya, setiap anak yang dirampas
mewujudkan diversi.
kemerdekaannya akan dipisahkan dari orang-orang dewasa
kecuali bila dianggap bahwa tidak melakukan hal ini
Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
merupakan kepentingan terbaik dari anak yang bersangkutan
terakhir adalah karena pada dasarnya anak tidak dapat
dan ia berhak untuk mengadakan hubungan dengan
dirampas kemerdekaannya, kecuali terpaksa guna kepentingan
keluarganya melalui surat menyurat atau kunjungan-
penyelesaian perkara. Hal ini terjadi dikarenakan upaya
kunjungan, aman dalam keadaan-keadaan khusus.
keadilan restoratif tidak berhasil dilaksanakan, mungkin pihak
korban tidak menyetujui keputusan keadilan restoratif,
D.Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya berhak
misalnya anak melakukan tindak pidana pembunuhan, dimana
secepatnya memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain yang
keluarga korban tetap minta harus diproses sesuai dengan
layak, dan juga berhak untuk menggugat keabsahan
ketentuan hukum pidana, sehingga terjadilah perampasan
perampasan kemerdekaan itu di depan pengadilan atau pihak
kemerdekaan dan pemidanan ini. Perampasan kemerdekaan
yang berwenang, dan independen dan tidak memihak, dan
dan pemidanaan disini harus merupakan penghindaran
berhak atas suatu keputusan yang cepat mengenai hal tersebut.
pembalasan dimana menjauhkan upaya pembalasan dalam
proses peradilan pidana tersebut. Mengenai batasan umur yang
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 4

Adanya perlindungan hukum terhadap anak, sejak Sidang Pleno PBB ke-68, tanggal 14 Desember 1990. Dalam
dilangsungkannya Kongres Perserikatan Bangsa Bangsa konsiderannya, Riyadh Guidelines sadar akan besarnya jumlah
mengenai The Prevention of Crime and the Treatment of anak baik yang mungkin berkonflik dengan hukum maupun
Offender tahun 1955 juga menjadi bahan pemikiran para pakar tidak ditelantarkan, diabaikan, diperlakukan salah, dipaparkan
hukum. Berkenaan dengan jaminan perlindungan yang diakui pada penyalahgunaan narkoba, berada dalam lingkungan yang
oleh hukum sebagaimana diatur dalam prinsip ke dua dari terpinggirkan, dan secara umum berisiko sosial. Karena itu,
Deklarasi Hak-hak Anak, juga ketentuan-ketentuan dipertimbangkan manfaat-manfaat dari kebijakan yang
sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Hak-hak Anak, progresif bagi pencegahan kenakalan anak dan bagi
dalam Kongres-Kongres PBB selanjutnya perlindungan kesejahteraan masyarakat. Pada bagian lampiran Riyadh
hukum terhadap anak lebih ditekankan kepada masalah Guidelines disebutkan bahwa pencegahan tindak pidana anak
Peradilan Anak (Juvenile Justice). merupakan bagian utama pencegahan kejahatan dalam
masyarakat. Melalui kegiatan-kegiatan yang secara sosial dan
Hal tersebut nampak dengan dibicarakannya masalah juvenile hukum bermanfaat, dan dengan menerapkan orientasi
justice dalam kongres PBB ke-VI di Caracas, Venuzuela, pada kemanusiaan terhadap masyarakat maupun pandangan hidup,
tahun 1980, yang menghasilkan suatu resolusi mengenai kaum muda dapat mengembangkan sikap-sikap non-
Developmentof Minimum Standards of juvenile justice. criminogenic.
Dalam resolusi ini diletakkan prinsip-prinsip dasar untuk
penyelenggaraan peradilan anak dalam rangka melindungi Riyadh Guidelines mengakui bahwa sejalan dengan sistem
hak-hak asasi anak yang terlibat dalam persoalan hukum. hukum nasional, kesejahteraan anak-anak sejak dini harus
Resolusi ini pula yang mendorong dunia internasional menjadi fokus setiap program pencegahan. Kebutuhan akan
memberi perhatian khusus terhadap perlindungan hukum bagi pentingnya kebijakan-kebijakan progresif mengenai
anak dalam proses peradilan. pencegahan tindak pidana, kajian yang sistematis, dan
penjabaran upaya-upaya tersebut hendaknya diakui. Kebijakan
Atas dasar hal tersebut, bermula dari pembicaraan antar dan upaya-upaya yang dilakukan, diantaranya, mencakup
regional di Beijing, selanjutnya menghasilkan suatu pertimbangan bahwa perilaku dan perangai anak yang tidak
kesepakatan tentang United Nations Standard Minimum Rule sejalan dengan keseluruhan nilai dan norma sosial sering kali
for the Administraton of Juvenile Justice atau lebih dikenal merupakan bagian proses pendewasaan dan pertumbuhan.
dengan Beijing rules. Hasi pembicaraan tersebut disetujui oleh Pada kebanyakan individu, perilaku tersebut cenderung hilang
Kongres PBB ke-VII di Milan tanggal 6 September 1985dan dengan sendirinya seiring dengan transisi ke masa dewasa.
dikukuhkan oleh MU-PBB dalam Resolusi No.40/33. Dalam Pada sisi lain muncul satu kesadaran bahwa menurut pendapat
resolusi tersebut, Kongres menyerukan kepada semua utama para pakar, memberi label “pembangkang” kepada
anggotanya agar diimplementasikan dalam setiap peraturan anak, “pelaku pidana (delinquent)”, atau “para pelaku pidana
perundang-undangan peradilan anak di masing-masing negara. (predelinquent)” sering kali menyumbang kepada
Bahkan dalam Kongres PBB tentang The Prevention of Crime perkembangan pola konsisten perilaku yang tidak dikehendaki
and the Treatment of Offender ke-IX yang diselenggarakan di anak. 2. Beijing Rules
Kairo, Mesir pada tahun 1995, Kongres menekankan kembali
agar setiap negara anggota untuk memperhatikan tiga Beijing Rules sangat dikenal dikalangan para aktivis pembela
instrumen hak-hak anak karena untuk pertama kalinya secara detail
masyarakat Internasional memiliki ketentuan minimal
Internasional. bagaimana memperlakukan anak-anak yang. Berhadapan
dengan hukum. Oleh sebab itulah Beijing Rules juga disebut
Ketiga instrumen tersebut adalah The United Nations sebagai “Peraturan Minimum Standar Perserikatan Bangsa-
Guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquency (The Bangsa mengenai Administrasi Peradilan Anak”.Ketentuan ini
Riyadh Guidelines); The United Nations Standard Minimum disahkan melalui Resolusi Majelis PBB Nomor 40/33 tanggal
Rules for the 29 November 1985. Resolusi ini secara tegas mengakui bahwa
anak, karena tahapan awal perkembangan manusianya,
Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules); The memerlukan bantuan dan perawatan khusus berkenaan dengan
United Nations Rules for the Protection of Juvenile Deprived perkembangan fisik.mental, dan sosialnya, serta memerlukan
of perlindungan hukum mengenai kondisi damai, kemerdekaan,
martabat, dan keamanannya. Resolusi ini di antaranya memuat
Their Liberty (The Havana Rules). sembilan prinsip umum disertai penjelasan yang terdiri atas:
persepektifperspektif dasar, ruang lingkup peraturanperaturan
Sebagaimana dijabarkan di bawah ini : dan definisi-definisi yang digunakan, perluasan peraturan-
peraturan, usia pertanggungjawaban pidana, tujuan pengadilan
1. Riyadh Guidelines anak, ruang lingkup kebebasan membuat keputusan, hak-hak
anak, perlindungan privasi, dan klausul penyelamat. 3. Havana
Resolusi ini ditetapkan melalui Resolusi Nomor 45/112 dalam Rules
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 5

dengan hukum sebagaimana telah diuraikan diatas.


Havana Rules merupakan Resolusi PBB Nomor 45/113, hasil
Sidang Pleno PBB ke-68 tanggal 14 Desember 1990, berisi
mengenai Peraturan PBB untuk perlindungan anak yang
dicabut kebebasannya, yang merupakan pelengkap Beijing
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rules.
Batasan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
Dalam konsiderannya, instrumen Internasional ini secara tegas
mengkhawatirkan kondisi dan keadaan anak yang sedang Pengertian anak dalam kaitan dengan perilaku anak yang
dicabut kebebasannya di dunia, juga mewaspadai bahwa anak berkonflik dengan hukum biasanya dilakukan dengan
yang dicabut kebebasannya sangat rentan terhadap abuse, mendasarkan pada tingkatan usia, dalam arti tingkat usia
menjadi korban, dan dilanggar hak-hak mereka. Resolusi juga berapakah seseorang dikatakan anak. Selain itu ada pula yang
memprihatinkan banyak sistem yang tidak membedakan melakukan pendekatan psikososial dalam usahanya
antara orang dewasa dan anak dalam berbagai tahapan merumuskan tentang anak. Anak yang berkonflik dengan
penyelenggaraan pengadilan sehingga anak ditempatkan di hukum identik dengan kenakalan anak. Kenakalan anak
penjara bersama-sama orang dewasa. diambil dari istilah juvenile delinquency, tetapi anak yang
berkonflik dengan hukum ini bukan kenakalan yang dimaksud
Oleh sebab itu, Havana Rules menegaskan bahwa penempatan pada Pasal 489 KUHPidana.
seorang anak dalam suatu institusi hendaknya selalu menjadi
disposisi upaya terakhir dan untuk waktu Istilah juvenile delinquency, berasal dari juvenile artinya
sesingkatsingkatnya.Diakui, karena tingkat kerentanannya young, anak- anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa
yang tinggi, anak yang dicabut kebebasannya memerlukan muda, sifat sifat khas pada periode remaja; sedangkan
perhatian dan perlindungan khusus.Hakhak dan kesejahteraan delinquency artinya wrong doing, terabaikan/mengabaikan,
mereka hendaknya dijamin selama dan setelah masa mereka yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, anti sosial,
dicabut kebebasannya. kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror,
tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.
Pada akhirnya Havana Rules menyetujui peraturan PBB
tentang perlindungan anak yang dicabut kebebasannya yang Pada hakikatnya, batasan anak yang berkonflik dengan hukum
termaktub dalam lampiran resolusi tersebut. Lampiran Havana dalam kaitan hukum pidana yang berarti melingkupi
Rules meliputi perspektif dasar, cakupan dan penerapan pengertian anak yang diduga melakukan tindak pidana.
peraturan, anak yang ditahan atau menunggu proses Menurut Maulana Hasan Wadong meliputi dimensi
pengadilan, pengelolaan fasilitasfasilitas anak, dan pengertian sebagai berikut:
personalia.Hal paling dasar dari lampiran Havana Rules
sebagaimana tertuang dalam perspektif dasaradalah seruan 1. Ketidakmampuan untuk pertanggungjawaban tindak
agar sistemperadilan anak hendaknya menjunjung tinggi pidana;
hakhak dan keamanan, dan mengedepankan kesejahteraan
jasmani dan rohani anak. Pemenjaraan hendaknya digunakan 2. Pengembalian hak-hak anak dengan jalan
sebagai upaya terakhir. mensubstitusikan hak-hak anak yang timbul dari
lapangan hukum keperdataan, tata negara, dengan
Hakikatnya dalam rangka melindungi anak yang berkonflik maksud untuk mensejahterakan anak;
dengan hukum dari perlakuan semena-mena di depan hukum
tidak pernah berhenti. Walaupun Konvensi Hak Anak
merupakan konvensi yang paling banyak diratifikasi negara- 3. Rehabilitasi, yaitu anak berhak untuk mendapatkan
negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam perbaikan mental spiritual akibat dari tindakan
praktiknya tidaklah semua berjalan lancar sesuai yang hukum pidana yang dilakukan anak itu sendiri;
dicitacitakan para pejuang hak asasi manusia. Dalam
realitasnya implementasi nilai nilai hak asasi manusia 4. Hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan;
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya (kearifan lokal)
masing masing negara. Belum lagi satu kenyataan bahwa
nilai-nilai hak asasi manusia merupakan nilai baru pada 5. Hak-hak anak dalam proses hukum acara pidana.
banyak bangsa sehingga dibutuhkan satu guideline
implementasi agar nilai universal bisa dilaksanakan negara- Dilihat dari tingkatan usia, batasan seseorang dikategorikan
negara pihak yang meratifikasi konvensi, yang dikenal sebagai sebagai anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilihat
standar PBB tentang Peradilan Anak sebagaimana telah pada gambaran berikut ini, dimana di berbagai negara di dunia
diuraikan diatas. Hal tersebut telah diadopsi dalam Undang tidak ada keseragaman tentang batasan umur seseorang
undang Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia dalam rangka dikategorikan sebagai anak, seperti:
memberikan perlindungan khusus bagi anak yang berkonflik
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 6

1. Amerika Serikat, 27 negara bagian menentukan batas sebagai batas minimal diserahkan kepada Negara-negara di
umur antara 8 tahun sampai 18 tahun, sementara 6 dunia yang disesuaikan dengan kondisi sosial kemasyarakatan
negara bagian lain menentukan batas umur antara 8 negara yang bersangkutan.
tahun sampai 17 tahun, sementara ada pula negara
bagian yang lain menentukan batas umur antara 8 Di Indonesia, penentuan batas usia anak dalam kaitan
tahun sampai 16 tahun; dengan pertanggungjawaban pidana, telah diatur secara
eksplisit setelah pada 19 Desember 1996, Dewan Perwakilan
2. Inggris, ditentukan batas umur antara 12 tahun Rakyat telah menyetujui dan mengesahkan Rancangan
sampai 16 tahun;
Undang-Undang yang kemudian diundangkan pada 3 Januari
1997 dan mulai berlaku pada 3 Januari 1998 (UndangUndang
3. Australia, kebanyakan negara bagian menentukan Nomor 3 Tahun 1997, Lembaran Negara Republik Indonesia
batas umur antara 8 tahun sampai 16 tahun; Nomor 3668).

4. Belanda, menentukan batas umur antara 12 tahun Dalam UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
sampai 18 tahun; Pengadilan Anak, Pasal 1 butir (1) merumuskan bahwa Anak
adalah orang yang dalam perkara Anak nakal telah mencapai
umur 8 tahun, tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan
5. Srilangka, menentukan batas umur antara 8 tahun belum pernah kawin. Dari rumusan yang telah ada tersebut,
sampai 16 tahun; Wagiati Soetodjo menyatakan bahwa pembentuk undang-
undang telah mempunyai ketegasan tentang usia berapa
6. Iran, menentukan batas umur antara 6 tahun sampai seseorang diartikan sebagai anak di bawah umur, sehingga
18 tahun; berhak mendapat keringanan hukuman demi menerapkan
perlakuan khusus bagi kepentingan psikologi anak. Melihat
batasan sebagaimana yang dituangkan pada Undang-Undang
7. Jepang dan Korea, menentukan batas umur antara 14 Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tersebut yang
sampai 20 tahun; dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi anak yang
berhadapan dengan hukum dalam hal ini anak yang diduga
8. Taiwan, menentukan batas umur antara 14 tahun melakukan tindak pidana. Sebenarnya, apabila memperhatikan
sampai 18 tahun; 9. Negara-negara ASEAN lain, kondisi sosial kemasyarakatan di Indonesia, batasan usia
antara lain: Kamboja, menentukan batas umur antara minimum 8 tahun tersebut sangatlah rendah bila dikaitkan
15 tahunsampai 18 tahun;Filipina antara 7 dengan kemampuan untuk dapat dipertanggungjawabkan
tahunsampai 16 tahun; Malaysia antara 7 tahun secara pidana, sebagai konsekuensi terhadap dugaan tindak
sampai 18 tahun; Singapura antara 7 tahun sampai 18 pidana yang telah dilakukan si anak. Oleh karena itu Dewan
tahun. Perwakilan Rakyat telah menyetujui dan mengesahkan
Rancangan UndangUndang terbaru yang kemudian
diundangkan pada 30 Juli 2012 yakni Undang-Undang Nomor
Batasan usia juga dapat dilihat pada dokumen dokumen 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Internasional, seperti:Task Force on Juvenile Delinquency
Prevention, menentukan bahwa seyogianya batas usia Mengenai batasan anak yang berkonflik dengan hukum yang
penentuan seseorang dikategorikan sebagai anak dalam diduga melakukan tindak pidana pada Undang undang ini
konteks pertanggungjawaban pidananya, ditetapkan usia telah jelas mengatur sebagaimana dimuat pada Pasal 1 butir
terendah 10 tahun dan batas atas antara 16 tahun sampai 18 (3) yang memberikan batasan bahwa anak yang berkonflik
tahun. Resolusi PBB 40/3 3 tentang UN Standard Minimum dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak
Rules for the Administration ofJuvenileJustice (Beijing Rules) yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
menetapkan batasan anak yaitu seseorang yang berusia 7 berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan
tahun sampai 18 tahun. tindak pidana. Dengan berubahnya batasan usia anak dalam
perbuatan pidananya yakni dua belas tahun sebagai batasan
Memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh beberapa minimum dalam kaitan pertanggungjawaban pidana, hal ini
Negara-negara terkait perumusan tentang batasan usia kategori telah sesuai dengan Dokumen Internasional The United
anak yang berkonflik dengan hukum dalam kaitan dengan Nations guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquency
pertanggungjawaban pidana, menunjukkan bahwa sebagian (The Riyadh Guidelines) dalam Resolusi PBB No. 45/112
besar mengatur usia minimum anak antara usia 7 tahun dan 8 tanggal 14 Desember 1990 yang merekomendasikan bahwa
tahun, dan apabila dikaitkan dengan Instrumen Internasional minimum age bagi anak yang telah melakukan tindak pidana,
yang mengatur tentang anak dalam kaitan dengan sebaiknya jangan ditentukan terlalu rendah. Jadi usia dua belas
pertanggungjawaban pidana, Beijing Rules mengatur hal yang tahun sebagai batasan minimum dalam kaitan
serupa, walaupun sebenarnya berapapun usia yang ditentukan pertanggungjawaban pidana lebih mengena karena batas usia
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 7

ini si anak sudah mulai mengerti dan memahami akan serta mental anak sebagai generasi penerus yang harus
konsekuensi dari tindakan tindakan yang telah dilakukannya. diperhatikan masa depannya. Tujuan peradilan bukan hanya
menyatakan terbukti tidaknya suatu peristiwa konkrit dan
Dari berbagai pendapat yang memberikan batasan tentang kemudian menjatuhkan putusan saja, melainkan
anak yang berkonflik dengan hukum, menunjukkan bahwa menyelesaikan perkara. Putusan itu harus menuntaskan
juvenile delinquency adalah perilaku anak yang telah berumur perkara, jangan sampai putusan itu tidak dapat dilaksanakan
dua belas tahun, tetapi belum berumur delapan belas tahun atau bahkan menimbulkan perkara atau masalah baru.
yang diduga melakukan perbuatan yang melanggar norma Mengingat bahwa anak harus mendapat perlindungan dan oleh
hukum, dan dapat dipertanggungjawabkannya, dimana dalam karena itu perlu mendapat perhatian dan perlakuan khusus
hukum formilnya lebih mengedepankan pendekatan keadilan pula, maka dalam sistem peradilan pidana anak ini janganlah
restoratif yang merupakan penyelesaian perkara tindak pidana hendaknya dititikberatkan kepada terbukti tidaknya perbuatan
dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, atau pelanggaran yang dilakukan si anak semata-mata tetapi
dan pihak lain yang terkait untuk bersama sama mencari harus lebih diperhatikan dan dipertimbangkan latar belakang
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan dan sebab-sebab serta motivasi pelanggaran atau perbuatan
kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. yang dilakukan oleh si anak dan apa kemungkinan akibat
Tentunya dikarenakan Anak adalah bagian yang tidak putusan itu bagi si anak demi masa depan si anak.
terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan
keberlangsungan sebuah bangsa dan negara, sehingga Sistem peradilan pidana anak dalam teori yang berkenaan
kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai dengan upaya pengendalian tindak pidana anak melalui kerja
kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia. sama dan koordinasi diantara lembaga-lembaga yang oleh
Hal ini merupakan konsekuensi dari ketentuan Pasal 28B undangundang diberi tugas untuk itu. Tindak pidana yang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun dilakukan anak sendiri sulit dihilangkan sama sekali di muka
1945 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas bumi, tetapi melalui sistem peradilan pidana anak ini
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak diharapkan dapat dikendalikan sehingga tidak bertambah
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. banyak, bahkan jika mungkin, berkurang. Pengendalian tindak
pidana sama maknanya dengan ketertiban dimana setiap orang
Perlindungan Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak mematuhi hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Sistem peradilan pidana anak merupakan suatu sistem, hal ini Dalam sistem peradilan pidana anak merupakan keseluruhan
jelas karena di dalam sistem peradilan pidana anak tersebut proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan
terdiri dari komponen-komponen lembaga yang masing- hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
masing mempunyai wewenang dan tugas sesuai dengan pembimbingan setelah menjalani pidana. Dalam proses
bidangnya serta peraturan yang melatarbelakangi wewenang penyelesaiaannya diutamakan melalui pendekatan keadilan
tersebut seperti Kepolisian sebagaimana diatur Dalam Undang restoratif (restorative justice) melalui diversi mulai dari tahap
Undang Nomor 2 Tahun 2002, Kejaksaan sebagaimana diatur penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan negeri
Dalam Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004, Kehakiman wajib diupayakan diversi dengan ketentuan dilaksanakan
sebagaimana diatur Dalam Undang Undang Nomor 48 Tahun dalam hal tindak pidana yang dilakukan (a) diancam dengan
2009, Pemasyarakatan sebagaimana diatur Dalam Undang pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan (b) bukan
Undang Nomor 12 Tahun 1995. Advokat sebagaimana diatur merupakan pengulangan tindak pidana. Adanya diversi ini
Dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2003. Walaupun bertujuan untuk:
terbagi ke dalam komponenkomponen, namun komponen-
komponen tersebut bergerak secara bersama-sama untuk 1. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
mencapai tujuan yang sama, yaitu menanggulangi tindak
pidana dan pencegahan tindak pidana yang dilakukan anak. 2. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses
Tindak pidana yang dilakukan anak berkembang di dalam peradilan;
masyarakat, oleh karena itu, sistem peradilan pidana anak
harus dibangun dari proses sosial yang berkembang di
masyarakat juga dengan mengedepankan keadilan restoratif 3. Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

(restorive justice). 4. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

Fungsi sistem peradilan pidana anak pada umumnya adalah


tidak berbeda dengan peradilan lainnya yaitu menerima, 5. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.
memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan perkara yang
diajukan kepadanya. Namun untuk peradilan anak perkara Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan
yang ditangani khusus menyangkut perkara anak diberikan melibatkan Anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau
perlakuan khusus dalam rangka menjamin pertumbuhan fisik orang tua/walinya, pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 8

Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan hukum sebelumnya dalam Pasal 1 butir (1)
Restoratif. Dalam hal diperlukan, musyawarah dapat menguraikan bahwa Anak adalah orang yang dalam
melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan/atau perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan)
Masyarakat. Proses diversi ini wajib juga memperhatikan: tahun tetapi belum mencapai 18
kepentingan korban; kesejahteraan dan tanggung jawab Anak;
penghindaran stigma negatif; penghindaran pembalasan;
keharmonisan masyarakat; dan kepatutan, kesusilaan, dan (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin hal ini terlihat
ketertiban umum. perbedaan mendasar.

Sistem peradilan pidana anak ini mengoperasionalkan hukum 3. Perlindungan hukum terhadap anak yang berkonflik
dengan hukum dalam sistem peradilan pidana anak
pidana sebagai sarana utama, yang dalam hal ini dapat berupa
merupakan adanya perlakuan khusus dalam rangka
hukum pidana materil, hukum pidana formal dan hukum
menjamin pertumbuhan fisik serta mental anak
pelaksanaan pidana. Di dalam mengoperasionalkan hukum sebagai generasi penerus bangsa yang harus
pidana tersebut, terdapat beberapa asas utama yang harus diperhatikan masa depannya. Dalam setiap tingkat
dihayati, diantaranya yaitu: asas perlindungan; keadilan; pemeriksaan pada sistem peradilan pidana anak ini
nondiskriminasi; kepentingan terbaik bagi anak; penghargaan diupayakan melakukan pendekatan penyelesaiaan
terhadap pendapat anak; kelangsungan hidup dan tumbuh berkeadilan restoratif (restorative justice) dan wajib
kembang anak; pembinaan dan pembimbingan anak; mengupayakan diversi. Jadi tujuan peradilan anak
proporsional; perampasan kemerdekaan dan pemidanaan bukan hanya menyatakan terbukti tidaknya suatu
sebagai upaya terakhir; serta penghindaran pembalasan. peristiwa konkrit dan kemudian menjatuhkan putusan
saja, melainkan menyelesaikan perkara, bila sampai
Penyelenggaraan sistem peradilan pidana anak merupakan ke tingkat pengadilan putusan itu harus menuntaskan
mekanisme bekerjanya aparat penegak hukum pidana mulai perkara, jangan sampai putusan itu tidak dapat
dari proses penyelidikan dan penyidikan, penangkapan dan dilaksanakan atau bahkan menimbulkan perkara atau
penahanan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan masalah baru. Mengingat bahwa anak harus
serta pelaksanaan keputusan pengadilan. Dengan kata lain, mendapat perlindungan dan perlakuan khusus tadi.
bekerjanya aparat penegak hukum yang berarti pula
berprosesnya hukum acara pidana.

DAFTAR PUSTAKA

IV. KESIMPULAN
Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan Tentang
Peradilan Anak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:
1. Prinsip prinsip perlindungan terhadap anak yang 1993.
berkonflik dengan hukum dalam sistem peradilan
pidana anak yang diatur dalam Undang Undang Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pressindo, Jakarta: 1993.
Pidana Anak telah sesuai dengan prinsip prinsip
standar Internasional sebagaimana dalam resolusi Bismar Siregar, Hukum dan Hak-Hak Anak, Rajawali,
Perserikatan Bangsa Bangsa seperti The United Jakarta: 1986.
Nations Guidelines for the Prevention of Juvenile
Delinquency (The Riyadh Guidelines); The United B. Simanjuntak, Kriminologi, Tarsito, Bandung: 1984..
Nations Standard Minimum Rules for the
Administration of Juvenile Justice (The Beijing Darwan Prints, Hukum Anak Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Rules); The United Nations Rules for the Protection Bandung: 2003.
of Juvenile Deprived of Their Liberty (The Havana
Rules). Dedi Soemardi, Pengantar Hukum Indonesia Suatu Studi
Tentang Hukum Positif, Indo Hill Co, Jakarta: 1996.
2. Batasan terhadap anak yang berkonflik dengan
hukum dalam sistem peradilan pidana anak secara Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal
eksplisit diatur pada Pasal 1 butir (3) Undang Undang Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, Gramedia
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, menguraikan bahwa anak yang Pustaka Utama, Jakarta: 2010.
berkonflik dengan hukum adalah anak yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak,
18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan Bumi Aksara, Jakarta: 1990.
tindak pidana. Bila dibandingkan dengan produk
JURNAL FAHUM Vol. 1, No. 1, (2024) 9

Kartini Kartono, Patologi Sosial 2. Kenakalan Ramaja,


Rajawali Press, Jakarta: 1992. Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana,
UMM Press, Malang: 2004.
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja
Refika Aditama, Bandung: 2008. Grafindo Persada, Jakarta: 2001.

Marjono Reksodikputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Tolib Effendi, Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Yustisia,
Pidana, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Yogyakarta: 2013.
Hukum Universitas Indonesia,
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama,
Jakarta: 1997. Bandung: 2006.

_____, Pemasyarakatan Terpidana Anak dan Wanita Dalam Undang undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Masyarakat Yang Sedang Membangun, Universitas tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Indonesia, Jakarta: 1995. Undang undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Marlina, Peradilan Pidana Anak di IndonesiaPengembangan
Konsep Diversi dan Restorative Justice, Refika Undang undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997
Aditama, Bandung: 2009. tentang Pengadilan Anak.

Maulana Hasan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Undang undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995
Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta: 2000. tentang

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Pemasyarakatan.

Rineka Cipta, Jakarta: 2008. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi
Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan mengenai Sistem HakHak Anak).
Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Citra Aditya Bakti,
Bandung: 1997. Soekanto, S. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anakdi
Nawawi Arif, B. (1998). Beberapa Aspek Kebijaksanaan
Indonesia dan Instrumen Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana. Bandung:
PT Citra Aditya Bagti.
Internasional Perlindungan Anak Serta Penerapannya, Graha
Ilmu, Yogyakarta: 2013. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012.
Jurnal Kediklatan Widya Praja
Nashriani, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Jurnal Surya Kencana Dua: Dinamika Masalah Hukum dan
Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta: 2012. Keadilan
Ejurnal.itenas.ac.id
Paulus Hadisuprapto, Juvenile Delinquency,

Pemahaman dan Penanggulangannya, Citra Aditya Bakti,


Bandung: 1997.

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat


Indonesia, Bina Ilmu, Jakarta: 1987.

Romli Atmasasmita, Peradilan Anak di Indonesia, Mandar


Maju, Bandung: 1997.

_____, Problem Kenakalan Anak Anak Remaja, Armico,


Bandung: 1993.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung: 2000.

Anda mungkin juga menyukai