Anda di halaman 1dari 9

A.

Masyarakat adat lampung pepadun


Pepadun adalah suatu benda berupa bangku yang terbuat dari lambang dari
tingkatan kedudukan dalam masyarakat mengenai suatu keluarga keturunan. 1
Masyarakat adat Lampung Pepadun adalah salah satu dari dua kelompok adat besar
dalam masyarakat Lampung. Masyarakat ini mendiami daerah pedalaman atau
daerah dataran tinggi Lampung. Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat
Pepadun awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih
(Pubian). Kelompok adat ini memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan
tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun.
Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal
yangmengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat
tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut
“Penyimbang”. Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena
menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat
ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang, dan seperti itu
seterusnya.
Berbeda dengan Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yangkuat,
Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Statussosial dalam
masyarakat Pepadun tidak semata-mata ditentukan oleh garisketurunan. Setiap
orang memiliki peluang untuk memiliki status sosialtertentu, selama orang tersebut
dapat menyelenggarakan upacara adat CakakPepadun. Gelar atau status sosial yang
dapat diperoleh melalui CakakPepadun diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran,
dan Dalom
Nama “Pepadun” berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam prosesi
Cakak Pepadun. “Pepadun” adalah bangku atau singgasana kayuyang merupakan
simbol status sosial tertentu dalam keluarga. Prosesi pemberian gelar adat (“Juluk
Adok”) dilakukan di atas singgasana ini.Dalam upacara tersebut, anggota

1
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak
Pepadun, (Bandar Lampung: UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”, 2008), 14
masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus membayarkan sejumlah uang
(“Dau”) dan memotong sejumlah kerbau. Prosesi Cakak Pepadun ini
diselenggarakan di “Rumah Sessat” dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau
pimpinan adat yang posisinya paling tinggi .Pepadun mempunyai dua makna, yaitu:
1. Bermakna memadukan pengesahan atau pengaduan untuk mentasbihkan bahwa
orang yang duduk diatasnya adalah rajab.
2. Bermakna tempat mengadukan segala hal ihwal dan mengambilkeputusan bagi
mereka yang pernah mendudukinya.
Adat Pepadun didirikan sekitar abad ke-16 pada zaman Kesultanan
Banten.Masyarakat Adat Pepadun terdiri dari:
1. Abung Siwo Mego Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah
Adat:Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai,
Jabung,Gunung Sugih, dan Terbanggi.
2. Mego Pak Tulang Bawang Masyarakat Tulang Bawang mendiami
empatwilayah Adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
3. Pubian Telu Suku Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah Adat:
Tanjung karang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu,
Gedungtataan, dan Pugung.
4. Sungkai Bunga Mayang-Buay Lima Way Kanan Masyarakat SungkaiBunga
Mayang-Buay Lima Way Kanan mendiami Sembilan wilayahAdat: Negeri
Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkai, Bunga Mayang,Belambangan Umpu,
Baradatu, dan Kasui.

B. Gelar masyarakat adat pepadun


Gelar atau status sosial yang dapat diperoleh melalui Cakak Pepadun
diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan Dalom. Prosesi pemberian gelar adat
(“Juluk Adok”) dilakukan di atas singgasana ini. Dalam upacara tersebut, anggota
masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus membayarkan sejumlah uang
(“Dau”) dan memotong sejumlah kerbau. Prosesi Cakak Pepadun ini
diselenggarakan di “Rumah Sessat” dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau
pimpinan adat yang posisinya paling tinggi.2
Cakak pepadun adalah peristiwa pelantik penyimbang menurut adatistiadat
masyarakat Lampung Pepadun, dikenal juga dengan upacara pemberian gelar untuk
adat pepadun. Cakak pepadun (naik pepadun) adalah peristiwa pelantikan
penyimbang menurut adat istiadat masyarakat lampung pepadun, yakni begawi adat
yang wajib dilaksanakan bagi seseorang yang akan berhak memperoleh pangkat
atau kedudukan sebagai penyimbang yang dilakukan oleh lembaga perwatin adat.3
Biasanya Upacara ini dilakukan bersamaan dengan upacara perkawinan. Pepadun
adalah bangku atau singgasana kayu yang merupakan simbolstatus sosial tertentu
dalam keluarga.
Upacara ini dimulai dengan prosesi ngakuk maju (mengambil mempelai
wanita), kemudian dilanjut dengan begawi turun diwai atau Cakak Pepadun.
Memasuki tahapan utamayaitu Musyawara adat atau dikenal dengan istilah upacara
Merwatin.Selanjutnya penyerahan siger (tempat sirih) yang berisi galang siri atau
uang dilanjutkan dengan upacara pemotongan kerbau untuk menjamu para
penyimbang.Selanjutnya tabuhan alat musik khas Lampung disertai dengan
tembakan mengiringi tahapan arak-arakan penyimbang dari pihak pria
ketempatmempelai wanita. Pada tahapan ini kita dapat menikmati aksi kesenian
pencaksilat. Pada tahapan ini masing-masing juru bicara berdialog dan
menyerahkan barang bawaan dari pihak mempelai pria. Dilanjutkan dengantahapan
musek(menyuapi kedua mempelai), barulah Tari Cangget hingga Cakak Pepadun
calon penyimbang didudukan di singga sana.Gelar adat Lampung yaitu: – Suttan –
Raja – Pangeran – Dalom, dan lain-lain
Berikut Peralatan yang harus disediakan dalam prosesi adat:
1. Rato
2. Paccah aji
2
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/masyarakat-adat-lampung-pepadun/#:~:text=Gelar
%20atau%20status%20sosial%20yang%20dapat%20diperoleh%20melalui,yang%20merupakan%20simbol
%20status%20sosial%20tertentu%20dalam%20keluarga., Diakese pada 14 Oktober 2023
3
Oki Laksito, ddk, Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun, (Lampung: Museum Negeri
Provinsi Lampung, 1999), 17
3. Kayu ara
4. Kutomaro
5. Kadang ralang
6. Burung garuda
7. Payung agung
8. Pepadung/ leluhur
9. Tabuhan
10. Tinggi tumbak
11. Selepas penguton
12. Talam handak
13. Peti gersik
14. Jempana
15. Pangga
16. Ijan geladak, dll.

Berikut beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam upacara CakakPepadun


1. Ngurau (ngundang) Bila akan melaksanakan upacara adat maka diharapkan
dapat mengumpulkan masyarakat adat (Peghwatin).
2. Ngepandai (Mandai) Para Undangan, dapat datang untuk menemui nyimah dan
dengan yang punya hajat
3. Pumpung Peghwatin yang diundang itu akan membahas acara dan menetapkan
tatacara upacara adat yang akan dilaksanakan. Hasil keputusan dari pumping
bersifat untuk meningkatkan para peghwatin untuk ikut aktif menyukseskan
acara itu. Peraturan yang dihasilkan dari pumping menjadi pedoman
pelaksanaan kegiatan.
4. Anjau-anjauan Sanak saudara yang sudah diberi tahu tentang upacara adat ini,
hadir dan bersilaturahmi juga turut membantu.
5. Canggot. Canggot adalah prosesi adat yang melibatkan pemuda pemudi atau
bujang gadis, berupa tari-tarian adat, dilaksanakan sore hari di sessat(rumah
adat Lampung).
6. Mesol Kibau. Kerbau dipotong setelah acara canggot. Daging kerbau yang
sudahdipotong dibagikan ke peghwatin, kepala dari beberapa kampung,
marga,sumbai, bujang gadis, kepala tiyuh, penyimbang tiyuh, dan
penghulutiyuh.
7. Cakak Pepadun. Cakak Pepadun merupakan puncak dari acara yang harus
dilaksanakanuntuk member informasi tentang pemegang tanggung jawab dan
yangmemiliki hak adat kepada masyarakat. Mereka yang telah melalui cakak
pepadun, bergelar Suttan, gelar yang paling tinggi dalam masyarakatadat
pepadun. Mereka yang bergelar suttan wajib menjadi contohteladan, berbudi
pekerti baik, tokoh masyarakat, tokoh yang menjadi panutan di lingkungan
masyarakat dan lingkungan desa sehari-hari.

C. Proses Perkawinan adat masyarakat adat pepadun


Masyarakat Pepadun Marga Anak Tuha memandang perkawinan sebagai
satu pranata yang bersifat sakral, karena menyangkut legitimasi hubungan sepasang
manusia berlainan jenis dihadapan Tuhan. Selain itu perkawinan juga melibatkan
kerabat dari keluarga kedua belah pihak. Oleh karena itu masalah perkawinan ini
juga telah diatur sedemikian rupa dalam ketentuan adat setempat. Adat budaya
dalam sebuah perkawinan pada suku Lampung khususnya Lampung Pepadun
Marga Anak Tuha, perlu dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia, karena adat budaya dalam perkawinan, pada saat ini kurang dikenal dan
dihayati oleh generasi muda. Kurangnya literatur dan data tertulis lainnya
menyebabkan masyarakat kurang memahami ketinggian suatu nilai adat istiadat
sebagai suatu usaha investarisasi unsur-unsur budaya agar dapat dikenal dan
dihayati sebagai pembinaan ketahanan kebudayaan nasional.
Masyarakat Lampung adalah masyarakat yang dinamis dalam arti cenderung
untuk selalu berubah. Hasil pengamatan dan beberapa literatur mengungkapkan
bahwa, dewasa ini terdapat kecenderungan memudarnya nilai-nilai budaya pada
setiap segi kehidupan orang Lampung. Perubahan tersebut wajar saja terjadi
mengingat kebudayaan tidaklah bersifat statis, dan selalu berubah tanpa adanya
gangguan yang disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing sekalipun. Suatu
kebudayaan akan berubah dengan berlalunya waktu. Salah satu upaya untuk
mengurangi atau mengatasi dampak negatif dari perubahan sosial budaya adalah
dengan cara menggali, mengkaji, dan membina serta mengembangkan kembali
nilai-nilai luhur dalam kebudayaan masyarakat Lampung. Atas dasar hal tersebut,
maka penting artinya untuk mendokumentasikan dan mengkaji unsur- unsur budaya
Lampung yang masih hidup, mengingat arus pengaruh baik berupa unsur-unsur
kebudayaan dari luar maupun pengaruh pembangunan sudah semakin besar dan
semakin intensif.
Pada dasarnya azas-azas perkawinan menurut hukum adat yang berlaku pada
masyarakat Lampung adalah:4
1. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga/rumah tangga dan di lingkungan
kekerabatannya yang rukun, damai, bahagia dan kekal (sakinah, mawadah
warohmah);
2. Dalam adat, Perkawinan tidak akan mendapat pengakuan (dianggap tidak syah)
apabila hanya dilaksanakan menurut hukum agama dan kepercayaan, tanpa
melibatkan para penyimbang adat dan para anggota kerabat lainnya;
3. Perkawinan dapat dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita dengan
kedudukannya masing-masing ditentukan hukum adat setempat;
4. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan orang tua dan anggota kerabat/
masyarakat adat;
5. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur /
masih anak-anak (kawin gantung);
6. Perkawinan harus seizin orang tua baik kawin gantung atau perkawinan yang
sudah cukup umur;
7. Perceraian ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak, karena perceraian
pasangan suami isteri dapat membawa renggangnya hubungan kedua kelompok
kekerabatan mereka;

4
Sabaruddin SA, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir, Pemerintahan, Adat Istiadat, Sastra,
Bahasa, Untuk Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Buletin Way Lima Manjau),
8. Keseimbangan kedudukan kedua suami-isteri berdasarkan ketentuan adat yang
sudah dibakukan

Begitu penting arti perkawinan menurut hukum adat, oleh karena itu bagi
masyarakat Lampung, perkawinan sangat diperlukan adanya peresmian atau
pengesahan dalam bentuk upacara resmi menurut adat, besar atau kecil upacara
tergantung pada kemampuan dan pemufakatan keluarga atau kerabat serta
dipengaruhi pula oleh kedudukan yang bersangkutan di dalam masyarakat adat arga
Anak Tuha adalah salah satu bagian dari masyarakat adat Abung Siwo Migo yang
berada di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, dan menganut prinsip
garis keturunan bapak (patrilineal), dimana anak laki-laki tertua dari keturunan
tertua (penyimbang) memegang kekuasaan adat yang mewarisi kepemimpinan ayah
sebagai kepala keluarga atau kepala kerabat keturunan. Hal ini tercermin dalam
sistem dan bentuk perkawinan adat serta upacara-upacara adat yang berlaku.
Kedudukan penyimbang begitu dihormati dan istimewa, karena merupakan pusat
pemerintahan kekerabatan, baik berasal dari satu keturunan pertalian darah, satu
pertalian adat atau karena perkawinan11. Selain dari pada itu struktur kekerabatan
patrilineal ini sangat berpengaruh terhadap sistem pewarisan harta, pusaka maupun
gelar adat dimana penerus dan pengalihan hak penguasa atas harta dan tanggung
jawab diberikan kepada anak laki-laki tertua. Tata cara atau prosesi perkawinan dan
upacara adat masyarakat Lampung pepadun marga anak tuha Kecamatana Anak
Tuha Kabupaten Lampung Tengah, umumnya menggunakan tata cara
perkawinan jujur, dengan menurut garis keturunan bapak yaitu ditandai dengan
adanya pemberian sejumlah uang kepada pihak perempuan untuk menyiapkan
sesan, yaitu berupa alat-alat rumah tangga. Sesan tersebut akan diserahkan kepada
pihak keluarga mempelai laki-laki pada 11 Ibid., h. 69 42 upacara perkawinan
berlangsung dan sekaligus sebagai penyerahan secara adat mempelai wanita kepada
keluarga/mempelai laki-laki. Dalam status kehidupan, masyarakat Lampung
mempunyai strata (tingkatan), baik berdasarkan status genealogis (keturunan, umur)
maupun status sosial dalam adat (buway, penyimbang, suku dan bilik). Demikian
pula dalam kehidupan kekerabatan masyarakat Lampung pepadun, dimana setiap
orang harus mengetahui siapa-siapa anggota kerabat pihak ayah dan pihak ibu, serta
mengetahui bagaimana kedudukan dan tanggung jawabnya dalam kelompok
kekerabatannya. Perkawinan tidak hanya mengikat dua manusia yang berlainan
jenis secara individu, tetapi juga melibatkan keluarga dari kedua belah pihak.
Pasangan yang sudah mantap ingin mengukuhkan hubungan mereka secara resmi
akan terkendala dengan tradisi ibal salah dan ibal linget, karena belum mendapat
restu orang tua dan masyarakat adat. Biasanya perkawinan melalui tradisi
ini, sebelum seorang gadis pergi meninggalkan rumah karena dibawa oleh
pasangannya, mereka akan meninggalkan surat, uang, atau perhiasan. Surat tersebut
menjelaskan tentang maksud dan tujuan mereka pergi dan memberitahu dengan
siapa ia pergi, lalu dimana alamat tujuannya. Adapun barang-barang yang
ditinggalkan mengisyaratkan atau sebagai simbol bahwa kedua pasangan tersebut
sedang melakukan prosesi adat (muli nyakak) atau umum dikenal dengan bubbay
/sebambangan. Tradisi muli nyakak (bubbay/sebambangan), umumnya sang gadis
dibawa 43 oleh laki-laki ke rumahnya, atau kerumah penyimbang, ataupun kerabat
dekat lainnya yang syah menurut adat. Bila mendengar atau mengetahui kejadian
tersebut, tanpa menyangkal masyarakat setempat sudah mengerti bahwa tradisi
perkawinan yang mereka tempuh belum mendapat restu orang tua dan juga belum
diketahui oleh para penyimbang adat. Oleh karena itu mereka harus menyelesaikan
tata cara adat terlebih dahulu guna mewujudkan harapannya untuk menikah.

D. Ciri khas masyarakat adat pepadun


1. Dari segi bahasa dan logatnya sudah bisa kita bedakan mana masyarakat
lampung pepadun dan mana masyarakat pesisir, masyarakat pepadun
menggunakan bahasa dengan dialek O (Nyo)
2. Masyarakat Pepadun menggunakan pakaian adat berwarna putih dengan siger 9
lekukan. Untuk pakaian laki-lakipun berbeda adat pepadun mengunakan pakain
berwarna putih dan mahkota yang disebut dengan "Kopiah Mas”
3. masyarakat pepadun mendiami daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat pepadun awalnya
berkembang di daerah abung, way kanan dan way seputih (pubian)
4. untuk masyarakat pepadun silsilah keturunannya berasal dari abung sewo
mego.5

5
https://www.cindriyanto.com/2019/02/5-perbedaan-masyarakat-lampung-pepadun.html, Diakes
pada 14 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai