Anda di halaman 1dari 11

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

ANAK KORBANPROFESSIONAL
KEKERASAN SEKSUAL

DOSEN PEMBIMBING : ANGGRENI ATMEI LUBIS, S H . MH

KKL KELOMPOK XVII


Definisi Anak

Pengertian Anak Menurut Peraturan Perundang-Undangan Mengenai


pengertian anak ini penulis akan memberikan pengertiannya dari
berbagai sudut pandangan ilmu hukum seperti :

1. Hukum Pidana Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


menurut penjelasan pasal 332 KUH Pidana dinyatakan bahwa anak yang
masih di bawah umur itu dianggap sebagai anak yang belum dewasa,
dimana dinyatakan belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur 21 tahun atau belum pernah kawin.

2. Hukum Perdata Mengenai pengertian anak di dalam KUH Perdata


secara terperinci tidak ada ditentukan, namun secara konkrit bahwa
pengertian di bawah umur ini juga 17 diidentikkan dengan seseorang
yang belum dewasa, dimana pengertian belum dewasa menurut hukum
perdata adalah secara jelas diatur dalam pasal 330 KUH Perdata.
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 juga tidak ada
menentukan bahwa batas usia seseorang itu belum dewasa, hanya saja Undang-Undang
tersebut dalam pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pria telah
berumur 19 tahun dan wanita 16 tahun.

4. Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Pasal 1 butir 1 Undang-
Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Anak adalah orang yang dalam perkara
Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18
(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 butir 1 Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Faktor penyebab seseorang melakukan
kekerasan seksual terhadap anak
Faktor-faktor penyebab seseorang melakukan kekerasan
seksual terhadap anak antara lain :
a. Hambatan dalam perkembangan psikologis yang
menyebabkan ketidakmampuan penderita menjalin relasi
heterososial dan homososial yang wajar.

b. Kecenderungan kepribadian antisosial yang ditandai dengan


hambatan perkembangan pola seksual yang matang
disertai oleh hambatan perkembangan moral.

c. Terdapat kombinasi regresi, ketakutan impoten, serta


rendahnya tekanan etika dan moral.
Dampak Terhadap Anak Korban
Kekerasan Seksual
1. Anak mengembangkan pola adaptasi dan keyakinan-keyakinan
keliru sesuai dengan sosialisasi yang diterimanya.
2. Anak merasa dikhianati. Bila pelaku kekerasan adalah orang dekat
dan dipercaya, apalagi orang tua sendiri, anak akan mengembangkan
perasaan dikhianati, dan akhirnya menunjukkan ketakutan dan
ketidakpercayaan pada orang-orang lain dan kehidupan pada
umumnya.
3. Stigmatisasi: di satu sisi, masyarakat yang mengetahui sejarah
kehidupan anak akan melihatnya dengan kacamata berbeda,
misalnya dengan rasa kasihan sekaligus merendahkannya, atau
menghindarinya.
4. Traumatisasi seksual: pemaparan pengalaman seksual terlalu dini,
juga yang terjadi secara salah, dapat berdampak pada munculnya
trauma seksual.
Dampak kekerasan seksual terhadap anak bisa dilihat dengan tanda-tanda bahaya yang dimiliki
oleh anak :
• Usia balita
1)Tanda fisik : memar pada kelamin atau mulut, kesulitan atau iritasi dengan sebab tidak jelas.
2)Tanda psikologis dan emosional : sangat takut kepada siapa saja, tempat tertentu, atau orang
tertentu. Perubahan perilaku tiba-tiba. Gangguan tidur atau perkembangan terhambat.
• Usia pra sekolah
1)Gejala fisik. Ada perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik,
antara lain sering sakit kepala, sakit perut atau sembelit.
2)Perilaku emosional dan sosial : kelakuan anak-anak tiba-tiba berubah.
• Usia sekolah Memperlihatkan tanda-tanda di atas dan perubahan kemampuan belajar, antara
lain konsentrasi terganggu, nilai menurun, hubungan dengan teman terganggu, tak percaya
pada orang dewasa, depresi, sedih, tak suka disentuh dan menghindari secara berlebihan untuk
membuka pakaian.
• Usia remaja Sama seperti di atas, disertai dengan kelakuan merusak diri, pikiran untuk bunuh
diri, gangguan makan, melarikan diri, berbagai kenakalan remaja, menggunakan obat
terlarang.
Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban
Kekerasan Seksual

1. Pemberian Restitusi dan Kompensasi


Pada penjelasan pasal 35 Undang – Undang No. 26 Tahun 2000
memberikan pengertian kompensasi yaitu, sebuah ganti kerugian yang
diberikan oleh Negara karena pelaku tidak mampu memberikan ganti
kerugian sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan restitusi
yaitu, ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh
pelaku atau pihak ketiga.

2. Konseling, Pemberian bantuan konseling sangat cocok diberikan kepada


korban kejahatan yang membuat trauma yang berkepanjangan seperti
kejahatan kesusilaan

3. Pelayanan atau bantuan Medis, Diberikan kepada korban yang


menderita kerugian secara medis akibat suatu kejahatan. Pelayanan atau
bantuan medis yang diberikan dapat berupa pemeriksaan kesehatan dan
laporan tertulis (visum atau surat keterangan medis yang memiliki kekuatan
hukum yang sama dengan alat bukti.
4. Bantuan Hukum
Bantuan hukum adalah suatu bentuk sebuah
pendampingan terhadap korban kejahtan. Di
Indonesia bantuan ini lebih banyak diberikan
kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

5. Pemberian Informasi
Pemberian informasi kepada korban atau keluarganya
berkaitan dengan proses penyelidikan dan pemeriksaan
tindak pidana yang dialami oleh korban.
Upaya pencegahan terhadap anak korban
kekerasan seksual

a.Pendekatan individu, dengan cara memberikan pendidikan untuk pencegahan kekerasan seksual seperti
pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi mengenai penyakit menular seksual, dan pendidikan
perlindungan diri dari kekerasan seksual
b.Pendekatan sosial komunitas, seperti mengadakan kampanye anti kekerasan seksual dan
mensosialisasikan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan sosial

c. Pendekatan tenaga kesehatan, yakni memberikan layanan dokumen kesehatan yang mempunyai peran
sebagai alat bukti medis korban yang mengalami kekerasan seksual, memberikan pelatihan kesehatan
mengenai kekerasan seksual dalam rangka mendeteksi secara dini kekerasan seksual, memberikan
perlindungan dan pencegahan terhadap penyakit HIV, dan menyediakan tempat perawatan dan
perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.
c.Pendekatan hukum dan kebijakan mengenai
kekerasan seksual, yakni menyediakan tempat
pelaporan dan penanganan terhadap tindak
kekerasan seksual, menyediakan peraturan legal
mengenai tindak kekerasan seksual dan hukuman
bagi pelaku sebagai perlindungan terhadap korban
kekerasan seksual.

S e l a i n it u , u p a y a p e n c e g a h a n k e k e r a s a n s e k s u a l
pada anak juga dapat dilakukan dengan memberikan
p e r h a t i a n dan k a s i h s a y a n g , m e m b e r i k a n pendidikan
seksual, mengajari dan memberikan contoh,
memastikan anak mendapatkan kesejahteraan,
dan m e n g h i n d a r i p e r i l a k u n e g a t i f p a d a a n a k .
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai