HIJAB MAHJUB
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Penulisan makalah ini diselesaikan guna menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan
kepada kelompok 5 dalam mata kuliah Fiqh Mawaris. Adapun judul makalah ini adalah “HIJAB
MAHJUB”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-
perbaikan kedepan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Kewarisan Islam belum dapat terlaksana karena masyarakat masih dipengaruhi
oleh hukum kewarisan adat, baik mengikuti sistem kewarisan individual, patrilinial, matrilinial
atau bilateral kewarisan kolektif. Harta warisan tidak dibagi tetapi dikelola bersama, maupun
sistem kewarisan majorat dimana anak paling tua menguasai seluruh harta warisan. Selain dari
kuatna pengaruh tradisi/hukum adat. Hambatan lainnya yaitu umat Islam belum sepenuhnya
memahami konsep keadilan dan kesetaraan dalam hukum waris Islam, khususnya ketika
berkaitan dengan porsi anak laki-laki dan perempuan yang mengikuti perbandingan.
Dalam pembagian waris yang sesuai Islam ada beberapa aturan yang salah satunya adalah
tentang hijab mahjud. Prinsip hijab mahjud adalah mengutamakan atau mendahalukukan
kerabat yang mempunyai jarak lebih dekat dari pada orang lain dengan mewarisi. Keutamaan
dapat disebabkan oleh jarak yang lebih dekat kepadapewaris dibandingkan dengan orang lain,
seperti anak lebih dekat dari cucu oleh karenanya lebih utama dari cucu dalam arti selama anak
masih ada, cucu belum dapat dapat menerima hak kewarisan.
Keutamaan itu dapat pula disebabkan oleh kuatnya hubungan kekerabatan seperti saudara
kandung lebuh hubungannya dibandingkan saudara seayah atau seibu saja, karena hubungan
saudara kandung melalui dua jalur (ayah dan ibu), sedangkan yang seayah atau seibu hanya
satu jalur. Adanya perbedaaan dalam tingkat kekerabatan itu diakui oleh Allah dalam Al-Quran
surat Al-Anfal :75
َ ب
ِّللاه ِض ُه ِْم أ َ ْولَى بهبَ ْعضِ فهي هكتَا ه َِوأُولُو ْاْل َ ْر َح ه
ُ ام بَ ْع
1
2
B. Rumusan Masalah
a. Apakahِyangِdinamakanِhijabِdanِmahjub?
b. Adanyaِbeberapaِpembagianِhijab?
c. Siapaِsajaِorangِyangِmenjadiِhijabِdanِyangِterhijab?
C. Tujuan
a. Untukِmengetahuiِapaِyangِdinamakanِhijbِdanِmahjub
b. Untukِmengetahuiِpembagian-pembagianِhijab
c. Untukِmengetahuiِsiapaِsajaِorangِyangِmenjadiِhijabِdanِyangِterhijab
.
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus I
Seorang wafat dengan meninggalkan seorang istri, seorang anak laki-laki, seorang anak
perempuan, seorang ibu, seorang paman, dan seorang nenek. Bagaimanakah cara pembagian harta
pusaka yang ditinggalkan sang mayit?
3
Ibu 1/6 Karena ada anak
Paman Mahjub Karena ada anak laki-laki
Nenek Mahjub Karena ada ibu
1. Karena sifat, seperti budak, pembunuh dan berbeda agama. Artinya, meskipun seseorang
termasuk ahli dari anak dari si mayit, tetapi karena anak ini yang membunuh pewaris (yang
mewariskan) tadi, anak ini murtad atau berstatus sebagai budak, tetapi orang tadi tidak
berhak mendapatkan harta warisan.
2. Terhalang dengan orang. Artinya, ahli waris-waris tertentu menjadi terkurangi bagiannya
atau tidak jadi mendapatkan harta warisan dikarenakan keberadaan ahli waris lain yang
lebih berhak.
Yaitu penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris, dengan kata
lain berkurangnya bagian yang semestinya diterima oleh seorang ahli waris karena ada ahli
waris lain.
Seperti suami, seharusnya menerima bagian 1/2, akan tetapi karena bersama anak
perempuan maka bagiannya menjadi 1/4. Seharusnya Ibu mendapat bagian 1/3, karena
bersama anak maka bagian Ibu berkurang menjadi 1/6.
4
NO. Ahli Waris Bagian Terkurangi Menjadi
oleh
1. Ibu 1/3 Anak atau cucu 1/6
1/3 2 saudara atau 1/6
lebih
2. Bapak As Anak laki-laki 1/6
As Anak 1/6 + As
perempuan
3. Isteri 1/4 Anak atau cucu 1/8
4. Suami ½ Anak atau cucu 1/4
Saudara perempuan ½
sekandung/ seayah
5. Saudara perempuan 2/3 Anak atau cucu ‘amg
sekandung/seayah 2/lebih perempuan
6. Cucu perempuan garis laki- 1/2 Seorang 1/6
laki anak(pr)
7. Saudara perempuan seayah 1/2 Seorang 1/6
saudara (pr)
sekandung
Yaitu penghalang yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak memperoleh sama sekali
warisan disebebkan ahli waris yang lain. Contoh, seseorang cucu akan terhijab jika si mayit
mempunyai anak laki-laki.
5
5. Cucu perempuan garis laki-laki terhalang oleh anak laki-laki dan anak perempuan
dua orang atau lebih.
6. Saudara sekandung (laki-laki/perempuan) terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-
laki, dan ayah.
7. Saudara seayah (laki-laki/perempuan) terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-laki,
ayah, saudara sekandung laki-laki, dan saudara kekandung peremepuan bersama
anak/cucu perempuan.
8. Saudara seibu (laki-laki/perempuan) terhalang oleh anak laki-laki dan anak
perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, ayah dan kakek.
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-
laki, ayah atau kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah dan saudara
perempuanِkekandungِatauِseayahِyangِmenerimaِashabahِma’alِghair.
10. Anak laki-laki saudara seayah terhalang oleh anak aau cucu laki-laki, ayah atau
kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima
ashabahِma’alِghair.
11. Paman sekandung terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara
laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau
seayah,ِsaudaraِperempuanِsekandungِatauِseayahِyangِmenerimahِashabahِma’alِ
ghair.
12. Paman seayah terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara
laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau
seayah,ِsaaudaraِperempuanِsekandungِatauِseayahِyangِmenerimaِashabahِma’alِ
ghair, paman sekandung.
13. Anak laki-laki paman sekandung terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau
kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, saudara perempuan sekandung atau seayah yang menerima
ashabahِma’alِghair,ِpaman sekandung atau seayah.
14. Anak laki-laki paman seayah terhalang oleh anak atau cucu laki-laki, ayah atau
kakek, saudara laki-laki sekandung atau seayah, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, saudara perempua sekandung atau seayah yang menerima
6
ashabahِ ma’alِ ghair,ِ pamanِ sekandungِ atauِ seayah,ِ anakِ laki-laki paman
sekandung.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Hijab secara harfiyah berarti satir,
penutup atau penghalang. Dalam fiqh mawaris, istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli
waris yang jauh hubungan kerabatnya yang kadang-kadang atau seterusnya terhalang oleh ahli
waris yang lebih dekat. Orang yang menghalangi disebut hajib, dan orang yang terhalang
disebutmahjub. Keadaan menghalangi disebut hijab. Dalam hukum waris Islam, hijab
dikualifikasikan kepada 2 macam yaitu: Hijab Nuqshan dan hijab Hirman. Hijab Nuqshan yaitu
penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris, dengan kata lain
berkurangnya bagian yang semestinya diterima oleh seorang ahli waris karena ada ahli waris lain.
Hijab Hirman yaitu penghalang yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak memperoleh sama
sekali warisan disebabkan ahli waris yang lain. Contoh, seorang cucu akan terhijab jika si mayat
mempunyai anak laki-laki.
8
Daftar Pustaka
Lubis, Suhrawardi K. dan Komis Simanjuntak. 1995. Hukum Waris Islam. Jakarta: Sinar
Garfika