Anda di halaman 1dari 15

LOMBA DESAIN ORNAMEN LAMPUNG

MASJID PEMKAB PRINGSEWU

Nama Peserta :
Erven Ashari, A.Md

KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2017
BIODATA PESERTA LOMBA

Nama : ERVEN ASHARI, A.Md.


Alamat : Patoman III RT 02 RW 02 Desa Patoman Kec. Pagelaran Kab.
Pringsewu
No. Hp : 0823 7237 3320
Pendidikan : - SDN 4 PAGELARAN
- SMPN 1 PAGELARAN
- SMKN 1 GADING REJO
(Teknik Gambar Bangunan)
- UNIVERSITAS LAMPUNG
( D3 Arsitektur Bangunan Gedung )
Pendahuluan

Dalam rangka meningkatkan jiwa inovasi dan menumbuhkan rasa cinta


pada Budaya Lampung dan Nilai-nilai Agama Islam pada diri masyarakat
Pringsewu. Pemerintah Kabupaten Pringsewu mengadakan perhelatan
acara Lomba Desain Ornamen Lampung, desain yang terpilih akan
diaplikasikan pada masjid-masjid percontohan di Kabupaten Pringsewu.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni.

Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan


dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh.

Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Terkait dengan urain di atas,
maka untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai Ragam
Kebudayaan di sini kita akan membahas sedikit mengenai Ragam Budaya
Lampung pada khusus nya yang meliputi Sistem Kekerabatan, Sistem
Religi, Organisasi Sosial, Sistem Mata Pencaharian, dan Kehidupan Sosial
Budaya yang berkembang di Masyarakat Lampung.
Lampung
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera,
Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera
Selatan. Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang
merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung
memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan.
Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan
Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung),
Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
Sedangkan di Teluk Semaka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus),
dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan
Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat
dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang
Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.
Lapangan terbang utamanya adalah "Radin Inten II", yaitu nama baru dari
"Branti", 28 Km dari Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan
Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra.
Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur -
Barat berada antara : 103º 40' - 105º 50' Bujur Timur Utara - Selatan
berada antara : 6º 45' - 3º 45' Lintang Selatan.

Suku Lampung
Etnis Lampung yang biasa disebut (Ulun Lampung, Orang Lampung)
secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi
Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan
tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu,
Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di sebelah selatan
Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten. Pengantin dari suku
Lampung. Kedua Mempelai merupakan Pengantin dari Suku Lampung
Marga Sungkai Bungamayang. Siger adalah Mahkota Wanita Pengantin
Suku Lampung yang sangat umum digunakan.
Dalam kebudayaannya, masyarakat Lampung terdiri dari 2 adat
kebudayaan, yakni Pepadun dan Saibatin.
Masyarakat Adat Lampung Saibatin
Suku Saibatin mendiami daerah pesisir Lampung yang membentang dari
timur, selatan, hingga barat. Wilayah persebaran Suku Saibatin mencakup
Lampung Timur, Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran,
Tanggamus, dan Lampung Barat.
Seperti juga Suku Pepadun, Suku Saibatin atau Peminggir menganut
sistem kekerabatan patrilineal atau mengikuti garis keturunan ayah. Meski
demikian, Suku Saibatin memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat
dan tradisi.
“Saibatin” bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini
sesuai dengan tatanan sosial dalam Suku Saibatin, hanya ada satu raja
adat dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya Suku Saibatin
cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat hanya dapat
diwariskan melalui garis keturunan. Tidak seperti Suku Pepadun, tidak ada
upacara tertentu yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam
masyarakat.
Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan
dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh) atau
mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki tujuh lekuk/pucuk (sigokh
lekuk pitu). Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja
jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas. Selain itu, ada pula
yang disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan
sebagai bagian dari arak-arakan adat, diantaranya dalam prosesi
pernikahan.

Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman


Masyarakat adat Lampung Pepadun adalah salah satu dari dua kelompok
adat besar dalam masyarakat Lampung. Masyarakat ini mendiami daerah
pedalaman atau daerah dataran tinggi Lampung. Berdasarkan sejarah
perkembangannya, masyarakat Pepadun awalnya berkembang di daerah
Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini memiliki
kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi yang berlangsung
dalam masyarakat secara turun temurun.

Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang


mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat
tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang
disebut “Penyimbang”. Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat
Pepadun karena menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan.
Status kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki
tertua dari Penyimbang, dan seperti itu seterusnya.

Berbeda dengan Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang


kuat, Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis.
Status sosial dalam masyarakat Pepadun tidak semata-mata ditentukan
oleh garis keturunan. Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status
sosial tertentu, selama orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara
adat Cakak Pepadun. Gelar atau status sosial yang dapat diperoleh
melalui Cakak Pepadun diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan
Dalom.

Nama “Pepadun” berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam


prosesi Cakak Pepadun. “Pepadun” adalah bangku atau singgasana kayu
yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga. Prosesi
pemberian gelar adat (“Juluk Adok”) dilakukan di atas singgasana ini.
Dalam upacara tersebut, anggota masyarakat yang ingin menaikkan
statusnya harus membayarkan sejumlah uang (“Dau”) dan memotong
sejumlah kerbau. Prosesi Cakak Pepadun ini diselenggarakan di “Rumah
Sessat” dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau pimpinan adat yang
posisinya paling tinggi.

Religi
Orang Lampung merupakan pemeluk agama Islam. Tetapi walaupun
dikenal sebagai pemeluk agama Islam, di kalangan masyarakat Lampung
masih berkembang sisa-sisa kepercayaan lama yang mereka sebut
kepercayaan pada Zaman Tumi. Mereka juga mempercayai makhluk-
makhluk halus dan benda-benda kuno dengan kekuatan saktinya.
Sehubungan dengan kepercayaan ini, mereka mengenal berbagai upacara
adat dengan berbagai sesajian sebagai pelengkapnya.

Desain Ornamen Lampung Untuk Masjid


Pada dasarnya, setiap daerah memiliki karakteristik khusus terkait
ornamen khas daerahnya. Biasanya, terdapat banyak pola-pola yang
diambil dari karakteristik kultur masyarakat daerah tersebut. Daerah
Lampung memiliki ciri khusus dalam hal ornamen, baik itu ornamen
bangunan ataupun ornamen pakaian adat, dari berbagai banyaknya
ornamen-ornamen yang ada di masyarakat Lampung, terdapat beberapa
aspek seni yang tidak pernah lepas yakni lekukan-lekukan dan warna
ornamen yang tegas.

Rencana Ornamen

Ornamen khas Lampung yang akan diterapkan di Masjid Pemkab


Pringsewu ini dibuat berdasarkan unsur, bentuk, dan warna yang
menggambarkan kultur khas kebudayaan masyarakat Lampung,
khususnya Pringsewu yang Agamis. Berbagai unsur mulai dari jumlah
obyek, warna, bentuk, dan motif digambarkan sesuai dengan kaidah-
kaidah yang telah ditetapkan oleh panitia penyelenggara.

Bentuk Ornamen
1. Ornamen Buah Sekala

 Ornamen ini menjelaskan bahwa di Pringsewu terdapat dua


masyarakat adat Lampung, yakni Pepadun dan Saibatin. Masyarakat
adat Pepadun dan Saibatin memiliki satu simbol yang sama yakni
Siger (sigekh) atau mahkota pengantin, namun memiliki jumlah
lekukan / pucuk yang berbeda, Saibatin memiliki tujuh lekuk/pucuk
sedangkan Pepadun memiliki sembilan (9) lekuk/pucuk. Walau
berbeda jumlah, keduanya memiliki dasar ide yang sama, yakni dari
Buah Sekala. (Sumber : Wikipedia)

 Kelopak Buah Sekala Berwarna Hijau yang terlihat layaknya bukit


menggambarkan bahwa wilayah Kabupaten Pringsewu adalah
wilayah yang terdapat banyak bukit.
2. Ornamen Sembilan Ruas Bambu

Bambu adalah ciri khas dari Kabupaten Pringsewu, gambar terdiri dari 9
ruas bambu yang memiliki makna bahwa Kabupaten Pringsewu terdiri dari
9 wilayah kecamatan, yaitu : Kecamatan Pardasuka, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Pagelaran Utara,
Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Sukoharjo,
Kecamatan Banyumas, dan Kecamatan Adiluwih.

3. Ornamen Tinggi Rendah Ruas Bambu


Gambar ruas bambu diatas berbeda-beda tingginya, hal ini diambil dari
slogan resmi Kabupaten Pringsewu yakni ‘Jejama Secancanan’ yang
artinya masyarakat Pringsewu bersama-sama berpegangan tangan
membangun Kabupaten Pringsewu, dengan tidak membedakan tinggi dan
rendahnya status sosial.

4. Ornamen Perahu Jung/Jukung

Motif Perahu Jung / Jukung adalah cirikhas yang tidak pernah bisa
dipisahkan dari ornamen-ornamen khas Lampung. Perahu merupakan alat
transportasi laut yang pada dasarnya dapat mengangkut orang-orang, hal
ini memiliki filosofi bahwa masyarakat Pringsewu adalah masyarakat yang
terbuka dengan masyarakat-masyarakat pendatang.

5. Ornamen Motif Tapis Lampung


Kain Tapis merupakan kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam
menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun sang
pencipta alam semesta. Kain Tapis digunakan oleh masyarakat Lampung
dalam acara adat dan besar lainnya.

6. Ornamen Persegi Delapan

1. Segi delapan merupakan kombinasi dari tiga ornamen yang masing-


masing memiliki makna tersendiri. Segi tiga sebagai simbolisasi dari
kesadaran untuk berserah diri serta sifat sifat harmoni, persegi
sebagai suatu simbolisasi dari pemahaman tentang duniawi, dan
hexagon. simbol ini juga dimaknai bahwa Islam didakwahkan dan
disebarluaskan ke delapan penjuru mata angin.
2. Paguk segi delapan melambangkan bahwa masyarakat Pringsewu
yang mayoritas beragama muslim, bersama-sama membangun
Pringsewu yang Berdaya Saing, Harmonis, Agamis, Sejahtera dan
Bersahaja.

Warna Ornamen
1. Warna Kuning
Melambangkan akan perlindungan dan kesejahteraan masyarakat Pringsewu
2. Warna Merah
Melambangkan Keberanian
3. Warna Hitam
Merepresentasikan kekuatan dan kepercayaan diri
4. Warna Putih
Melambangkan bersih, suci dan terang
5. Warna Hijau
Melambangkan harmoni, kesuburan, dan kedamaian masyarakat
Kabupaten Pringsewu

Ilustrasi Penerapan Pada Bangunan


(Penerapan di Kolom Bangunan)

(Penerapan di Kubah Masjid)

(Penerapan di Relief Dinding / Talud)


Penutup
Demikan penjelasan dari saya selaku peserta “lomba desain ornamen
lampung untuk masjid” di Pemerintahan Kabupaten Pringsewu, saya
berterimakasih kepada Panitia dan Pemkab. Pringsewu atas
terselenggaranya lomba ini, untuk mengapresiasi ide-ide dari masyarakat
Lampung dan Khususnya masyarakat Pringsewu.

Kesimpulan
1. Dalam lomba desain ornamen Lampung ini peserta merencanakan
berbagai bentuk dan warna yang mengandung unsur – unsur budaya
Lampung,
2. Desain yang peserta buat berdasarkan dari berbagai sumber baik dari
internet (wikipedia) dan masyarakat Pringsewu,
3. Peserta berusaha membuat desain yang bernafaskan ISLAM yg di
contoh dari berbagai referensi dan Masjid - Masjid yang ada di
kabupaten Pringsewu,
4. Dan dalam desain yang peserta buat dimasukkan kekhasan Kabupaten
Pringsewu yaitu dari unsur pohon bambu.

Peserta Lomba,
Erven Ashari,A.md

Anda mungkin juga menyukai