Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR ARSITEKTUR - CRITICAL REVIEW

FLEKSIBILITAS INTERIOR UNIT HUNIAN PADA RUMAH SUSUN


DI KOTA MALANG
LAB SAINS DAN TEKNOLOGI BANGUNAN

Oleh
Nadia Rahmani
145060500111027

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GENAP - TAHUN AJARAN 2017/2018
PENDAHULUAN

Tugas critical review mata kuliah Seminar Arsitektur ini bertujuan untuk meninjau artikel
ilmiah yang akan menjadi referensi/acuan dalam penulisan artikel ilmiah beserta skripsi penulis
kedepannya.

Sehubungan dengan skripsi penulis yang berjudul “Evaluasi Kinerja Perabot Pintar pada Rumah
Pemenang IAI Jakarta Award 2012 – Compact House”, critical review ini berisi artikel ilmiah yang
telah penulis pilih dan tinjau isinya sesuai dengan judul skripsi yang akan penulis diambil.

1
A. PENDAHULUAN (INTRODUCTION)

Judul artikel : Fleksibilitas Interior Unit Hunian pada Rumah Susun di Kota Malang

Jumlah halaman : 15 halaman

Dimuat pada : Jurnal Arsitektur UB vol. 02 tahun 2014

Artikel ilmiah ini berjudul ” Fleksibilitas Interior Unit Hunian pada Rumah Susun di Kota
Malang” yang disusun oleh Ahsana Nurul Fauzia, selaku mahasiswa penyusun tugas akhir,
beserta Rinawati P. Handajani dan Agung Murti Nugroho, selaku dosen pembimbing tugas akhir
di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Artikel ilmiah ini merupakan
intisari dari skripsi mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjananya.

Masalah utama atau isu yang menjadi latar belakang dari perancangan desain interior unit
hunian ini adalah keterbatasan lahan atau ruang di daerah perkotaan, khususnya di kota Malang,
yang disebabkan oleh bertambahnya laju pertumbuhan penduduk, sehingga hunian vertikal, yang
termasuk perancangan interiornya, juga menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Berdasarkan
masalah yang diangkat tersebut, tercetuslah inovasi penulis untuk membuat interior pada hunian
vertikal berupa rumah susun yang berada di kota Malang yang mempertimbangkan fleksibilitas.

Penulis menggunakan dua teori dasar yang membahas tentang fleksibilitas ruang, yaitu teori
Carmona, dkk., dan teori Toekio. Berdasarkan teori Carmona, et al (2003) yang digunakan oleh
penulis, fleksibilitas ruang terbagi atas 3 aspek temporal dimension, yaitu: (a) Time cycle and
time management ; (b) Continuity and stability ; dan (c) Implemented over time. Sedangkan,
berdasarkan teori Toekio (2000), konsep fleksibilitas ruang terbagi atas 3, yaitu: (a)
Ekspansibilitas (Expandibility); (b) Konvertibilitas (Convertibility); (c) Versatilitas (Versatility).

Metode yang digunakan pada artikel ilmiah ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
programatik. Penulis terlebih dahulu melakukan studi kajian terhadap teori-teori yang
mendukung perancangan interior dengan fleksibilitas yang kemudian di analisis. Selanjutnya,
teori yang sudah di analisis kemudian dianalisis kembali dengan cara programatik.

B. RINGKASAN (SUMMARY)

Pada bagian hasil dan pembahasan di dalam artikel ilmiah ini, ada dua sub poin yang dibahas
oleh penulis, yang pertama poin Perancangan Dasar Unit Hunian dan poin Perancangan
Fleksibilitas Ruang Dalam. Pada poin pertama, yaitu poin Perancangan Dasar Unit Hunian,
penulis, dijelaskan bahwa perancangan rumah susun yang dimaksud ditujukan untuk rumah susun
sederhana milik (rusunami), sehingga penataan ruang dalamnya dapat diubah-ubah karena unit

2
hunian pada rusunami sudah menjadi hak milik penghuninya. Kemudian, penulis juga
mengunakan standar Pusat Litbang Permukiman (2010) yang dimana standar luas kebutuhan
ruang untuk setiap orangnya adalah 9 m2. Untuk standar penghuni di dalam rusunami sendiri
dapat dihuni untuk keluarga kecil sebanyak 2-4 orang. Sehingga, perancangan unit hunian
nantinya terbagi atas tiga tipe unit hunian, yaitu tipe 18 m2 untuk 2 orang, tipe 27 m2 untuk 3
orang, dan tipe 36 m2 untuk 4 orang. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, unit humian pada
rusunami pun dihuni lebih dari 4 orang. Ruang dasar pun menjadi berubah dan kurang mewadahi
karena adanya perbedaan kebutuhan dan adanya privasi walaupun sudah diwadahi oleh ruang
multifungsi.

Atas dasar sub poin pertama tersebut, penulis melakukan proses perancangan yang
dijelaskan pada sub poin yang kedua, yaitu Perancangan Fleksibilitas Ruang Dalam. Perancangan
ruang dalam ini didasari atas permasalahan kenyamanan dan keterbatasan ruang. Kemudian,
setelah mengidentifikasi tipe luasan unit hunian, penulis memulai tahapan berdasarkan analisis
dari teori Carmona, et al (2003).

Aspek perancangan berdasarkan teori Carmona, et al (2003), yang pertama adalah “Time
cycle dan time management”. Aspek tersebut menjelaskan analisis kegiatan yang biasa dilakukan
oleh penghuni unit hunian rusun pada sepanjang hari (user temporalities) serta analisis kebutuhan
ruang fleksibel pada unit hunian. Analisis kegiatan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (pada
Tabel 1) dan menjelaskan detail setiap kegiatan yang terjadi di dalam suatu unit hunian lengkap
dengan durasi dan waktunya. Selain itu, jenis pengguna yang melakukan aktivitas di dalam unit
hunian juga dijabarkan menjadi beberapa pelaku, antara lain menggunakan analisis aktivitas
pelaku dari seorang Ayah, seorang Ibu, seorang Anak Remaja, dan seorang Anak Kecil.
Kemudian dilakukan juga analisis kebutuhan ruang apa saja yang dibutuhkan oleh masing-
masing pelaku yang sudah dijelaskan secara detail tadi. Setelah itu, penulis melakukan
perancangan zonasi ruang fleksibel berdasarkan hasil analisis.

Zonasi ruang fleksibel ini merupakan ruang yang dibutuhkan untuk perabot multifungsi yang
menyatukan berbagai aktivitas di dalam ruang tersebut. Kemudian, aktivitas yang dilakukan di
dalam ruangan yang membutuhkan ruang fleksibel tersebut juga dianalisis menggunakan tabel
(pada Tabel 2), lengkap dengan waktu dan durasinya dan menjadi sebuah sintesis berupa zonasi
dalam bentuk denah pada setiap tipe unit hunian, mulai dari tipe 18, tipe 27, hingga tipe 36 (pada
Tabel 3). Ruang fleksibel dirancang oleh penulis diterapkan oleh perancangan elemen ruang
berupa perabot yang multifungsi. Perabot dengan sistem multifungsi yang diterapkan oleh penulis
dirancang dengan satu bentuk perabot dasar yang terdiri dari fixed element atau bidang yang tetap
dan temporary element sebagai bidang yang dapat diubah-ubah untuk mengubah bentuk perabot
sehingga dapat berfungsi dengan fungsi yang berbeda-beda. Perabot multifungsi tersebut
kemudian dirancang dengan sistem versatilitas, sesuai dengan penerapan teori Toekio (2000),

3
yaitu versatility. Perancangan perabot fleksibel yang merupakan sintesis dari zonasi ruang
fleksibel ini juga menjelaskan masing-masing perancangan perabot di setiap tipe unit huniannya,
mulai dari tipe 18 hingga tipe 36 (pada Gambar 1).

Selanjutnya, transformasi dari masing-masing perabot multifungsi dijelaskan juga dalam


bentuk tabel (Tabel 4) dan dibagi atas 3 pergerakan transformasi. Contohnya seperti perancangan
perabot tempat tidur dan meja belajar yang menjadi satu kesatuan perabot multifungsi yang
didasarkan atas kebutuhan dari seorang Anak Remaja. Pada Tabel 4, dijelaskan gambar
perubahan perabot dari bentuk meja belajar menjadi sebuah tempat tidur dalam 3 tahapan gambar
dan setelah itu dijelaskan teknis perubahannya. Selain melakukan perancangan perabot yang
multifungsi, penulis juga menerapkan fleksibilitas ruang pada elemen partisi. Hal ini bertujuan
untuk membedakan kebutuhan privasi dan membuat luas ruang menjadi lebih dinamis.
Perancangan partisi fleksibel ini kemudian dijelaskan melalui Gambar 2. Pada Gambar 2,
dijelaskan terlebih dahulu zonasi ruang melalui gambar 3 dimensi denah pada setiap tipe unit
hunian yang kemudian di analisis tingkat privasi dari masing-masing ruang tersebut, dalam hal
ini adalah dapur dan ruang keluarga yang dilakukan perancangan partisi fleksibel. Setelah itu,
pada Gambar 2 dijelaskan juga dimensi partisi fleksibel yang diletakkan di antara ruang dapur
dan ruang keluarga tersebut lengkap dengan teknis cara kerja yang dijelaskan juga secara visual.

Setelah menjelaskan secara terperinci perubahan perabot dan partisi ruang yang fleksibel
pada ruang di setiap jam aktivitasnya, yang dilengkapi dengan gambar-gambar yang dicantumkan
pada Tabel 5, dengan keterangan waktu dan kebutuhan ruang, serta potongan dari masing-masing
ruang yang diterapkan perancangan perabot dan partisi fleksibel. Setelah itu, untuk meneruskan
perancangan pada Tabel 4, transformasi perabot fleksibel pada tipe unit hunian dijelaskan pada
Tabel 6.

Aspek perancangan berdasarkan teori Carmona, et al (2003), yang kedua adalah “Continuity
and stability”. Aspek tersebut menjadikan perancangan harus dirancang dengan baik agar tetap
dapar berfungsi secara optimal dan stabil dari waktu ke waktu. Hal yang jelas memengaruhi aspek
ini adalah iklim pada kondisi lingkungan setempat. Poin-poin detail yang memengaruhi
continuity and stability adalah pencahayaan alami pada ruang fleksibel dan penghawaan alami
pada ruang fleksibel. Setelah menjelaskan dampak pencahayaan alami dan penghawaan alami
pada ruang fleksibel, penulis menjelaskan elemen inlet and outlet dalam bentuk tabel (pada Tabel
7) sekaligus menjelaskan spesifikasi yang dibutuhkan untuk perancangannya. Spesifikasi atau
standar yang digunakan untuk merancang elemen pencahayaan dan penghawaan alami dari
penulis adalah berdasarkan dari hasil analisis penulis yang bertindak sebagai perancang itu
sendiri.

4
Aspek perancangan yang terakhir dari teori Carmona, et al (2003), adalah “Implemented over
time”, yaitu analisis kebutuhan sesuai jumlah dan pertambahan penghuni berdasarkan analisis
dari observasi lapangan oleh si penulis. Kemudian, dari aspek tersebut dihasilkan sintesis berupa
desain tempat tidur yang fleksibel sesuai dengan jumlah penghuni yang menggunakannya.

Hal tersebut dijelaskan pada Tabel 8, dimana kebutuhan ruang dan perancangan desain
perabot berupa tempat tidur yang didasarkan atas pertambahan penghuni unit hunian yang ada di
Tabel 1, yaitu Ayah dan Ibu (2 Orang Dewasa), 1 Anak Remaja, dan 1 Anak Kecil (Bayi-Balita).
Kemudian digambarkan kondisi penggambaran posisi tidur sesuai pengguna yang merupakan
penghuni unit hunian dan dilakukan analisis dari hal tersebut. Setelah itu, analisis penggunaan
perabot oleh beberapa penghuni sekaligus menjadi sebuah sintesis berupa desain perabot yang
sesuai dengan kapasitas penggunaan dari penghuni yang menggunakannya.

Artikel ilmiah ini diakhiri dengan kesimpulan dari kajian fleksibilitas ruang melalui perabot
dan partisi ruang yang sudah dijelaskan. Secara menyeluruh, hal-hal yang harus diperhatikan
dalam merancang fleksibilitas ruang dalam sebuah unit hunian rumah susun agar dapat mewadahi
segala aktivitas penghuninya antara lain melakukan identifikasi pengguna/penghuni beserta
rutinitas yang dilakukan oleh penggunanya, perubahan ruang hunian dan reaksi terhadap
lingkungannya, dan dampak perubahan ruang dalam jangka panjang.

C. EVALUASI (EVALUATION)

Tinjauan evaluasi dari isi artikel ilmiah ini adalah sebagai berikut

• Salah satu dasar teori yang digunakan oleh penulis adalah teori fleksibilitas dari
Toekio (2000). Dari tiga aspek teori yang ada, yang digunakan penulis hanya satu
aspek saja, yaitu aspek versatility. Akan tetapi, tidak ada penegasan bahwa teori
Toekio (2000) yang dipakai hanyalah satu aspek saja, sehingga menimbulkan
pertanyaan tentang pada segi perancangan yang manakah penerapan dua aspek
yang lainnya, yaitu expandibility dan convertibility.

• Perancangan tata ruang dalam unit hunian menggunakan perabot multifungsi yang
menambah tingkat fleksibilitas ini tidak disebutkan dengan jelas lokasi persis dari
perancangannya. Hanya saja, penulis menjelaskan jenis interior yang
menggunakan perabot multifungsi ini akan diterapkan pada setiap rumah susun
yang ada di kota Malang.

• Pada artikel ilmiah ini, dijelaskan bahwa perancangan fleksibilitas interior unit
hunian nantinya ada menjadi 3 (tiga) tipe unit hunian, yaitu unit tipe 18, tipe 27,
dan tipe 36, sesuai dengan standar Pusat Litbang Permukiman (2010). Akan tetapi,

5
penjelasan perancangan (programatik) berdasarkan hasil analisis kedua teori yang
digunakan oleh penulis, tidak semuanya mencantumkan hasil analisis untuk ketiga
tipe unit hunian tersebut. Analisis ketiga tipe unit hunian hanya dicantumkan pada
poin perancangan dasar interior dan pada pembahasan poin Implemented Over
Time. Hal ini (mungkin) disebabkan karena penulis ingin memaksimalkan jumlah
halaman jurnal, sehingga tidak semua pembahasan aspek pada setiap unit hunian
dimasukkan.

• Pada artikel ini juga dicantumkan sub aspek dari iklim sebagai hal yang
memengaruhi aspek continuity and stability, yaitu pencahayaan alami dan
penghawaan alami. Pada perancangannya, tidak dicantumkan sumber standar yang
dipakai untuk merancang elemen pencahayaan dan penghawaan alami. Padahal,
jika ditinjau secara ilmu sains dan teknologi bangunan, sumber standar seperti SNI
03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami, sangat
dibutuhkan untuk tolak ukur penelitian (di lapangan) dan mengetahui ukuran
standar dalam satuan lux atau derajat Celsius. Untuk keterangan elemen
pencahayaan dan penghawaan alami sudah dijelaskan dengan baik, dengan
mencantumkan ukuran dimensi serta keterangan material yang digunakan.

Saran untuk isi artikel ilmiah sejenis di penelitian berikutnya, adalah sebagai berikut

• Apabila dari sekian aspek pada teori yang digunakan untuk menunjang isi artikel
ilmiah, yang digunakan hanya sebagian atau satu aspek saja, sebaiknya ditegaskan
dari awal di penjelasan teori agar tidak menimbulkan kerancuan dan pertanyaan
ketika pembaca artikel ilmiahnya membacanya.
• Melakukan analisis secara menyeluruh berdasarkan tipe unit hunian yang
dirancang / menjadi objek penelitian.

• Menggunakan dan mencantumkan standar khusus yang digunakan sebagai tolak


ukur perancangan untuk penelitian sejenis.

D. KESIMPULAN (CONCLUSION)

Pada dasarnya, judul artikel ilmiah seperti ini masih terbilang jarang ada yang
merancang/dijadikan riset. Sehingga, judul artikel ilmiah dan isinya menarik. Secara
menyeluruh, keterkaitan antara metode yang digunakan pada artikel ilmiah ini dengan hasil
dan pembahasannya sudah cukup baik dan dibahas dengan lengkap. Terutama, keterkaitan
judul dengan hasil dan pembahasan dari artikel ilmiah ini. Programatik ruang dengan
simulasi juga ditunjukkan secara bagus dan seolah-olah nyata (segi rendering nya).

6
E. ARAH PENELITIAN BERIKUTNYA (UPCOMING RESEARCH DIRECTION)

Walaupun arah artikel ilmiah yang dijadikan critical review ini lebih kearah
perancangan interior, ada beberapa poin yang bisa saya ambil selanjutnya untuk penelitian
skripsi saya yang bersifat riset/penelitian, “Evaluasi Kinerja Perabot Pintar pada Rumah
Pemenang IAI Jakarta Awards 2012 Kategori Hunian Kecil – Compact House”, diantaranya
seperti aspek temporal dari penghuni Compact House, mengidentifikasi kinerja perabot
multifungsi dan perancangan perabot multifungsi sebagai rekomendasi desain dari hasil
pengukuran Compact House secara sains (dalam hal ini pengukuran pencahayaan alami
menggunakan luxmeter dan simulasi menggunakan perangkat lunak DIALux).

7
DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, Ahsana N, Handajani, Rinawati N. & Nugroho, Agung M (2014). Fleksibilitas Interior Unit
Hunian pada Rumah Susun di Kota Malang. Jurnal Arsitektur UB vol 02. (diakses tanggal 12
Maret 2018)

SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami

8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai