Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAGIAN-BAGIAN WARIS

YANG DITETAPKAN DALAM AL-QUR’AN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh 2


Dosen pengampu: Udung Hari Darifah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Chandra Nurhidayat (2103003933)
Yuda Maolana (2103004051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALA
CIAMIS-JAWA BARAT
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan
bimbingan kasih-Nya, sehingga pembuatan makalah tentang “Bagian-bagian waris yang
ditetapkan dalam Al-Qur’an" dapat terselesaikan dengan baik, penuh dengan campur tangan
Allah SWT.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Fiqh 2.
Dalam pelaksanaan pembelajaran maupun saat pembuatan makalah ini, kami menyadari
masih banyak masalah dan kendala yang kami hadapi, sehingga pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Udung Hari Darifah, M.Pd. Selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah Fiqh 2 dan semua pihak yang turut membantu.

Demikian makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan tak lepas dari keterbatasan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka dari itu, kami tetap menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
guna kesempurnaan makalah ini, Semoga bermanfaat.

Ciamis, 07 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................4

C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5

A. Ashabul Furudh.......................................................................................................................5

1. Seperdua (1/2)......................................................................................................................5

2. Seperempat (1/4)..................................................................................................................6

3. Seperdelapan (1/8)...............................................................................................................6

4. Sepertiga (1/3)......................................................................................................................6

5. Seperenam (1/6)...................................................................................................................7

6. Dua pertiga (2/3)..................................................................................................................7

B. Furudul Muqaddarah.............................................................................................................8

1. Kelompok Ahli Waris Laki-laki yang Urutannya Diringkas (Ikhtishar)........................9

2. Kelompok Ahli Waris laki-laki yang urutanya Diperluas (Basti)..................................10

3. Kelompok Ahli Waris perempuan yang urutanya Diringkas (ikhtisar)........................10

4. Kelompok Ahli Waris perempuan yang urutanya Diperluas (Basti).............................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................12

A. KESIMPULAN......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Islam telah mengatur kepada umatnya, terkait pembagian-pembagian warisan


dengan berdasar kepada Alqur’an dan Hadis (hadits), maka umatnya dituntut untuk
terus belajar dan terus memahami ilmu faraidh, agar dapat selalu mengaplikasikan di
dalam kehidupan, hal tersebut dengan mencakup tiga unsur penting di dalamnya,
yaitu pengetahuan tentang kerabat yang menjadi ahli waris, pengetahuan tentang
bagian setiap ahli waris, dan pengetahuan tentang cara menghitung yang dapat
berhubungan dengan pembagian harta warisan.
Berdasar kepada nas (nash) Alqur’an, maka pembagian tersebut telah
ditentukan bagiannya, yaitu setengah, sepertiga, seperempat, seperenam,
seperdelapan, dan dua pertiga. Dalam kondisi tertentu, seorang atau beberapa orang
ahli waris bisa terhalang untuk mendapatkan warisan, atau haknya atas harta waris
berkurang. Agar lebih memahami ilmu faraidh, dalam makalah ini penulis selanjutnya
menjelaskan pengertian ashabul furudh dan furudul muqaddarah.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini, adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Ashabul Furudh?
2. Apa yang dimaksud dengan Furudul Muqaddarah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar dapat mengetahui pengertian Ashabul Furudh
2. Agar dapat mengetahui apa itu Furudul Muqaddarah

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ashabul Furudh
Secara bahasa (etimologi), kata fardh mempunyai beberapa arti yang berbeda
yaitu al-qath “ketetapan yang pasti”, at-taqdir “ketentuan” dan al-bayan
“penjelasan”. Sedangkan menurut istilah (terminologi), fardh ialah bagian dari
warisan yang telah ditentukan. Definisi lainnya menyebutkan bahwa fardh ialah
bagian yang telah ditentukan secara syar’i untuk ahli waris tertentu. Di dalam Al-
Qur’an, Ashabul Furudh (Zawil Furudh) adalah bagian-bagian yang telah ditentukan
oleh syariat Islam (al-Qur’an dan Hadits).

berkenaan dengan orang yang mendapatkan harta warisan. Bagian-bagian itu adalah:

1. Seperdua (1/2)
Para ahli warisnya adalah 5 (lima) orang, yaitu:

a. Suami
Suami mendapat 1/ dengan syarat tidak meninggalkan Far’u Mayit
(baik anak dari suami atau mayit). Jika ada ada far’u mayit, Suami
mendapat 1/4. Firman Allah ta’ala : “Dan bagimu (suami-suami)
adalah ½ (seperdua) dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu,
jika mereka tidak mempunyai anak” (QS. An-Nisa: 12).
b. Satu Anak Perempuan
Anak Perempuan mendapat ½ bagiann dengan syarat sebagai berikut.
 Si mayit tidak meninggalkan anak laki-laki. Jika ada anak laki-
laki menjadi ashobah bil ghair.
 Anak perempuan tunggal tidak lebih. Jika anak perempuan itu
lebih dari satu, kadarnya menjadi 2/3.
 Firmna Allah ta’ala : “Jika dia (anak perempuan) itu seorang
saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan)”
(QS. An-Nisa: 11).
c. Satu cucu perempuan dari anak laki-laki
Satu cucu perempuan mendapat ½ dengan syarat:
 Tidak lebih, jika lebih mendapat 2/3.

5
 Tidak ada anak laki-laki. Jika ada anak laki-laki, terhijab tidak
mendapatkan bagian apa-apa.
d. Satu orang saudari perempuan sekandung
 Tidak lebih. Jika lebih mendapat 2/3 bagian.
 Tidak ada anak laki-laki.
 Tidak ada saudara laki-laki sekandung.
e. Saudari perempuan seayah
 Tidak lebih. Jika lebih, kadarnya menjadi 2/3.
 Tidak ada anak laki-laki
 Tidak ada anak perempuan tunggal atau lebih. Jika ada
mendapat ashobah bil gahir.
 Tidak ada saudara laki-laki seayah. Jika ada mendapat ashobah
bil ghair. Firman Allah ta’ala: “Jika mereka (ahli waris itu
terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka
bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua
saudara perempuan” (QS. An-Nisa: 176)1.

2. Seperempat (1/4)
Para ahli warisnya adalah 2 (dua) orang, yaitu:

a. Suami, jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki. Firman Allah ta’ala:
“jika istri-istri itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat
dari harta benda yang ditinggalkan” (QS. An-Nisa: 12)
b. Istri seorang atau lebih, jika si mayit tidak meninggalkan anak atau
cucu. Firman Allah ta’ala: “para istri memperoleh ¼ harta yang kamu
tinggalkan, jika kamu tidak mempunyai anak” (QS. An-Nisa: 12)

3. Seperdelapan (1/8)
Para ahli warisnya adalah 1 (satu) orang, yaitu:

a. Istri seorang atau lebih, apabila ada anak atau cucu.


Firman Allah ta’ala: “Jika kamu mempunyai anak maka istri
memperoleh 1/8 dari harta yang kamu tinggalkan” (QS. An-Nisa: 12)

1
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa group:2009), hal. 33-36

6
4. Sepertiga (1/3)
Para ahli warisnya adalah 2 (dua) orang, yaitu:

a. Ibu, jika si mati tidak meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki
atau dua orang saudara (QS, 4:11)
b. Dua orang atau lebih saudara seibu bagi si mati, baik laki-laki maupun
perempuan (QS, 4:12)

5. Seperenam (1/6)
Para ahli warisnya adalah 7 (tujuh) orang, yaitu:

a. Ayah, jika si mati meninggalkan anak atau cucu (QS, 4:11)


b. Ibu, jika si mati meninggalkan anak,
c. cucu laki-laki atau saudara laki-laki/perempuan lebih dari seorang
d. Kakek, jika si mati meninggalkan anak, cucu dan tidak meninggalkan
Bapak, Nenek, jika si mati tidak ada ibu
e. Cucu perempuan dari anak laki-laki jika bersama-sama seorang anak
perempuan
f. Saudara perempuan seayah atau lebih bila ia bersama-sama saudara
perempuan sekandung
g. Saudara seibu baik laki-laki/perempuan, jika si mati tidak
meninggalkan anak, bapak atau datuk2.

6. Dua pertiga (2/3)


Para ahli warisnya adalah 4 (empat) orang, yaitu :

a. Dua orang atau lebih Anak perempuan, Anak perempuan dua orang
atau lebih apabila pewaris tidak mempunyai anak laki-laki. Allah swt
berfirman: “Dan jika semuanya itu anak perempuan yang jumlahnya
lebih dari dua, maka bagian mereka 2/3 (dua pertiga)” (Q.S. An-
Nisa:11)

2
https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/ashabul-furudh/ Diakses: 06 Desember 2022

7
b. Dua atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki, Jika tidak ada anak
laki-laki atau cucu laki-laki dari anak laki-laki, maka mendapat 2/3.
Jika bertemu dengan satu anak perempuan maka mendapat 1/6.
c. Dua atau lebih saudari perempuan sekandung, Mereka mendapat kadar
2/3, apabila si mayit ada meninggalkan : Anak laki-laki, anak
perempuan sekandung, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-
laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung.
d. Dua atau lebih saudari perempuan seayah, Mereka mendapat kadar 2/3,
apabila si mayit ada meninggalkan : Anak laki-laki, anak perempuan
sekandung, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki, bapak,
kakek, saudara laki-laki seayah, saudari perempuan sekandung. Firman
Allah swt: “Jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi
keduanya 2/3 (dua pertiga)” (An-Nisa: 176)3.

B. Furudul Muqaddarah
Furudul Muqaddarah secara bahasa ialah ‫ ُج ْز ٌع ُمقَ َّد ٌر ِمنَ الت ِّْر َك ِة‬suatu bagian yang
ditentukan kadarnya untuk ahli waris. Sedankan Zawil Furud ialah kelompk yang
menerima sebagian hak ahli waris. Adapun kadar bagianya sudah ditetapkan dalam
nash Al-Qur’an, Hadist, ijma dan qiyas.

Ulama Fara’id menetapkan jumlah Furudul Muqaddarah dalam nash Al-


Qur’an ada 6 macam yaitu sebagai berikut.

1. Setengah 1/2
2. Sepertiga 1/3
3. Seperempat 1/4
4. Seperdelapan 1/8
5. Seperenam 1/6
6. Dua pertiga 2/3
Selain jumlah di atas, ada hasil ijma dan qiyas Ulama fara’id, seperti Tsulutsul
Baqi, artinya, sepertiga dari sisa harta peninggalan dan Muqasamah, artinya dibagi
rata.

3
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa group:2009), hal. 46-47

8
Adapun yang dinamakan ahli waris adalah seseorang atau kelompok orang dan
keluarga si muwaris, yang dikenai suatu perbuatan hukum dapat menerima hak dan
bagian yang sudah ditentukan kadarnya menurut syara', dari peninggalan muwaris,
yakni berupa harta peninggalan.

Namun sebelum harta waris dibagikan kepada ahli waris, perlu diingat
beberapahal yang harus didahulukan kepada si mayit, sebagai berikut sebagaimana
dijelaskan dalam KHI No. 1/1991 pasal 175 ayat 1 dan 2, yaitu sebagai berikut.

1) Kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah:


a. mengurus dan menyelesaikan sampai kepemakaman
b. menyelesaikan hutang-hutang pewaris, berupa pengobatan, perawatan, kewajiban
maupun menagih piutang.
c. menyelesaikan wasiat pewaris.
d. membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak.

2) Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas
pada jumlah atau nilai harta peninggalannya.
Para fuqaha membagi ahli waris ke dalam 3 Kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Kelompok Ahli Waris Sababiyah, yaitu ahli waris dari sebab perkawinan.
2. Kelompok Ahli Waris Nasabiyah, yaitu ahli waris dari hubungan nasab.
3. Kelompok Ahli Waris Wala', yaitu ahli waris karena sebab pembebasan budak.
Orang yang membebaskan budak disebut Mu'tiq (laki-laki) dan Mutiqah
(perempuan).
Ketiga kelompok ahli waris diatas terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan.

1. Kelompok Ahli Waris Laki-laki yang Urutannya Diringkas (Ikhtishar)


a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Suami
d. Bapak
e. Kakek dari bapak
f. Saudara laki-laki
g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki

9
h. Paman (saudara bapak)
i. Anak paman
j. Laki-laki yang memerdekakan hamba atau amat

2. Kelompok Ahli Waris laki-laki yang urutanya Diperluas (Basti)


a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Suami
d. Bapak
e. Kakek dari bapak
f. Saudara laki-laki sekandung
g. Saudara laki-laki sebapak
h. Saudara laki-laki seibu
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
j. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
k. Paman/Uwa sekandung
l. Paman/Uwa sebapak
m. Anak paman/Uwa sekandung
n. Anak paman/Uwa sebapak
o. Laki-laki yang memerdekakan hamba atau amat.

3. Kelompok Ahli Waris perempuan yang urutanya Diringkas (ikhtisar)


a. Anak perempuan
b. Cucu perempuan dari anak laki-laki
c. Istri
d. Ibu
e. Nenek
f. Saudara perempuan
g. Perempuan yang memerdekakan hamba atau amat

4. Kelompok Ahli Waris perempuan yang urutanya Diperluas (Basti)


a. Anak perempuan

10
b. Cucu perempuan dari Anak laki-laki
c. Istri
d. Ibu
e. Nenek dari bapak
f. Nenek dari ibu
g. Saudara perempuan sekandung
h. Saudara perempuan dari bapak
i. Saudara perempuan dari ibu
j. Perempuan yang memerdekakan hamba atau amat4.

4
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa group:2009), hal. 25-29

11
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ashabul Furudh (Zawil Furudh) adalah bagian-bagian yang telah ditentukan
oleh syariat Islam (al-Qur’an dan Hadits) berkenaan dengan orang yang mendapatkan
harta warisan.

Furudul Muqaddarah secara bahasa ialah ‫ ُج ْز ٌع ُمقَ َّد ٌر ِمنَ الت ِّْر َك ِة‬suatu bagian yang
ditentukan kadarnya untuk ahli waris. Sedankan Zawil Furud ialah kelompk yang
menerima sebagian hak ahli waris. Adapun kadar bagianya sudah ditetapkan dalam
nash Al-Qur’an, Hadist, ijma dan qiyas.

Ulama Fara’id menetapkan jumlah Furudul Muqaddarah dalam nash Al-


Qur’an ada 6 macam yaitu sebagai berikut.

1. Setengah 1/2
2. Sepertiga 1/3
3. Seperempat 1/4
4. Seperdelapan 1/8
5. Seperenam 1/6
6. Dua pertiga 2/3

12
DAFTAR PUSTAKA

Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa
group:2009), hal. 33-36

https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/ashabul-furudh/ Diakses: 06 Desember


2022

Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa
group:2009), hal. 46-47

Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa
group:2009), hal. 25-29

13

Anda mungkin juga menyukai