Anda di halaman 1dari 12

RUKUN IMAN

( Tugas untuk memenuhi mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam )

Dosen Pengampu : Miswanto, S.H.I., M.H.I

Disusun Oleh:

KELOMPOK 13
Rosmaliyah 2121020048
M. Perdana Eihirahma H 2121010096

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Rukun Iman”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam. Kami mengucapkan terima kasih
kepada  Bapak Miswanto, S.H.I., M.H.I. selaku Dosen Tauhid dan Ilmu Kalam
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3


A. Iman kepada Allah …….............................................................................. 3
B. Iman kepada Malaikat..................................................................................4
C. Iman kepada Kitab.......................................................................................6
D. Dalil Naqli Setiap Rukun Iman....................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................14


Kesimpulan.........................................................................................................14
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama menurut Islam adalah apa yang diturunkan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang berisi perintah-perintah dan larangan-
larangan serta petunjuk bagikemaslahatan umat baik itu urusan dunia
maupun akhirat. Beragama Islam adalah suatubentuk keyakinan manusia
terhadap berbagai hal yang diajarkan dalam Al-Qur an.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal
dengan rukun Iman terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah
keyakinan Islam terhadap hal-hal yang “ghoib”, sebuah kepercayaan
terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman (pilar
keyakinan) ini adalah :
1. Iman kepada Allah (Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan
HukumhukumNya)
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah (mengetahui dan percaya akan
keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta)
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam
kitab-kitabNya)
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh perjungan para Nabi dan
Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai
kesabaran)
5. Iman kepada hari Kiamat (bahwa setiap perbuatan akan ada
pembalasan) dan
6. Iman kepada Qada dan Qadar (paham pada keputusan serta kepastian
yang ditentukan Allah pada alam semesta).
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib
dimiliki oleh setiap muslim.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud iman kepada Allah?


2. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat?
3. Apa yang dimaksud iman kepada kitab?
4. Sebutkan dalil naqli setiap rukun iman?

C. Tujuan

1. Mengetahui iman kepada Allah


2. Mengetahui iman kepada malaikat
3. Mengetahui iman kepada kitab
4. Mengetahui dalil naqli setiap rukun iman

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijab dan Mahjub


Hijab menurut bahasa artinya tabir, dinding, halangan. Sedangkan
menurut istilah ialah mencegah atau menghalangi orang tertentu menjadi
tidak berhak menerima bagian dari harta warisan atau menjadi berkurang
bagiannya. Al-hajb dalam bahasa Arab bermakna penghalang atau
penggugur. Selain itu, dalam bahasa Arab juga kita kenal kata hajib yang
bermakna “tukang atau penjaga pintu”, disebabkan ia menghalangi orang
untuk memasuki tempat tertentu tanpa izin guna menemui para penguasa
atau pemimpin.

Jadi, bentuk isim fa'il (subjek) untuk kata hajaba adalah hajib dan bentuk
isim maf'ul (objek) ialah mahjub. Maka makna al-hajib menurut istilah
ialah orang yang menghalangi orang lain untuk mendapatkan warisan, dan
al-mahjub berarti orang yang terhalang mendapatkan warisan. Adapun
pengertian al-hajb menurut kalangan ulama faraid adalah menggugurkan
hak ahli waris untuk menerima waris, baik secara keseluruhannya atau
sebagian saja disebabkan adanya orang yang lebih berhak untuk
menerimanya

B. Macam-Macam Hijab
Hijab terbagi kepada dua macam yaitu:
1. Ḥajbu Auṣāf (hijab karena sifat)
Menghalangi orang yang mempunyai sebab untuk medapatkan warisan
secara total, karena melakukan sesuatu perbuatan yang menjadi
penghalang mendapat warisan, seperti membunuh pewaris dan murtad.
Hal ini, berlaku untuk seluruh ahli waris, laki-laki atau perempuan,
baik aṣhabul furuḍ atau „aṣabah. Dan jika seseorang masuk dalam

3
kategori ini, tentu “keberadaannya bagaikan tiada, tidak mendapat
warisan dan tidak bisa membawa dampak bagi ahli waris lainnya
dalam kewarisan”.

2. Ḥajbu Asykhaṣī (hijab karena ada orang lain), yaitu menghalangi


seseorang utuk mendapatkan warisan secara total atau dari bagian yang
besar menjadi bagian yang lebih kecil karena ada ahli waris lain yang
lebih dekat kekerabatannya dengan pewaris.1 Hijab ini dibagi kepada
dua:
a. Hijab Nuqṣan, yaitu menghalangi seseorang yang memiliki sebab
untuk mewarisi dari bagiannya yang sempurna. Seperti, suami
seharusnya mendapatkan bagian terbanyak 1/2, tapi karena
mempunyai keturunan (anak), maka menjadi 1/4, istri yang
seharusnya mendapatkan bagian 1/4 menjadi 1/8, karena pewaris
mempunya keturunan (anak).2
Hijab nuqṣan dibagi dua, yaitu:3
1. Hijab nuqṣan karena sebab intiqāl (perpindahan) dari satu
bagian tetap menjadi bagian tetap lainnya, karena ada ahli
waris lain. Yaitu terjadi pada empat keadaan:
a. Perpindahan dari satu farḍ (bagian tetap) menjadi farḍ
(bagian tetap) lainnya yang lebih sedikit. Seperti
perpindahan bagian suami dari 1/2 menjadi 1/4, karena
meninggalkan keturunan (anak).
b. Perpindahan dari „aṣabah menjadi „aṣabah yang lebih
sedikit. Seperti perpindahan saudara perempuan kandung
atau saudara perempuan seayah dari „aṣabah ma‟al ghair
menjadi „aṣabah bil ghair.

1
Muhammad Amin, Raddu al-Muḥtār „ala al-Durrī al-
Mukhtār,... Jilid VI, h. 779-780
2
Komite Fakutas Syari‟ah Universitas Al-Azhar, Fiqh Al Mawarits…h, 227.
3
Komite Fakutas Syari‟ah Universitas Al-Azhar, Fiqh Al Mawarits…h, 228-229.

4
c. Perpindahan dari farḍ (bagian tetap) menjadi „aṣabah yang
lebih sedikit. Seperti, perpindahan para ahli waris
perempuan yang menerima bagian 1/2 menjadi „aṣabah bil
ghair.
d. Perpindahan dari „aṣabah menjadi farḍ (bagian tetap) yang
lebih sedikit. Seperti, perpindahan ayah dan kakek dari
„aṣabah menjadi farḍ (bagian tetap), ketika pewaris
meninggalkan keturunan.
2. Hijab Nuqṣan karena sebab iẓdiḥām (terlalu banyak). Yaitu
terlalu banyak ahli waris penerima farḍ (bagian tetap), atau
penerima „aṣabah, hal ini terjadi dalam tiga keadaan:
a. Terlalu banyak pada farḍ (bagian tetap). Seperti terlalu
banyak dua orang anak perempuan pada bagian 2/3, terlalu
banyak istri pada bagian 1/4 dan 1/8.
b. Terlalu banyak pada „aṣabah. Seperti, terlalu banyak
penerima „aṣabah terhadap harta waris atau terhadap harta
yang tersisa dari farḍ (bagian tetap).
c. Terlalu banyak sebab adanya „aul. Seperti terlalu banyak
aṣhabul furūḍ dalam pokok masalah yang dimasuki oleh
masalah „aul. Karnanya, bagian tetap yang masingmasing
mereka dapatkan menjadi berkurang.
b. Hijab Hirman, yaitu menghalangi seseorang yang memiliki sebab
untuk mewarisi dari bagiannya secara keseluruhan, karena ada ahli
waris lain yang lebih dekat kekerabatannya dengan pewaris.
Seperti, kakek yang terhalang karena adanya ayah, cucu laki-laki
dari anak laki-laki terhalang karena adanya anak laki-laki, dan lain
sebagainya.4
Para ahli waris dalam hijab hirman ada dua kelompok, yaitu:
1. Pertama, ahli waris yang tidak pernah terhalang secara hijab
hirman, ahli waris ini ada 6 (enam) orang yaitu, tiga orang dari

4
Komite Fakutas Syari‟ah Universitas Al-Azhar, Fiqh Al Mawarits…h, 229.

5
pihak laki-laki, mereka adalah suami, anak laki-laki dan ayah.
Dan tiga orang dari pihak perempuan, yaitu istri, anak
perempuan dan ibu. Menurut para ulama mereka tidak terhijab
hirman karena hubungan mereka dengan pewaris langsung
melalui nasab atau nikah, bukan dari keturunan orang lain.5
2. Kedua, ahli waris yang terhalang secara hijab hirman,
berjumlah 19 (sembilan belas) orang, terdiri dari ahli waris
laki-laki 12 orang dan dari ahli waris perempuan 9 orang, yaitu
sebagai berikut:6
a) Dua belas ahli waris yang tehijab hirman adalah:
1. Cucu laki-laki dari anak laki-laki: terhalang oleh
anak laki-laki, atau oleh cucu laki-laki dari anak
laki-laki yang kedudukannya lebih dekat kepada
pewaris.
2. Kakek dan generasi di atasnya: terhalang oleh
ayah.
3. Saudara laki-laki kandung: terhalang oleh tiga
orang, yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak
laki-laki dan ayah.
4. Saudara laki-laki seayah: terhalang oleh empat
orang, yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak
laki-laki, ayah dan sudara kandung.
5. Saudara laki-laki seibu: terhalang oleh emapat
orang, yaitu anak laki-laki dan anak perempuan,
cucu laki-laki dan cucu perempuan dari anak laki-
laki, ayah dan kakek.
6. Anak laki-laki saudara kandung: terhalang oleh
enam orang, yaitu anak lakilaki, cucu laki-laki dari

5
Komite Fakutas Syari‟ah Universitas Al-Azhar, Fiqh Al Mawarits…h, 229.
6
Komite Fakutas Syari‟ah Universitas Al-Azhar, Fiqh Al Mawarits…h, 230

6
anak laki-laki, ayah, kakek, saudara laki-laki
kandung dan saudara laki-laki seayah.

C. Kelompok Ahli Waris Menurut Hijab

D. Prinsip Hijab Menurut Komplikasi Hukum Islam

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beriman kepada Allah yaitu keyakinan yang sesungguhnya bahwa
Allah adalah wahid (satu), ahad (esa), fard (sendiri), shamad (tempat
bergantung) tidak mengambil shabibah (teman wanita atau istri) juga
tidak memiliki walad (seorang anak). Dia adalah pencipta dan pemilik
segala sesuatu, tidak ada sekutu dalam kerajaan-Nya. Dialah Al-Khaliq
(yang menciptakan), ar-Raziq (Pemberi rizki), al-Mu’thi (Pemberi
anugerah), al-Mani’ (Yang Menahan Pemberian), al-Muhyi (Yang
Menghidupkan), al-Mumit (Yang Mematikan) dan yang mengatur segala
urusan makhluk-Nya.
Dialah yang berhak disembah, bukan yang lain, dengan segala
macam ibadah, seperti khudu’ (tunduk), khusyu’, khasyyah (takut), inabah
(taubat), qashd (niat), thalab (memohon), doa, menyembelih, nazar dan
sebagainya.
Iman kepada malaikat adalah rukun iman yang kedua. Maksudnya
yaitu meyakini secara pasti bahwa Allah mempunyai para malaikat yang

7
diciptakan dari nur, tidak pernah mendurhakai apa yang Allah peritahkan
kepada mereka dan mengerjakan setiap yang Allah titahkan kepada
mereka.
Malaikat adalah hamba Allah yang dimuliakan dan utusan Allah
yang dipercaya. Allah menciptakan mereka khusus untuk beribadah
kepada-Nya. Mereka bukanlah putra-putri Allah dan bukan pula putra-
putri selain Allah. Mereka membawa risalah Tuhannya, dan menunaikan
tugas masing-masing di alam ini. Mereka juga bermacam-macam, dan
masing-masing mempunyai tugas-tugas khusus.
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT., berarti kita wajib
beritikad atau mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT., mempunyai
beberapa kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-Nya.
Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para nabi dan
rasul-Nya yang wajib diketahui oleh umat Islam, adalah :
1. Kitab Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. pada kira-kira
abad ke-12 SM didaerah Israil dan Mesir.
2. Kitab Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. pada kira-kira
abad ke 10 SM didaerah Israil
3. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa a.s. didaerah Yerusalem pada
permulaan abad pertama
4. Kitab Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
didaerah Mekah dan di Madinah pada abad ke-6 M

8
DAFTAR PUSTAKA

HD, Kaelany. (2000). Iman, Ilmu dan Aamal Saleh. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahman, Abdul & Khalid, Abdul. (1996). Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman.
Jakarta : Bumi Aksara.
Poerwadarminta, WJS. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Ilmu Tauhid, Tim Ahli. (2019). Kitab Tauhid. Jakarta : Darul Haq.
Basyir, Damanhuri. (2014). Tauhid Kalam (Aqidah Islam). Banda Aceh : UIN Ar-
Raniry Darussalam.
Tarmizi, Erwandi. (2007). Rukun Iman. Universitas Islam Madinah Bidang Riset
& Kajian Ilmiah : islamhouse.com
Amri, Muhammad, dkk. (2018). Aqidah Akhlak. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai