Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap tahun kerak luar bumi bergetar sekitar satu juta kali. Getaran-
getaran tersebut dapat diukur dengan peralatan seismograf. Sekitar 20 getaran
diantaranya merupakan gempa bumi kuat dan 2 getaran merupakan gempa
bumi ynag sangat kuat. Gempa bumi merambat melalui getaran keseluruh
permukaan Bumi, akan tetapi menjadi berbahaya disekitar pusat gempa.
Daerah yang paling rawan adalah yang mengalami pergeseran lempeng
tektonik.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menakutkan bagi
manusia, karena bencana alam ini terjadi secara tiba-tiba, tidak dapat diprediksi
kapan terjadinnya. Hal ini akibat kita selalu mengandalkan tanah tempat kita
berpijak di bumi sebagai landasan yang paling stabil yang bisa selalu dalam
keadaan diam dan menopang kita. Begitu terjadi gempa bumi, kita tiba-tiba
menyadari bahwa tanah yang kita pijak tersebut ternyata bisa kehilangan
stabilitasnya sehingga dapat merusak lingkungan dan bangunan yang ada di
atas lapisan permukaan tanah, dan mampu menelan korban.
Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat
resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia.
Data-data terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap
tehun terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan
yang cukup besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan
sebagian lagi pada daerah pemukiman. Pada daerah pemukiman yang cukup
padat, perlu adanya suatu perlindungan untuk mengurangi angka kematian
penduduk dan kerusakan berat akibat goncangan gempa.
Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang
baik dan benar, kerugian harta benda dan jiwa dapat berkurang.

1
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1. Gempa bumi merupakan bencana yang sangat merusak.
2. Gempa bumi bisa merusak apa saja yang dilalui getaran seismicnya.
3. Banyak daerah di Indonesia yang rawan terjadi gempa bumi.
4. Banyaknya rumah hunian yang belum memadai konstruksi dan
pondasinya.

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk mendapatkan rumusan masalah yang baik, pembatasan masalah perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.Mengkoreksi rumah yang masih belum menerapkan pondasi tahan gempa
2. Perancangan struktur pondasi rumah ideal yang tahan gempa.

1.4 Rumusan Masalah


Bagaimana bisa bangunanbangunan hancur saat terkena guncangan
gempa. Apakah bangunan dengan pondasi yang ideal dapat mengurangi
kerusakan yang disebabkan akibat gempa. Berdasarkan permasalahan yang
telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah masih banyak masyarakat yang belum menerapkan pondasi


tahan gempa
2. Bagaimana cara meminimalisir hancurnya bangunan akibat dampak
yang ditimbulkan gempa bumi.

2
1.5 Tujuan Penelitian

1. Mempublikasikan kesalahan kesalahan yang terdapat pada rumah di


daerah gempa maupun tidak
2. Membuat penjelasan bagaimana cara meminimalisir hancurnya
bangunan dengan membuat protoype pondasi tahan gempa yang
berupa gambar.

1.6 Manfaat Penelitian

Karya tulis ilmiah ini dapat memberikan banyak manfaat, baik di


bidang teoritis maupun praktik.

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
terutama pada bidang Teknik Sipil dan Arsitektur, sehingga dapat
diterapkan pada pembangunan atau digunakan sebagai bahan untuk
mengajar.
2. Manfaat Praktik
Manfaat praktik pada penelitian ini adalah sebagai penduan bagi
masyarakat dalam membangun sebuah rumah, terutama bagi
masyarakat di sekitar daerah gempa agar rumah yang di huninya
bisa selamat dari gempa.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Gempa Bumi


Gempa bumi merupakan suatu bencana alam yang disebabkan oleh
lempeng-lempeng yang merupakan bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif.
Pergerakan itu dipicu antara lain oleh airlaut dan samudera (Sujiwantoro,
Gempa Bumi, 2008: 15)
.Sekitar 71 persen wilayah bumi kita terdiri atas laut dan samudera, atau
dengan kata lain berupa air. Lempeng-lempeng bumi ini sebenarnya adalah
bagian dari kerak bumi yang terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari
pergeseran itu adalah berupa getaran yang disebut gempa. Gempa terjadi
karena ada perpindahan massa dalam lapisan batuan bumi. Kekuatan suatu
gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas, saat terjadi pergeseran
dan tumbukan. Pergeseran tersebut memang memungkinkan terjadinya
tumbukan. Ada kalanya pergeseran itu menyebabkan perubahan bentuk yang
tiba-tiba, sehingga terjadi ledakan dan patahan yang menimbulkan gempa hebat
yang disebut sebagai gempa tektonik. Keadaan itu tidak bisa kita hindari
karena memang bagian dari evolusi bumi. Walaupun gempa tidak dapat kita
prediksi, namun kita dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya
dengan cara membangun rumah tahan gempa (Dadang Rukayat, Ilmu Gempa
Dan Kebumian, 2005: 23)

2.1.2 Pondasi Rumah

Pondasi rumah adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu


bangunan.Karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan
mati) yang berada di atasnya dan gaya gaya dari luar (William Teng,

4
Foundation Design, 2010: 45). Maka dari itu, diperlukan pondasi yang kuat
untuk membangun sebuah rumah agar tercipta rumah yang aman.

2.1.3 Struktur Hunian Aman

Ketika gempa dan tsunami, sebagian besar rumah tradisional (berbahan


kayu) masih tetap berdiri kokoh. Bahkan di negara jepang yang sering terjadi
ratusan gempa, bahan dasar rumah mereka (Jepang, red) terbuat dari kayu dan
kertas ditambah lagi dengan pintu yang digeser kesamping, serta meja ala
jepangnya yang hampir menyentuh lantai. Kini dengan teknologi barunya,
Jepang menciptakan rumah Barier adalah rumah bola nomaden yang memiliki
banyak keistimewaan. Diantaranya, tahan gempa dan bisa mengapung di air.
Rumah bola ini dibuat berdasarkan Hukum Bernauli yang berbunyi: jika ada
angin berhembus di bawah suatu benda, maka benda tersebut mengalami
tekanan gaya ke bawah. Dinding rumah ini terdiri dari 32 sisi. Rahasia dari
rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan menggunakan struktur
pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan pemberian gaya yang merata di
32 sisi dinding rumah bola ini menyebabkan rumah bolaini memiliki kekuatan
yang meratap ada setiap bagiannya (Masahiro Hamasaki, Recovery of Japan,
2010: 102).
Bahan rumah ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan tengahnya mampu
mengalirkan udara masuk dan keluar. Bagian sisi paling luar dibuat dari bahan
urethane anti air, lapisan tengah adalah agregat (kerikil) dan lapisan dalamnya
terbuat dari bahan kayu. Makanya, sela-sela kerikil inilah yang dimanfaatkan
untuk mengalirkan udara. Jika terjadi banjir, rumah ini akan secara otomatis
bisa mengapung diatas air. Hanya saja tidak bisa dikendalikan oleh penghuni
rumah bola tersebut. Mereka akan terbawa terus oleh arus. Walaupun demikian,
rumah Barier ini juga bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan pemilik
rumah. Menurut perusahaan World Window yang berlokasi di Timinaga,
Perfektur Yamagata, terdapat beberapa ukuran tipe rumah Barier, yaitu ada

5
ukuran 3S, 3SL, 2S, S, M dan L (Masahiro Hamasaki, Recovery of Japan,
2010: 125).

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini


adalah penelitian yang dilakukan oleh Amanullah Ahmad (2011) tentang
struktur bangunan yang ideal. Metode penulisan yang digunakan dalam
penulisan karya tulis ini adalah metode penulisan studi pustka. Metode
penulisan studi pustaka adalah metode dengan cara menelaah berbagai sumber
bacaan yang dikaji dari berbagai sumber baik cetak maupun elektronik.
Penelitian ini bertujuan untuk mempaparkan bagaimana struktur sebuah rumah
yang ideal agar ditiru oleh masyarakat dalam pembangunan rumah yang kuat
dan kokoh.
Dari hasil penelitian, masih banyak masyarakat yang struktur bangunan
dan pondasi yang kurang kuat, maka dari itu hasil penelitian ini bisa memberi
informasi tentang bagaimana membangun rumah yang kuat dan kokoh.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya lakukan
adalah mengkaji bagaimana teknik membangun rumah dengan pondasi kuat
dan kokoh. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan teknik pengumpulan
data melalui observasi, dan studi pustaka.
Perbedaannya dalam penelitian ini dengan yang akan saya lakukan
terletak pada latar belakang penelitian yang saya lakukan. Penelitian ini dibuat
untuk mempaparkan tentang pondasi rumah yang ideal, sedangkan penelitian
yang saya lakukan tentang pondasi rumah anti gempa, karena latar belakang
permasalahan penelitian saya adalah banyaknya rumah yang hancur akibat
guncangan gempa.

6
2.3 Kerangka Berpikir

Gempa bumi dapat terjadi kapan saja, meski telah ada tanda bahaya,
masih banyak kerugian yang dialami oleh masyarakat, baik rumah tidak kuat
menahan gempa dan kerugian yang lainnya. Hal ini mengakibatkan saya
tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian terhadap masalah tersebut
dan mencari solusi untuk mengatasinya.
Pada setiap penelitian pasti diperlukan adanya kerangka berpikir
sebagai pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian
agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti. Alur kerangka
berpikir pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Gempa bumi Setelah diteliti ternyata


Penulis mulai meneliti
menimbulkan banyak pondasi rumah
tentang pondasi tahan
kehancuran bagi hunian yang masih buruk
gempa.
masyarakat. kualitasnya.

Setelah menganalisis Dengan metode


Kemudian gambar
datanya, penulis penelitian studi pustaka
diberi penjelasan pada
membuat prototype dan observasi, penulis
hasil penelitian
berupa gambar merangkum data.

7
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan penulis menggunakan jenis penelitian Creating


object, dengan membuat prototype berupa gambar. Creating object merupakan
suatu tindakan melakukan pembuatan suatu objek untuk diteliti dan dicari
kesempurnaan dari objek yang diteliti (Martin Sitorangkir, Panduan Penelitian,
2009: 15).

3.2 Latar Penelitian

Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan 2 cara, yaitu studi


pustaka dan observasi. Studi pustaka menggunakan buku EKSPLORASI
TEKNOLOGI dalam PROYEK KONSTRUKSI. Sedangkan observasi
dilakukan di Jogjakarta, tanggal 12 April 2015, dengan mengobservasi subjek
berupa rumah tahan gempa yang ada di sana.
No Waktu Tempat Kegiatan
pelaksanaan
1. Rabu, 1 April Perpustakaan Mencari buku
2015 SMA 1 Kudus referensi
2. Minggu, 12 Sleman, Mengamati rumah
April 2015 Jogjakarta yang hancur karena
gempa.
3. Senin, 13 April Di Rumah Membaca referensi
2015 penulis, Klumpit kemudian membuat
Rt02/Rw05, rangkuman data,
Gebog, Kudus kemudian
membandingkan

8
dengan hasil
observasinya

4. Selasa, 14 April Di Rumah Melakukan penelitian


2015 penulis, Klumpit pembuatan objek
Rt02/Rw05, penelitian berupa
Gebog, Kudus prototype gambar dari
hasil rangkuman data.
5. Kamis, 23 April Di Rumah Melanjutkan
2015 penulis, Klumpit penyusunan karya
Rt02/Rw05, tulis ilmiah
Gebog, Kudus
Tabel 1. Latar, tempat, dan waktu penelitian.

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi


mengenai suatu data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua,
yaitu data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer, yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya(Martin Sitorangkir,
Panduan Penelitian, 2009: 38).
. data dikumpulkan oleh peneliti langsung dari penelitian dengan
membuat prototype.

3.3.2 Data Sekunder

9
Data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu buku, artikel,
jurnal ilmiah serta situs internet yang masih bersangkutan dengan penelitian yang
dilakukan(Martin Sitorangkir, Panduan Penelitian, 2009: 38).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan


menggunakan teknik studi pustaka dan observasi. Peneliti akan melakukan
observasi di Yogjakarta, karena di Jogja telah ditetapkan standar rumah tahan
gempa. Selain observasi, peneliti juga melakukan studi pustaka untuk
menjelaskan hasil observasi.
1. Studi pustaka
Suatu data yang dikumpulkan dari sebuah buku, artikel, jurnal, dan media
tertulis lainnya (Martin Sitorangkir, Panduan Penelitian, 2009: 14).
2. Observasi
Suatu data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan terhadap suatu benda
atau objek penelitian (Martin Sitorangkir, Panduan Penelitian, 2009: 15).

3.5 Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang


berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan, dan
memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan(Martin Sitorangkir,
Panduan Penelitian, 2009: 41). Dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:

3.5.1 Tujuan triangulasi data dalam penelitian ini adalah untuk mengecek
kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain.

10
Triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
data yang berasal dari buku, jurnal ilmiah dan observasi.

3.5.2 Menggunakan bahan referensi sebagai pembanding dan mempertajam


analisis data

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian tentang pembuatan pondasi tahan gempa menggunakan


teknik analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagian-bagian pondasi rumah ideal yang tahan dari gempa
bumi.

BAB IV
PEMBAHASAN

11
4.1 Kesalahan kontruksi pada pembangunan rumah

Di Indonesia, banyak masyarakat yang masih minim pengetahuan akan


struktur rumah ideal, hal itu menyebabkan mereka membangun hunian mereka
seadanya tanpa memikirkan dampaknya apabila terkena bencana seperti gempa
bumi. Padahal dalam pembangunan pondasi rumah bisa dilakukan dengan
mudah dan murah asalkan menerapkan prinsip-prinsip utama konstruksi tahan
gempa.

4.2 Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa

Di Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong


konsep revolusioner untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini
memiliki fleksibilitas tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh.
Konsep knock down atau bongkar pasang yang cukup sederhana tapi praktis ini
telah digulirkan sejak lima tahun lalu oleh BB Triatmoko SJ. Struktur utama
rumah tahan gempa ini tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang
memanjang di bawah dinding rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di
setiap sudut rumah. Konsepnya mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa
yang dibuat dari kayu. Dengan penopang semacam ini, saat terjadi gempa,
relatif bisa fleksibel. Jika menggunakan model fondasi seperti rumah-rumah
konvensional, hampir dipastikan akan mengalami keretakan atau patah saat
dilanda gempa hebat. Berikut perinsip-perinsip utama rumah tahan gempa.

4.3 Denah yang sederhana dan simetris

Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah


bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal
yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena
kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.

12
4.4 Bahan bangunan harus seringan mungkin

Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek


dan Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika
mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan
besarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan.
Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan
beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup
atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata
menghasiIkan beban gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh
dinding kayu.

4.5 Perlunya sistem konstruksi penahan beban yang memadai

Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa


harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama
gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke
tanah.
Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal
itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas
yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi
Ieleh terlebih dulu.
Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi
sebelum keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya.
Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur
Iintasan gaya.
Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup
untuk dapat menahan gaya gempa horisosontal.

4.6 Struktur Rumah Penahan Gempa

13
4.6.1. Struktur Atap

Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang
menahan beban gempa dalam arah X maka keruntuhan akan terjadi seperti,
diperlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 1. keruntuhan menahan gempa dalam


arah X.

Sistim batang pengaku yang diperlukan diperlihatkan pada gambar di bawah


ini:

14
Gambar 2. Sistim batang pengaku yang diperlukan.

Jika lebar bangunan lebih besar dari lebar bangunan di mungkin


diperlukan 2 atau 3 batang pengaku pada tiap-tiap ujungnya.
Dengan catatan bahwa pengaku ini harus merupakan sistim menerus sehingga
semua gaya dapat dialirkan melalui batang-batang pengaku tersebut.
Gaya-gaya tersebut kemudian dialirkan ke ring balok pada ketinggian langit-
langit.
Gaya-gaya dari batang pengaku dan beban tegak lurus bidang pada
dinding menghasilkan momen lentur pada ring balok .seperti terlihat pada
gambar dibawah ini:

15
16
Gambar 4. kuda-kuda

Gambar 3. Arah momen lentur pada ring

Jika panjang dinding pada arah lebar (arah pendek) lebih besar dari 4
meter maka diperlukan batang pengaku horisontal pada sudut untuk

17
memindahkan beban dari batang pengaku pada bidang tegak dinding daIam
arah X dimana elemnen-elemen struktur yang menahan beban gempa utama.
Sekali lagi ring balok juga harus menerus sepanjang dinding dalam arah X dan
Y
Sebagai pengganti penggunaan batang pengaku diagonal pada sudut,
ada 2 (dua) alternatif yang dapat dipilih oIeh perencana;
Ukuran ring balok dapat diperbesar dalam arah horisontal, misalnya 15 cm
menjadi 30cm atau sesuai dengan yang dibutuhkan dalam perhitungan. Ring
bolok ini dipasang diatas dinding dalam arah X.
Dipakai langit-langit sebagai diafragma, misalnya plywood.
Untuk beban gempa arah Y, sistim struktur dibuat untuk mencegah ragam
keruntuhan. Untuk mengalirkan gaya dari atap kepada dinding dalam arah Y,
salah satu alternatif diatas dapat dipilih yaitu penggunaan batang pengaku
horisontal ring balok atau memakai langit-langit sebagai diafragma.

4.6.2 Struktur Dinding

Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding.


Pada dinding bata gaya-gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang
diuraikan menjadi gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada
ring balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran ini
ditahan oleh berat sendiri dinding, berat atap yang bekerja diatasnya dan ikatan
sloof ke pondasi.
Jika momen guling lebih besar dari momen penahannya maka panjang
dinding harus diperbesar.
Kemungkinan lain untuk memperkaku dinding adalah sistim diafragma
dengan menggunakan plywood, particle board atau sejenisnya, atau pengaku
diagonal kayu untuk dinding bilik.
Penggunaan dinding diafragma lebih dianjurkan karena sering terjadi
kesulitan untuk memperoleh sambungan ujung yang lebih pada sistim pengaku
diagonal.

18
Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan cara yang sama
dengan arah X sebagal sistem struktur utama yang mana dinding harus mampu
menahan beban gempa yang searah dengan bidang dinding, dinding juga harus
mampu menahan gempa dalam arah yang tegak lurus bidang dinding.
Dengan alasan ini maka dinding bata (tanpa tulangan) harus diperkuat dengan
kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat. Sebagai pengganti kolom praktis
ini dapat dipakai tiang kayu.

Gambar 5. struktur pondasi.

4.6.3 Struktur Pondasi

Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa


dari dinding ke tanah.
Pertama, pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertikal dan gaya
tekan dari dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen lentur
sebagai jalur Iintasan gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai
tanah.

19
Akhirnya sloof memindahkan gaya-gaya datar tersebut ke pada tanah
yang ditahan oleh daya dukung tanah dan tekanan tanah lateral.
Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai kayu dan pondasi kayu seperti
gambar-gambar di bawah ini memerlukan batang pengaku untuk mencegah
keruntuhan.

Gambar 6. rumah kayu.

20
Gambar 7. detail

21
Gambar 8. detail A.

22
Gambar 9. detail B.

Gambar 10. detai C.

23
Gambar 11. detai D.

24
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, struktur bangunan sangat


berpengaruh dalam mencegah kerusakan bangunan akibat gempa bumi,
terutama kekenyalan struktur sehingga dapat meminimalisir kerugian. Gaya
gempa hanya dapat ditahan oleh sistem struktur yang menerus (jalur lintasan
gaya yang menerus) dari puncak bangunan sampai ke tanah.

5.2 Implikasi

Dari apa yang sudah saya tulis di atas dapat diketahui bahwa penelitian
tersebut berdampak baik pada sektor pendidikan , terutama dibidang Teknik
Sipil dan Arsitektur. pada sektor masyarakat , penelitian ini bisa bermanfaat
untuk mengoreksi pada huniannya apakah sudah tahan dari gempa apa belum
dan juga bermanfaat untuk pembangunan hunian kedepannya.

5.3 Saran

Waspadalah bencana alam, salah satunya gempa bumi, karena kita tidak
dapat mengetahui kapan gempa bumi itu datang dan dapat merugikan harta dan
jiwa kita, maka dari itu dalam membangun suatu tempat tinggal haruslah
menggunakan prinsip-prinsip dan teknik yang benar.

25

Anda mungkin juga menyukai