Anda di halaman 1dari 12

Tugas Terstruktur Dosen Pembimbing

Fiqh Mawaris Dr., H., Johari M. Ag

HIJAB MAHJUB

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Abdullah Syani Alamsyah (12120710288) Irma Haya Harahap (12120723364)

Afisyah Madhani (12220724924) Risma Ayu Wulandari (12120723413)

Intan Nuraini (12120721954) Selamat Riadi (12120710092)

Wahyu Fikhri (12120710173)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji syukur atas kehadiran Allah SWT


yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah
kepada Baginda Rasululah Muhammad SAW dengan mengucapkan Allahumma
Shalli’ala Muhammad Wa’alaaihi Syaidina Muhammad yang telah membawa
manusia dari alam jahiliyah kepada alam yang terang menerang yang penuh ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulisan makalah ini diselesaikan guna menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan
kepada kelompok 5 dalam mata kuliah Fiqh Mawaris. Adapun judul makalah ini adalah “HIJAB
MAHJUB”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-
perbaikan kedepan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.

Pekanbaru, April 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
A. Pengertian Hijab dan Mahjud .............................................................................................. 3
B. Macam-macam Hijab dan Orang-orang yang menjadi Hijab dan termahjub ...................... 4
BAB III ........................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Kewarisan Islam belum dapat terlaksana karena masyarakat masih dipengaruhi
oleh hukum kewarisan adat, baik mengikuti sistem kewarisan individual, patrilinial, matrilinial
atau bilateral kewarisan kolektif. Harta warisan tidak dibagi tetapi dikelola bersama, maupun
sistem kewarisan majorat dimana anak paling tua menguasai seluruh harta warisan. Selain dari
kuatna pengaruh tradisi/hukum adat. Hambatan lainnya yaitu umat Islam belum sepenuhnya
memahami konsep keadilan dan kesetaraan dalam hukum waris Islam, khususnya ketika
berkaitan dengan porsi anak laki-laki dan perempuan yang mengikuti perbandingan.

Dalam pembagian waris yang sesuai Islam ada beberapa aturan yang salah satunya adalah
tentang hijab mahjud. Prinsip hijab mahjud adalah mengutamakan atau mendahalukukan
kerabat yang mempunyai jarak lebih dekat dari pada orang lain dengan mewarisi. Keutamaan
dapat disebabkan oleh jarak yang lebih dekat kepadapewaris dibandingkan dengan orang lain,
seperti anak lebih dekat dari cucu oleh karenanya lebih utama dari cucu dalam arti selama anak
masih ada, cucu belum dapat dapat menerima hak kewarisan.

Keutamaan itu dapat pula disebabkan oleh kuatnya hubungan kekerabatan seperti saudara
kandung lebuh hubungannya dibandingkan saudara seayah atau seibu saja, karena hubungan
saudara kandung melalui dua jalur (ayah dan ibu), sedangkan yang seayah atau seibu hanya
satu jalur. Adanya perbedaaan dalam tingkat kekerabatan itu diakui oleh Allah dalam Al-Quran
surat Al-Anfal :75

َ ‫ب‬
ِ‫ّللاه‬ ِ‫ض ُه ِْم أ َ ْولَى بهبَ ْعضِ فهي هكتَا ه‬ ِ‫َوأُولُو ْاْل َ ْر َح ه‬
ُ ‫ام بَ ْع‬

Artinya:ِ“……orang-orang yang memepunyai hubungan kerabat itu sebagian lebih berhak


terhadapِsesamaِdiِdalamِkitabِAllah….

1
2

B. Rumusan Masalah
a. Apakahِyangِdinamakanِhijabِdanِmahjub?
b. Adanyaِbeberapaِpembagianِhijab?
c. Siapaِsajaِorangِyangِmenjadiِhijabِdanِyangِterhijab?

C. Tujuan
a. Untukِmengetahuiِapaِyangِdinamakanِhijbِdanِmahjub
b. Untukِmengetahuiِpembagian-pembagianِhijab
c. Untukِmengetahuiِsiapaِsajaِorangِyangِmenjadiِhijabِdanِyangِterhijab

.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijab dan Mahjud


Hijab secara harfiyah Hijab berarti satir, penutup atau penghalang. Dalam fiqh mawaris,
istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli waris yang jauh hubungan kerabatnya yang
kadang-kadang atau seterusnya terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Orang yang
menghalangi disebut hajib, dan orang yang terhalang disebut mahjub. Keadaan menghalangi
disebut hijab.
Adapun pengertian al-hujub menurut kalanga ulama fara’idh adalah menggugurkan hak ahli
waris untuk menerima waris, baik secara keseluruhan atau sebagian saja disebabkan adanya orang
yang lebih berhak menerimanya.
Yang dimaksud dengan ahli waris hajib adalah ahli waris yang dapat menghalangi ahli waris
lain untuk tidak mendapatkan harta pusaka, baik secara keseluruhan (hajib biman) atau hanya
sekedar mengurangi jatah pcmbagiannya (hajib nuqshan). Sementara yang dimaksud dengan ahli
mahjub adalah orang yang terhalangi untuk mendapatkan keseluruhan harta atau terkurangi
jatahnya karena adanya gajian. Contohnya, bapak bisa menjadi hajib bagi kakek atau anak bisa
meniadi hajib bagi cucu. Sementara ahli waris yang tidak bisa terhalangi oleh siapapun adalah
anak, suami, istri, bapak, dan ibu.
Berikut ini akan dipaparkan contoh perhitungan harta pusaka menurut ilmu faraidh dalam
beberapa kasus:

Kasus I

Seorang wafat dengan meninggalkan seorang istri, seorang anak laki-laki, seorang anak
perempuan, seorang ibu, seorang paman, dan seorang nenek. Bagaimanakah cara pembagian harta
pusaka yang ditinggalkan sang mayit?

Ahli Waris Bagian Keterangan


Istri 1/8 Karena ada anak
1 anak laki-laki Asobah Bi Nafs
1 anak perempuan Asobah bi Ghair

3
Ibu 1/6 Karena ada anak
Paman Mahjub Karena ada anak laki-laki
Nenek Mahjub Karena ada ibu

Penghalang yang kita kenal dengan Al-Hijab ini ada dua:

1. Karena sifat, seperti budak, pembunuh dan berbeda agama. Artinya, meskipun seseorang
termasuk ahli dari anak dari si mayit, tetapi karena anak ini yang membunuh pewaris (yang
mewariskan) tadi, anak ini murtad atau berstatus sebagai budak, tetapi orang tadi tidak
berhak mendapatkan harta warisan.
2. Terhalang dengan orang. Artinya, ahli waris-waris tertentu menjadi terkurangi bagiannya
atau tidak jadi mendapatkan harta warisan dikarenakan keberadaan ahli waris lain yang
lebih berhak.

B. Macam-macam Hijab dan Orang-orang yang menjadi Hijab dan termahjub


Macam-macam Hijab dan Orang-orang yang Menjadi Hijab dan termahjub Dalam hukum
waris Islam, hijab dikualifikasikan kepada 2 macam yaitu:

a. Hijab Nuqshan (Bagian berkurang)

Yaitu penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris, dengan kata
lain berkurangnya bagian yang semestinya diterima oleh seorang ahli waris karena ada ahli
waris lain.

Seperti suami, seharusnya menerima bagian 1/2, akan tetapi karena bersama anak
perempuan maka bagiannya menjadi 1/4. Seharusnya Ibu mendapat bagian 1/3, karena
bersama anak maka bagian Ibu berkurang menjadi 1/6.

4
NO. Ahli Waris Bagian Terkurangi Menjadi
oleh
1. Ibu 1/3 Anak atau cucu 1/6
1/3 2 saudara atau 1/6
lebih
2. Bapak As Anak laki-laki 1/6
As Anak 1/6 + As
perempuan
3. Isteri 1/4 Anak atau cucu 1/8
4. Suami ½ Anak atau cucu 1/4
Saudara perempuan ½
sekandung/ seayah
5. Saudara perempuan 2/3 Anak atau cucu ‘amg
sekandung/seayah 2/lebih perempuan
6. Cucu perempuan garis laki- 1/2 Seorang 1/6
laki anak(pr)
7. Saudara perempuan seayah 1/2 Seorang 1/6
saudara (pr)
sekandung

b. Hijab Hirman/Tidak Mendapatkan

Yaitu penghalang yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak memperoleh sama sekali
warisan disebebkan ahli waris yang lain. Contoh, seseorang cucu akan terhijab jika si mayit
mempunyai anak laki-laki.

Ahli waris yang terhalang secara total adalah sebagai berikut:

1. Kakek, terhalang oleh ayah.


2. Nenek dari ibu terhalang oleh ibu.
3. Nenek dari ayah terhalang oleh ayah dan ibu.
4. Cucu laki laki garis laki-laki terhalang oleh anak laki-laki.

5
5. Cucu perempuan garis laki-laki terhalang oleh anak laki-laki dan anak perempuan
dua orang atau lebih.
6. Saudara sekandung (laki-laki/perempuan) terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-
laki, dan ayah.
7. Saudara seayah (laki-laki/perempuan) terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-laki,
ayah, saudara sekandung laki-laki, dan saudara kekandung peremepuan bersama
anak/cucu perempuan.
8. Saudara seibu (laki-laki/perempuan) terhalang oleh anak laki-laki dan anak
perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, ayah dan kakek.
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-
laki, ayah atau kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah dan saudara
perempuanِkekandungِatauِseayahِyangِmenerimaِashabahِma’alِghair.
10. Anak laki-laki saudara seayah terhalang oleh anak aau cucu laki-laki, ayah atau
kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima
ashabahِma’alِghair.
11. Paman sekandung terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara
laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau
seayah,ِsaudaraِperempuanِsekandungِatauِseayahِyangِmenerimahِashabahِma’alِ
ghair.
12. Paman seayah terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara
laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau
seayah,ِsaaudaraِperempuanِsekandungِatauِseayahِyangِmenerimaِashabahِma’alِ
ghair, paman sekandung.
13. Anak laki-laki paman sekandung terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau
kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima
ashabahِma’alِghair,ِpaman sekandung atau seayah.
14. Anak laki-laki paman seayah terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau
kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, saudara perempua sekandung atau seayah yang menerima

6
ashabahِ ma’alِ ghair,ِ pamanِ sekandungِ atauِ seayah,ِ anakِ laki-laki paman
sekandung.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Hijab secara harfiyah berarti satir,
penutup atau penghalang. Dalam fiqh mawaris, istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli
waris yang jauh hubungan kerabatnya yang kadang-kadang atau seterusnya terhalang oleh ahli
waris yang lebih dekat. Orang yang menghalangi disebut hajib, dan orang yang terhalang
disebutmahjub. Keadaan menghalangi disebut hijab. Dalam hukum waris Islam, hijab
dikualifikasikan kepada 2 macam yaitu: Hijab Nuqshan dan hijab Hirman. Hijab Nuqshan yaitu
penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris, dengan kata lain
berkurangnya bagian yang semestinya diterima oleh seorang ahli waris karena ada ahli waris lain.
Hijab Hirman yaitu penghalang yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak memperoleh sama
sekali warisan disebabkan ahli waris yang lain. Contoh, seorang cucu akan terhijab jika si mayat
mempunyai anak laki-laki.

8
Daftar Pustaka

Lubis, Suhrawardi K. dan Komis Simanjuntak. 1995. Hukum Waris Islam. Jakarta: Sinar
Garfika

Rofiq, Ahmad. 1993. Fiqh Mawaris. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Saebani, Beni Ahmad. 2009. Fiqh Mawaris. Bandung: Pustaka Setia.

Djuaedi, wawan. 2008. Fiqh. Jakarta: Sinar Garfika

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah diakses pada 25 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai