Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap seoarang anak di bawah umur sangan
meresahkan bagi masyarkat. Bagaimana tidak, anak yang merupakan generasi penerus
bangsa di rusak di masa-masa pertumbuhannya. Selain itu masyarakat juga menjadi
resa dan sangat khawatir akan keamanan yang ada di lingkungan sekitar anak-anak
mereka.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sudah menanadatangani dan meratifikasi
konvesi Hak Anak memiki kewajiban untuk menerapkan hal-hal dalam konvensi
tersebut. Negara berkewajiban dan secara moral di tuntut untuk melindungi hak-hak
anak. Hukum Internasional melalui pembentukan Konvensi Hak Anak (Convention
on the Right of the Children) telah memosisikan anak sebagai subyek hukum yang
memerlukan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. Perlindungan hukum
menurut Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Anak diantaranya mengenai hak
untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami konflik dengan hukum,
hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami eksploitasi sebagai
pekerja anak, hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami
eksploitasi dalam penyalahgunaan obat-obatan, hak untuk mendapatkan perlindungan
hukum jika anak mengalami eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual, hak
untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan dan perdagangan
anak.
Kejahatan seksual terhadap anak indonesia sudah sangat darurat dan mengancam
dunia anak. Kejahatan ini dapat ditemukan di seluruh dunia, pada tiap tingkatan
masyarakat, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Banyaknya insiden
yang dilaporkan di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, menurut Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada periode januari-april 2014, terdapat
342 kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Faktor penyebab terjadinya suatu tindak pidana kejahatan pelecehan seksual dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intrnal dan eksternal.
a. Faktor Internal terdiri dari faktor kejiwaan, yaitu keadaaan apabila seseorang
terlahir tidak normal mendorong sesorang untuk melakukan kejahatan. Faktor
biologis, yaitu keadaan seseorang yang tidak mampu mengendalikan dorongan
seks dalam dirinya. Faktor moral, moral merupakan ajaran tingkah laku
mengenai kebaikan-kebaikan dan merupakan ajaran tingkah laku mengenai
kebaikan-kebaikan dan merupakan hal vital dalam bertingkah laku.
b. Faktor Eksternal terdiri dari faktor sosial budaya, faktor sosial budaya
mempengaruhi turunnya moralitas sehingga terjadi kasus pelecehan seksual.
Hal ini dapat di pengaruhi oleh pesatnya perkembangan zaman, teknologi, dan
ilmu pengetahuan tanpa diiringi dengan pengawasan untuk bijak dalam
penggunaanya. Faktor ekonomi, keadaan perekonomian merupakan faktor
yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pokok-
pokok kehidupan masyarakat hal ini akan mempengaruhi pola kehidupan
seseorang. Faktor media massa, media massa memberikan dampak besar
terhadap kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak, pemutaran vidio porno
di situs online, dan gambar di majalah yang mengundang hasrat akan
mempengaruhi pola pikir seseorang dan melakukan pelecehan seksual tehadap
anak di bawah umur.
Selain dalam KUHP, pelaku juga dapat dikenakan pasal berlapis tentang
kekerasan seksual sesuai dengan perundangan-undangan dalam KHA pasal 81 RI No. 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pasal 81: (1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singakat 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). (2)
ketentuan pidana sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang
yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,, serangkain kebohongan atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 82 : (1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
membujuk anak untuk melakukan ata membiarkan dilakukan perbuatan cabul dapat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lim belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).