Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN Konvensi tersebut mengatur

Kekerasan seksual terhadap anak berbagai hal yang harus dilakukan tiap
(sexual abuse) merupakan kejahatan negara agar tiap-tiap anak dapat tumbuh
kemanusiaan yang masuk dalam kategori sehat, bersekolah, dilindungi, didengar
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). pendapatnya dan diperlakukan dengan adil.
³Dalam ketentuan Konvensi Hak Anak Pasal Hal tersebut selaras dengan Pasal 28B
1 ayat 2 dijelaskan bahwa negara menjamin Undang-Undang Dasar Negara Republik
hak setiap anak tanpa diskriminasi baik ras, Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, setiap anak berhak atas kelangsungan
suku bangsa ataupun status lain dari anak hidup, tumbuh dan berkembang serta
yang sah menurut hukum. Akan tetapi berhak atas perlindungan dari kekerasan
ketentuan yang dijamin oleh Konvensi Hak dan diskriminasi. Dengan demikian,
Anak dalam kenyataan yang ada belum pemerintah Indonesia tidak hanya
sepenuhnya memberikan jaminan mengakui hak- hak anak yang perlu
perlindungan terhadap anak dengan baik dilindungi, tetapi juga mengakui tanggung
dan tepat. Kekerasan merupakan suatu jawab negara untuk menjamin terpenuhinya
tindakan yang dilakukan oleh seseorang hak-hak anak tersebut.
atau sejumlah orang yang berposisi kuat Menurut ³data yang dikumpulkan
(merasa kuat) kepada seseorang atau oleh Pusat Data dan Informasi Komisi
sejumlah orang yang berposisi lemah atau Nasional Perlindungan Anak Indonesia dari
dilemahkan yang dengan sarana tahun 2010 hingga tahun 2014 tercatat
kekuatannya, baik secara fisik maupun non sebanyak 21.869.797 kasus pelanggaran hak
fisik dengan sengaja dilakukan perbuatan anak, yang tersebar di 34 provinsi, dan 179
untuk menimbulkan penderitaan kepada kabupatan dan kota. Sebesar 42-58% dari
obyek kekerasan (Mufidah, 2006:2). Oleh pelanggaran hak anak itu, katanya,
karena itu, kekerasan terhadap anak dapat merupakan kejahatan seksual terhadap
di pahami bahwa kekerasan pada anak anak. Selebihnya adalah kasus kekerasan
adalah tindakan kekerasan secara fisik, fisik, dan penelantaran anak. Data dan
psikologis, sosial, seksual yang dilakukan korban kejahatan seksual terhadap anak
dengan sengaja ataupun tidak oleh orang setiap tahun terjadi peningkatan. Pada
lain termasuk di dalamnya adalah orang 2010, ada 2.046 kasus, diantaranya 42%
tua, keluarga, pendidik masyarakat dan kejahatan seksual. Pada 2011 terjadi 2.426
pelaku pemerintah´ (Mieke Diah Anjar kasus (58% kejahatan seksual), dan 2012
Yanti, 2006 : 8) ada 2.637 kasus (62% kejahatan seksual).
Pada tahun 1989, pemerintah di Pada 2013, terjadi peningkatan yang cukup
seluruh dunia bersepakat menjanjikan hak besar yaitu 3.339 kasus, dengan kejahatan
yang sama untuk semua anak dengan seksual sebesar 62%. Sedangkan pada 2014
mengadopsi Konvensi PBB untuk Hak-Hak (Januari-April), terjadi sebanyak 600 kasus
Anak. Pada tanggal 26 Januari 1990, atau 876 korban, diantaranya 137 kasus
Pemerintah Indonesia menandatangani adalah pelaku anak´.
Convention on the Rights of the Child ³Data laporan kekerasan seksual
(Konvensi tentang Hak-Hak Anak) sebagai terhadap anak usia di bawah 18 tahun
hasil Sidang Majelis Umum PBB yang memang sangat sedikit apabila
diterima pada 20 November 1989. dibandingkan dengan realitas yang ada saat

124
ini (Candra Gautama, 2000 : 53). Hal ini karena kodrat anak adalah sebagai seorang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: individu yang lemah dalam masa
1. Penolakan yang dilakukan oleh pertumbuhan dan harus mendapat
korban sehingga korban tidak perlindungan, tidak dapat dibiarkan untuk
melaporkan kasusnya dengan alasan berjuang sendiri dalam memperoleh haknya
takut adanya ancaman dan akibat secara utuh.´
yang kelak diterima dari pelaku
(trauma) METODE PENELITIAN
2. Manipulasi dari pelaku sering Metode penelitian yang dipakai
menolak tuduhan bahwa dia adalah adalah penelitian yuridis normatif yang
pelakunya. Strategi ini digunakan bersifat kualitatif. Penilitian yuridis
pelaku dengan menuduh korban normatif adalah penelitian yang mengacu
melakukan kebohongan dan pada norma hukum yang terdapat dalam
membuat rekayasa. peraturan perundang-undangan dan
3. Keluarga korban menganggap keputusan-keputusan pengadilan serta
bahwa kekerasan seksual terhadap norma-norma yang hidup dalam
anak adalah aib memalukan jika masyarakat. Penelitian ini bersifat
diungkap dihadapan umum. kualitatif, yaitu menganalisis secara
4. Anggapan bahwa hal-hal yang mendalam dan holistic, yaitu dari segala
berkaitan dengan urusan keluarga segi (komprehensif).ini termasuk tipe
tidak layak dicampuri oleh orang penelitian empiris yaitu penelitian tentang
lain. hukum. Di dalam pelaksanaannya,
5. Masyarakat tidak mengetahui secara penelitian dalam tesis ini sendiri apabila
jelas tanda-tanda pada diri anak dikaitkan dengan tema/konsepnya adalah
(korban) yang mengalami kekerasan bersifat normatif dalam proses, prinsip, dan
seksual, khususnya pada kasus prosedur yang digunakan. Namun
sexual abuse, karena tidak adanya demikian, pada dasarnya penelitian ini
tanda-tanda fisik yang terlihat jelas. tidak sepenuhnya bersifat normatif
6. Sistem dan prosedur pelaporan yang mengingat kasus-kasus yang akan dibahas
belum diketahui secara pasti dan pada penulisan ini terjadi pada lingkup yang
jelas oleh masyarakat. sebenarnya.
Memperhatikan kondisi masyarakat
yang demikian, upaya perlindungan hukum PERMASALAHAN
terhadap anak korban tindak kekerasan Berdasarkan latar belakang
seksual perlu dilakukan secara nyata, hati- sebagaimana penulis kemukakan tersebut di
hati, tepat, dan berkesinambungan. atas maka penulis dalam penulisan tesis ini
Sehingga upaya perlindungan hukum merumuskan beberapa pokok
tersebut memerlukan peran serta permasalahan bagaimana bentuk
pemerintah, lembaga-lembaga yang terkait perlindungan hukum terhadap anak sebagai
dalam perlindungan anak, masyarakat, korban kekerasan seksual menurut Undang-
serta peraturan perundang-undangan yang Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
menjadi pelaksanaannya. Di samping itu, Perubahan Undang-Undang No. 23 tahun
sosialisasi, promosi dan penegakan hak-hak 2014 tentang Perlindungan Anak dan
anak perlu dilakukan secara terus-menerus bagaimana perlindungan hukum terhadap
dan sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan anak sebagai korban kekerasan seksual yang

125
diberikan oleh Pusat Pelayanan Terpadu pengertian anak, diantaranya adalah
Pemberdayaan Perempuan dan Anak sebagai berikut:
(P2TP2A) Provinsi DKI Jakarta? 1. Anak menurut ketentuan umum
Pasal 1 angka 2 Undang-undang
PEMBAHASAN Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Bentuk perlindungan hukum Kesejahteraan Anak disebutkan
terhadap anak sebagai korban bahwa anak adalah seorang yang
kekerasan seksual menurut Undang- belum mencapai umur 21 (dua puluh
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang satu) tahun dan belum kawin.
Perubahan Undang-Undang No. 23 2. Anak menurut Undang-Undang
tahun 2014 tentang Perlindungan Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Anak Pengadilan Anak dinyatakan bahwa
Walaupun Undang-Undang Nomor anak adalah orang yang dalam
35 Tahun 2014 telah berupaya mengatur perkara anak nakal telah mencapai
sanksi pidana bagi pelaku kekerasan seksual umur 18 (delapan belas) tahun dan
terhadap anak, tetapi penerapan undang- belum pernah kawin.
undang tersebut belum menurunkan tingkat 3. Anak menurut Undang-Undang
kekerasan seksual terhadap anak secara Nomor 23 Tahun 2002 tentang
signifikan, karenanya pemerintah Perlindungan Anak dinyatakan
menetapkan Peraturan Pengganti Undang- bahwa anak adalah seorang yang
Undang Nomor 1 Tahun 2016 yang belum berusia 18 (delapan belas)
kemudian ditetapkan menjadi Undang- tahun baik anak yang masih berada
Undang Nomor 17 Tahun 2016 agar tidak dalam kandungan.
hanya memberatkan sanksi pidana, tetapi 4. Anak menurut Kitab Undang-
juga mencegah kekerasan terhadap anak. undang Hukum Perdata Pasal 330
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Kitab Undang-undang Hukum
Tahun 2016, pemerintah menambah pidana Perdata (KUH Perdata) menyatakan
pokok berupa pidana mati, pidana seumur bahwa belum dewasa adalah mereka
hidup, serta pidana tambahan berupa yang belum mencapai umur genap
pengumuman identitas pelaku. Selain itu, dua puluh satu tahun, dan tidak
pemerintah menambahkan ketentuan lebih dahulu telah kawin.´
mengenai tindakan kebiri kimia, Bertitik ³tolak dari aspek pengertian
pemasangan alat pendeteksi elektronik dan anak di atas, ternyata hukum positif
rehabilitasi bagi pelaku kekerasan seksual Indonesia tidak mengatur unifikasi hukum
terhadap anak. pasti dan berlaku universal untuk
Berbagai perubahan di atas, dibuat menentukan kriteria batasan umur
demi semakin terwujudnya jaminan dan terhadap seorang anak. Oleh sebab itu,
perlindungan bagi anak dan hak-haknya mengenai batas anak yang masih
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang digolongkan sebagai anak terdapat
secara optimal. Dengan demikian, anak perbedaan penentuan. Dalam hal ini, Irma
akan memiliki daya saing global pada masa Setyowati Soemitro mengambil garis batas
mendatang. bahwa terhadap perbedaan batasan umur
Menurut ³perundang-undangan yang ada di dalam hukum positif Indonesia
yang berlaku di Indonesia, ketentuan batas terdapat perbedaan, maka diambil garis
kedewasaan merupakan tolak ukur batas pengertian anak berlaku untuk anak

126
yang berusia 18 (delapan belas) tahun´ kekuatan; paksaan, sedangkan paksaan
(Irma Setyowati Soemitro, 1990 : 20). berarti tekanan, desakan yang keras. Kata-
Anak merupakan ³generasi penerus kata ini bersinonim dengan kata
orang tua, generasi penerus masyarakat, memperkosa yang berarti menundukkan
generasi penerus bangsa, bahkan generasi dengan kekerasan; menggagahi; memaksa
penerus kehidupan umat manusia sedunia. dengan kekerasan dan melanggar dengan
Kehidupan anak secara mutlak kekerasan. Jadi kekerasan berarti membawa
membutuhkan perhatian, pengamatan, dan kekuatan, paksaan dan tekanan´ (Marsana
bimbingan orang yang lebih tua, orang tua Windu, 1971, 62).
dan masyarakat´. Kemudian pengertian secara
³Menurut Santy Dellyana terminologi ³kekerasan merupakan suatu
perlindungan anak adalah suatu usaha keadaan dan sifat menghancurkan
menjadikan diri yang melindungi anak kehidupan manusia. Manusia sebagai
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya´ makhluk yang berakal budi dan mulia
(Santy Dellyana, 1988 : 6). Seperti menjadi terperosok pada sifat-sifat
termaktub dalam Ketentuan Umum Pasal 1 kebinatangan. Merusak, menekan,
ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun memeras, memperkosa, menteror, mencuri,
2002 tentang Perlindungan Anak yang membunuh, dan memusnahkan merupakan
EHUEXQ\L ³3HUOLQGXQJDQ DQDN DGDODK VHJDOD tindakan yang menodai dan
kegiatan untuk menjamin dan melindungi menghancurkan kemuliaan manusia
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, sebagai makhluk Tuhan´ (Haidar Nashir,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, 1999 : 66).
secara optimal sesuai dengan harkat dan Kekerasan itu terjadi ketika
martabat kemanusiaan, serta mendapat ³seseorang bertindak dengan cara-cara yang
perlindungan dan kekerasan dan tidak patut dan menggunakan kekuatan
GLVNULPLQDVL´ 6HEDJDLPDQD NLWD NHWDKXL fisik yang melanggar hukum dan melukai
tindak pidana kekerasan yang terjadi dalam diri sendiri, orang lain atau lingkungannya.
masyarakat dapat menimbulkan kerugian Tindak kekerasan merupakan konsekuensi.
bagi berbagai pihak, baik pihak yang Ia merupakan manifestasi dari jiwa dan hati
menjadi korban kekerasan maupun pihak- yang kacau karena terganggu. Kegoncangan
pihak lainnya secara umum. Untuk itu perlu jiwa dan hati itu begitu kuat sehingga
dikaji secara lebih mendalam mengenai mengalahkan akal sehat. Dalam pengaruh
kekerasan itu sendiri supaya dapat dicari seperti itu, individu betul-betul dipengaruhi
akar permasalahan yang sesungguhnya oleh nafsunya dan hanya memfokuskan
yang kemudian dapat digunakan untuk pemikiran pada dirinya dan pelaku tidak
mencari penyelesaian dari kasus yang mempedulikan keselamatan atau
terjadi dan upaya perlindungan hukum bagi kesejahteraan orang lain´ (Abdurrahman
korban tindakan kekerasan´. Wahid, 1998 : 142). Ada beberapa jenis
Secara etimologi kekerasan berasal kekerasan :
dari bahasa latin violence yaitu gabungan 1. ³Kekerasan domestik, yaitu
kata vis GD\D NHNXDWDQ GDQ ³latus´ kekerasan yang terjadi di dalam
(membawa) yang kemudian diterjemahkan lingkup keluarga inti (nuclear
membawa kekuatan. Pengertian ini dalam family). Motif kekerasan biasanya
Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti didasarkan karakter pribadi anggota
³diartikan sebagai sifat atau hal yang keras; keluarga, baik yang dibentuk oleh

127
watak (perlakuan kasar) seorang Pandemi meningkatkan kecenderungan
suami terhadap istri. Orang tua kekerasan seksual, sehingga boleh jadi
terhadap anak, atau kekerasan tuan kekerasan seksual lebih banyak terjadi
rumah terhadap pembantu, dan dalam lingkungan yang dikenal korban
lain-lain) dan pengaruh faktor yang (rumah tangga, sekolah, pertemanan)
sifatnya temporal, seperti kelelahan, Menyikapi hipotesis di atas hal-hal
stress akibat pekerjaan, situasi yang seharusnya dijadikan tindak lanjut
ekonomi dan sebagainya. Meskipun sebagai berikut: Pencegahan aktif kekerasan
tidak jarang kekerasan domestik seksual terhadap anak terutama dilakukan
menjadi faktor penyebab terjadinya dengan melakukan edukasi tentang hak-hak
kriminalitas. Anak dan Perempuan, serta penciptaan
2. Kekerasan kriminal, yaitu kekerasan lingkungan yang safe from harm.
yang dilakukan oleh seseorang atau Pencegahan pasif perlu dilakukan dengan:
sekelompok orang, dengan motif Evaluasi terhadap Hukum Acara Pidana
kepentingannya murni kriminal. terkait dengan penanganan
Contohnya pencurian, pemerkosaan Laporan/Pengaduan Kekerasan Seksual.
dan kasus pembunuhan. Kriminalisasi baru terhadap kejahatan
3. Kekerasan massa, yaitu kekerasan kekerasan seksual yang belum diatur,
yang melibatkan komunitas orang termasuk Ketika hal itu dilakukan pada
atau kelompok yang lebih luas, motif masa pandemi
kepentingannya relatif lebih besar Menyikapi hipotesis di atas hal-hal
berupa kepentingan untuk yang seharusnya dijadikan tindak lanjut
mengaakan perubahan sosial, baik sebagai berikut:
secara kultural maupun secara Penanganan kekerasan seksual
struktural. terhadap amak terutama dilakukan dengan
4. Berdasarkan pendapat dari Eka melakukan pendekatan yang berbeda,
Hendry di atas dapat ditarik garis Ketika hal itu terjadi dikalangan anak-anak
besar bahwa tindak pidana dengan ketika yang terlibat adalah orang
kekerasan mencakup berbagai dewasa
bentuk, mulai dari skala kecil Jika kekerasan sesual dilakukan
sampai dengan bentuk yang berskala anak-anak juga, maka pendekatan
besar. Tindakan kekerasan ini dapat restorative justice lebih diutamakan, karena
dilakukan oleh berbagai kalangan, sesuangguhnya pelaku juga merupakan
baik rakyat biasa maupun golongan ³NRUEDQ´ VHFDUD WLGDN ODQJVXQJ
tertentu.´ Penanganan kekerasan sesual pada anak
Dari data empiris tersebut dapat oleh orang dewasa, diorientasikan bagi
paling tidak dapat diasumsikan hal-hal perlindungan anak dari dampak buruk yang
sebagai berikut: dialaminya pada masa yang akan datang.
Anak dan Perempuan masih dalam Edukasi yang rendah menjadi faktor utama
keadaan yang rentan mengalami kekerasan maraknya kekerasan seksual. Terlebih yang
dan kekerasan seksual, Sistem hukum terjadi pada anak-anak. Hal ini ditandai
belum memberikan akses keadilan yang umumnya kasus-kasus kekerasan seksual
cukup bagi korban kekerasan seksual, WHUNXDN NH SHUPXNDDQ NDUHQD ³WHODK
sehingga sebenarnya masih cukup banyak EHUXODQJ´ GDQ EDKNDQ WHODK PHQLPEXONDQ
dari k number-nya (unreported crime), NRUEDQ \DQJ ³PDVLI .DGDQJNDOD DQDN WLGDN

128
memahami atau menyadari sepenuhnya, 3. Kerjasama dan koordinasi yang
EDKZD WHODK PHQMDGL NRUEDQ ³SHOHFHKDQ diperlukan untuk melancarkan
VHNVXDO´ 6H[XDO KDUDVKPHQW LV QRW about kegiatan perlindungan anak.
sex, but is about power. Anak-anak, 4. Perlindungan terhadap anak korban
terutama di daerah pedesaan, bahkan kekerasan seksual harus mempunyai
belum yang banyak yang paham tentang dasar filosofis, etis dan yuridis
³XQGHUZHDU UXOHV´ 2OHK NDUHQD LWX SHUDQ sehingga dapat
keluarga, terutama ibu menjadi sangat dipertanggungjawabkan dan
penting. bermanfaat bagi semua komponen
masyarakat.
Perlindungan hukum terhadap anak 5. Perlindungan hukum terhadap anak
sebagai korban kekerasan seksual korban kekerasan seksual harus
yang diberikan oleh Pusat Pelayanan tercermin dalam berbagai bidang
Terpadu Pemberdayaan Perempuan kehidupan. Oleh sebab itu dalam
dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI rangka terwujudnya perlindungan
Jakarta anak setiap anggota masyarakat
Selanjutnya Arif Gosita perlu adanya koordinasi dengan
mengemukakan ³beberapa hal yang pemerintah dan aparat penegak
diperlukan dalam memberikan jaminan hukum´ (Arif Gosita, 2004 : 32).
perlindungan hukum terhadap anak korban Kemudian dalam praktek
kekerasan seksual agar terlaksana dengan ³perlindungan hukum terhadap anak
baik, yaitu: korban kekerasan seksual (sexual abuse)
1. Dalam hal telaksananya Suatu tindakan disebut kekerasan apabila
perlindungan hukum terhadap anak ada pihak yang dirugikan, yang berupa
korban kekerasan seksual perlu pemaksaan, perampasan kemerdekaan
dipahami tentang pengertian tepat secara sewenang-wenang bahkan
berkaitan dengan masalah mengakibatkan kesengsaraan dan
perlindungan anak, seperti penderitaan. Oleh sebab itu, salah satu
pengertian manusia, hak dan upaya untuk mendapatkan jaminan hukum
kewajiban asasi manusia, yang pasti, korban dapat melaporkan
pencegahan kejahatan, pencegahan kepada aparat penegak hukum maupun
penimbulan korban dan lembaga swadaya masyarakat pemerhati
pelaksanaan kepentingan anak untuk mendapatkan perlindungan dan
perlindungan yang bertanggung pendampingan hukum. Salah satu prilaku
jawab dan bermanfaat. seks yang dinilai menyimpang adalah
2. Perlindunngan hukum terhadap bentuk kekerasan seksual (sexual violence),
anak korban kekerasan sekaual artinya praktik hubungan seksual yang
harus dilakukan antara warga dilakukan dengan cara-cara kekerasan, di
negara, anggota masyarakat baik luar ikatan perkawinan yang sah. Kekerasan
secara individual, kolektif demi ditonjolkan untuk membuktikan pelakunya
kepentingan bersama. Hal ini dapat memiliki kekerasan fisik yang lebih atau
dilakukan dengan sosialisasi dan kekuatan fisiknya dan dijadikan alat untuk
penyuluhan mengenai perlindungan melancarkan usaha-usaha jahatnya.
anak agar masyarakat sadar akan Pelaksanaan penyelesaian kasus kekerasan
arti pentingnya perlindungan anak. seksual terhadap anak yaitu, pihak

129
kepolisian langsung menerima laporan tidak wajar terhadap anak merupakan
korban baik secara lisan maupun tertulis. bentuk pelanggaran hukum dan
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan pelanggaran norma-norma yang berlaku
surat visum ke dokter sebagai bukti adanya dalam masyarakat.´ Sejak tahun 2002
kekerasan seksual terhadap anak di bawah Indonesia telah memiliki instrumen hukum
umur. Dengan demikian apabila pelaku yang secara khusus memberikan
terbukti bersalah, maka pelaku akan perlindungan terhadap anak yaitu ³Undang-
ditetapkan sebagai tersangka tindak Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
kekerasan seksual terhadap anak di bawah Perlindungan Anak yang didalamnya juga
umur untuk selanjutnya membuat BAP mengatur mengenai perlindungan terhadap
(Berita Acara Pemeriksaan) yang kemudian anak korban kekerasan seksual. Namun
diproses untuk dilimpahkan ke Kejaksaan keberadaan Undang-Undang Nomor 23
Negeri dalam proses penuntutan di tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pengadilan Negeri. Bentuk perlindungan belum mampu menekan jumlah kekerasan
terhadap anak di bawah umur secara umum seksual terhadap anak yang pada
dapat diklasifikasikan dalam berbagai kenyataannya setiap tahun semakin
macam. Akan tetapi terhadap perlindungan meningkat. Salah satu penyebabnya adalah
kekerasan seksual di katergorikan dalam lemahnya penegakan hukum terhadap
beberapa pemahaman yaitu: Pertama, kasus-kasus kekerasan seksual terhadap
kekerasan fisik yang berarti perbuatan yang anak.´
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit Dikeluarkannya ³Undang-Undang
terhadap diri korban, sehingga dalam Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan
implementasi penanganan terhadap korban Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang
memerlukan pendampingan dan Perlindungan Anak ternyata belum juga
penyelesaian tepat agar kasus kekerasan membuat para pelaku jera. Kekerasan
yang dialami dapat teselesaikan dengan seksual terhadap anak tetap saja meningkat
tepat. Kedua, kekerasan psikis yang dapat secara signifikan yang mengancam dan
dipahami sebagai perbuatan yang membahayakan jiwa anak, merusak
mengakibatkan rasa ketakutan dan kehidupan pribadi dan tumbuh kembang
hilangnya rasa percaya diri untuk bertindak anak, serta mengganggu rasa kenyamanan,
dan menempatkan diri dalam masyarakat, ketenteraman, keamanan, dan ketertiban
sehingga korban mengalami penderitaan masyarakat. Pada tahun 2016 pemerintah
yang sangat berat dalam hidupnya. Oleh memandang perlu segera mengubah
karena itu, masyarakat untuk selebihnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
dapat menerima dengan baik terhadap diri tentang Perlindungan Anak sebagaimana
korban dan menerima secara utuh akibat telah diubah dengan Undang-Undang
kekerasan yang dialami dengan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
memberikan dorongan dan motifasi agar atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
tahap perkembanganya berjalan baik. 2002 tentang Perlindungan Anak.
Ketiga, kekerasan seksual yang berarti Pemerintah Negara Republik Indonesia
pemaksaan hubungan seksual yang memandang sanksi pidana yang dijatuhkan
dilakukan oleh orang lain yang secara bagi pelaku kekerasan seksual terhadap
hukum dilarang. Keadaan ini dalam anak belum memberikan efek jera dan
masyarakat sangat dibutuhkan pola belum mampu mencegah secara
kesadaran hukum lebih, bahwa perilaku komprehensif terjadinya kekerasan seksual

130
terhadap anak. Atas dasar pertimbangan di tingkat daerah sebagaimana yang
tersebut, Presiden Joko Widodo pada 26 diamanatkan Undang-Undang Nomor 23
Mei 2016 telah menandatangani Peraturan tahun 2002 Perlindungan Anak dan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
(Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang tentang Perubahan Undang-Undang No. 23
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.´
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.´ PENUTUP
Provinsi DKI Jakarta sebagai Kesimpulan
³ibukota negara dan pusat pemerintahan Peran masyarakat terhadap
merupakan provinsi dengan jumlah kasus kejahatan yang dilakukan terhadap anak
kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah dengan melalui kegiatan peran
yang paling tinggi dibandingkan provinsi masyarakat dalam penyelenggaraan
lain. Terdorong upaya untuk melindungi perlindungan anak dengan melibatkan
perempuan dan anak serta memenuhi hak lembaga pemerintah, Orang tua, organisasi
mereka yang menjadi korban kekerasan kemasyarakatan, akademisi, dan pemerhati
maka pemerintah daerah provinsi DKI Anak. Serta memberikan bantuan hukum
Jakarta sejak tahun 2004 berdasarkan SK dan bantuan lain secara efektif;
Gubernur No. 64 tahun 2004 telah Pemberlakuan kegiatan rekreasional;
membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pembebasan dari penyiksaan,
Pemberdayaan Perempuan dan Anak penghukuman, atau perlakuan lain yang
(P2TP2A) Provinsi DKI Jakarta. Sejak kejam, tidak manusiawi serta merendahkan
dibentuk pada tahun 2004, korban martabat dan derajatnya; Penghindaran
kekerasan yang ditangani oleh P2TP2A dari penjatuhan pidana mati dan/atau
Provinsi DKI Jakarta mengalami kekerasan pidana seumur hidup.
sangat beragam, paling banyak diantaranya Saran
adalah kekerasan seksual terhadap anak. Adanya program sosialisasi yang
Sesuai dengan visi dan misinya, Pusat dilakukan oleh pemerintah terhadap
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi mengetahui perannya dalam perlindungan
DKI Jakarta memberikan berbagai terhadap anak, adanya kepekaan terhadap
pelayanan yang dibutuhkan bagi korban lingkungan. Dan adanya konsekuensi
kekerasan terhadap perempuan dan anak terhadap peraturan yang ada khususnya
termasuk didalamnya anak yang menjadi masalah perlindungan khusus terhadap
korban kekerasan seksual. Kedudukan dan anak yang berhadapan dengan hukum.
peran P2TP2A Provinsi DKI Jakarta sebagai Sehingga semua lembaga hukum bisa
lembaga perlindungan bagi perempuan dan mengimplimentasikan atau menerapkan
anak di Provinsi DKI ditegaskan dalam aturan yang ada.
Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2011
tentang Perlindungan Perempuan dan Anak
dari tindak kekerasan di Provinsi DKI
Jakarta. P2TP2A Provinsi DKI Jakarta
merupakan lembaga yang
mengimplementasikan perlindungan
hukum bagi anak korban kekerasan seksual

131
DAFTAR PUSTAKA Nashir, Haidar, Agama dan Krisis
Mufidah, Haruskah Perempuan dan Anak Kemanusiaan Modern, Yogyakarta,
Dikorbankan, Pilar Media, (Anggota Pustaka Pelajar, 1999
IKAPI), Papringan, 2006 Wahid, Abdurrahman, Islam Tanpa
Yanti, Mieke Diah Anjar, et.al., Model Kekerasan, Yogyakarta, LKS
Sistem Monitoring dan Pelaporan Yogyakarta, 1998
Anak dan Perempuan Korban Gosita, Arif, Masalah Perlindungan Anak,
Kekerasan, Bapernas, Propinsi Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer,
Jateng, 2006 Jakarta, 2004,
Gautama, Candra, Konvensi Hak Anak Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979
Panduan Bagi Jurnalis, Jakarta, tentang Kesejahteraan Anak
Lembaga Studi Pers dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997
Pembangunan (LSPP), 2000 tentang Sistem Peradilan Pidana
R. Soebekti, & R. Tjitosudibio, Kitab Anak
Undang-undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Jakarta, Pramadya Paramita, 1999 tentang Sistem Peradilan Pidana
Soemitro, Irma Setyowati, Aspek Hukum Anak
Perlindungan Anak, Bandung, Bumi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Aksara, 1990 tentang Perlindungan Anak
Dellyana, Santy, Wanita dan Anak di Mata Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Hukum, Yogyakarta, Liberty, 1988 Tentang Perubahan Atas Undang-
Windu, Marsana, Kekuasaan dan Undang Nomor 23 Tahun 2002
Kekerasan Menurut Johan Galtung, Tentang Perlindungan Anak
Bandung, Kanisius, 1971. www.kpai.go.id dilihat pada tanggal 1 April
2015 pukul 21.00

132

Anda mungkin juga menyukai