Tugas Makalah
Disusun oleh :
Petama – tama kami ingin mengucapkan Puji dan syukur kehadirat allah SWT karena atas
kehendaknya makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Hijab dan perhitungan ahli waris“ diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas mata
Kami mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagi hal karena
kesempurnaan hanya milik-Nya. Oleh karena itu kami memohon agar bapak Dosen
Pengampu dan juga pembaca dapat memakluminya. Kami mengharapkan kritik dan
saran dari hasil makalah ini. Demikian makalah ini kami buat, kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
kesimpulan............................................................................................................... 13
PENDAHULUAN
Secara bahasa waris dalam hukum islam adalah berpindahnya sesuatu dari
seseorang kepada orang lain atau dari suatu kaum kepada kaum yang lainnya.
Dalam pembagian waris menurut Islam terdapat beberapa aturan yang salah
satunya adalah tentang hijab dan mahjub. Prinsip dari hijab dan mahjub yaitu
dekat dibandingkan dengan orang lain yang nantinya akan mewarisi pula.
makna terhalang. Seperti contoh kalimat, hajabahu idza mana’ahu min ad-dukhul,
yang artinya dia terhalang masuk. Jadi, kata al-hajb adalah apa saja yang dapat
melindungi dan menghalanginya dari pandangan. Hajb, berasal dari kata hajabahu,
Lebih
Dikutip dari buku bertajuk 'Pembagian Warisan Menurut Islam' karya Muhammad
Ali Ash-Shabuni, cara pembagian harta warisan berdasarkan Al-Quran surat An-
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
Hijab dalam perhitungan hukum waris dapat dipahami bahwa dalam bab hijab ini
Penghalang Warisan, namun dikarenakan adanya ahli waris yang lebih dekat
posisinya dengan si mayit. Jadi sesungguhnya ahli waris yang terhalang (mahjub)
ini memiliki hak untuk mendapatkan harta waris si mayit, hanya saja karena ada
ahli waris yang lebih dekat ke mayit dari pada dirinya maka ia terhalang haknya
untuk mendapatkan warisan tersebut. Bila orang yang terhalang ini disebut dengan
Hijab ini dibagi menjadi 2 (dua) macam yakni: Pertama, hijab hirmân dimana
orang yang mahjub benar-benar tidak bisa mendapatkan harta waris secara
keseluruhan. Misalnya seorang cucu laki-laki sama sekali tidak bisa mendapatkan
harta waris bila ia bersamaan dengan anak laki-lakinya si mayit. Kedua, hijab
nuqshân dimana seorang ahli waris terhalang untuk mendapatkan bagian warisnya
secara penuh. Seperti seorang suami yang tidak bisa mendapatkan bagian 1/2 dan
hanya bisa mendapatkan 1/4 saja bila ia bersamaan dengan anak atau cucunya si
mayit. Dari semua ahli waris yang ada hanya 6 (enam) ahli waris yang tidak bisa
mahjub dengan hijab hirmân. Keenam ahli waris itu adalah bapak, ibu, anak laki-
Mereka adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Muhammad bin Ali Ar-
Ahli Waris Bagian 4 Istri 1/4 1 Bapak Ashabah 3 Kakek Mahjub - Majmu’ Siham
Contoh: Ahli Waris Bagian 12 Istri 1/4 3 Nenek Mahjub - Ibu 1/3 4 Kakek
3. Cucu laki-laki dari anak lakilaki menjadi mahjub bila bersamaan dengan anak
laki-laki si mayit.
Contoh: Ahli Waris Bagian 8 Istri 1/8 1 Anak laki-laki Ashabah 7 Cucu laki-laki
sebapak, ataupun seibu menjadi mahjub apabila bersamaan dengan anak laki-laki,
Contoh: Ahli Waris Bagian 4 Suami 1/4 4 Anak laki-laki Ashabah 3 Saudara
Siham 4 Ahli Waris Bagian 24 Istri 1/8 3 Kakek 1/6 4 Cucu laki-laki dari anak
Waris Bagian 3 Ibu 1/3 1 Bapak Ashabah 2 Saudara laki-laki sebapak Mahjub -
5. Waladul umm atau saudara seibu baik laki-laki ataupun perempuan, selain
menjadi mahjub bila bersamaan dengan ketiga ahli waris pada nomor 4 di atas
juga menjadi mahjub apabila bersamaan dengan kakek, anak perempuan, atau
cucu perempuan dari anak laki-laki. Contoh: Ahli Waris Bagian 4 Istri 1/4 1
Mahjub - Majmu’ Siham 4 Ahli Waris Bagian 4 Suami 1/4 1 Anak perempuan
1/2 2 Saudara laki-laki seibu Mahjub - Saudara perempuan seibu Mahjub - Paman
Ashabah 1 Majmu’ Siham 4 Ahli Waris Bagian 24 Istri 1/8 3 Nenek 1/6 4 Cucu
perempuan dari anak laki-laki 1/2 12 Saudara laki-laki seibu Mahjub - Saudara
24
6. Cucu perempuan dari anak laki-laki apabila bersamaan dengan anak peremupan
si mayit lebih dari satu maka menjadi mahjub. Contoh: Ahli Waris Bagian 24
Istri 1/8 3 2 Anak perempuan 2/3 16 Cucu perempuan dari anak laki-laki Mahjub -
(ahli waris yang mengashabahkannya) maka ia tidak jadi mahjub, namun menjadi
mendapatkan bagian ashabah bil ghair. Adapun mu’ashshib-nya adalah cucu laki-
saudara perempuan sekandung si mayit lebih dari satu. Namun demikian bila ada
namun mendapat bagian ashabah bil ghair. Pada nadham terakhir dalam Bab
Hijab ini Imam Ar-Rahabi memberikan catatan bahwa anak laki-laki dari saudara
perempuan siapapun baik yang setingkat derajatnya maupun yang lebih tinggi
hijab hirmân juga ada hijab nuqshân di mana seorang ahli waris tidak bisa
mendapatkan hak warisnya secara penuh dikarenakan adanya ahli waris lain. Dr.
ini dapat mengenai semua ahli waris yang ada. Seorang suami yang semestinya
bersamaan dengan anak atau cucunya si mayit. Seorang ibu menjadi terhalang
Waris dalam pengertian hukum waris Islam merupakan aturan yang dibuat untuk
mengatur dalam hal pengalihan atau perpindahan harta seseorang yang telah
meninggal dunia kepada orang atau keluarga yang disebut juga sebagai ahli waris.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 171 yang menjelaskan tentang
waris, memiliki pengertian “Hukum waris islam sepenuhnya adalah hukum yang
pewaris, serta menentukan siapa saja yang berhak menerima dan menjadi ahli
warisnya, dan juga jumlah bagian tiap ahli waris”. Oleh karena itulah, di dalam
hukum waris Islam juga tertera aturan dalam menentukan siapa yang akan menjadi
ahli waris, jumlah bagian dari masing-masing para ahli waris, hingga jenis harta waris
atau peninggalan apa yang diberikan oleh pewaris kepada ahli warisnya.
Sehingga banyak makalah hukum waris Islam yang mengatakan bahwa Al-Qur’an
memang menjadi landasan utama sebagai dasar hukum dalam penentuan pembagian
waris. Sebab seperti yang diketahui bahwa masih sangat sedikit ayat-ayat pada Al-
Qur’an yang merincikan suatu hukum dengan detail, kecuali persoalan tentang hukum
Anak perempuan yang hanya seorang akan mendapatkan setengah bagian, bila 2
orang atau lebih maka bersama-sama mendapatkan 2/3 bagian, bila bersama
dengan anak laki-laki maka anak laki-laki mendapatkan 2:1 dengan anak
perempuan.
Ayah mendapatkan 1/3 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada
Ibu mendapatkan 1/6 bagian bila ada anak atau 2 saudara atau lebih. Bila tidak
ada, maka
Ibu mendapatkan 1/3 bagian dari sisa sesudah diambil janda atau duda bila
Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-
laki dan perempuan seibu masing-masing mendapatkan 1/6 bagian. Bila mereka 2
Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedangkan dirinya
orang atau lebih maka bersama-sama mendapatkan 2/3 bagian. Bila mereka
memiliki saudara laki-laki seayah maka bagian saudara laki-laki adalah 2:1
-Anak perempuan yang hanya seorang akan mendapatkan setengah bagian, bila 2
orang atau lebih maka bersama-sama mendapatkan 2/3 bagian, bila bersama
dengan anak laki-laki maka anak laki-laki mendapatkan 2:1 dengan anak
perempuan.
-Ayah mendapatkan 1/3 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada
-ibu mendapatkan 1/6 bagian bila ada anak atau 2 saudara atau lebih. Bila tidak
Ibu mendapatkan 1/3 bagian dari sisa sesudah diambil janda atau duda bila
-Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-
laki dan perempuan seibu masing-masing mendapatkan 1/6 bagian. Bila mereka 2
-Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedangkan dirinya
orang atau lebih maka bersama-sama mendapatkan 2/3 bagian. Bila mereka
memiliki saudara laki-laki seayah maka bagian saudara laki-laki adalah 2:1
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Hijab dalam perhitungan hukum waris dapat dipahami bahwa dalam bab hijab ini
Penghalang Warisan, namun dikarenakan adanya ahli waris yang lebih dekat
posisinya dengan si mayit. Jadi sesungguhnya ahli waris yang terhalang (mahjub)
ini memiliki hak untuk mendapatkan harta waris si mayit, hanya saja karena ada
ahli waris yang lebih dekat ke mayit dari pada dirinya maka ia terhalang haknya
untuk mendapatkan warisan tersebut. Bila orang yang terhalang ini disebut dengan
Waris dalam pengertian hukum waris Islam merupakan aturan yang dibuat untuk
mengatur dalam hal pengalihan atau perpindahan harta seseorang yang telah
meninggal dunia kepada orang atau keluarga yang disebut juga sebagai ahli waris.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 171 yang menjelaskan
hukum yang dibuat untuk mengatur terkait pemindahan hak kepemilikan harta
peninggalan pewaris, serta menentukan siapa saja yang berhak menerima dan
menjadi ahli warisnya, dan juga jumlah bagian tiap ahli waris”. Oleh karena
itulah, di dalam hukum waris Islam juga tertera aturan dalam menentukan siapa
yang akan menjadi ahli waris, jumlah bagian dari masing-masing para ahli waris,
hingga jenis harta waris atau peninggalan apa yang diberikan oleh pewaris kepada
ahli warisnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://yuk-menikah.blogspot.com/2018/02/pengertian-hijab-hukum-
waris.html?m=1
https://www.qoala.app/id/blog/keuangan/administrasi/hukum-waris-islam/
https://islam.nu.or.id/warisan/hijab-dalam-ilmu-waris-definisi-jenis-dan-
contohnya-czrcW