Anda di halaman 1dari 11

Peta lokasi proyek Gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya

Lokasi proyek:

Jl. M.T. Haryono No 163, Ketawanggede, Kec.


Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.

Gambar tampak depan proyek Gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA)


Universitas Brawijaya

Proyek Gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya ini memiliki
ketinggian lantai sejumlah 12 lantai dan terdapat semi-basement untuk ruang parkir. Lokasi
proyek ini terletak di Jl. M.T Haryono No. 163, berdekatan dengan pintu keluar Universitas
Brawijaya di Jl. Soekarno Hatta.

STRUKTUR BANGUNAN I | 1

Gambar dan foto potongan proyek Gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA)
Universitas Brawijaya

Keterangan:
Lantai semi-basement, dengan ketinggian 3,5m
Lantai 1 (lantai dasar), dengan ketinggian 5m
Lantai 2-5 (lantai tipikal), dengan ketinggian 4m
Lantai 6-8 (lantai tipikal), dengan ketinggian 4m
Lantai 9-10 (lantai tipikal), dengan ketinggian 4m
Lantai 11-12, (auditorium) dengan ketinggian 4m

Gedung FIA ini termasuk ke dalam bangunan yang desainnya berbeda dari bangunan
bertingkat di Universitas Brawijaya karena sudah berani menggunakan sistem denah yang
berbeda luasannya pada lantai-lantai tertentu.

STRUKTUR BANGUNAN I | 2

Sumur
sampit air
kotor dan
bekas
Sumur
sampit air
hujan

Core/inti bangunan

Jalur masuk
menuju ke
basement

Jalur keluar dari


basement

Gambar denah lantai basement proyek Gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA)
Universitas Brawijaya

Pada bangunan ini, jalur masuk menuju basement dan jalur keluar dari basement dibuat
menjadi satu arah. Jalur masuk diarahkan dari arah sebelah kiri (barat) bangunan, sedangkan
jalur keluar diarahkan dari sebelah kanan (timur) bangunan.

Foto posisi jalur masuk menuju basement (sebelah kiri) dan jalur keluar dari
basement (sebelah kanan)

STRUKTUR BANGUNAN I | 3

Fungsi basement pada bangunan ini adalah untuk kebutuhan ruang parkir serta tempat
ruang utilitas. Di dalam basement, terdapat sumur sampit air hujan dan air kotor. Sumur
sampit air hujan berfungsi untuk menampung air hujan yang berasal dari limpahan air luar
dan jalur masuk basement sehingga tidak terjadi banjir di basement. Di dalam basement
terdapat gather atau got yang berfungsi untuk mengaliri air yang masuk menuju sumur
sampit. Di dalam sumur sampit, terdapat submersible pump atau pompa yang tertanam. Pada
volume atau level tertentu, pompa akan bekerja untuk mengeluarkan air dari dalam sumur
menuju riol kota.

Sumur sampit untuk air hujan serta air kotor dan


air bekas

Dinding pada sekeliling lantai semi-basement menggunakan shear wall, yaitu dinding
yang sama fungsinya seperti dinding core, bisa menahan dari tanah dan bisa menahan
masuknya air (kedap terhadap air). Pada dinding-dindingnya juga terdapat bukaan yang
berfungsi untuk mengeluarkan emisi dari kendaraan bermotor.

Penggunaan shear wall pada lantai semi-basement beserta bukaan di dalamnya (ditandai
warna merah) dan bukaan yang dilihat dari luar basement

STRUKTUR BANGUNAN I | 4

Bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang. Terdapat lebih dari 100 tiang
pancang. Tiang-tiang pancang ini yang akan membentuk suatu kolom dengan jarak antar
kolom yang relatif pendek. Setiap kolomnya mempunyai besar 60cm x60cm. Meskipun
ukuran kolomnya kelihatan besar, ukuran skala bangunan ini pun juga sudah relatif besar.
Sehingga, penempatan kolom dengan skala bangunannya sudah relatif seimbang. Kolom
yang besar ini tidak menjadi masalah karena memang sudah menjadi kebutuhan struktur.
Bangunan ini merupakan kombinasi antara rigid frame dengan kantilever. Menurut
teori, kolom tidak boleh jatuh di balok karena dapat menyebabkan balok di bawahnya patah.
Untuk itu, digunakan kantilever yang berbentuk miring. Kolom hanya bersifat sebagai
antisipasi penurunan. Secara mekanika, menggunakan sambungan jepit sehingga beban yang
di atasnya disalurkan melalui kolom lagi. Kekuatan kantilever bisa mencapai 4 m, itu
tergantung kekuatan besi yang terdapat di dalamnya sehingga berdampak pada besaran
kolom.

Foto peletakkan tiang-tiang kolom pada drop-off

Ramp untuk penderita difabel pada entrance bangunan memiliki tanjakan yang terlalu
tajam. Untuk itu perlu adanya perbaikan atau penyesuaian pada saat proses pelaksanaanya
karena sudut ramp yang paling ideal maksimal 7o.

Foto posisi tangga dan ramp pada drop-off

STRUKTUR BANGUNAN I | 5

Gambar posisi core pada bangunan

Letak core bangunan ini terletak di tengah. Penggunaan core pada bangunan ini
difungsikan sebagai sistem transportasi vertikal berupa elevator / lift. Di bawah lift, terdapat
ruang yang berguna untuk tempat mendaratnya lift yang disebut dengan peak lift. Di bawah
ruangan tersebut, terdapat pula pegas penahan untuk mengantisipasi lift agar lift tidak
langsung jatuh mendarat dengan keras.

Posisi dan peletakkan lift pada core bangunan

STRUKTUR BANGUNAN I | 6

Peletakkan tangga darurat harus ditempat yang kedap oleh api kebakaran. Pintu
ruang tangga darurat juga harus terbuat dari besi. Selain itu, di sela-sela tangga darurat juga
diberi lubang agar ada sirkulasi udara.

Peletakkan tangga darurat dan lubang di antara tangga darurat

STRUKTUR BANGUNAN I | 7

Setiap panjang tiang pancang memiliki perbedaan ukuran karena terdapat perbedaan
kedalaman tanah keras. Struktur pondasi bangunan dengan struktur pondasi drop off terpisah
atau menggunakan sistem dilatasi karena beban yang dialami berbeda seperti adanya pendouble-an kolom. Sehingga apabila terjadi penurunan pada salah satu bangunan tidak
mempengaruhi bangunan seperti retak.

Konstruksi drop-off yang menggunakan sistem dilatasi

Pada bangunan yang melebihi ketinggian 4 lantai terdapat problem seperti turbulensi
angin yang besar. Apabila jendela tidak dipasang dengan benar dapat terjadi jebol karena
turbulensi angin bersifat menyedot. Untuk itu perlu adanya perlakuan khusus pada elemen
dinding ataupun jendela tersebut

Foto lantai atas (lantai 6) yang tingkat turbulensinya tinggi

STRUKTUR BANGUNAN I | 8

Apabila setiap sisi atau wajah bangunan tidak diolah, mengakibatkan bangunan tidak
komunikatif dengan bangunan sekitar. Sebagai contoh, PTIIK (FILKOM) Universitas
Brawijaya setiap wajahnya diolah karena terdapat di tengah kawasan UB.

Gedung bangunan PTIIK (FILKOM) Universitas Brawijaya yang setiap sisinya di desain
menghadap ke segala arah

Gedung bangunan FIA Universitas Brawijaya yang setiap sisinya di desain menghadap
menghadap ke arah jalan

STRUKTUR BANGUNAN I | 9

Ruang auditorium yang tempat duduknya berjenjang (tribun). Secara struktur dapat
dibuat miring kemudian nantinya akan digunakan bata ringan untuk membuat bentukan
jenjangnya. Luasan stage yang relative kecil membuat fungsi auditoriumnya terbatasi.

Konstruksi jenjang (tribun) pada auditorium

Rangka kuda-kuda
baja

Bracing

Alumunium foil

Konstruksi atap bangunan yang juga sama seperti konstruksi atap pada drop-off

Kuda-kuda yang digunakan telah dimodifikasi karena adanya kuda-kuda trapesium dan
kuda-kuda penuh. Rangka kuda ini merupakan rangka ruang, karena tidak bisa dicopot satu,
harus utuh. Bracing, atau ikatan angin mengikat antar kuda-kuda. Sehingga apabila salah
S T R U K T U R B A N G U N A N I | 10

satu bagian terangkat maka sisi lain yang menahan atau memegangi. Genteng memiliki celah
sehingga terdapat angin yang masuk untuk mengantisipasi kebocoran angin dan air
digunakan aluminium voil. Pemilihan aluminium voil juga dipengaruhi oleh bebannya yang
ringan
Sementara, genteng yang digunakan bersistem sudah seperti keramik karena dapat kita
lihat ada kilauan. Berat genteng bisa mencapat 7-8 kg dengan harga kisaran Rp, 16.000,00.
Di antara genteng dan genteng terdapat talang. Berfungsi untuk mengurangi aliran air yang
jatuh langsung menuju tanah karena dipengaruhi oleh luasan genteng yang luas dan
ketinggian atap bangunan. Juga mempengaruhi maintanence dari kaca. Untuk itu, aliran air
dialirkan ke dalam bangunan melalui pipa kemudian disatukan melalui shaft

Tempat aliran dari pipa talang

S T R U K T U R B A N G U N A N I | 11

Anda mungkin juga menyukai