Anda di halaman 1dari 12

PENEGAKKAN HUKUM TERHADAP PELAKU manusia maupun bangsa dan negara.

Anak perlu
KEKERASAN ANAK MENURUT PASAL 76C DAN mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya
PASAL 80 UNDANG-UNDANG NOMOR 35 untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 1 baik fisik, mental maupun sosial agar di kemudian
Oleh: Giska Finillia Kumontoy2 hari mampu bertanggung jawab serta
Roosje M. S. Sarapun3 mempunyai budi pekerti luhur. Upaya
Vonny A. Wongkar4 perlindungan perlu dilakukan untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan
ABSTRAK terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan diskriminatif.5
bagaimana cakupan kekerasan anak menurut Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 telah mengatur dan menjamin kesejahteraan tiap
dan bagaimana penegakkan hukum terhadap warga negaranya, termasuk perlindungan
pelaku kekerasan anak menurut Pasal 80 terhadap hak-hak anak yang merupakan Hak
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Dengan Asasi Manusia sebagaimana tertuang dalam
menggunakan metode penelitian Juidis Normatif, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
disimpulkan : 1. Pasal 76C Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Undang tersebut menyatakan, bahwa setiap anak
Perlindungan Anak yang menegaskan, bahwa berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
setiap orang dilarang menempatkan, berkembang serta perlindungan dari kekerasan
membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan juga diskriminasi sebagaimana yang diamanatkan
atau turut serta melakukan kekerasan terhadap dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
anak. Pelaku tindak pidana atau yang melanggar Indonesia Tahun 1945. Mengacu pada Undang-
ketentuan hukum tersebut akan dikenakan sanksi Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
menurut Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Perlindungan Anak Pasal 1 Ayat (1), anak adalah
tahun 2014. 2. Penegakkan hukum menurut seseorang yang belum berusia delapan belas
Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tahun termasuk dalam kandungan.6
harus memperhatikan unsur-unsur tindak pidana Negara menjunjung tinggi Hak Asasi
di dalamnya. Hal ini dilakukan dengan melihat Manusia, termasuk di dalamnya Hak Asasi Anak
siapa pelakunya, jenis kekerasan dan akibat yang ditandai dengan adanya jaminan
perbuatannya terhadap korban atau dalam hal ini perlindungan dan pemenuhan hak tersebut
anak-anak. Sanksi pidana tindak kekerasan dalam Undang-Undang Dasar 1945 serta
terhadap anak terdiri dari pidana penjara dan beberapa ketentuan peraturan perundang-
denda. Pidana penjara maksimal sampai dengan undangan, baik bersifat nasional maupun
lima belas tahun. Pidana denda selalu disertakan internasional. Jaminan ini dikuatkan melalui
dalam setiap tindak pidana, baik secara sistem ratifikasi konvensi internasional tentang Hak
perumusan sanksi maupun alternatif kumulatif. Anak, yaitu melalui pengesahan Konvensi Hak-
Pidana denda maksimal menurut Pasal 80 Hak Anak melalui Keputusan Presiden Nomor 36
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 adalah Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On
seratus juta hingga tiga miliar rupiah. The Rights Of The Child (Konvensi tentang Hak-
Kata Kunci : Penegakkan Hukum, Pelaku Hak Anak).7 Konvensi Hak-Hak Anak
Kekerasan Anak, UU 35 Tahun 2014, mendefinisikan anak sebagai setiap manusia yang
Perlindungan Anak. berusia di bawah delapan belas tahun.8
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
PENDAHULUAN tentang Hak Asasi Manusia bagian Kesepuluh
A. Latar Belakang mengatur tentang Hak Anak, terlebih khusus
Anak merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan, baik dari kelangsungan hidup 5Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang 23 Tahun 2002 Tentang
1 Artikel Skripsi Perlindungan Anak.
2 Mahasiswa Pada Fakultas Hukum UNSRAT 6Ibid.

NIM 18071101551 7Ibid.


3 Fakultas Hukum UNSRAT, Magister Ilmu Hukum 8Convention On The Rights Of The Child (Konvensi
4 Fakultas Hukum UNSRAT, Magister Ilmu Hukum tentang Hak-Hak Anak).
mengenai perlindungan hukum bagi yang psikologis dan hukuman fisik di rumah. Hal ini
mengalami kekerasan sebagaimana termuat diperkuat oleh data dari Komisi Perlindungan
dalam pasal-pasal berikut ini:9 Anak Indonesia tahun 2011-2016 yang mencatat,
Pasal 58 Ayat (1) yang berbunyi: bahwa terdapat 4.294 kasus kekerasan terhadap
“Setiap anak berhak untuk mendapatkan anak. Pelaku kasus kekerasan anak umumnya
perlindungan hukum dari segala bentuk dilakukan oleh keluarga dan pengasuh.
kekerasan fisik atau mental, Survei kekerasan tahun 2013 terhadap
penelantaran, perlakuan buruk, dan anak di Indonesia juga menunjukkan, bahwa
pelecehan seksual selama dalam sebanyak 41,1 persen anak laki-laki mendapatkan
pengasuhan orang tua atau walinya, kekerasan fisik dari ayahnya dan sebanyak 35,6
atau pihak lain maupun yang persen di antaranya bersifat emosional.
bertanggung jawab atas pengasuhan Mengikuti pola kesamaan gender, kekerasan fisik
anak tersebut.” dan emosional pada anak perempuan juga
Pasal 66 Ayat (1) yang berbunyi: cenderung dilakukan oleh ibu. Hal ini terlihat dari
“Setiap anak berhak untuk tidak data yang menunjukkan, bahwa 66,34 persen
dijadikan sasaran penganiayaan, anak perempuan mendapatkan kekerasan fisik
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman dari ibu dan 49,81 persen bersifat emosional.12
yang tidak manusiawi.” Menurut Undang-Undang Nomor 35
Undang-undang tersebut tidak menjamin Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
turunnya tingkat kejahatan atau angka kekerasan Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
terhadap anak. Data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Anak, kekerasan terhadap anak
Perlindungan Kementerian Pemberdayaan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang
Perempuan dan Anak menunjukkan, bahwa berakibat timbulnya kesengsaraan atau
angka kekerasan terhadap anak naik secara penderitaan secara fisik, psikis, seksual dan/atau
signifikan pada tahun 2016. Kasus kekerasan penelantaran, termasuk ancaman untuk
terhadap anak yang dilaporkan pada tahun 2015 melakukan perbuatan, pemaksaan ataupun
tercatat sebanyak 1.975 kasus dan meningkat perampasan kemerdekaan dengan cara melawan
menjadi 6.820 kasus di tahun 2016. 10 hukum. Faktor-faktor yang menyebabkan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan terjadinya kekerasan terhadap anak dalam
dan Anak menyatakan, bahwa angka kekerasan keluarga oleh orang tua adalah kombinasi dari
terhadap anak terbilang tinggi pada paruh berbagai faktor personal, sosial dan budaya
pertama tahun 2020. Laporan menunjukkan meliputi pewarisan kekerasan antara generasi,
setidaknya terdapat 4.116 kasus kekerasan stres sosial, isolasi sosial, keterlibatan masyarakat
terhadap anak selama periode bulan Januari dan struktur keluarga.13
hingga bulan Juli 2020 yang juga terjadi pada saat Mengambil contoh atau hasil penelitian
masa pandemi Coronavirus Disease-19 (COVID- salah satu kota di Indonesia, penyebab terjadinya
19). Jenis-jenis kekerasan yang terjadi pada anak, kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan
antara lain berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, oleh orang tua terhadap anak, meliputi faktor
eksploitasi, tindak pidana perdagangan orang dan internal (faktor dari dalam) seperti sosial,
penelantaran.11 keluarga (broken home), penyakit parah atau
Laporan Global Report 2017: Ending gangguan mental (emosi) dan berasal dalam diri
Violence in Childhood menunjukkan, bahwa anak. Faktor eksternal atau yang berasal dari luar,
sebanyak 73,7 persen anak-anak Indonesia yaitu ekonomi.14 Contoh nyata untuk
berumur 1-14 tahun mengalami pendisiplinan membedakan kekerasan terhadap anak dalam
dengan kekerasan (violent discipline) atau agresi
12Gerintya, S. 2017. 7,37 Persen Anak Indonesia
Mengalami Kekerasan Di Rumahnya Sendiri.
9Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang https://tirto.id/737-persen-anak-indonesia-mengalami-
Hak Asasi Manusia. kekerasan-di-rumahnya-sendiri-cAnG Diakses tanggal 21 Juli
10Kamil, I. 2020. Kementerian PPPA Catat Ada 2021, pukul 11.01 WITA.
4.116 Kasus Kekerasan Anak dalam 7 Bulan Terakhir. 13Gelles, J. R. 2004. Child Abouse, Dalam

https://nasional.kompas.com/read/2020/08/12/15410871/k Encyclopedia Article From Encarta. Jakarta: Sinar Grafika.


ementerian-pppa-catat-ada-4116-kasus-kekerasan-anak- Hlm. 4-6.
dalam-7-bulan-terakhir?page=all. Diakses tanggal 20 Juli 14Patuti, S. Tinjauan Kriminologis Kekerasan Dalam

2021, pukul 10.14 WITA. Rumah Tangga Yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Anak
11Ibid. (Studi Kasus Kota Palu).
keluarga, yaitu seorang ayah memukul anaknya di sanksi pidananya terdapat pada Pasal 80. Pasal
bagian bokong dengan tangan karena berperilaku 76C menegaskan, bahwa:
tidak baik. Hal ini sebenarnya sengaja “Setiap Orang dilarang menempatkan,
menyebabkan rasa sakit tetapi perbuatan itu membiarkan, melakukan, menyuruh
tidak termasuk dalam penganiayaan, karena melakukan, atau turut serta melakukan
maksudnya baik (mengajar dan mendidik anak Kekerasan terhadap Anak.”
agar tidak berperilaku buruk). Peristiwa tersebut Penegakkan hukum merupakan suatu
apabila dilakukan dengan melewati batas-batas proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan
yang diizinkan, maka dapat dianggap sebagai hukum menjadi kenyataan. Keinginan hukum
penganiayaan.15 dimaksud adalah pikiran-pikiran badan pembuat
Pemerintah, masyarakat, keluarga, undang-undang yang dirumuskan dalam
khususnya orang tua, berkewajiban untuk peraturan hukum. Rumusan pemikiran-pemikiran
melindungi Hak Anak sesuai tugas dan pembuat hukum yang dituangkan dalam bentuk
pertanggungjawabannya masing-masing. peraturan akan turut menentukan bagaimana
Pemerintah sebagai wujud nyata dari tindakan penegakkan hukum itu dijalankan.16 Penegakkan
tersebut, mengesahkan Undang-Undang Nomor hukum mempunyai fungsi untuk melindungi
35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- kepentingan manusia. Kepentingan manusia agar
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang terlindungi, maka hukum harus dilaksanakan.
Perlindungan Anak. Undang-undang tersebut Pelaksanaan penegakkan hukum dapat
secara substantif mengatur beberapa persoalan berlangsung secara normal atau juga karena
tentang anak berkaitan dengan hukum, antara adanya pelanggaran hukum.
lain anak dari kelompok minoritas, korban Pelaku kekerasan terhadap anak dapat
eksploitasi ekonomi seksual, yang dikenakan sanksi berupa pidana penjara dan
diperdagangkan, korban kerusuhan, pengungsi denda sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 80
dan dalam situasi konflik bersenjata. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan anak sebagaimana Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
dimaksud dalam Pasal 1 Angka (2) Undang- Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang berbunyi:
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah (1) Setiap Orang yang melanggar
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi ketentuan sebagaimana dimaksud
anak serta hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dalam Pasal 76C, dipidana dengan
berkembang, berpartisipasi secara optimal sesuai pidana penjara paling lama 3 (tiga)
dengan harkat martabat kemanusiaan, termasuk tahun 6 (enam) bulan dan/atau
perlindungan dari kekerasan juga diskriminasi. denda paling banyak
Undang-undang tersebut memiliki tujuan utama, Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
antara lain untuk menjamin perlindungan Hak- juta rupiah).
Hak Anak di dalam berbangsa, bermasyarakat (2) Dalam hal Anak sebagaimana
dan berkeluarga. dimaksud pada ayat (1) luka berat,
Keberadaan undang-undang tersebut maka pelaku dipidana dengan pidana
tidak serta merta melindungi anak dari berbagai penjara paling lama 5 (lima) tahun
konflik ataupun niat jahat orang dalam bentuk dan/atau denda paling banyak
tindak kekerasan. Situasi ini muncul karena salah Rp100.000.000,00 (seratus juta
satu faktornya, yaitu perbedaan definisi rupiah).
mengenai batasan tentang anak tersebut. (3) Dalam hal Anak sebagaimana
Kekerasan anak secara khusus diatur dalam Pasal dimaksud pada ayat (2) mati, maka
76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pelaku dipidana dengan pidana
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor penjara paling lama 15 (lima belas)
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
15Soesilo, R. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal 16Raharjo, S. 2009. Penegakan Hukum Sebagai

Demi Pasal. Bogor: Politeia. Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Genta Publishing. Hlm. 25.
(4) Pidana ditambah sepertiga dari PEMBAHASAN
ketentuan sebagaimana dimaksud A. Cakupan Kekerasan Anak Menurut Pasal 76c
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
apabila yang melakukan Peringatan Hari Anak Nasional yang
penganiayaan tersebut Orang diperingati setiap tangggal 23 Juli berdasarkan
Tuanya. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 44 Tahun 1984 bertujuan untuk mendorong
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor masyarakat dari berbagai latar belakang untuk
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak melawan kekerasan dan menjadi pelindung bagi
mempertegas tentang perlunya pemberatan anak. Setiap anak berhak untuk mendapatkan
sanksi pidana dan denda dengan harapan dapat perlindungan terhadap:18
memberikan efek jera bagi para pelaku kekerasan 1. Diskriminasi.
terhadap anak. 2. Eksploitasi, baik secara ekonomi maupun
seksual.
B. Rumusan Masalah 3. Penelantaran.
4. Kekejaman.
1. Bagaimana cakupan kekerasan anak menurut 5. Kekerasan.
Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 6. Penganiayaan.
2014? 7. Ketidakadilan.
2. Bagaimana penegakkan hukum terhadap 8. Perlakuan salah lainnya.
pelaku kekerasan anak menurut Pasal 80 Kenyataan di lapangan menunjukkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014? adanya peningkatan kasus kekerasan terhadap
anak yang masih terjadi di Indonesia dan bahkan
C. Metode Penelitian sudah mencapai tahap mengkhawatirkan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam kasus kekerasan terhadap anak tetap tinggi di
skripsi ini adalah penelitian dengan pendekatan masa pandemi, saat di mana mereka justru terus
yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif, dekat dengan keluarga. Data menunjukkan,
yaitu penelitian hukum dengan cara meneliti bahwa sejak Maret 2020 hingga Juli 2021
bahan kepustakaan (library research). Penelitian terdapat kurang lebih 2.726 kasus kekerasan
dilakukan dengan menelusuri peraturan- terhadap anak dan lebih dari setengahnya
peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan merupakan kasus kejahatan seksual. Sebelum
dengan permasalahan yang diteliti.17 Bahan pandemi melanda Indonesia, angka kejahatan
hukum primer merupakan bahan hukum yang terhadap anak memang sudah meningkat selama
mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer rentang tahun 2018 hingga 2019. Jumlah
terdiri dari peraturan perundang-undangan dan kekerasan terhadap anak pada tahun 2020 hingga
putusan-putusan hakim. 2021 semakin tinggi.
Bahan hukum primer yang digunakan Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
penulis dalam penulisan skripsi ini, yaitu Nomor kekerasan terhadap anak di masa pandemi ini,
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- antara lain aktivitas yang terpusat di rumah.
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Hilangnya pekerjaan membuat tingkat stres
Perlindungan Anak dan Kitab Undang-Undang dalam keluarga semakin meningkat. Beberapa
Hukum Pidana. Bahan hukum sekunder, yaitu kasus juga banyak terjadi pada ibu yang tidak
semua publikasi tentang hukum yang bukan mempunyai kemampuan untuk mendampingi
merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan anak-anaknya, kemudian menjadi emosi hingga
hukum sekunder yang digunakan oleh penulis menyebabkan terjadinya kekerasan fisik bahkan
dalam skripsi ini adalah buku-buku teks hukum ada yang meninggal dunia.19
yang terkait dengan topik penelitian, yaitu
literatur dan kamus hukum. 18Mardina, R. Kekerasan Terhadap Anak Dan
Remaja. Infodatin: Pusat Data Dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Hlm. 2.
19Hafil, M. 2021. Meningkatnya Kekerasan
Terhadap Anak Saat Pandemi.
17Soekanto,S dan Mamudji, S. 2001. Penelitian https://republika.co.id/berita/qz2kw5430/meningkatnya-
Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta: Rajawali kekerasan-terhadap-anak-saat-pandemi Diakses tanggal 8
Pers. Hlm. 13-14. Desember 2021, pukul 14.37 WITA.
Berikut jenis-jenis kekerasan pada anak: c. Kekerasan remaja yang terkonsentrasi
1. Menurut Kantor Pusat Layanan Terpadu pada kalangan anak-anak dan dewasa
Pemberdayaan Perempuan dan Anak: muda berusia 10-29 tahun. Kekerasan ini
a. Kekerasan fisik paling sering terjadi dalam aturan
Pukul, tampar, tending, cubit dan perkenalan komunitas anak baru
sebagainya. (plonco), termasuk bullying juga serangan
b. Kekerasan emosional: fisik dengan atau tanpa senjata (seperti
1) Kekerasan berupa kata-kata yang pisau atau senjata tajam lainnya) dan
menakuti. mungkin melibatkan antarkelompok
2) Mengancam. (geng).
3) Menghina. d. Kekerasan pasangan intim atau mantan
4) Mencaci. pasangan (Kekerasan Dalam Rumah
5) Memaki dengan kasar dan keras. Tangga) yang melibatkan fisik, seksual
c. ekerasan seksual: dan emosional. Laki-laki meskipun
1) Pornografi. berpotensi menjadi korban, tetapi
2) Perkataan-perkataan porno. kekerasan pasangan intim secara tidak
3) Tindakan tidak senonoh atau proporsional lebih mempengaruhi
pelecehan organ seksual anak. perempuan. Hal ini biasanya terjadi pada
d. Pengabaian dan penelantaran anak perempuan dalam pernikahan dini
Segala bentuk kelalaian yang melanggar atau paksa di antara orang-orang yang
Hak Anak dalam pemenuhan gizi dan terlibat hubungan dekat tetapi belum
pendidikan. menikah (kadang disebut sebagai
e. Kekerasan ekonomi (eksploitasi): kekerasan dalam pacaran).
1) Mempekerjakan anak di bawah umur e. Kekerasan emosional atau psikologis
dengan motif ekonomi. termasuk membatasi gerakan anak,
2) Prostitusi anak. pencemaran nama baik, cemoohan,
2. Menurut World Health Organization:20 ancaman dan intimidasi, diskriminasi,
Sebagian besar kekerasan terhadap anak penolakan termasuk bentuk-bentuk non
melibatkan setidaknya satu dari enam jenis fisik dari perlakuan tidak bersahabat
kekerasan intra personal utama yang cenderung lainnya.
terjadi pada tahap berbeda dalam perkembangan Tanda-tanda dan gejala, bahwa anak
anak. Kekerasan-kekerasan tersebut, antara lain: kemungkinan menjadi korban kekerasan, antara
a. Penganiayaan (termasuk hukuman yang lain adalah sebagai berikut:21
kejam) melibatkan kekerasan fisik, 1. Mimpi buruk yang penyebabnya tidak bisa
seksual dan psikologis atau emosional dijelaskan.
termasuk pengabaian terhadap bayi, 2. Perhatian yang mudah teralihkan atau
anak-anak serta remaja oleh orang tua, banyak melamun.
pengasuh juga figur otoritas lainnya. 3. Perubahan pada pola makan, seperti
Kekerasan paling sering terjadi di rumah, hilangnya nafsu makan dan kesulitan
juga lingkungan seperti sekolah dan panti menelan.
asuhan. 4. Perubahan mood yang tiba-tiba dari baik,
b. Penindasan atau bullying (termasuk ceria menjadi mudah marah dan tersinggung,
kejahatan siber), dimana perilaku tesebut merasa tidak aman serta ketakutan.
termasuk agresif negatif yang dilakukan 5. Membicarakan tentang bagian tubuh
oleh anak lain atau kelompok anak-anak terutama alat kelamin dan masalah seksual.
bukan saudara kandung maupun 6. Menulis, menggambar atau bermain hal hal
mempunyai hubungan dengan korban. yang berhubungan dengan masalah seksual.
Jenis kekerasan ini melibatkan gangguan 7. Berpikir atau merasa dirinya kotor dan jahat.
fisik, psikologis atau sosial yang berulang
dan sering terjadi di sekolah juga tempat-
tempat lain, dimana anak-anak
21Kembaren, L. Stop Kekerasan Pada Anak
berkumpul maupun lewat media online.
https://www.pdskji.org/article_det-27-stop-kekerasan-pada-
anak.html Diakses tanggal 8 Desember 2021, pukul 17.08
20Ibid. WITA.
8. Muncul perasaan takut terhadap orang atau Berikut contoh-contoh kasus kekerasan
tempat tertentu yang sebelumnya tidaklah terhadap anak yang terjadi di Indonesia:22
demikian. 1. Kasus penganiayaan terhadap anak disabilitas
9. Memiliki benda, uang atau pemberian tanpa yatim piatu Sukabumi.
alasan yang jelas. 2. Kasus penganiayaan anak asuh difabel
10. Menunjukkan perilaku seksual orang dewasa. dengan tongkat oleh pengasuh di Sleman.
11. Anak yang lebih besar tiba tiba berperilaku 3. Kasus penganiayaan oleh residivis di
seperti anak kecil, yaitu mengompol, Balikpapan yang menyiram anak kandung
menggigit gigit jari dan lain sebagainya. dengan air panas.
12. Menolak membuka baju dan pakaian lainnya 4. Kasus penganiayaan anak perempuan
pada saat mandi atau ke kamar kecil. berumur lima tahun di Ciracas oleh ibu
Indonesia menjamin perlindungan hukum tirinya.
terhadap semua warga negaranya termasuk 5. Kasus penganiayaan anak berumur enam
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tahun di Pontianak oleh ibu kandung dan
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. ayah tiri.
Konstitusi juga memberikan perhatian terhadap
perlindungan anak dari kekerasan sebagaimana B. Penegakkan Hukum Terhadap Pelaku
Pasal 28B Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Kekerasan Anak Menurut Pasal 80 Undang-
Republik Indonesia tahun 1945 yang Undang Nomor 35 Tahun 2014
menegaskan, bahwa: Penegakkan hukum merupakan suatu
“Setiap anak berhak atas kelangsungan proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta hukum menjadi kenyataan. Keinginan hukum
berhak atas perlindungan dari kekerasan maksudnya adalah pemikiran-pemikiran dari
dan diskriminasi.” badan pembuat undang-undang yang dirumuskan
Anak adalah subjek hukum yang dalam peraturan hukum. Penegakkan hukum
dilindungi dan dijamin hak-haknya oleh hukum, adalah usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
terlebih lagi sejak adanya Undang-Undang Nomor keadilan-keadilan, kepastian hukum dan
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.23
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Penegakan hukum pidana adalah usaha untuk
Perlindungan Anak. Hak-Hak Anak terutama mewujudkan ide-ide tentang keadilan hukum
untuk mendapatkan perlindungan dan terbebas pidana, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial
dari tindakan kekerasan yang berpotensi menjadi kenyataan dalam setiap hubungan
dilakukan oleh berbagai pihak telah dijamin oleh hukum.24
adanya undang-undang tersebut. Undang- Peraturan hukum tersebut akan turut
Undang Perlindungan Anak melarang setiap menentukan bagaimana penegakkan hukum itu
orang melakukan tindakan kekerasan kepada akan dijalankan.25 Inti dari penegakkan hukum
anak. secara konsepsional terletak pada kegiatan
Hal ini sesuai dengan ketentuan yang menyelaraskan hubungan nilai-nilai yang
diatur dalam pasal 76C Undang-Undang Nomor terjabarkan di dalam kaidah-kaidah mantap dan
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
Perlindungan Anak yang berbunyi: mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.26
“Setiap orang dilarang menempatkan,
membiarkan, melibatkan, menyuruh
melibatkan, atau turut serta melakukan
Kekerasan terhadap Anak.”
Pelaku tindak pidana atau yang melanggar 22Kompas. Penganiayaan Anak.
ketentuan hukum tersebut akan dikenakan sanksi https://www.kompas.com/tag/penganiayaan-anak Diakses
tanggal 10 Desember 2021, pukul 16.18 WITA.
menurut Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 23Rahardjo, S., Op. Cit., hlm. 15.
tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- 24Marzuki, P. M. 2012. Pengantar Ilmu Hukum.

Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Jakarta: Kencana Prenada. Hlm. 15.
25Rahardjo, S., Loc. Cit.
Perlindungan Anak.
26Soekanto, S. 1983. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakkan Hukum. Jakarta: Raja Grafindo.
Hlm. 7.
Unsur-unsur yang harus diperhatikan dan hukum pelaksanaan pidana. Badan pembuat
dalam penegakkan hukum, yaitu:27 undang-undang memilih nilai-nilai yang sesuai
1. Kepastian hukum dengan situasi masa kini dan akan datang,
Bagaimana hukumnya itulah yang harus berlaku kemudian merumuskannya menjadi peraturan
dan tidak boleh menyimpang atau seperti sebuah perundang-undangan paling baik dalam arti
pepatah, meskipun dunia ini runtuh hukum harus memenuhi syarat keadilan serta daya guna.
ditegakkan (fiat justitia et pereat mundus). Tahap ini disebut juga dengan tahap kebijakan
Hukum harus dapat menciptakan kepastian legislatif.
hukum karena bertujuan untuk ketertiban 2. Penegakkan hukum pidana in concreto
masyarakat. Penegakan ini terdiri atas:
2. Manfaat a. Tahap penerapan atau aplikasi
Hukum karena untuk manusia, maka pelaksanaan (penyidikan)
atau penegakan hukum harus memberi manfaat Tahap penegakan hukum pidana oleh
maupun kegunaan bagi masyarakat. Hukum aparat penegak hukum, mulai dari
jangan karena penerapannya, justru kepolisian sampai ke pengadilan atau
menimbulkan keresahan masyarakat. pemeriksaan di hadapan persidangan.
3. Keadilan Aparat penegak hukum bertugas
Pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil, menegakkan serta menerapkan
karena hukum bersifat umum, menyamaratakan peraturan perundang-undangan yang
dan berlaku bagi setiap orang. Hukum akan telah dibuat oleh pembuat undang-
tetapi tidak identik dengan keadilan. Hal ini undang. Aparat penegak hukum dalam
karena keadilan bersifat subjektif, individualistik melaksanakan tugas ini harus berpegang
dan tidak menyamaratakan. teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya
Penegakkan hukum pidana terdiri atas guna. Tahap ini disebut sebagai tahap
tahap-tahap berikut, yaitu:28 yudikatif.
1. Penegakkan hukum pidana in abstracto b. Tahap pelaksanaan undang-undang oleh
Merupakan tahap pembuatan atau perumusan aparat penegak hukum atau disebut juga
(tahap formulasi) sudah berakhir saat sebagai tahap yudisial dan eksekusi
diundangkannya suatu peraturan perundang- Tahap penegakkan atau pelaksanaan
undangan. Tahap legislasi atau formulasi hukum secara konkret oleh aparat-aparat
dilanjutkan ke tahap aplikasi dan eksekusi. Tiga pelaksana pidana. Aparat penegak
masalah pokok hukum pidana yang harus hukum pada tahap ini bertugas
diketahui dalam peraturan perundang-undang menegakkan peraturan perundang-
tersebut, antara lain berupa: undangan dari badan pembentuk
a. Tindak pidana. undang-undang melalui penerapan
b. Kesalahan. pidana yang ditetapkan oleh pengadilan.
c. Pidana. Aparat penegak hukum dalam
Penegakkan hukum pidana merupakan bagian melaksanakan tugasnya harus
(subsistem) dari keseluruhan sistem atau berpedoman pada peraturan perundang-
kebijakan pembangunan nasional. Proses legislasi undangan pidana yang telah dibuat oleh
atau formulasi ini merupakan awal yang sangat pembuat undang-undang dan nilai guna
strategis dari proses penegakkan hukum in serta keadilan.
concreto. Sistem penegakkan hukum pidana yang Penegakkan hukum pidana in concreto pada
ada saat ini belum integral secara in abstracto hakikatnya merupakan proses penjatuhan pidana
pada tahap proses pembuatan produk atau pemidanaan. Proses pemidanaan itu sendiri
perundang-undangan. Hal ini karena belum adalah penegakan hukum pidana dalam rangka
adanya jalinan erat atau satu kesatuan sari menegakkan kebenaran dan keadilan. Kedua
subsistem (komponen) sistem norma atau tahap tersebut merupakan aspek atau titik krusial
subtansi hukum pidana yang integral, meliputi dari penanganan dan penindakan suatu perkara
hukum pidana materiel, hukum pidana formal pidana, karena penegakan hukum umumnya
diwarnai oleh hal-hal berikut ini, yaitu:
a. Masalah uang suap dan perbuatan
27Mertokusumo, S. 1999. Mengenal Hukum.
tercela lainnya.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hlm. 14.
28Abidin, F. Z., Loc. Cit.
b. Masalah optimalisasi pendekatan turut serta melakukan
keilmuan dalam penegakan hukum. perbuatan;
Penegakkan hukum pidana pada tahap in 2. mereka yang dengan memberi
concreto (tahap aplikasi) juga masih dipengaruhi atau menjanjikan sesuatu
oleh kebiasaan atau budaya tidak baik dan jalan dengan menyalahgunakan
pintas yang dilakukan oleh oknum aparat kekuasaan atau martabat,
penegak hukum korup dan kolutif dengan pelaku dengan kekerasan, ancaman
tindak pidana. atau penyesatan, atau dengan
Penegakkan hukum itu kurang lebih memberi kesempatan, sarana
merupakan upaya untuk menjadikan hukum, baik atau keterangan, sengaja
dalam arti formil secara sempit maupun materiil menganjurkan orang lain supaya
yang luas. Penegakkan hukum juga sebagai melakukan perbuatan.
pedoman perilaku dalam setiap perbuatan Berdasarkan rumusan Pasal 55 Ayat (1)
hukum oleh para subjek hukum bersangkutan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelaku
maupun aparatur penegak hukum yang resmi tindak pidana terbagi atas empat golongan, yaitu:
diberi tugas dan kewenangan oleh undang- 1. Orang yang melakukan sendiri tindak
undang untuk menjamin berfungsinya norma- pidana (pleger)
norma hukum dalam kehidupan bermasyarakat Kriteria untuk menentukan seseorang sebagai
dan bernegara. yang melakukan (pleger) atau pembuat pelaksana
Masalah penegakkan hukum sangat tindak pidana secara penyertaan adalah sebagai
rumit karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor, berikut:
antara lain:29 a. Perbuatannya adalah yang menentukan
1. Isi peraturan perundang-undangan. terwujudnya tindak pidana.
2. Kelompok kepentingan dalam masyarakat. b. perbuatannya tersebut memenuhi
3. Budaya hukum. seluruh unsur tindak pidana.
4. Moralitas para penegak hukum yang terlibat 2. Orang yang menyuruh orang lain untuk
dalam proses peradilan. melakukan tindak pidana (doen pleger)
Istilah tindak pidana berasal dari istilah Undang-undang tidak menjelaskan tentang siapa
yang dalam bahasa Belanda disebut strafbaar dimaksud dengan yang menyuruh melakukan itu.
feit. Istilah-istilah yang digunakan, baik dalam Mengenai pengertian dan syarat untuk dapat
perundang-undangan maupun berbagai literatur ditentukan sebagai orang yang melakukan (doen
hukum sebagai terjemahan dari strafbaar feit, pleger), para ahli hukum umumnya merujuk pada
antara lain sebagai berikut:30 keterangan dalam Memorie van Toelichting dan
1. Tindak pidana. Wetboek van Strafrecht Belanda, dimana
2. Peristiwa Pidana bunyinya, antara lain sebagai berikut:
3. Delik. “yang menyuruh melakukan adalah
4. Pelanggaran Pidana. dia juga yang melakukan tindak
5. Perbuatan yang boleh dihukum. pidana, tapi tidak secara
6. Perbuatan Pidana pribadimelainkan dengan perantara
Menurut doktrin, pelaku tindak orang lain sebagai alat di dalam
pidana (dader) adalah barang siapa tangannya apa bila orang lain itu
melaksanakan semua unsur-unsur tindak pidana melakukan perbuatan tanpa
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 55 Ayat (1) kesengajaan, kealpaan atau tanpa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang tanggungjawab, karena sesuatu hal
berbunyi: yang tidak diketahui, disesatkan atau
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak tunduk pada kekerasan.”
pidana: Kriteria orang yang menyuruh orang lain untuk
1. mereka yang melakukan, yang melakukan tindak pidana (doen pleger), yaitu
menyuruh melakukan, dan yang sebagai berikut:
a. Orang lain sebagai alat di dalam
tangannya
29Rahardjo, S., Op. Cit., hlm 20.
30Chazawi,
Maksudnya adalah orang atau pelaku
A. 2008. Stelsel Pidana, Tindak Pidana,
Teori-Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana. tersebut memperalat orang lain untuk
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 67-68. melakukan tindak pidana. Orang lain itu
karena sebagai alat, maka secara praktis tidak dipidananya orang yang disuruh,
pembuat penyuruh tidak melakukan karena:
perbuatan aktif. Menurut doktrin hukum 1) Tidak mempunyai kesengajaan,
pidana orang yang diperalat disebut kealpaan ataupun kemampuan
sebagai manus ministra, sedangkan bertanggungjawab.
memperalat disebut manus 2) Berdasarkan Pasal 44 Kitab Undang-
domina (middelijke dader atau pembuat Undang Hukum Pidana.
tidak langsung). Tiga konsekuensi logis 3) Daya paksa Pasal 48 Kitab Undang-
terhadap tindak pidana yang dilakukan Undang Hukum Pidana.
dengan cara memperalat orang lain, 4) Berdasarkan Pasal 51 Ayat (2) Kitab
antara lain: Undang-Undang Hukum Pidana.
1) Terwujudnya tindak pidana bukan 5) Orang yang disuruh tidak mempunyai
disebabkan langsung oleh pembuat sifat atau kualitas disyaratkan dalam
penyuruh, tetapi oleh perbuatan delik. Contohnya, Pasal 413 sampai
orang lain (manus ministra). dengan Pasal 437 Kitab Undang-
2) Orang lain tersebut tidak Undang Hukum Pidana.
bertanggungjawab atas 3. Orang yang turut melakukan tindak pidana
perbuatannya, dimana kenyataannya (mede pleger)
telah melahirkan tindak pidana. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak
3) Manus ministra ini tidak boleh memberikan rumusan secara tegas mengenai
dijatuhi pidana, karena yang dipidana siapa saja yang dapat dikatakan turut melakukan
adalah pembuat penyuruh. tindak pidana, sehingga dalam hal ini menurut
b. Tanpa kesengajaan atau kealpaan doktrin untuk dapat mede pleger harus
Arti dari tanpa kesengajaan atau memenuhi dua syarat, yaitu:
kealpaan adalah perbuatan oleh orang a. Harus adanya kerjasama secara fisik.
yang disuruh (manus ministra) tidak b. Harus ada kesadaran, bahwa mereka satu
dilandasi oleh kesengajaan untuk sama lain bekerjasama untuk melakukan
mewujudkan tindak pidana, juga tindak pidana.
terjadinya tindak pidana bukan karena Menurut Memorie van Toelichting, turut serta
adanya kealpaan, karena sesungguhnya melakukan (mede pleger) adalah setiap orang
inisiatif datang dari pembuat penyuruh. yang sengaja berbuat (meedoet) dalam
Hal demikian juga pada niat untuk melakukan suatu tindak pidana. Pandangan para
mewujudkan tindak pidana itu hanya ahli tentang bagaimana kategori untuk
berada pada pembuat penyuruh (doen menentukan pembuat peserta (mede pleger),
pleger). yaitu apabila perbuatan orang tersebut memang
c. Karena tersesatkan mengarah dalam mewujudkan tindak pidana dan
Maksudnya, kekeliruan atau telah terbentuk niat yang sama dengan pembuat
kesalahpahaman akan suatu unsur tindak pelaksana (pleger) untuk melaksanakan hal
pidana yang disebabkan oleh pengaruh tersebut. Perbuatan pembuat peserta tidak perlu
dari orang lain dengan cara tidak benar, memenuhi seluruh unsur tindak pidana, asalkan
dimana atas kesalahpahaman tersebut mempunyai andil dalam terwujudnya tindakan
sehingga memutuskan kehendak untuk tersebut. Diri pembuat peserta selain itu telah
berbuat. Keadaan yang menyebabkan terbentuk niat yang sama dengan pembuat
orang lain itu timbul kesalahpahaman itu pelaksana untuk mewujudkan tindak pidana
adalah oleh karena kesengajaan pembuat dimaksud.
penyuruh sendiri. 4. Orang yang dengan sengaja membujuk atau
d. Karena kekerasan menggerakan orang lain untuk melakukan
Perbuatan dengan menggunakan tindak pidana (uit lokken)
kekerasan fisik besar, yang ditujukan Kriteria untuk bisa dikatakan sebagai uit lokken,
pada orang sehingga mengakibatkannya antara lain:
tidak berdaya. Orang yang disuruh a. Harus ada seseorang yang mempunyai
melakukan oleh karenanya tidak dapat kehendak untuk melakukan tindak
dipidana. Kemungkinan-kemungkinan pidana.
b. Harus ada orang lain yang digerakkan pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain
untuk melakukan tindak pidana. manapun yang bertanggung jawab, berhak
Cara menggerakkan harus menggunakan mendapatkan perlindungan dari perlakuan-
salah satu daya upaya yang tersebut di perlakuan berikut:
dalam Pasal 55 Ayat (1) sub 2e, yaitu 1. Diskriminasi.
pemberian, perjanjian, ancaman dan lain 2. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual.
sebagainya. 3. Penelantaran.
c. Orang digerakkan harus benar-benar 4. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan.
melakukan tindak pidana sesuai dengan 5. Ketidakadilan.
keinginan orang yang menggerakkan. 6. Perlakuan salah lainnya.
Meningkatnya jumlah kasus anak korban Penegakkan hukum terhadap pelaku
kekerasan selama periode tahun 2015-2016 kekerasan anak sebagaimana terdapat dalam
sejalan dengan peningkatan jumlah pelakunya. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Sebagian besar pelaku kekerasan terhadap anak Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun
adalah laki-laki. Menurut kelompok umur, pelaku 2002 tentang Perlindungan Anak terdiri dari:
kekerasan terhadap anak berusia dua puluh lima 1. Pidana penjara
tahun ke atas dan sebagian besar dari mereka Pidana penjara dalam Undang-Undang
kegiatannya adalah bekerja. Kekerasan terhadap Perlindungan Anak mempunyai batas minimal
anak tampaknya juga banyak terjadi di dalam dan maksimal yang berbeda-beda, tergantung
rumah tangga. Hal ini diindikasikan oleh jumlah tindak pidananya. Pidana penjara secara umum
kasus kekerasan yang dilakukan oleh orang tua, minimal tiga tahun sampai lima tahun.
keluarga, saudara atau suami istri. Berdasarkan Maksimalnya adalah sampai dengan lima belas
pendidikan, pelaku kekerasan juga dapat berasal tahun.
dari semua kalangan, baik terdidik maupun 2. Pidana denda
tidak.31 Pidana denda dalam Undang-Undang
Sesuai dengan pembukaan Undang- Perlindungan Anak selalu disertakan dalam setiap
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang tindak pidana, baik secara sistem perumusan
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 sanksi maupun alternatif kumulatif. Pidana denda
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Negara maksimal dalam Undang-Undang Perlindungan
Kesatuan Republik Indonesia menjamin Anak adalah seratus juta hingga tiga miliar
kesejahteraan tiap warga negaranya temasuk rupiah.
perlindungan terhadap Hak Anak yang Pembahasan sebelumnya menjelaskan,
merupakan Hak Asasi Manusia. Setiap anak bahwa kekerasan anak telah diatur secara khusus
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan dalam Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35
berkembang, perlindungan dari kekerasan dan tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
diskriminasi, sebagaimana diamanatkan dalam Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun Perlindungan Anak Sanksi bagi pelaku kekerasan
1945. yang melanggar ketentuan pasal tersebut di atas
Anak sebagai tunas, potensi dan generasi menurut Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35
muda penerus cita-cita perjuangan bangsa tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
mempunyai peran strategis, ciri juga sifat khusus, Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk Perlindungan Anak, yaitu sebagai berikut:
perlakuan tidak manusiawi yang dapat 1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan
mengakibatkan terjadinya pelanggaran Hak Asasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C,
Manusia. Hal ini sesuai dengan Pasal 13 Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan
Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dan/atau denda paling banyak
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor rupiah).
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud
menyatakan, bahwa setiap anak selama dalam pada Ayat (1) luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling
31Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
Perlindungan Anak, Op. Cit., hlm. 81-82.
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta di dalamnya. Hal ini dilakukan dengan
rupiah). melihat siapa pelakunya, jenis kekerasan dan
3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud akibat perbuatannya terhadap korban atau
pada Ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dalam hal ini anak-anak (apakah kekerasan
dengan pidana penjara paling lama 15 yang dilakukan hanya menimbulkan luka
(lima belas) tahun dan/atau denda paling ringan,berat atau sampai menyebabkan
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar kematian). Sanksi pidana tindak kekerasan
rupiah). terhadap anak terdiri dari pidana penjara
4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan dan denda. Pidana penjara mempunyai
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), batas minimal dan maksimal yang berbeda-
Ayat (2), dan Ayat (3) apabila yang beda, tergantung tindak pidananya. Pidana
melakukan penganiayaan tersebut Orang penjara secara umum minimal tiga tahun
Tuanya. sampai lima tahun. Maksimalnya adalah
Berdasarkan rumusan ketentuan pasal sampai dengan lima belas tahun. Pidana
tersebut, maka untuk menentukan jenis sanksi denda selalu disertakan dalam setiap tindak
yang akan dijatuhkan terhadap pelaku kekerasan pidana, baik secara sistem perumusan sanksi
anak, harus memperhatikan unsur-unsur tindak maupun alternatif kumulatif. Pidana denda
pidana di dalamnya. Hal ini dilakukan dengan maksimal menurut Pasal 80 Undang-Undang
melihat siapa pelakunya, jenis kekerasan dan Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan
akibat perbuatannya terhadap korban atau dalam Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
hal ini anak-anak (apakah kekerasan yang tentang Perlindungan Anak adalah seratus
dilakukan hanya menimbulkan luka ringan, berat juta hingga tiga miliar rupiah.
atau sampai menyebabkan kematian). B. Saran
1. Pemerintah harus lebih tegas lagi mengenai
PENUTUP perlindungan anak dari berbagai bentuk
A. Kesimpulan kekerasan, mengingat angka kejahatan yang
1. Cakupan kekerasan anak menurut Pasal masih tinggi dan sudah masuk pada tahap
76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun mengkhawatirkan sehingga Indonesia
2014 adalah sebagai berikut: dikatakan darurat kekerasan anak.
Anak adalah subjek hukum yang dilindungi 2. Sanksi terhadap tindak pidana kekerasan
dan dijamin hak-haknya oleh hukum. Hak- anak masih belum menimbulkan efek jera
Hak Anak terutama untuk mendapatkan terhadap para pelakunya. Situasi demikian
perlindungan dan terbebas dari tindakan memerlukan evaluasi dari pemerintah
kekerasan yang berpotensi dilakukan oleh terutama para aparat penegak hukum
berbagai pihak. Hal ini sesuai dengan mengenai faktor-faktor penyebab naiknya
ketentuan yang diatur dalam pasal 76C tingkat kekerasan terhadap anak. Pemerintah
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 bersama aparat penegak hukum perlu
tentang Perubahan Atas Undang-Undang bekerjasama dengan bagian perlindungan
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan tokoh masyarakat serta lingkungan
Anak yang menegaskan, bahwa setiap orang pendidikan untuk mencari solusi bagaimana
dilarang menempatkan, membiarkan, cara efektif untuk menekan atau mengurangi
melibatkan, menyuruh melibatkan atau tindak pidana kekerasan terhadap anak.
turut serta melakukan kekerasan terhadap
anak. Pelaku tindak pidana atau yang DAFTAR PUSTAKA
melanggar ketentuan hukum tersebut akan Abidin, F. Z. 2007. Asas-Asas Hukum Pidana.
dikenakan sanksi menurut Pasal 80 Undang- Jakarta: Sinar Grafika.
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Chazawi, A. 2008. Stelsel Pidana, Tindak Pidana,
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Teori-Teori Pemidanaan & Batas
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berlakunya Hukum Pidana. Jakarta: PT.
2. Penegakkan hukum terhadap pelaku Raja Grafindo Persada.
kekerasan anak menurut Pasal 80 Undang- Gelles, J. R. 2004. Child Abouse, Dalam
Undang Nomor 35 Tahun 2014 harus Encyclopedia Article From Encarta.
memperhatikan unsur-unsur tindak pidana Jakarta: Sinar Grafika.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Kamil, I. 2020. Kementerian PPPA Catat Ada
Perlindungan Anak. 2017. Statistik 4.116 Kasus Kekerasan Anak dalam 7
Gender Tematik: Mengakhiri Kekerasan Bulan Terakhir.
Terhadap Perempuan Dan Anak Di https://nasional.kompas.com/read/202
Indonesia. 0/08/12/15410871/kementerian-pppa-
Mardina, R. Kekerasan Terhadap Anak Dan catat-ada-4116-kasus-kekerasan-anak-
Remaja. Infodatin: Pusat Data Dan dalam-7-bulan-terakhir?page=all.
Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kembaren, L. Stop Kekerasan Pada Anak
Marzuki, P. M. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. https://www.pdskji.org/article_det-27-
Jakarta: Kencana Prenada. stop-kekerasan-pada-anak.html
Mertokusumo, S. 1999. Mengenal Hukum. Kompas. Penganiayaan Anak.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. https://www.kompas.com/tag/pengani
Patuti, S. Tinjauan Kriminologis Kekerasan Dalam ayaan-anak
Rumah Tangga Yang Dilakukan Orang
Tua Terhadap Anak (Studi Kasus Kota
Palu).
Rahardjo, S. 1987. Masalah Penegakan Hukum.
Bandung: Sinar Baru.
_________. 2009. Penegakan Hukum Sebagai
Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Genta
Publishing.
Soekanto, S. 1983. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakkan Hukum.
Jakarta: Raja Grafindo.
Soekanto, S dan Mamudji, S. 2001. Penelitian
Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat). Jakarta: Rajawali Pers.
Soesilo, R. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal.
Bogor: Politeia.

Sumber-Sumber Hukum
Convention On The Rights Of The Child (Konvensi
tentang Hak-Hak Anak).
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.

Sumber-Sumber Lain
Gerintya, S. 2017. 7,37 Persen Anak Indonesia
Mengalami Kekerasan Di Rumahnya
Sendiri. https://tirto.id/737-persen-
anak-indonesia-mengalami-kekerasan-
di-rumahnya-sendiri-cAnG
Hafil, M. 2021. Meningkatnya Kekerasan
Terhadap Anak Saat Pandemi.
https://republika.co.id/berita/qz2kw54
30/meningkatnya-kekerasan terhadap-
anak-saat-pandemi

Anda mungkin juga menyukai