Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN RESTITUSI PADA TINDAK PIDANA

KEKERASAN SEKSUAL YANG DILAKUKAN TERHADAP ANAK OLEH


OKNUM KEPOLISIAN (Studi Kasus Nomor
128/PID.SUS.2022/PN.SGM)
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Program Studi Strata Satu
Dalam Ilmu Hukum

Oleh:

Nama : ……..
NIM : ………..
Peminatan : VI (Hukum Acara)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2023
1

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : ……..
NIM : 010001900643
Program Kekhususan : VI (Hukum Acara)
Judul Sementara : TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN
RESTITUSI PADA TINDAK PIDANA
KEKERASAN SEKSUAL YANG
DILAKUKAN TERHADAP ANAK
OLEH OKNUM KEPOLISIAN
(Studi Kasus Nomor
128/PID.SUS.2022/PN.SGM)

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah sekaligus amanah dari Tuhan Yang

Maha Esa yang seharusnya memerlukan kasih sayang dan perhatian

dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak

perlu dijaga dan dirawat serta berhak mendapatkan perlindungan

yang semestinya.

Anak juga sebagai generasi penerus, yaitu generasi yang

dipersiapkan sebagai subjek pelaksana pembangunan yang

berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu bangsa,

pemegang estafet yang nantinya akan menentukan kemana arah

bangsa ini melangkah.

Demi pengembangan manusia seutuhnya maka setiap orang

wajib mengusahakan perlindungan terhadap anak. Upaya


2

perlindungan terhadap anak harus dilakukan sedini mungkin, agar

kelak anak dapat berpartisipasi secara optimal dalam lingkungan

sekitarnya1.

Perlindungan anak berdasarkan sifatnya dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu perlindungan yang bersifat yuridis (bidang hukum

politik dan bidang hukum keperdataan) dan perlindungan yang bersifat

non yuridis meliputi (bidang sosial, kesehatan dan bidang

pendidikan).2

Perlindungan anak itu sendiri bertujuan untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,

berakhlak mulia dan sejahtera3

Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana yang termaktub

dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) menyatakan secara jelas dan

tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Negara hukum

ialah negara yang susunannya diatur dengan sebaik-baiknya dalam

1
Valeria Rezha Pahlevi “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban
Tindak Pidana”, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta 2016.
2
Audyna Mayasari Muin & Syarif Saddam Rivanie, 2022, Buku Ajar Hukum Pidana
Perlindungan Anak, Nas Media Pustaka, Makassar, hlm.6
3
Abintoro Prakoso, 2016, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta: Laksbang Pressindo,
hlm.11
3

undang-undang sehingga segala kekuasaan dari alat-alat

pemerintahannya didasarkan hukum4

Sehingga sudah seyogyanya negara Indonesia membuat

regulasi terkait perlindungan anak untuk dijadikan dasar hukum dalam

pemidanaan terhadap pelaku kejahatan terhadap anak. Dalam

Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

dicantumkan bahwa negara menjamin hak anak atas kelangsungan

hidup, tumbuh dan berkembang, serta perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi. Seiring dengan pesatnya arus globalisasi dan

dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi, kekerasan terhadap anak khususnya yang berkaitan

dengan kekerasan seksual semakin meningkat tajam. 5

Kurangnya perhatian, kasih sayang dan pengawasan dari orang

tua, juga menjadi faktor anak akan mudah terjerumus ke dalam

lingkungan yang kurang sehat. Berdasarkan data kasus P2TP2A

Bidang Perlindungan Perempuan Dan Anak Dinas Pemberdayaan

Perempuan Dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa, mencatat

tahun 2020 terdapat 22 kasus kekerasan terhadap anak, 5

diantaranya adalah kasus kekerasan seksual. Tahun 2021 terdapat 31

kasus kekerasan terhadap anak 10 diantaranya adalah kasus

4
Abdul Mukhtie Fadjar, 2016, Sejarah, Elemen dan Tipe Negara Hukum, Malang, Setara
Press, hlm. 6
5
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang -Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
4

pelecehan seksual. Tahun 2022 terdapat 39 kasus kekerasan

terhadap anak, 8 diantaranya adalah kasus kekerasan seksual. 6

Pada hakekatnya anak tidak dapat melindungi dirinya sendiri dari

berbagai macam ancaman mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang

kehidupan. Maka diperlukan suatu perlindungan hukum yang

memihak terhadap kepentingan anak. Perlindungan hukum terhadap

anak dalam suatu keluarga, masyarakat, bangsa merupakan tolak

ukur peradaban bangsa.

Terdapat beberapa dasar hukum perlindungan anak yaitu:

Undang – Undang 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak (SPPA); Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT);Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang – Undang Nomor 35 Tahun

2014 tentang Perlindungan Anak7

Dalam hal tindak pidana persetubuhan terhadap anak, telah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Berikut bunyi

Pasal 81 ayat (1) dan (2):8

6
Data kasus P2TP2A Bidang Perlindungan Perempuan Dan Anak Dinas Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa
7
Audyna Mayasari Muin & Syarif Saddam Rivanie, Op.cit, hlm.18.
8
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
5

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Selain dalam pasal tersebut Dalam hal tindak pidana

persetubuhan terhadap anak, juga dapat diterapkan Pasal 65 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana, pasal ini menjelaskan mengenai

perbuatan berlanjut atau concursus yang menyatakan bahwa:

(1) Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus


dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan
pidana pokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya satu
pidana.
(2) Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum
pidana yang diancam terhadap perbuatan itu, tetapi tidak
boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah
sepertiga.

Kekerasan Seksual dalam hal ini kejahatan kesusilaan seperti

persetubuhan terhadap anak kian semakin marak terjadi.Hal ini

tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat khususnya

terhadap para orang tua. Kerap kali pelakunya justru adalah orang –

orang yang dekat dengan korban seperti tetangga, kerabat atau

bahkan orang tua anak itu sendiri.

Tidak hanya itu, pelaku tindak pidana persetubuhan terhadap

anak tidak hanya dari kalangan masyarakat biasa. Orang – orang


6

yang terpelajar seperti guru sekolah atau dosen perguruan tinggi,

pejabat pemerintahan, bahkan aparat penegak hukum sendiri pun ada

yang melakukan perbuatan keji itu.

Seperti kasus yang terjadi di wilayah hukum Kabupaten Gowa

Provinsi Sulawesi Selatan. Terdakwa yang sebelumnya berprofesi

sebagai seorang polisi dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi

(AKBP) telah melakukan tindak pidana persetubuhan terhadap anak

berusia 13 tahun secara berulang kali dalam rentan waktu 5 bulan.

Karena berprofesi sebagai seorang polisi maka terdakwa juga

dinyatakan melanggar kode etik kepolisian dan harus menjalani

sidang kode etik.

Selain itu dalam putusan tersebut terdapat penerapan sanksi

yang luput untuk dilakukan oleh hakim yaitu penerapan restitusi yang

dapat berfungsi untuk memulihkan kerugian yang dialami oleh anak

sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual. Restitusi ini diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana

Kekerasan Seksual.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

meneliti hal tersebut, yang dituangkan dalam skripsi dengan judul

“Penegakan Hukum Pidana Terhadap Oknum Polri Yang Melakukan

Tindak Pidana Dengan Sengaja Membujuk Anak Melakukan

Persetubuhan Dengannya (Studi Kasus Nomor

128/Pd.Sus/2022/PN.SGM)”
7

B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah saya uraikan, dalam
penulisan ini dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. apakah putusan hakim pada Putusan Nomor
128/Pd.Sus/2022/PN.SGM tidak menerapkan restitusi atas
oknum kepolisian yang melakukan tindak pidana kekerasan
seksual terhadap anak sesuai dengan Undang-undang Nomor
12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual?
2. Apa akibat hukum atas tidak diterapkan restitusi sebagai sanksi
pidana terhadap oknum kepolisian yang melakukan tindak
pidana kekerasan seksual terhadap anak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah saya uraikan, Adapun
tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang putusan hakim pada Putusan
Nomor 128/Pd.Sus/2022/PN.SGM yang tidak menerapkan
restitusi atas oknum kepolisian yang melakukan tindak pidana
kekerasan seksual terhadap anak sesuai dengan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual.
2. Mengetahui tentang akibat hukum atas tidak diterapkan restitusi
sebagai sanksi pidana terhadap oknum kepolisian yang
melakukan tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan timbul dalam penulisan ini ialah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis, yakni untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, terkhusus pada ilmu pengetahuan hukum acara
pidana khsus mengenai persidangan dan pelaksanaan restitusi
sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ada dalam Undang-
8

undang Nomor 12 Tahun 2022 dan PERMA Nomor 1 Tahun


2022 dengan Peraturan lain yang mengatur.
2. Manfaat Praktis yakni penulis berharap dapat memberikan
pandangan yang luas kepada masyarakat untuk mengetahui
aturan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 dan PERMA
Nomor 1 Tahun 2022 dalam memenuhi restitusi terhadap anak
sebagai korban tindak pidana Kekerasan Seksual
E. Metode Penelitian
Pada penelitian hukum, termuat metode, sistematika, dan
pemikiran tertentu guna mengkaji suatu gejala hukum dan
menganalisnya. Untuk metode penulisan skripsi ini ialah:
1. Tipe Penelitian

Dari jenis penelitian, secara garis besar penelitian hukum

terbagi menjadi penelitian normatif, dan penelitian empiris atau

gabungan dari keduanya. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

yang digunakan oleh penulis adalah penelitian normatif. Penelitian

hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan

dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran

terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.9

Dalam hal ini penelitian hukum normatif merupakan suatu

proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

maupun doktrin - doktrin hukum guna menjawab permasalahan

hukum yang dikemukakan, dengan menggunakan pendekatan


9
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 13-14.
9

peraturan perundang-undangan (statute approach), dan

pendekatan kasus (case approach).10

Penelitian hukum normatif sendiri juga diartikan sebagai

penelitian hukum kepustakaan dengan menggunakan bergabai

literatur sebagai bahan kajian dan bahan analisis. Penelitian

normatif juga disebut sebagai penelitian yang bersifat doktrinal

karena berfokus pada peraturan-peraturan yang disajikan dalam

bentuk tertulis dan kedepannya akan berhubungan dengan dunia

pustaka untuk menemukan data-data yang sifatnya sekunder.

2. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian atau Pendekatan penelitian yang digunakan

penulis dalam penelitian ini ialah pendekatan perundang-

undangan (Statute Approach) dan pendekatan kasus (Case

Approach). Pendekatan perundang-undangan yaitu pendekatan

yang menggunakan seluruh peraturan perundang undangan yang

bersangkut paut dengan objek kajian yang di teliti. 11Pendekatan

kasus bertujuan untuk mengetahui penerapan norma atau kaidah

hukum dalam praktik hukum. untuk mengetahui kaidah hukum

atau norma hukum yang diterapkan dalam kasus-kasus yang telah

diputus baik oleh hakim maupun lembaga lain yang berwenang

memutus suatu perkara.

10
Ibid
11
Irwansyah, 2021, Penelitian Hukum Pilihan Metode dan Praktik Penulisan Artikel (Edisi
Revisi), Mirra Buana Media, Yogyakarta, hlm. 138
10

3. Sumber Data
Adapun bahan hukum yang penulis gunakan sebagai acuan

untuk menunjang penelitian ini adalah :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam

penelitian ini yaitu peraturan perundang-undangan. Bahan

hukum primer itu sendiri merupakan bahan hukum yang

bersifat autoritatif, dalam artian mempunyai otoritas antara

lain seperti peraturan perundang-undangan , catatan-

catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan

perundang-undangan dan putusan – putusan hakim. 12

Bahan Hukum Primer dalam Penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a) Putusan Nomor 128/Pd.Sus/2022/PN.SGM

b) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022

c) PERMA Nomor 1 Tahun 2022

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam

penelitian ini yaitu publikasi tentang hukum yang meliputi

buku-buku teks hukum, jurnal-jurnal hukum, dan kamus-

kamus hukum. Bahan hukum sekunder merupakan semua

12
Ibid, hlm. 168
11

publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen

resmi.13

1. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yang penulis gunakan dalam

penelitian ini ialah, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

ensiklopedia, buku-buku teks non-hukum, dan jurnal-jurnal

non-hukum. Bahan tersier dimaksudkan untuk

memberikan petunjuk, melengkapi, membantu maupun

bersifat penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.14

4. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

pengumpulan bahan hukum dengan cara studi dokumentasi atau

studi kepustakaan yaitu dengan cara menelaah bahan-bahan

pustaka yang sesuai dengan objek penelitian yakni peraturan

perundang-undangan, putusan hakim, literatur - literatur karya

ilmiah seperti buku-buku teks dan jurnal-jurnal ilmiah, serta

majalah dan surat kabar yang berkaitan dengan penelitian yang

penulis teliti ini.

5. Analisis data

13
Ibid.,
14
Ibid.,
12

Analisis data yang hendak penulis gunakan pada penelitian


ini ialah analisis secara kualitatif, Ialah memberikan gambaran
gambaran dengan kata-kata atau temuan-temuan dan karenanya
lebih mengutamakan mutu atau kualitas dari data serta bukan
kuantitas atau jumlah.15
Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini
ialah metode content analysis (Analisis isi),16 serta dengan analisis
yang bersifat kualitatif yang dituangkan dalam bentuk narasi atau
pendapat hukum yang bersifat normatif dan pada fase akhir
memberikan Preskripsi mengenai hal-hal yang bersifat esensial dari
penelitian ini
6. Cara Penarikan Kesimpulan
Cara penarikan kesimpulan yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah dengan cara logika deduktif, dimana logika
deduktif berarti metode untuk menyimpulkan dari sifat yang bersifat
umum (general) menjadi bersifat khusus (konkret.)17
Penulis menganalisis pengertian tindak pidana umum hingga
tindak pidana khusus dalam hal ini Tindak Pidana Kekerasan
Seksual, dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, kemudian dalam
konsep khusus penulis akan menganalisis pengaturan dan
prosedur restitusi untuk korban tindak pidana dalam hal pencucian
uang pada trading binary option berdasarkan PERMA Nomor 1
Tahun 2022 sehingga mendapatkan Restitusi bagi anak sebagai
korban tindak pidana kekerasan seksual.

F.Kerangka Konsepsional

15
Ibid, h. 19.
16
Ibid, hlm. 171
17
Ibid, h. 32.
13

Adapun kerangka konsep ialah kerangka kerja yang


menggambarkan hubungan antara konsep-konsep tertentu yang akan
atau ingin diteliti dan merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut.

Dalam memberikan definisi terkait pengertian dari kekerasan

seksual penulis menggunakan beberapa referensi para ahli, penafsiran

ahli terkait definisi kekerasan seksual adalah sebagai berikut ini: 18

Rubenstein mengemukakan bahwa kekerasan seksual adalah


kekerasan yang terjadi karena adanya unsur kehendak seksual
yang dipaksakan dan mengakibatkan terjadinya kekerasan oleh
pelaku, serta tidak dinginkan dan bersifat ofensif bagi korban.
Menurut M. Irsyad Thamrin dan M. Farid, kekerasan seksual adalah
semua bentuk ancaman dan pemaksaan seksual. Dengan kata lain,
kekerasan seksual adalah kontak seksual yang tidak dikehendaki
oleh salah satu pihak. Inti dari kekerasan seksual terletak pada
ancaman (verbal) dan berupa pemaksaan (tindakan).
Richard J.G juga berpendapat terkait persoalan kekerasan seksual
dengan lebih umum mendefinisikan kekerasan khususnya yang
terjadi pada anak, dia mengatakan bahwa kekerasan terhadap
anak merupakan perbuatan yang disengaja dan dapat
menimbulkan kerugian bagi korbannya yang merupakan anak-anak
baik secara fisik dan juga secara emosional. Terdapat berbagai
bentuk kekerasan terhadap anak yaitu kekerasan fisik, psikologi,
sosial dan juga kekerasan secara seksual. Kekerasan seksual
terhadap anak yaitu setiap perbuatan yang cenderung
memaksakan hubungan seksual dengan tidak wajar dan tidak
disukai
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

kekerasan seksual merupakan setiap tindakan baik berupa ucapan

maupun perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menguasai atau

memanipulasi orang lain serta membuatnya terlibat dalam aktivitas

18
M. Aris Munandar dkk, 2022, Hukum Pidana Kekerasan Seksual, KBM Indonesia, Jogjakarta,
hlm 3.
14

seksual yang tidak dikehendaki, indikator kekerasan seksual saat ada

paksaan dari salah satu pihak.

Paling tidak saat ini terdapat sedikitnya empat jenis undang-undang

yang mengatur tindak pidana yang berhubungan dengan kekerasan

seksual, yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2002 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang

Tindak Perdagangan Orang dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022

tentang Tindak Pidana kekerasan seksual.19.

Dalam Penelitian ini pelaku adalah pihak kepolisian sehingga sudah

sepatutnya memahami konsep bahwa Ketika menjadi pelaku tindak

pidana kekerasan seksual akan menyebabkan adanya restitusi yang

harus dibayarkan kepada anak sebagai korban tindak pidana kekerasan

seksual.

Kekerasan Seksual dalam hal ini kejahatan kesusilaan seperti

persetubuhan terhadap anak kian semakin marak terjadi.Hal ini tentunya

menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat khususnya terhadap para

orang tua. Kerap kali pelakunya justru adalah orang – orang yang dekat

dengan korban seperti tetangga, kerabat atau bahkan orang tua anak itu

sendiri.

19
Ibid hlm 4
15

Salah satu aturan yang mengatur sanksi bagi pemerkosaan

terhadap anak diatur dalam dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP) meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit anak sebagai

korban tindak pidana kekerasan seksual terdapat aturan khusus yang

menjelaskan kualifikasi anak sebagai korban kekerasan seksual yang

diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak

Pidana Kekerasan Seksual dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan anak, dalam aturan tersebut juga menjelaskan

mengenai sanksi bagi pelaku pidana yang melakukan tindak pidana

tersebut.

Selain itu bagi pelaku tindak pidana kekerasan seksual terhadap

anak juga diatur mengenai adanya pidana tambahan yang dapat

dijatuhkan kepada pelaku kekerasan seksual terhadap anak seperti

Restitusi terhadap Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang diancam

dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih, pencabutan hak asuh

Anak atau pencabutan pengampuan, pengumuman identitas pelaku;

dan/ atau, perampasan keuntungan dan/atau harta kekayaan yang

diperoleh dari Tindak Pidana Kekerasan Seksual. 20

G. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti akan melakukan penjelasan


dan penjabaran mengenai “Latar belakang, Pokok
Permasalahan, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian,
20
Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual
16

Kerangka Teori, Kerangka Konsepsional, dan


Sistematika Penulisan”.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan pustaka


seperti penelusuran atas literatur yang terlaksana,
yaitu tentang tindak pidana Secara Umum, kemudian
Tindak Pidana Kekerasan Seksual, Kemudian
Restitusi, Kemudian Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2022 dan PERMA Nomor 1 Tahun 2022. Ada
pun penelusuran lainnya mengenai definisi yang
berkaitan dengan penelitian.

BAB III: DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan memberikan penjelasan


secara singkat hasil dari kajian normatif dari tuntutan
restitusi pada a) Putusan Nomor
128/Pd.Sus/2022/PN.SGM.

BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan jawaban


dari hasil analisis data terhadap pokok permasalahan
yang ada dalam penelitian yaitu mengenai
pertimbangan hakim dalam memutus perkara, tidak
diterapkannya restitusi, mekanisme restitusi dan
akibat dari tidak diterapkannya restitusi bagi anak
sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran


dari penulis atas penelitian yang berjudul “TINJAUAN
YURIDIS PENERAPAN RESTITUSI PADA TINDAK
17

PIDANA KEKERASAN SEKSUAL YANG


DILAKUKAN TERHADAP ANAK OLEH OKNUM
KEPOLISIAN (Studi Kasus Nomor
128/PID.SUS.2022/PN.SGM)”

H. Daftar Pustaka
BUKU

Abdul Mukhtie Fadjar. 2016. Sejarah. Elemen dan Tipe Negara Hukum. Setara
Press. Malang

Abintoro Prakoso. 2016. Hukum Perlindungan Anak. Laksbang Pressindo.


Yogyakarta.

Audyna Mayasari Muin & Syarif Saddam Rivanie. 2022. Buku Ajar Hukum
Pidana Perlindungan Anak. Nas Media Pustaka. Makassar.

Bisri Ilham. 1998. Sistem Hukum Indonesia . Grafindo Persada. Jakarta.

Chazawi Adami. 2010 Pelajaran Hukum Pidana I. PT.Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Chazawi Adami. 2012. Pelajaran Hukum Pidana I. PT.RajaGrafindo Persada.


Jakarta.

Fitri wahyuni. 2017. Dasar - Dasar Hukum Pidana. PT Nusantara Persada Utama.
Tangerang Selatan.

Frans Maramis. 2013. Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia. . PT


RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Irwansyah. 2021. Penelitian Hukum Pilihan Metode dan Praktik Penulisan


Artikel (Edisi Revisi). Mirra Buana Media. Yogyakarta.

Lamintang.1997. Dasar – dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Aditya


Bakti. Bandung.
18

M. Aris Munandar dkk. 2022. Hukum Pidana Kekerasan Seksual. KBM


Indonesia. Jogjakarta.

M. Aris Munandar dkk. 2022. Hukum Pidana Kekerasan Seksual. KBM


Indonesia. Jogjakarta.

Mahrus Ali. 2015. Dasar-Dasar Hukum Pidana. PT Sinar Grafika. Jakarta.

Mohammad Ekaputra dan Abul Khair. 2010. Sistem Pidana di dalam KUHP dan
Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru. USU Press. Medan.

Sadjijono. 2010. Memahami hukum Kepolisian. PT Laksbang Presindo.


Yogyakarta.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Wagiati sutedjo dan Melani. 2013. Hukum Pidana Anak. Bandung. Refika
Aditama.
Yesmil Anwar dan Adang. 2008. Pembaruan Hukum Pidana (Reformasih Hukum
Pidana). PT. Grasindo. Jakarta

JURNAL

Dewi Purnama Risma, 2019, “Tindak Pidana Persetubuhan Terhadap


Anak Di Bawah Umur”, Jurnal Analogi Hukum, Vol. 1,No.1.

Risnawati, 2014 “Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Persetubuhan Terhadap Anak


(Studi Kasus Putusan No. 761/Pid.B/2013/PN. Makassar” Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Valeria Rezha Pahlevi “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi


Korban Tindak Pidana”, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta 2016.
Zahid Bushran Adi Putra, 2021 “Tinjauan Yuridis Terhadap Kejahatan
Kesusilaan Yang Dilakukan Oleh Oknum Tentara Nasional Indonesia (Studi
19

Kasus : Putusan No.73-K/PM.III-16/AD/X/2019)”, Skripsi Fakultas Hukum


Universitas Hasanuddin

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Seksual


Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 95) Tambahan Lembaran Negara Nomor

Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Displin Anggota


Kepolisian Negara Republik Indonesia

Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 Tentang


Kode Etik Profesi Dan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia

Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang


Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia..


SUMBER LAINNYA

Tinjauan Umum mengenai Putusan Hakim a. Pengertian Putusan (123dok.com)


Diakses 28 Juli 2023 Pukul 11:17

https://hukum.bunghatta.ac.id/index.php/informasi/artikel/292-jenis-jenis-tindak-
pidana-kekerasan-seksual-menurut-undang-undang-nomor-12-tahun-
2022 Diakses 5 Agustus 2023 pukul 10:21
https://rendratopan.com/2020/03/12/hak-dan-kewajiban-anak/ Diakses 03
Agustus 2023 pukul 10.40 WITA

Anda mungkin juga menyukai