Anda di halaman 1dari 3

NORMA NORMA TENTANG PELECEHAN SEKSUAL ANAK DI BAWAH UMUR

A. Pengertian Pelecehan Seksual Anak Di Bawah Umur


Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk pebuatan yang dilakukan
orang dewasa (atau orang yang lebih tua), yang mengggunakan anak untuk
memuaskan kebutuhan seksualnya. Di dalam bentuk-bentuk pelecehan seksual sangat
beragam. Seperti meminta atau menekan seseorang anak untuk melakukan suatu
tindakan yang mereka tidak inginkan.

Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap seoarang anak di bawah umur sangan
meresahkan bagi masyarkat. Bagaimana tidak, anak yang merupakan generasi penerus
bangsa di rusak di masa-masa pertumbuhannya. Selain itu masyarakat juga menjadi
resa dan sangat khawatir akan keamanan yang ada di lingkungan sekitar anak-anak
mereka.

Indonesia sebagai salah satu negara yang sudah menanadatangani dan meratifikasi
konvesi Hak Anak memiki kewajiban untuk menerapkan hal-hal dalam konvensi
tersebut. Negara berkewajiban dan secara moral di tuntut untuk melindungi hak-hak
anak. Hukum Internasional melalui pembentukan Konvensi Hak Anak (Convention
on the Right of the Children) telah memosisikan anak sebagai subyek hukum yang
memerlukan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. Perlindungan hukum
menurut Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Anak diantaranya mengenai hak
untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami konflik dengan hukum,
hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami eksploitasi sebagai
pekerja anak, hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami
eksploitasi dalam penyalahgunaan obat-obatan, hak untuk mendapatkan perlindungan
hukum jika anak mengalami eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual, hak
untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan dan perdagangan
anak.

B. Norma-norma Tentang Pelecehan Anak Di Bawah Umur


Sebelum membahas norma-norma tentang pelecehan seksual anak kami akan
menjelaskan apa itu norma. Pengertian norma menurut Craig Calhoun yang
merupakan sosiologis Amerika, menyatakan bahwa norma merupakan sesuatu
pedoman ataupun aturan yang menyatakan bagaimana perilaku seseorang individu
seharusnya bertindak di dalam suatu situasi di tangah masyarakat. Beragam norma
telah di terapkan dan sudah melekat di dalam kehidupan masyarakat. Norma biasnya
bisa berupa tulisan maupun tidak tertulis. norma juga disebut sebagai suatu kaidah
yang berlaku untuk mengatur setiap perbuatana manusia.Dengan adanya norma, maka
tatanan kehidupan di dalam lingkungan masyarakat akan tetap terjaga dan apabila
tidak dilaksanakan maka tatanan masyarakat tersebut akan kacau dan melanggar
peraturan yang ada dan sudah berlaku.

Pelecehan seksual tidaklah dibenarkan dan merupakan tindakan yang melanggar


norma kesusilaan dan norma hukum yang dapat dijerat sanksi pidana. Berkaitan
dengan kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, di atur dalam pasal
292 KUHP yang berbunyi:
“orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama
kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup umur,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”

Kejahatan seksual terhadap anak indonesia sudah sangat darurat dan mengancam
dunia anak. Kejahatan ini dapat ditemukan di seluruh dunia, pada tiap tingkatan
masyarakat, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Banyaknya insiden
yang dilaporkan di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, menurut Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada periode januari-april 2014, terdapat
342 kasus kekerasan seksual terhadap anak.

Faktor penyebab terjadinya suatu tindak pidana kejahatan pelecehan seksual dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intrnal dan eksternal.
a. Faktor Internal terdiri dari faktor kejiwaan, yaitu keadaaan apabila seseorang
terlahir tidak normal mendorong sesorang untuk melakukan kejahatan. Faktor
biologis, yaitu keadaan seseorang yang tidak mampu mengendalikan dorongan
seks dalam dirinya. Faktor moral, moral merupakan ajaran tingkah laku
mengenai kebaikan-kebaikan dan merupakan ajaran tingkah laku mengenai
kebaikan-kebaikan dan merupakan hal vital dalam bertingkah laku.
b. Faktor Eksternal terdiri dari faktor sosial budaya, faktor sosial budaya
mempengaruhi turunnya moralitas sehingga terjadi kasus pelecehan seksual.
Hal ini dapat di pengaruhi oleh pesatnya perkembangan zaman, teknologi, dan
ilmu pengetahuan tanpa diiringi dengan pengawasan untuk bijak dalam
penggunaanya. Faktor ekonomi, keadaan perekonomian merupakan faktor
yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pokok-
pokok kehidupan masyarakat hal ini akan mempengaruhi pola kehidupan
seseorang. Faktor media massa, media massa memberikan dampak besar
terhadap kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak, pemutaran vidio porno
di situs online, dan gambar di majalah yang mengundang hasrat akan
mempengaruhi pola pikir seseorang dan melakukan pelecehan seksual tehadap
anak di bawah umur.

Berikut pasal-pasal KUHP yang melanggar kesusilaan tentang pelecehan anak di


bawah umur. Pada pasal 293 KUHP: (1) barangsiapa dengan hadiah atau perjanjian akan
memberi uang atau barang, dengan salah satu memakai kekuasaan yang timbul dari
pergaualan atau dengan memperdayakan, dengan sengaja membujuk orang di bawah umur
yang tidak bercacat kelakuannya yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya masih di
bawah umur, melakukan perbuatan cabul itu dilakukan pada dirinya, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya lima tahun. (2) penuntutan hanya dilakukan kejahatan itu
terhadapnya. (3) jangka waktu dalam pasal 74 bagi pengaduan ini lamanya masing-masing
sembilan bulan dan belas bulan.

Selain dalam KUHP, pelaku juga dapat dikenakan pasal berlapis tentang
kekerasan seksual sesuai dengan perundangan-undangan dalam KHA pasal 81 RI No. 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Pasal 81: (1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singakat 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). (2)
ketentuan pidana sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang
yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,, serangkain kebohongan atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal 82 : (1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
membujuk anak untuk melakukan ata membiarkan dilakukan perbuatan cabul dapat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lim belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai