Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN JUDUL

TUGAS PASANG SURUT AIR LAUT


KELAS A

PENGUKURAN PASANG SURUT

DOSEN:

Khomsin, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Nabil Amirul Haq 03311640000087

Tanggal Pengumpulan :
12 September 2019

Departemen Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2019

NABIL AMIRUL HAQ


1. PENGUKURAN PASUT
Tujuan pengukuran pasang surut (pasut) secara umum adalah sebagai berikut (Djaja,
1989):

1. Menentukan permukaan air laut rata-rata (MSL) dan ketinggian titik ikat pasut (tidal
datum plane) lainnya untuk keperluan survey rekayasa dengan melakukan satu sistem
pengikatan terhadap bidang referensi tersebut.
2. Memberikan data untuk peramalan pasut dan arus serta mempublikasikan data ini
dalam table tahunan untuk arus dan pasut.
3. Menyelidiki perubahan kedudukan air laut dan gerakan kerak bumi.
4. Menyediakan informasi yang menyangkut keadaan pasut untuk proyek teknik.
5. Memberikan data yang tepat untuk studi muara sungai tertentu.
6. Melengkapi informasi untuk penyelesaian masalah hokum yang berkaitan dengan
batas-batas wilayah yang ditentukan berdasarkan pasut.

Dalam pengukuran pasag surut, dapat dilakukan dengan berbagai instrumen dan
metode, karena pada era sekarang telah diciptakan berbagai jenis alat pengukur pasang
surut yang dapat membantu kita dalam pengukuran pasang surut.

2. PENGUKURAN DENGAN PAPAN DUGA

Gambar 1. Papan Duga


Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk
mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan
biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).
Dalam pengukuran pasut menggunakan papan duga, perlu diperhatikan cara dalam
pemasangan papan duganya. Berbagai syarat dalam pemasangan papan duga untuk

NABIL AMIRUL HAQ


pengukuran pasang surut adalah sebagai berikut :
1.Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang
oleh air
2.Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran
sungai (aliran debit air).
3.Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
4.Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk
diamati dan dipasang tegak lurus
5.Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan
mudah dikaitkan
6.Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang
surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7.Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8.Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah
Cara untuk pengukuran pasang surut dengan papan duga tergolong sangat manual,
yaitu dengan cara mengamati, membaca, dan mencatat level muka air laut pada papan
duga tiap beberapa selang waktu yang ditentukan.

3. PENGUKURAN DENGAN PRESSURE TIDE GAUGE

Gambar 2. Pressure Tide Gauge


Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut dan
tekanan atmosfer di permukaan air laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Prinsip pengukuran permuakan air lautnya adalah sebagai berikut :

Keterangan :
 H : Kedalaman sensor
 h (t) : Variasi permukaan air laut terhadap waktu

NABIL AMIRUL HAQ


 p (t) : Tekanan yang diukur sensor terhadap waktu
 pa (t) : Tekanan atmosfer di permukaan air laut
 ρ : Densitas air laut
 g : Percepatan gravitasi
Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air
laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
Terdapat 3 komponen dalam pressure tide gauge, yaitu tansducer untuk mengukur
tekanan, data logger untuk membaca dan menyimpan data kedalaman berdasarkan
tekanan, dan komponen display, untuk menampilkan data ketinggian air laut dan
informasi waktu. Biasanya komponen data logger dan display dijadikan satu perangkat
keras.
Berdasarkan pengalaman penulis, instalasi pressure tide gauge terbilang sedikit
rumit, dan kita perlu membuatkan sebuah pipa untuk tempat sensor agar sensor tidak
terhempas gelombang dan terganggu sampah. Dan setelah melalui proses instalasi, alat
dapat bekerja dan mencatat data ketinggian air laut sesuai datum vertikal di lokasi sensor
yang diatur pada kontroler dan secara otomatis. Yang perlu diperhatikan pada alat ini
adalah sumber dayanya harus tetap dipantau jika alat akan digunakan secara kontinyu.

4. PENGUKURAN DENGAN FLOATING TIDE GAUGE

Gambar 3. Floating Tide Gauge


Floating tide gauge merupakan alat pencatat pasang surut otomatis pertama yang
diciptakan dan terus dikembangkan teknologinya sampai saat ini. Prinsip kerja alat ini
adalah mencatat naik turunnya permukaan air laut, dengan sebuah pelampung yang
ditempatkan pada sebuah pipa paralon yang diletakkan pada air laut, pelampung dikaitkan
pada sebuah tali yang terhubung dengan sebuah katrol dan alat pencatat grafik muka air
laut. Seiring berjalannya waktu, instrumen ini terus berkembang teknologinya sehingga
sistem floating yang mekanis dapat diintegrasikan dengan sistem pencatat data digital.

NABIL AMIRUL HAQ


5. PENGUKURAN DENGAN ULTRASONIC TIDE GAUGE

Gambar 4. Ultrasonic Tide Gauge


Ultrasonic tide gauge merupakan instrumen pengukur pasang surut yang
memanfaatkan prinsip pengukuran jarak dari sensor ultrasonik. Dimana prinsipnya yaitu
sensor ultrasonik memancarkan gelombang suara melalui transmitter, dan kemudian
gelombang suara dipantulkan balik oleh permukaan air laut dan pantulan gelombang suara
tersebut ditangkap oleh receiver sensor ultrasonik, dari situ didapatkan waktu tempuh
gelombang suara, yang kemudian dapat dihitung jarak tempuhnya menggunakan
persamaan :
S = (v x t)/2
Keterangan :
 s : Jarak (m)
 v : cepat rambat gelombang suara (m/s)
 t : waktu tempuh gelombang suara (s)

NABIL AMIRUL HAQ


6. PENGUKURAN DENGAN SATELIT

Gambar 5. Satelit Altimetri


Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem
satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif
ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari
lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip
Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi
tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan
balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.

Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu
pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan
laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi
muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai
selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus
dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret
waktu (time series analysis).

NABIL AMIRUL HAQ


7. PENGUKURAN DENGAN RTK TIDES
Sistem dari RTK tides ini adalah dengan memanfaatkan receiver GNSS yang bisa
mendapatkan koordinat 3 dimensi (x, y, z atau Lintang, Bujur, tinggi) yang memiliki
referensi terhadap ellipsoid, juga memanfaatkan transducer yang mengukur kedalaman
kolom air. Prinsipnya adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Prinsip RTK Tides


Keterangan:
 T’ : tinggi muka air laut terhadap datum vertikal
 A : tinggi antena GNSS terhadap ellipsoid
 H : tinggi antena GNSS terhadap draft transducer
 B : kedalaman terukur
 D : draft transducer
 CS : kedalaman terhadap datum vertikal
 K : tinggi geoid terhadap chart datum
 N : undulasi

Untuk mendapatkan koreksi pasang surut (T) terhadap bidang referensi vertikal
yang diinginkan adalah berikut :
T=N–K–A–H–D

NABIL AMIRUL HAQ


8. PENENTUAN REFERENSI ELEVASI
Setelah itu kita perlu mencari referensi elevasi suatu BM dari rambu pasut dengan
cara berikut :

Gambar 7. Prinsip RTK Tides

NABIL AMIRUL HAQ


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas


Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses
pada tanggal 11 September 2019 pukul 13.00WIB.
Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).

NABIL AMIRUL HAQ

Anda mungkin juga menyukai