BAGIAN-BAGIAN WARIS
Disusun Oleh:
Chandra Nurhidayat (2103003933)
Yuda Maolana (2103004051)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan
bimbingan kasih-Nya, sehingga pembuatan makalah tentang “Bagian-bagian waris yang
ditetapkan dalam Al-Qur’an" dapat terselesaikan dengan baik, penuh dengan campur tangan
Allah SWT.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Fiqh 2.
Dalam pelaksanaan pembelajaran maupun saat pembuatan makalah ini, kami menyadari
masih banyak masalah dan kendala yang kami hadapi, sehingga pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Udung Hari Darifah, M.Pd. Selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah Fiqh 2 dan semua pihak yang turut membantu.
Demikian makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan tak lepas dari keterbatasan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka dari itu, kami tetap menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
guna kesempurnaan makalah ini, Semoga bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
A. Ashabul Furudh.......................................................................................................................5
1. Seperdua (1/2)......................................................................................................................5
2. Seperempat (1/4)..................................................................................................................6
3. Seperdelapan (1/8)...............................................................................................................6
4. Sepertiga (1/3)......................................................................................................................6
5. Seperenam (1/6)...................................................................................................................7
B. Furudul Muqaddarah.............................................................................................................8
A. KESIMPULAN......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini, adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Ashabul Furudh?
2. Apa yang dimaksud dengan Furudul Muqaddarah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar dapat mengetahui pengertian Ashabul Furudh
2. Agar dapat mengetahui apa itu Furudul Muqaddarah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ashabul Furudh
Secara bahasa (etimologi), kata fardh mempunyai beberapa arti yang berbeda
yaitu al-qath “ketetapan yang pasti”, at-taqdir “ketentuan” dan al-bayan
“penjelasan”. Sedangkan menurut istilah (terminologi), fardh ialah bagian dari
warisan yang telah ditentukan. Definisi lainnya menyebutkan bahwa fardh ialah
bagian yang telah ditentukan secara syar’i untuk ahli waris tertentu. Di dalam Al-
Qur’an, Ashabul Furudh (Zawil Furudh) adalah bagian-bagian yang telah ditentukan
oleh syariat Islam (al-Qur’an dan Hadits).
berkenaan dengan orang yang mendapatkan harta warisan. Bagian-bagian itu adalah:
1. Seperdua (1/2)
Para ahli warisnya adalah 5 (lima) orang, yaitu:
a. Suami
Suami mendapat 1/ dengan syarat tidak meninggalkan Far’u Mayit
(baik anak dari suami atau mayit). Jika ada ada far’u mayit, Suami
mendapat 1/4. Firman Allah ta’ala : “Dan bagimu (suami-suami)
adalah ½ (seperdua) dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu,
jika mereka tidak mempunyai anak” (QS. An-Nisa: 12).
b. Satu Anak Perempuan
Anak Perempuan mendapat ½ bagiann dengan syarat sebagai berikut.
Si mayit tidak meninggalkan anak laki-laki. Jika ada anak laki-
laki menjadi ashobah bil ghair.
Anak perempuan tunggal tidak lebih. Jika anak perempuan itu
lebih dari satu, kadarnya menjadi 2/3.
Firmna Allah ta’ala : “Jika dia (anak perempuan) itu seorang
saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan)”
(QS. An-Nisa: 11).
c. Satu cucu perempuan dari anak laki-laki
Satu cucu perempuan mendapat ½ dengan syarat:
Tidak lebih, jika lebih mendapat 2/3.
5
Tidak ada anak laki-laki. Jika ada anak laki-laki, terhijab tidak
mendapatkan bagian apa-apa.
d. Satu orang saudari perempuan sekandung
Tidak lebih. Jika lebih mendapat 2/3 bagian.
Tidak ada anak laki-laki.
Tidak ada saudara laki-laki sekandung.
e. Saudari perempuan seayah
Tidak lebih. Jika lebih, kadarnya menjadi 2/3.
Tidak ada anak laki-laki
Tidak ada anak perempuan tunggal atau lebih. Jika ada
mendapat ashobah bil gahir.
Tidak ada saudara laki-laki seayah. Jika ada mendapat ashobah
bil ghair. Firman Allah ta’ala: “Jika mereka (ahli waris itu
terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka
bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua
saudara perempuan” (QS. An-Nisa: 176)1.
2. Seperempat (1/4)
Para ahli warisnya adalah 2 (dua) orang, yaitu:
a. Suami, jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki. Firman Allah ta’ala:
“jika istri-istri itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat
dari harta benda yang ditinggalkan” (QS. An-Nisa: 12)
b. Istri seorang atau lebih, jika si mayit tidak meninggalkan anak atau
cucu. Firman Allah ta’ala: “para istri memperoleh ¼ harta yang kamu
tinggalkan, jika kamu tidak mempunyai anak” (QS. An-Nisa: 12)
3. Seperdelapan (1/8)
Para ahli warisnya adalah 1 (satu) orang, yaitu:
1
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa group:2009), hal. 33-36
6
4. Sepertiga (1/3)
Para ahli warisnya adalah 2 (dua) orang, yaitu:
a. Ibu, jika si mati tidak meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki
atau dua orang saudara (QS, 4:11)
b. Dua orang atau lebih saudara seibu bagi si mati, baik laki-laki maupun
perempuan (QS, 4:12)
5. Seperenam (1/6)
Para ahli warisnya adalah 7 (tujuh) orang, yaitu:
a. Dua orang atau lebih Anak perempuan, Anak perempuan dua orang
atau lebih apabila pewaris tidak mempunyai anak laki-laki. Allah swt
berfirman: “Dan jika semuanya itu anak perempuan yang jumlahnya
lebih dari dua, maka bagian mereka 2/3 (dua pertiga)” (Q.S. An-
Nisa:11)
2
https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/ashabul-furudh/ Diakses: 06 Desember 2022
7
b. Dua atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki, Jika tidak ada anak
laki-laki atau cucu laki-laki dari anak laki-laki, maka mendapat 2/3.
Jika bertemu dengan satu anak perempuan maka mendapat 1/6.
c. Dua atau lebih saudari perempuan sekandung, Mereka mendapat kadar
2/3, apabila si mayit ada meninggalkan : Anak laki-laki, anak
perempuan sekandung, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-
laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung.
d. Dua atau lebih saudari perempuan seayah, Mereka mendapat kadar 2/3,
apabila si mayit ada meninggalkan : Anak laki-laki, anak perempuan
sekandung, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki, bapak,
kakek, saudara laki-laki seayah, saudari perempuan sekandung. Firman
Allah swt: “Jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi
keduanya 2/3 (dua pertiga)” (An-Nisa: 176)3.
B. Furudul Muqaddarah
Furudul Muqaddarah secara bahasa ialah ُج ْز ٌع ُمقَ َّد ٌر ِمنَ الت ِّْر َك ِةsuatu bagian yang
ditentukan kadarnya untuk ahli waris. Sedankan Zawil Furud ialah kelompk yang
menerima sebagian hak ahli waris. Adapun kadar bagianya sudah ditetapkan dalam
nash Al-Qur’an, Hadist, ijma dan qiyas.
1. Setengah 1/2
2. Sepertiga 1/3
3. Seperempat 1/4
4. Seperdelapan 1/8
5. Seperenam 1/6
6. Dua pertiga 2/3
Selain jumlah di atas, ada hasil ijma dan qiyas Ulama fara’id, seperti Tsulutsul
Baqi, artinya, sepertiga dari sisa harta peninggalan dan Muqasamah, artinya dibagi
rata.
3
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa group:2009), hal. 46-47
8
Adapun yang dinamakan ahli waris adalah seseorang atau kelompok orang dan
keluarga si muwaris, yang dikenai suatu perbuatan hukum dapat menerima hak dan
bagian yang sudah ditentukan kadarnya menurut syara', dari peninggalan muwaris,
yakni berupa harta peninggalan.
Namun sebelum harta waris dibagikan kepada ahli waris, perlu diingat
beberapahal yang harus didahulukan kepada si mayit, sebagai berikut sebagaimana
dijelaskan dalam KHI No. 1/1991 pasal 175 ayat 1 dan 2, yaitu sebagai berikut.
2) Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas
pada jumlah atau nilai harta peninggalannya.
Para fuqaha membagi ahli waris ke dalam 3 Kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Kelompok Ahli Waris Sababiyah, yaitu ahli waris dari sebab perkawinan.
2. Kelompok Ahli Waris Nasabiyah, yaitu ahli waris dari hubungan nasab.
3. Kelompok Ahli Waris Wala', yaitu ahli waris karena sebab pembebasan budak.
Orang yang membebaskan budak disebut Mu'tiq (laki-laki) dan Mutiqah
(perempuan).
Ketiga kelompok ahli waris diatas terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan.
9
h. Paman (saudara bapak)
i. Anak paman
j. Laki-laki yang memerdekakan hamba atau amat
10
b. Cucu perempuan dari Anak laki-laki
c. Istri
d. Ibu
e. Nenek dari bapak
f. Nenek dari ibu
g. Saudara perempuan sekandung
h. Saudara perempuan dari bapak
i. Saudara perempuan dari ibu
j. Perempuan yang memerdekakan hamba atau amat4.
4
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa group:2009), hal. 25-29
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ashabul Furudh (Zawil Furudh) adalah bagian-bagian yang telah ditentukan
oleh syariat Islam (al-Qur’an dan Hadits) berkenaan dengan orang yang mendapatkan
harta warisan.
Furudul Muqaddarah secara bahasa ialah ُج ْز ٌع ُمقَ َّد ٌر ِمنَ الت ِّْر َك ِةsuatu bagian yang
ditentukan kadarnya untuk ahli waris. Sedankan Zawil Furud ialah kelompk yang
menerima sebagian hak ahli waris. Adapun kadar bagianya sudah ditetapkan dalam
nash Al-Qur’an, Hadist, ijma dan qiyas.
1. Setengah 1/2
2. Sepertiga 1/3
3. Seperempat 1/4
4. Seperdelapan 1/8
5. Seperenam 1/6
6. Dua pertiga 2/3
12
DAFTAR PUSTAKA
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa
group:2009), hal. 33-36
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa
group:2009), hal. 46-47
Budi Ali Hidayat, S.HI Memahami dasar-dasar Ilmu Fara’id (Bandung: Angkasa
group:2009), hal. 25-29
13