Oleh :
Dila Febriani
Meria Andini
Suci Susanti
Dosen Pengampu :
Musaddad Al Basri, S.HI., MH.I
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang
berjudul “Al-Furud Al-Muqaddarah Dan Asshab Al-Furud “ pada mata kuliah fiqih 3
(mawaris). Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar
dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak
jarang menggunakan cara – cara yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SWT atas petunjuk dan risalah-Nya, dan atas doa restu dan dorongan
dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
Al-Furud Al-Muqaddarah.............................................................................................................5
A. Pengertian Furudhul Muqaddarah................................................................................5
B. Ahli Waris Dengan Bagian Yang Tidak Ditentukan..................................................7
Ashabul Furudh..........................................................................................................................11
A. Pengertian Ashabul Furudh.........................................................................................11
B. Macam-Macam Ashabul Furudh..................................................................................11
C. Dasar Hukum Ashabul Furudh....................................................................................12
D. Bagian Masing-masing Ashabul Furudh...................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................................17
Kesimpulan..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………….19
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
PEMBAHASAN
Al-Furud Al-Muqaddarah
Kata al-furud adalah bentuk jamak dari al-fard artinya bagian atau ketentuan.
Al-muqaddarah artinya ditentukan besar kecilnya. Jadi Furudhul Muqaddarah adalah
bagian yang di dapat oleh ahli waris yang telah ada ketentuannya dalam ketentuan
AL-Quran dan Al-Hadist. Ketentuan pembagian dalam Al-Quran dan Al hadist ada 6
yaitu ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, 2/3. Bagian-bagian tersebut itulah yang akan diterima oleh
ahli waris menurut jauh dekatnya hubungan kekerabatan. Setiap orang ahli waris
memiliki bagian yang berbeda satu sama lain, diantaranya :
5
f. Bapak, datuk, nenek dan 1 orang saudara seibu baik laki-laki mempunyai
Bagian 1/6. Apabila saudara seibu lebih dari 1 orang maka mendapatkan 1/3. 1
g. Satu orang saudara perempuan seibu sebapak mewaris bersama dengan
satu atau lebih saudara perempuan sebapak, maka 1 saudara perempuan
seibu sebapak mendapat ½ dan 1 atau lebih saudara perempuan sebapak
mendapat 1/6.
1
Suhardik, Lubis, Komis Simanjuntak,(Hukum Waris Islam,Jakarta: Sinar Grafika,1995), hal. 105-107
6
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam
bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhiwasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) utang-utanganya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). 2
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha penyantun. (Qs. An-
nisa : 11-12).
Ashab Al-Furud Ashab Al- furud adalah ahli waris yang menerima bagian
tertentu. Pada umumnya ahli waris Ashab al-furud adalah perempuan, sementara
ahli waris laki-laki menerima bagian sisa (asabah), kecuali bapak, kakek dan suami.
Adapun bagianbagian yang diterima oleh ashab al-furud adalah sebgai berikut:
Anak perempuan
a. ½ jika seorang, tidak bersama laki-laki.
b. 2/3 jika dua orang atau lebih, tidak bersama dengan anak laki-laki.
Cucu perempuan garis laki-laki
a. ½ jika seorang, tidak bersama cucu laki-laki dan tidak terhalang (mahjub)
b. 2/3 jika dua orang atau lebih, tidak bersama dengan cucu laki-laki lain tidak
mahjub.
c.1/6 sebagai penyempurna 2/3 (takmilah il al-sulusain), jika bersama anak
perempuan, tidak ada cucu laki-laki dan tidak mahjub. Jika anak perempuan
dua orang atau lebih maka ia tidak mendapatkan bagian.
Ibu
a.1/3 jika tidak ada anak atau cucu (far’uwaris) atau saudara dua orang atau
lebih.
b. 1/6 jika ada far’uwaris atau bersama dua orang saudara atau lebih c. 1/3
sisa, dalam masalah gharrawain, yaitu apabila ahli waris yang ada terdiri dari
suami/istri, ibu dan bapak.
Ashabah bin nafsi adalah ahli waris yang berhak mendapat seluruh harta atau
sisa harta dengan sendirinya, tanpa dukungan ahli waris yang lain. Ashabah bin
nafsi seluruhnya adalah laki-laki yang secara berurutan adalah: anak, cucu (dari
2
Ahmad Rofiq,(Fiqih Waris,Jakarta: PT.Grafindo,2001)
7
garis laki-laki), ayah, kakek, saudara laki kandung, saudara laki sebapak, anak
saudara laki kandung, anak saudara laki sebapak, paman kandung, paman
sebapak, anak paman kandung dan anak paman sebapak.
Anak laki-lak Anak laki-laki baik sendiri atau lebih, berhak atas seluruh harta
apabila tidak ada ahli waris yang lain atau sisa harta setelah diberikan kepada
ahli waris furudh yang berhak. Dengan adanya anak laki-laki sebagai
ashabah, maka ahli waris lain yang dapat mewarisi bersama anak laki-laki
yaitu bapak, ibu, nenek, suami dan istri. Apabila anak laki-laki terdiri dari
beberapa orang, maka mereka berbagi sama banyak.
Cucu laki-laki dari anak laki Cucu laki-laki mewarisi sebagai ahli waris
ashabah bila anak sudah meninggal, kewarisan cucu ini sama dengan
kewarisan anak laki-laki. Ia dapat mewarisi bersama dengan ahli waris yang
dapat mewarisi bersama anak laki-laki, dan menutup orang yang ditutup oleh
anak laki-laki.
Bapak Bapak berkedudukan sebagai ahli waris ashabah bila pewaris tidak
meninggalkan anak atau cucu laki-laki, bila ada anak atau cucu laki-laki maka
bapak menerima sebagai furudh sebesar 1/6 bagian. Ahli waris yang dapat
mewarisi bersama bapak adalah anak perempuan, cucu perempuan, ibu,
suami dan istri.
Kakek Kakek berkedudukan sebagai ahli waris ashabah bila dalam susunan
ahli waris tidak ada anak laki atau cucu laki dan tidak ada pula bapak. Pada
umunya kewarisan kakek sama dengan ayah, karena hak kewarisan kakek
merupakan perluasan dari pengertian bapak. Kedudukan kakek adalah
pengganti apabila bapak sudah meninggal lebih dahulu, baik sebagai ahli
waris furudh atau ashabah. Kakek akan menutup orang yang ditutup oleh
bapak dan dapat mewarisi dengan orang yang dapat mewarisi bersama
bapak.
Saudara kandung laki-laki Saudara kandung laki-laki menjadi ahli waris
ashabah bila tidak mewarisi bersama anak atau cucu laki-laki dan tidak juga
bersama bapak. Bila saudara kandung laki-laki sendirian ia berhak atas
semua harta dan bila bersama ahli waris yang lain maka memperoleh sisa
harta setelah dibagikan ke ahli waris furudh.
8
Saudara laki-laki sebapak Saudara laki sebapak berkedudukan sebagai
ashabah dengan syarat tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki, ayah, saudara
kandung laki-laki. Ia dapat mewarisi bersama anak atau cucu perempuan, ibu
atau nenek, suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau perempuan, saudara
kandung perempuan dan saudara sebapak perempuan yang merupakan
ashabah bil ghairi dari saudara laki sebapak.
Anak saudara kandung laki-lakiAnak saudara kandung laki-laki menjadi ahli
waris ashabah bila tidak ada anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek,
saudara kandung laki-laki, dan saudara sebapak laki-laki. Ia dapat mewarisi
bersama anak atau cucu perempuan, saudara perempuan kandung atau
sebapak, ibu atau nenek, suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau
perempuan.
Anak saudara sebapak laki-laki Anak saudara sebapak laki-laki hanya dapat
menjadi ahli waris ashabah bila tidak mewarisi bersama anak atau cucu laki-
laki, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau sebapak, dan anak
saudara laki-laki kandung. Ia dapat mewarisi bersama anak atau cucu
perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan kandung atau sebapak,
suami atau istri, saudara seibu laki-laki atau perempuan.
Paman kandung Paman kandung adalah saudara kandung dari bapak.
Paman kandung menjadi ahli waris ashabah bila saat mewarisi tidak ada
anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau
sebapak, anak laki-laki dari saudara kandung atau sebapak. Ia dapat
mewarisi bersama dengan anak atau cucu perempuan, ibu atau nenek,
saudara perempuan kandung atau sebapak, saudara seibu laki-laki atau
perempuan, suami atau istri.
Paman sebapak adalah saudara sebapak dari bapak. Ia berhak atas harta
warisan secara ashabah bila sudah tidak ada anak atau cucu laki-laki, ayah
atau kakek, sauara laki-laki kandung atau sebapak, dan paman kandung.
Paman sebapak dapat mewarisi bersama dengan anak atau cucu
perempuan, ibu atau nenek, suami atau istri, saudara perempuan kandung
atau sebapak, saudara seibu laki-laki atau perempuan.
Anak paman kandung Anak paman kandung menjadi ahli waris ashabah
apabila sudah tidak ada anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara
9
laki-laki kandung atau sebapak, anak laki-laki saudara kandung atau
sebapak, paman kandung atau paman sebapak. Ia dapat mewarisi bersama
anak atau cucu perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan kandung
atau sebapak, saudara seibu laki-laki atau perempuan, suami atau istri.
Anak paman sebapak Anak paman sebapak mewaris secara ashabah apabila
sudah tidak ada anak atau cucu laki-laki, bapak atau kakek, saudara laki-laki
kandung atau sebapak, anak saudara laki-laki kandung atau sebapak, paman
kandung atau paman sebapak dan anak paman kandung. Ia dapat mewarisi
bersama anak atau cucu perempuan, ibu atau nenek, saudara perempuan
kandung atau sebapak, saudara seibu laki-laki atau perempuan, suami atau
istri.
b. Ashabah bil Ghairi
Ashabah ma’al ghairi berarti ashabah karena bersama dengan orang lain.
Orang yang menjadi ashabah ma’al ghairi itu sebenarnya bukan ashabah, tetapi
karena kebetulan bersamanya ada ahli waris yang juga bukan ashabah,
iadinyatakan sebagai ashabah sedangkan yang menyebabkan menjadi ashabah itu
tetap bukan ashabah.Ashabah ma’al ghairi khusus berlaku untuk saudara
perempuan kandung dan saudara perempuan sebapak pada saat bersamanya ada
10
anak perempuan atau cucu perempuan. Anak perempuan atau cucu perempuan
tersebut menjadi ahli waris furudh sedangkan saudara perempuan kandung atau
saudara perempuan.
Ashabul Furudh
A. Pengertian Ashabul Furudh
Secara bahasa (etimologi), kata fardh mempunyai beberapa arti yang
berbeda yaitu al-qath “ketetapan yang pasti” at-taqdir “ketentuan” dan al-
bayan “penjelasan”. Sedangkan menurut istilah (terminologi), fardh ialah bagian dari
warisan yang telah ditentukan.3 Definisi lainnya menyebutkan bahwa fardh ialah
bagian yang telah ditentukan secara syar’i untuk ahli waris tertentu. Di dalam Al-
Qur’an, kata furudh muqaddarah (yaitu pembagian ahli waris secara fardh yang telah
ditentukan jumlahnya) merujuk pada 6 macam pembagian, yaitu separuh (1/2),
seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan
seperenam (1/4).
Sedangkan pengertian Ashaabul Furudh atau dzawil furudh adalah para ahli
waris yang menurut syara’ sudah ditentukan bagian-bagian tertentu mereka
mengenai tirkah, atau orang-orang yang berhak menerima waris dengan jumlah
yang ditentukan oleh Syar’i.
Para ahli waris Ashaabul Furudh atau dzawil furudh ada tiga belas, empat dari
laki-laki yaitu suami, ayah, kakek, saudara laki-laki seibu. Sembilan dari perempuan
yaitu nenek atau ibunya ibu dan ibunya bapak, ibu, anak perempuan, cucu
perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan sekandung, saudara perempuan
seibu, saudara perempuan sebapak, dan isteri.
B. Macam-Macam Ashabul Furudh
Adapun Ashaabul Furudh terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Ashabul Furudh Sababiyah, yaitu ahli waris yang mendapatkan harta warisan
disebabkan karena hubungan pernikahan.4 Ashabul Furudh Sababiyah ini
terdiri dari: Suami, Isteri dan وأله (wulah) sebeb membebaskan budak.
3
Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar,(Hukum Waris,cet.I,Jakarta: Senayan Abadi
Publishing,2004), hal.106
4
Hasbiyallah,(Belajar Ilmu Waris,cet.I,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.19
11
Ashabul Furudh Nasabiyyah, yaitu ahli waris yang mendapatkan harta
warisan disebabkan karena nasab atau keturunan.5 Ashabul Furudh
Nasabiyyah ini terdiri dari: Ayah, Ibu, Anak perempuan, Cucu perempuan dari
anak laki-laki, Saudara perempuan sekandung, Saudara perempuan seayah,
Saudara laki-laki seibu, Saudara perempuan seibu, Kakek, Nenek atau
ibunya ibu dan ibunya ayah.
5
Hasbiyallah Op.Cit., hal.20
6
Wahbah Az-Zuhaili,(Fiqih Islam Waadilatuhu,cet,I,Jakarta: Gema Insani,2011), hal. 378-379
12
Artinya: “jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan
dari harta yang kamu tinggalkan...” (QS. An-nisaa: 12).
Seorang yang berhak mendapatkan bagian duapertiga (2/3) dari harta waris:
...َ ُثلُ َثا َما َت َرك َِّسا ًء َف ْوقَ ا ْث َن َت ْي ِن َفلَ ُهن
َ َفِإنْ ُكنَّ ن
Artinya: “jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan...” (QS. An-nisaa: 11).
7
Wahbah Az-Zuhaili Op.Cit., hal.380-389
13
D. Bagian Masing-masing Ashabul Furudh
Jumlah bagian yangg telah ditentukan Al-Qur'an ada enam macam, yaitu
setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga
(1/3), dan seperenam (1/6). Kini mari kita kenali pembagiannya secara rinci, siapa
saja ahli waris yangg termasuk ashhabul furudh dengaan bagian yangg berhak ia
terima.
Ashhabul Furudh yang Berhak Mendapat Setengah
Ashhabul furudh yangg berhak mendapattkan separo dari harta waris
peninggalan pewaris ada lima, satu dari golongan laki-laki dan empat lainnya
perempuan. Kelima ashabul furudh tersebut ialah suami, anak perempuan, cucu
perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara
perempuan seayah. Rinciannya seperti berikut:
a. Seorang suami berhak untuk mendapattkan separo harta warisan, dengaan
syarat apabila pewaris tidak mempunyai keturunan, baik anak laki-laki
maupun anak perempuan, baik anak keturunan itu dari suami tersebut
ataupun bukan.
b. Anak perempuan (kandung) mendapat bagian separo harta peninggalan
pewaris. Dengan dua syarat :
Pewaris tidak mempunyai anak laki-laki (berarti anak perempuan tersebut
tidak mempunyai saudara laki-laki).
Apabila anak perempuan itu ialah anak tunggal. Dalilnya ialah firman
Allah: "dan apabila ia (anak perempuan) hanya seorang, maka ia
mendapatt separo harta warisan yangg ada". Bila kedua persyaratan
tersebut tidak ada, maka anak perempuan pewaris tidak mendapat bagian
setengah.8
c. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki akan mendapat bagian separo,
dengaan tiga syarat:
Apabila ia tidakk mempunyai saudara laki-laki (yakni cucu laki-laki dari
keturunan anak laki-laki).
Apabila hanya seorang (yakni cucu perempuan dari keturunan anak laki-
laki tersebut sebagai cucu tunggal).
Apabila pewaris tidakk mempunyai anak perempuan ataupun anak laki-
laki.
8
Amir Syafiruddin,(Hukum kearisan islam,Jakarta: prenada media,2005), hal.334
14
d. Saudara kandung perempuan akan mendapat bagian separo harta warisan,
dengaan tiga syarat:
Ia tidak mempunyai saudara kandung laki-laki.
Ia hanya seorang diri (tidak mempunyai saudara perempuan).
Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakek, dan tidak pula mempunyai
keturunan, baik keturunan laki-laki ataupun keturunan perempuan. 9
e. Saudara perempuan seayah akan mendapat bagian separo dari harta
warisan peninggalan pewaris, dengaan empat syarat:
Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki.
Apabila ia hanya seorang diri.
Pewaris tidak mempunyai saudara kandung perempuan.
Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakak, dan tidak pula anak, baik anak
laki-laki maupun perempuan.
Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperempat
Adapun kerabat pewaris yang berhak mendapat seperempat (1/4) dari harta
peninggalannya hanya ada dua, yaitu suami dan istri. Rinciannya sebagai berikut:
a. Seorang suami berhak mendapatt bagian seperempat (1/4) dari harta
peninggalan istrinya dengaan satu syarat, yaitu bila sang istri mempunyai
anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-lakinya, baik anak atau cucu
tersebut dari darah dagingnya ataupun dari suami lain (sebelumnya). 10
b. Seorang istri akan mendapatt bagian seperempat (1/4) dari harta peninggalan
suaminya dengaan satu syarat, yaitu apabila suami tidak mempunyai
anak/cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya ataupun dari rahim istri
lainnya. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah berikut:
Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperdelapan
Dari sederetan ashhabul furudh yangg berhak memperoleh bagian
seperdelapan (1/8) yaitu istri. Istri, baik seorang maupun lebih akan mendapattkan
seperdelapan dari harta peninggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau
cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya atau dari rahim istri yangg lain. 11
furudh yang Berhak Mendapat Bagian Dua per Tiga
9
Amir Syafiruddin Op.Cit., hal. 335
10
Ibid., hal. 338
11
Ibid., hal. 343
15
Ahli waris yang berhak mendapatt bagian dua per tiga (2/3) dari harta
peninggalan pewaris ada empat, dan semuanya terdiri dari wanita:
a. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih.
Dua anak perempuan (kandung) atau lebih itu tidakk mempunyai saudara
laki- laki, yakni anak laki-laki dari pewaris.
b. Dua orang cucu perempuan keturunan anak laki-laki atau lebih.
c. Dua orang saudara kandung perempuan atau lebih.
d. Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih.
Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Sepertiga
Adapun ashhabul furudh yangg berhak mendapatkan warisan sepertiga
bagian hanya dua, yaitu ibu dan dua saudara (baik laki-laki ataupun perempuan)
yangg seibu. Seorang ibu berhak mendapattkan bagian sepertiga dengaan syarat:
a. Pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-
laki.
b. Pewaris tidak mempunyai dua orang saudara atau lebih (laki-laki maupun
perempuan), baik saudara itu sekandung atau seayah ataupun seibu.
Asbhabul Furudh yang Mendapat Bagian Seperenam
Adapun asbhabul furudh yangg berhak mendapat bagian seperenam (1/6)
ada tujuh orang. Mereka ialah (1) ayah, (2) kakek asli (bapak dari ayah), (3) ibu, (4)
cucu perempuan keturunan anak laki-laki, (5) saudara perempuan seayah, (6) nenek
asli, (7) saudara laki-laki dan perempuan seibu. 12
12
Khairil Anwar,(Pedoman dan Materi Praktek,Komplek Islamic Centre STAIN: Palangka Raya Press,
2009). hal. 112
16
PENUTUP
Kesimpulan
Kata al-furud adalah bentuk jamak dari al-fard artinya bagian atau ketentuan.
Almuqaddarah artinya ditentukan besar kecilnya. Jadi Furudhul Muqaddarah adalah
bagian yang di dapat oleh ahli waris yang telah ada ketentuannya dalam ketentuan
AL-Quran dan Al-Hadist. Ketentuan pembagian dalam Al-Quran dan Al hadist ada 6
yaitu ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, 2/3. Bagian-bagian tersebut itulah yang akan diterima oleh
ahli waris menurut jauh dekatnya hubungan kekerabatan. Setiap orang ahli waris
memiliki bagian yang berbeda satu sama lain. 2. Ahli waris dengan bagian yang
tidak ditentukan ada 3 yaitu : ashabah bin nafsi adalah waris yang berhak mendapat
seluruh harta atau sisa harta dengan sendirinya, tanpa dukungan ahli waris yang
lain. Ashabah bin nafsi seluruhnya laki-laki yang secara berurutan. Ashabah bil
ghairi adalah seseorang yang sebenarnya bukan ashabah bin ghairi adalah
seseorang yang bukan ashabah. Karena ia adalah perempuannamun karena dia
berada dengan saudara laki-lakinya maka ia menjadi ashabah. Ashabah ma’al ghairi
adalah karena bersama orang lain. 3. Bagian ahli waris tertentu yaitu : istri,
suami,anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, ibu, bapak, kakek,
nenek, saudara perempuan kandung, saudara perempuan sebapak, saudara
perempuan se ibu.
17
mengenai tirkah, atau orang-orang yang berhak menerima waris dengan jumlah
yang ditentukan oleh Syar’i.
18
DAFTAR PUSTAKA
19