Anda di halaman 1dari 37

DI SUSUN OLEH : M DHENY NUGRAHA ( 21311029 )

: ANDI WIJAYA ( 21311032 )


: NOFRA GUSNADI ( 21311017 )
: ROBIE OKUPA ( 21311021 )
: BAHRUL ULUM ( 21311034 )
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS BESAR STRUKTUR KAYU


DISUSUN OLEH :
M Dheny Nugraha
Andi Wijaya
Nofra Gusnadi
Robie Okupa
Bahrul Ulum

MENYETUJUI

Dosen Struktur Kayu

Zulmahdi Darwis, ST., M.Eng.


NIP. 19770618 2008 011 005
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat,
berkah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar ini yang
berjudul STRUKTUR KAYU dari mata kuliah STRUKTUR KAYU.

Makalah ini disusun agar dapat menambah referensi pustaka yang


berhubungan dengan Struktur Kayu dan Perhitungan Kuda Kuda Kayu sebagai salah
satu pemenuhan Tugas Besar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua sumber-sumber media dan


buku buku yang telah saya jadikan referensi untuk penyusunan tugas besar ini, semoga
dapat memberikan terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Kami berharap,
semoga informasi dan perhitungan yang ada dalam tugas besar ini dapat berguna bagi
kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Kami menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari sempurna, masih ada
kekurangan dan kesalahannya. Saya menerima kritik dan saran yang membantu guna
penyempurnaan makalah ini.

Serang, April 2014

Penulis
LEMBAR ASISTENSI

No Tanggal Asistensi Paraf


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu,
kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kayu sampai saat
ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang untuk memenuhi kebutuhan seperti
veneer biasa, veneer mewah, korek api, patung dan ukiran kayu, bantalan kereta api,
perkakas (mebel), arang dan untuk bahan konstruksi bangunan.
Penyelidikan perumahan dengan memanfaatkan material local sebagai bahan
utama struktur dapat mengurangi biaya konstruksi dan membuka lapangan pekerjaan.
Upaya-upaya untuk pemanfaatan material- material local sebagai bahan struktur di
negara kita perlu di kembangkan mengingat bangsa kita memiliki potensi sumber daya
alam yang beraneka ragam. Bukan hanya desain rumah dan gedung atau bangunan
besar saja yang memiliki bentuk atap yang tertentu, namun desain desain rumah masa
kini pun mempunyai atap rumah yang beragam. Agar bentuk atap yang direncanakan
sesuai dengan rencana maka perlu dibuatkan gambar rencana rangka atap yang sesuai.
Atap adalah bagian atas dari suatu bangunan, yang melindungi gedung dan
penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmo).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan
konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah
satu bagian terpenting.
Menentukan konstruksi atap yang baik adalah tugas yang cukup rumit karena
banyak factor yang saling mempengaruhi seperti bentuk, struktur, konstruksi, maupun
bahan bangunan. Pembentukan atap mengakibatkan persoalan antara bentuk luar dan
ruang atap yang diciptakan. Pada struktur dan konstruksi diadakan sistemrangka batang
atau pelat maupun bahan bangunan yang dipilih sebagai konstruksi atau kuda-kuda atap
sehingga mempengarihi kemiringan.
Rangka atap ini terdiri dari kuda-kuda yang bentuk dan ukuranya sesuai dengan
atap yang direncanakan. Kuda-kuda memegang peranan penting dari atap ke tanah,
umumnya terbuat dari kayu karena murah, ringan, dan mudah didapat. Dibutuhkan
inovasi-inovasi baru mengenai bentuk kuda-kuda dan material penyusunannya ramah
lingkungan dan sesuai dengan kecanggihan teknologi masa kini. Untuk itu perbuatan
bangunan sederhana lebih efektif menggunakan kuda-kuda yang terbuat dari kayu.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu :
1. Untuk menghitung dan menyelesaikan Tugas Besar Struktur Kayu
2. Untuk syarat kelulusan mata kuliah Struktur Kayu

C. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan Tugas Besar Struktur Kayu ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai aplikasi dalam bidang pembangunan yang sesungguhnya sebagai sumbangsih
pemikiran dalam inovasi pembuatan struktur kuda-kuda.
BAB II

TEORI UMUM

A. KAYU
Kayu sebagai hasil tumbuhan hutan merupakan sumber kekayaan alam yang
mengikuti peredam alam dengan rantai bahan yang tidak mengalami perubahan yang
mempengaruhi keseimbangan keadaan entropi maupun peredaran karbon dioksida
(CO2). Sebagai bahan bangunan, kayu dapat diperoses dan dikerjakan dengan mudah,
dengan membandingkan energy sedikit dan akhirnya dapat dimusnahkan tanpa
merusak lingkungan. Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang.
Diperkirakan pada abad-abad yang akan datang kayu masih akan selalu dibutuhkan.
Dari segi manfaat bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama
yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia. Membicarakan masalah kayu,
mengerjakan kayu, atau mengkonstruksikan sesuatu kayu berarti harus mengenal sifat-
sifatnya dan mengingat pohon hidup. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu setiap
tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu hatus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.

1. Berat Jenis Kayu


Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya. Berat jenis adalah perbandingan antara kepadatan kayu dengan
kepadatan air pada volume yang sama. Kayu terdiri dari bagian pada (sel kayu), air dan
udara. Ketika kayu dimasukan kedalam oven atau dikeringkan maka volume yang
tinggal adalah volume bagian padat dan volume udara saja sedangkan airnya sudah
menguap/hilang. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan berat jenisnya (BJ).
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisaran antara BJ minimum 0,2
(kayu biasa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya semakin tinggi BJ kayu, semakin
berat dan semakin kuat pula kayunya.
2. Sifat Mekanik Pada Kayu yaitu :
a. Keteguhan Tarik
Keteguhan Tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha menarik kayu, terdapat dua macam keteguhan Tarik, yaitu :
Keteguhan Tarik sejajar arah serat dan
Keteguhan Tarik tegak lurus arah serat
Kekuatan Tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.
b. Keteguhan Tekan atau Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan/beban. Terdapat dua keteguhan tekan, yaitu :
Keteguhan Tekan sejajar arah serat dan
Keteguhan Tekan tegak lurus arah serat
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil dari pada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.
c. Keteguhan geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
membuat suatu bagian kayu tutur bergeser dari bagian lain di dekatnya.
Terdapat tiga macam keteguhan geser, yaitu
Keteguhan geser arah sejajar serat
Keteguhan geser tegak lurus arah serat.
Keteguhan geser miring.
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat
d. Keteguhan lengkung (Lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang
berusahan melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup
selain beban pukulan. Terhadap dua macam keteguhan lengkung, yaitu:
Keteguhan lengkung statis, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenai secara perlahan-lahan.
Keteguhan lengkungan pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
e. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk
atau lengkung. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
f. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang
relative besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan
perubahan yang permanen dan kerusakan sebagian.
g. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang
membuaat takik atau lekukan atai kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan
keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap
pengausan kayu.
h. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik
dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya, keteguhan belah yang
tinggi sangat baik untuk pembuatan ukiran-ukiran (patung). Pada umumnya,
kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari arah tangensial.
Karena kayu merupakan bahan bangunan alam maka dari pohonnya
kayu dapat dibentuk berbagai macam ukuran yang berupa balok dan papan. Di
perdagangkan, ukuran kayu umumnya sudah ditentukan, antara lain (ukuran
dalam CM)
6/12; 6/10; 8/12; 10/10; 15/15 Disebut balok
2/15; 2/20; 3/25; 3/30; 4/40 Disebut papan
4/6; 5/7 Disebut usuk atau kaso
2/3; 3/4 Disebut reng
1/3; 1/4; 1/6 Disebut plepet

Konstruksi bangunan kayu adalah ilmu yang sangat kompleks. Tidak ada
penyelesaian yang pasti bagi suatu permasalahan seperti pada ilmu matematika.
Tetapi, ilmu konstruksi kayu mutahir yang berdasarkan penelitian dan ilmu
pengetahuan teknik dapat memberikan penyelesaian yang optimal dengan
menghindari cacat konstruksi pada setiap bangunan. Konstruksi kayu
mengalami perkembangan luar biasa sejak perang dunia kedua, walaupun
belum demikian terwujud pada bangunan Indonesia.
B. Konstruksi Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda kayu di Indonesia sangat kuat dalam hal khazanah
arsitektur dan kebudaan yang beragam-ragam. Konstruksi kuda-kuda kayu umumnya
merupakan suatu konstruksi penyanggah atau pendukung utama dari atap. Konstruksi
kuda-kuda kayu mempunyai syarat tidak boleh berubah bentuk, terutama jika sudah
berfungsi. Beban-beban atap yang harus diterima konstruksi kuda-kuda kayu melalui
gording-gording yang sedapat mungkin disalurkan/diterima tepat pada titik buhul.
Dengan demikian rangka batang dapat bekerja sesuai dengan perhitungan besarnya
gaya-gaya batang dan juga batang tersebut tidak terjadi tegangan lentur melainkan
hanya terdapat tegangan normal tekan dan tarik. Dimensi konstruksi kuda-kuda kayu
umumnya tidak ditentukan oleh perhitungan yang disebabkan oleh beban saja,
melaikan banyak juga yang ditentukan oleh persyaratan-persyaratan cara tata letak
sambung. Perhitungan harus mempertimbangkan beban-beban yang ada diatap biasa
disebut beban nominal, yaitu beban yang ditentukan dalam Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987. SNI 03-1727-1989 Tata
cara perencanaan pembebanan rumah dan gedung atau penggantinya.
Beban nominal yang ditinjau adalah sebagai berikut:
D : beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, atap,
plafon, partisitetap, tangga, peralatan layap tetap.
L : beban hidup yang timbul oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh kejut, tetapi
tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La : beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan
material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air
W : beban angina termasuk dengan memperhitungkan bentuk aerodinamik bangunan dan
peninjauan terhadap pengaruh terhadap angina topan, puyuh, tornado bila diperlukan.
E : beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989, atau penggantinya.

Kombinasi Pembebanan

Perencanaan struktur dengan menggunakan kombinasi pembebanan yang dipakai


adalah sebagai berikut :

1.4D
1.2D + 0.5La
1.2D + 1.6 La + 0.8 W
1.2D + 1.3W + 0.5 La

Kerena keterbatasan panjang kayu yang ada perdagangakan maka untuk suatu
konstruksi kayu yang panjang diperlukan adanya sambungan kayu. Pengertian
sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu
sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan kayu tanpa
alat-alat sambungan sederhana seperti pengikatan, paku, pasak, kelam, atau besi
strip berfungsi sebagai pengaman pada titik letak sambungan.

C. Beban yang bekerja pada atap


a. Beban Mati (G)
Diasumsikan bekerja vertical pada tiap titik tepi atas, sendiri terdiri :
a. Berat penutup atap + gorging
Gg = g (kg/m) x 1 (m) (kg)
g = lihat pembebanan pada gording
l = jarak antara kuda-kuda
b. Beban pengguna (P)
Karena beban ini kecil sekali pengaruhnya pada kuda-kuda, maka
dapat diabaikan.
c. Beban sendiri kuda-kuda (Gk)
Untuk menentukan B.S kuda-kuda dilakukan dengan cara menaksir
terlebih dahulu menggunakan pendekatan sbb.
gk.L
Gk = n1 ()(2-1)

Dimana :
L = penjang bentang kuda-kuda
I = jarak antara kuda-kuda
n = jumlah titik simpul pada batang tepi atas
gk = b.s kuda-kuda
d. Berat ikatan angin dan alat sambung Gia
Biasanya diambil sebesar 25% dari b.s kuda-kuda.
Jadi besarnya beban mati adalah:
= + + .(2-2)
b. Beban Angin
Tekanan angin tergantung pada bentuk dan tinggi konstruksi serta
besarnya kemiringan atap, dan juga tergantung dari lokasi dimana akan
dibangun dibuat.
Bagian bangunan yang berhadapan dengan datangnya angin menerima
angin tekan dan bagian dibelakangnya menerima angin. Beban angin bekerja
pada bidang yang dikenainya. Pada konstruksi rangka kuda-kuda, beban angin
diasumsikan bekerja di bidang atap pada tiap titik simpul batang tepi atap.
Beban angin terdiri dari :
a. Angin Tekan (W)
W = c.l.a.Wa ..( 2-3 )
b. Angin Hisap
W = -0,4.l.a.Wa ..( 2-4 )
Dimana :
W = tekanan angin/titik simpul
c = koefisien angin tekan
l = jarak kuda-kuda
a = jarak titik simpul
Wa = tekanan angin per m2
-0,4 = koefisien angin hisap
c. Beban Plafon
Untuk bangunan yang ada konstruksi plafon perlu dihitung beban plafon pada
kuda-kuda. Beban plafon dianggap vertical pada tiap titik simpul batang tepi
bawah.
Pf = . l . gf (kg) (2-5)
Pf = berat plafon per titik simpul
= jarak antara titik simpul batang tepi bawah
l = jarak antara kuda-kuda
gf = berat per m2 plafond

D. Alat Sambung
Alat sambung yang dipakai untuk tugas besar struktur kayu ini adalah paku. Paku
merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu.
Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam
berbagai bentuk, dari paku lolos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat
dikenali dari panjang paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditujukan pada
gambar 2.1

Gambar 2.1
Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki kuat cabut
yang besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering menyebabkan pecahnya
kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah dapa kayu, namun karena
ujung tumpung tersebut merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula.
Kepala paku, badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter sunk)
umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kapala paku ini umumnya
sebnding dengan diameter paku. Paku kepala benam di masukan untuk dipasang masuk
terbenam dalam kayu.

E. Spesifikasi Bahan
Bahan untuk kuda-kuda kali ini harus dipilih dari kayu yang baik dan ukurannya
mencukupi dengan ukuran yang dibutuhkan dan mencakup soal yang diberikan. Kayu
bangkirai memiliki mutu kayu E23 dengan dimensi 12cm x 14cm.
F. Kayu Bangkirai
Di dalam negeri lebih dikenal dengan nama kayu bengkirai, sedangkan di luar Indonesia
lebih dikenal dengan nama Yellow Balau atau kadang hanya disebut Balau, yang
sebenarnya merupakan nama dari Malaysia. Kayu ini banyak di temukan di Indonesia,
Malaysia, & Filipina. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan rata-rata kayu
bangkirai, kruing dan kelapa secara beturut-turut untuk kuat tekan sebesar 222,88
kg/cm2, 152,95 kg/cm2 dan 171,12 kg/cm2, serta kuat lentur 435,91 kg/cm2, 194,42
kg/cm2 dan 181,49 kg/cm2, serta untuk kuat geser 18,81 kg/cm2, 19,14 kg/cm2 dan 8,20
kg/cm2. Hasil ini juga menunjukan, bahwa ketiga kayu tersebut termasuk kelas kuat I
terhadap kuat tekan dan kuat lentur. Untuk kuat geser, kayu bangkirai dan ruing
termasuk kelas kuat II, sedangkan kayu kelapa termasuk kelas kuat III.
a. Pohon
Bangkirai bisa berdiameter hingga 120 cm dan tinggi pohon mencapai 40 m.
Diameter rata-rata adalah 70-90 cm.
b. Warna Kayu
Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut
yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan
warna gubal lebil terang. Pada saat baru saja dibelah/dipotong, bagian kayu teras
terkadang terlihat coklat kemerahan.
c. Densitas
Kekerasan kayu Bangkirai cukup tinggi, antara 880-990 kg/cm3 pada
kekeringan MC 12%. Bahkan bisa mencapai 1050 kg/cm3.
d. Pengeringan
Proses pengeringan Bangkirai dengan suhu normal adalah 12-25 hari. Resiko
paling besar adalah kayu melengkung arau bahkan retak pada saat masih di
dalam ruang.
e. Proses mesin
Jenis serat dengan ikatan kuat, proses mesin akan cukup mudah dan halus,
namun setelah beberapa jam berada di udara terbuka, serat bangkirai memiliki
kecenderungan terbuka dan menlintir sehingga kurang cocok untuk konstruksi
yang membutuhkan kesetabilan tinggi.
f. Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis pada
kadar air 15%.

Kode Modulus Kuat Kuat Tarik Kuat Tekan Kuat Kuat Tekan
Mutu Elastisitas Lentur Sejajar Sejajar Geser Tegak Lurus
Lentur Serat Serat Serat
Ew Fb Ft Fc Fv Fc
E26 25000 66 60 46 6.6 24

E25 24000 62 58 45 6.5 23

E24 23000 59 56 45 6.4 22

E23 22000 56 53 43 6.2 21

E22 21000 54 50 41 6.1 20

E21 20000 56 47 40 5.9 19

E20 19000 47 44 39 5.8 18

E19 18000 44 42 37 5.6 17

E18 17000 42 39 35 5.4 16

E17 16000 38 36 34 5.4 15

E16 15000 35 33 33 5.2 14

E15 14000 32 31 31 5.1 13

E14 13000 30 28 30 4.9 12

E13 14000 27 25 28 4.8 11

E12 13000 23 22 27 4.6 11

E11 12000 20 19 25 4.5 10

E10 11000 18 17 24 4.3 9


BAB III

ANALISA PEMBEBANAN

S11 S12

F G
S13

S7 S8 S10
S5
S6 S9
40
S1 S2 S3 S4
A C D E B

200 200 200 200

800

Ketentuan :

1. Jenis Atap : Genting


2. Jenis Kayu : Bangkarai Balau
3. Jarak Kuda-kuda : 3,5 m
4. Bentang :8m
5. Sudut : 40
6. Macam Sambungan : Paku
7. Gaya Angin : 25 kg/m2
8. Mutu Kayu : E-23
9. P : 4 kN
Tabel 2.1 Panjang Batang

Panjang
Nama
No Batang Keterangan
Batang
(m)

1 S1 2,00 Batang Datar

2 S2 2,00 Batang Datar

3 S3 2,00 Batang Datar

4 S4 2,00 Batang Datar

5 S5 2,61 Batang Miring

6 S6 1,68 Batang Tegak

7 S7 2,61 Batang Miring

8 S8 2,61 Batang Miring

9 S9 1,68 Batang Tegak

10 S10 2,61 Batang Miring

11 S11 2,61 Batang Miring

12 S12 2,61 Batang Miring

13 S13 3,36 Batang Tegak

S 30,38 Jumlah Panjang Batang


A. Beban yang Bekerja
1. Beban Atap (Genting) = 50 kg/m2
2. a. Beban Langit-langit = 11 kg/m2
b. Beban Penggantung = 7 kg/m2
3. Berat Kuda-kuda
a. Penjang bentang =8m
b.Jarak kuda-kuda = 3,5 m
c. Berat kuda-kuda = 990 kg/m3
4. Berat Gording
Ukuran Kayu (b) = 0,12 m
(h) = 0,14 m
Jenis kayu = Bangkirai
Berat Jenis kayu = 0,99 g/cm3 = 990 kg/m3
Berat Gording = b x h x BJ x L
= 58,212 kg

261 a1 a1 = 2,61 m
a2 = 2,61 m
261 X

X = 1/2 a1 + 1/2 a2
261 a2
= 1/2 x 2,61 + 1/2 x 2,61
= 2,61 m

a. Chek terhadap beban tetap


Berat gording = b x h x BJ
= 0,12 x 0,14 x 990
= 16,632
Berat Atap = Beban Atap x X
= 50 kg/m2 x 2,61
= 130,50 kg/m
qa = Berat Gording + Berat Atap
= 16,632 + 130,50
= 147,132 kg/m
I. Chek Lentur
Dukungan Jepit Jepit
M = 1/12 x qa x L2 + 1/8 x p x L
= 1/12 x 147,132 x 3,52 + 1/8 x 100 x 3,5
= 193,947 kg/m

M cos = 193,947 cos 40


= 148,572

M sin = 193,947 sin 40


= 124,667

Wx = 1/6 x b x h2
= 1/6 x 0,12 x (0,14)2
= 0,00039 m3

Wy = 1/6 x b2 x h
= 1/6 x (0,12)2 x 0,14
= 0,00034

cos sin
lt = +

148,572 124,667
= +
0,00039 0,00034
= 747621,64 kg/m2
= 74,762 kg/cm2
74,762 kg/cm2 < lt (daftar II PKKI 1961 hal.6)
74,762 kg/cm2 < 100 kg/cm2
II. Chek Lendutan
Akibat Beban Merata
M = 1/384 x qa x L4
= 1/384 x 147,132 x 3,54
= 57,4974 kg/m3

M cos = 57,4974 cos 40


= 44,046 kg/m3

M sin = 57,4974 sin 40


= 63,959 kg/m3

lx = 1/12 x b x h3
= 1/12 x 0,12 x (0,14)3
= 0,0000274 m4

ly = 1/12 x b3 x h
= 1/12 x (0,12)3 x 0,14
= 0,0000202 m4
E = 22000 kg/cm2 = 2,2E+8 kg/m2 (daftar I PKKI 1961 hal.6)
.cos
Fx = = 7,31 E-3 m
.
.sin
Fy = = 1,44 E-3 m
.

F1 = 2 + 2 = 7,45 E-3 m

Akibat Beban Terpusat


P = 4 kN
M = 1/192 x P x L3
= 1/192 x 4 x 3,53
= 0,893
M cos = 0,893 x cos 40
= 0,684 kg/m3
M sin = 0,893 x sin 40
= 0,574 kg/m3
.cos
Fx = = 1,13 E-4 m
.
.sin
Fy = = 1,29 E-4 m
.

F2 = 2 + 2 = 1,72 E-4 m
F = 7,45 E-3 m + 1,72 E-4 m
= 7,62 E-3 < 2 cm

b. Check Terhadap Beban Sementara + Tetap


Berat Gording = b x h x BJ
= 16,632 kg/m
Qangin = 25 kg/m2 (PPPURG 1983 hal.18)
Beban Angin (Tekan) = Qangin x Koef x X
= Qangin x ( 0,02 x 0,4 ) x X
= 25 x ( 0,02 x 40 0,4 ) x 2,61
= 26,10 kg/m
Beban Atap = Berat Atap x X
= 130,50 kg/m

qb = Berat Gording + Beban Angin + Beban Atap


= 16,632 + 26,10 + 130,50
= 173,23 kg/m
III. Check Lentur
Dukungan Jepit-Jepit
M = 1/12 x qb x L2
= 176,839 kg/m

M.cos = 176,839 cos 40


= 135,467 kg/m

M.sin = 176,839 sin 40


= 113,669 kg/m
Wx = 1/6 x b x h2
= 1/6 x 0,12 x 0,142
= 0,000392 m3

Wy = 1/6 x b2 x h
= 1/6 x 0,122 x 0,14
= 0,000336 m3

.cos .sin
lt = +

135,467 113,669
= +
0,000392 0,000336
= 683879,68 kg/m2 = 68,388 kg/cm2 < lt (daftar II PKKI 1961 hal.6)
= 68,388 kg/cm2 < 100 kg/cm3

B. Beban akibat muatan mati


1. Berat kuda-kuda
Berat kuda-kuda = b x h x BJ x Panjang Total Batang
= 0,12 x 0,14 x 990 x 30,38
= 505,28 kg

Berat total kuda-kuda = Berat kuda-kuda + Berat alat sambung


= 505,28 + (10% x 505,28)
= 555,8 kg


Berat Tiap Joint =

555,8
=
8
= 69,475 kg
2. Berat gording = Berat sendiri x L
= 16,632 x 3,5
= 58,212 kg
3. Berat Atap
a. Penutup Atap = Genting
q Atap = 50 kg/m2 (PPPURG 87 hal.6)
Buhul A=B = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 50 x 3,5 x 2,61/2
= 228,38 kg
Buhul F=G = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 50 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 456,75 kg
Buhul H = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 50 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 456,75 kg

4. Berat langit langit dan penggantung


Jenis Plafon = Eternit
Berat Plafon + Penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m2 (PPPURG 87 hal.6)
Buhul A=B = Berat Sendiri x L x Panjang Datar Batang
= 18 x 3,5 x 2/2
= 63 kg
Buhul C=E = Berat Sendiri x L x Panjang Datar Batang
= 18 x 3,5 x (2 + 2)/2
= 126 kg

Buhul D = Berat Sendiri x L x Panjang Datar Batang


= 18 x 3,5 x (2 + 2)/2
= 126 kg
C. Beban Hidup
1. Beban Pekerja
a. Beban Pekerja (Tepi) = 200 kg (PPPURG 87 hal.8)
b.Beban Pekerja (Tengah) = 100 kg (PPPURG 87 hal.8)

2. Beban Air Hujan


a. Berat = (40 0,8.) kg/m2 (PPPURG 87 hal.8)
= (40 0,8 x 40) = 8 kg/m2
b.Berat tiap-tiap buhul
Buhul A=B = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 8 x 3,5 x 2,61/2
= 36,54 kg

Buhul F=G = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang


= 8 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 73,08 kg

Buhul H = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang


= 8 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 73,08 kg

D. Beban Angin
Berat (P) = 25 kg/m2
Berat tiap tiap buhul

a. Buhul A=B
Akibat angin kiri
Tekan = (0,02 0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= 0,4 x 25 x 3,5 x 2,61/2
= 45,68 kg

Akibat Angin Kanan


Hisap = (-0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= (-0,4) x 25 x 3,5 x 2,61/2
= -45,68 kg

b. Buhul F=G
Akibat angin kiri
Tekan = (0,02 0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= 0,4 x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 91,35 kg
Akibat Angin Kanan
Hisap = (-0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= (-0,4) x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= -91,35 kg

c. Buhul H
Akibat angin kiri
Tekan = (0,02 0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= 0,4 x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 91,35 kg

Akibat Angin Kanan


Hisap = (-0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= (-0,4) x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= -91,35 kg
REAKSI BATANG

A. BEBAN MATI
584,437

S11 S12

584,437 584,437

F S13 G

S10
S7 S8
S5
S6 S9
413,067 413,067
40
S1 S2 S3 S4

A C D E B

195,475 195,475 195,475

200 200 200 200

800

MB = 0

8 RAV 413,067 x 8 584,537 x 6 195,475 x 6 584,437 x 4 195,475 x 4 584,437 x 2


195,475 x 2 = 0
8 RAV 3304,536 3507,222 1172,850 2337,748 781,90 1168,874 390,95 = 0
8 RAV = 12664,08
RAV = RBV = 1583,01 kg ( SIMETRIS )
KONTROL
V = 0
RAV + RBV -P = 0
1583,01 + 1583,01 (413,067 x 2) (195,475 x 3) (584,437 x 3) 69,475 = 0
3166,02 3165,87 = 0 Ok
Titik Buhul A

413,067 V = 0
S5
S5 sin 40 + RAV 413,067 = 0
S5 sin 40 + 1583,01 413,067 = 0
S1
1169,943
A S5 =
0,643
= - 1819,507 kg

H = 0
S1 + S5 cos 40 = 0
S1 + (-1819,507 x 0,766) = 0
S1 = 1393,742 kg

Titik Buhul C

V = 0
S6
S6 195,476 = 0

S1 S2 S6 = 195,476 kg
C
H = 0
195,475
S1 S2 = 0
1393,437 S2 = 0
S2 = 1393,437 kg
Titik Buhul F
V = 0
584,437
S11 S11 sin 40 584,437 S5 sin 40 S7 sin 40 S6 = 0

F 0,643 S11 584,437 1169,557 0,643 S7 195,473 = 0

S5 S7 0,643 S11 0,643 S7 = - 389,647 . *


S6
H = 0
-S5 COS 40 + S11 COS 40 +S7 COS 40 = 0
1393,823 + 0,766 S11 + 0,766 S7 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 = - 1393,823 .**
Eliminasi

0,643 S11 0,643 S7 = - 389,647 X 0,766


0,766 S11 + 0,766 S7 = - 1393,823 X 0,643
0,493 S11 0,493 S7 = - 298,469
0,493 S11 + 0,493 S7 = - 896,228 -
-0,986 S7 = 597,759 .
S7 = 597,759 / - 0,986 = - 606,246 kg
0,643 S11 0,643 ( -606,246 ) = - 389,647
0,643 S11 = - 779,463
S11 = - 779,463 / 0,643 = - 1212,229 kg

Titik Buhul H

584,437 v = 0

-S13 584,457 S12 SIN 40 S11 SIN 40 = 0


H -S13 584,457 + 779,206 + 779,206 = 0
S13 = 973,955 kg
S11 S12

S13
B. BEBAN HIDUP
100

S11 S12

100 100

F S13 G

S10
S7 S8
S5
S6 S9
200 200
40
S1 S2 S3 S4

A C D E B

200 200 200 200

800

MB = MA = 0
RAV.8 200.8 100.6 100.4 100.2 = 0
RAV.8 1600 600 400 200 = 0
8 RAV = 2800
RAV = 2800 / 8 = 350 kg ( Simetris )

Titik Buhul A
V = 0

200 S5 RAV + S5 sin 40 200 = 0


350 + 0,643 . S5 200 = 0
S1
A 0,643 S5 = - 150
RAV S5 = - 233,281 kg

H = 0
S5 COS 40 + S1 = 0
233,281 . 0,766 + S1 = 0
S1 = - 178,704 kg
Titik Buhul C
V = 0

S6 S6 -100 = 0
S6 = 100 kg
S1 S2
C
H = 0
S1 S2 = 0
-178,704 S2 = 0
S2 = - 178, 704 kg

Titik Buhul F

100 V = 0
S11
S11 SIN 40 100 S6 S7 SIN 40 S5 SIN 40 = 0
F 0,643 S11 100 100 0,643 S7 + 149,950 = 0

S7 0,643 S11 0,643 S7 = 50,05 *


S5
S6

H = 0
S5 COS 40 S11 COS 40 S7 COS 40 = 0
-233,281 . 0,766 0,766 S11 0,766 S7 = 0
0,766 S11 0,766 S7 = 178,693 .**
Eliminasi

0,643 S11 0,643 S7 = 50,05 X 0,766


-0,766 S11 0,766 S7 = 178,693 X 0,643
0,493 S11 0,493 S7 = 38,388
-0,493 S11 0,493 S7 = 114,899 +
-0,986 S7 = 153, 237
S7 = 153,237 / -0,986 = - 155,413 kg
0,643 S11 0,643 (-155,413) = 50,05
0,643 S11 + 99,931 = 50,05
S11 = -49,881 / 0,643 = - 77,574 kg
Titik Buhul H
V = 0
100
-S13 100 S11 SIN 40 S12 SIN 40 = 0
-S13 100 + 49,864 + 49,864 = 0
H
S12 S13 = - 0,273 kg
S11

S13
C. BEBAN HUJAN
73,08

S11 S12

73,08
73,08

F S13 G

S10
S7 S8
S5
S6 S9
36,54 36,54
40
S1 S2 S3 S4

A C D E B

200 200 200 200

800

MB = 0
RAV . 8 36,54 . 8 73,08 . 6 73,08 . 4 73,08 . 2 = 0
8RAV 292,32 438,48 292,32 146,16 = 0
8RAV = 1169,28
RAV = 1169,28 / 8 = 146,16
RAV = RBV = 146,16 kg ( Simetris )

Titik Buhul A
V = 0
36,54
S5
RAV 36,54 + S5 SIN 40 = 0

S1 146,16 36,54 + 0,643 S5 = 0


A
0,643 S5 = - 109,62
RAV
S5 = - 109,62 / 0,643 = - 170,482 kg
H = 0
S1 + S5 COS 40 = 0
S1 + (-170,482 . 0,766 ) = 0
S1 130,589 = 0
S1 = 130,589 kg
Titik Buhul C
V = 0
S6 73,08 = 0
S6
S6 = 73,08 kg
S1 S2
C

H = 0
S2 S1 = 0
S2 130,589 = 0
S2 = 130,589

Titik Buhul F

73,08
S11

F V = 0
S7
S5 S11 SIN 40 S7 SIN 40 S6 S5 SIN 40 73,08 = 0
S6
0,643 S11 0,643 S7 73,08 + 109,619 73,08 = 0
0,643 S11 0,643 S7 = 36,54 *

H = 0
S11 COS 40 + S7 COS 40 S5 COS 40 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 + 130,589 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 = - 130,589 ..**

Eliminasi

0,643 S11 0,643 S7 = 36,54 X 0,766


0,766 S11 + 0,766 S7 = - 130,589 X 0,643
0,493 S11 0,493 S7 = 27,989
0,493 S11 + 0,493 S7 = - 83,97 -
0,986 S7 = 111,989 .
S7 = 111,989 / 0,986 = 113,549 kg
0,643 S11 0,643 (113,549) = 36,54
0,643 S11 = 109,552
S11 = 109,552 / 0,643 = 170,376 kg

Titik Buhul H

73,08
V = 0
-S13 73,08 S11 SIN 40 S12 SIN 40 = 0
H
S12 -S13 73,08 109,552 109,552 = 0
S11
-S13 292,184 = 0
S13
S13 = - 292,184 kg
D. BEBAN ANGIN

69,98 69,98

58,72 H 58,72

S11 S12

69,98 69,98

58,72 F S13 G 58,72

S10
S7 S8
S5
S6 S9
34,99 34,99
40
S1 S2 S3 S4
29,36 29,36
A C D E B

200 200 200 200

800

MB = 0
RAV.8 34,99 . 8 69,98 . 6 69,98 . 4 + 69,98 . 4 + 69,98 . 2 = 0
8RAV 279,92 419,88 279,92 + 279,92 + 139,96 = 0
8RAV 559,84 = 0
RAV = 559,84 / 8 = 69,98 kg
RAV = RBV = 69,98 ( SIMETRIS )

H = 0
RAH 29,36 58,72 58,72 58,72 58,72 29,36 = 0
RAH = 293,6 kg

Titik Buhul A

34,99 S5
V = 0
S5 SIN 40 + 69,98 34,99 = 0
29,36 S1
0,643 S5 = - 34,99
A
RAV S5 = 34,99 / 0,643 = 54,37 kg
H = 0
S1 + S5 COS 40 + 29,36 293,6 = 0
S1 + 41,65 + 29,36 293,6 = 0
S1 = 222,59 kg

Titik Buhul C
V = 0
69,98
S6 69,98 = 0
S6 S6 = 69,98 kg
S1 S2
C

H = 0
S2 S1 = 0
S2 222,59 = 0
S2 = 222,59 kg

Titik Buhul F

69,98 V = 0
S11
S11 SIN 40 S7 SIN 40 - 69,98 S6 S5 SIN 40 = 0

58,72 F 0,643 S11 0,643 S7 69,98 69,98 34,96 = 0


S7 0,643 S11 0,643 S7 = 174,92 ..*
S5 S6

H = 0
S11 COS 40 + S7 COS 40 58,72 S5 COS 40 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 58,72 41,65 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 = 100,37 **
ELIMINASI * DAN **

0,643 S11 0,643 S7 = 174,92 X 0,766


0,766 S11 + 0,766 S7 = 100,37 X 0,643
0,493 S11 0,493 S7 = 133,99
0,493 S11 + 0,493 S7 = 64,538 -
0,986 S7 = 69,452
S7 = 69,452 / 0,986 = 70,438 kg
0,643 S11 0,643 S7 = 174,92
0,643 S11 0,643 (70,438) = 174,92
0,643 S11 = 220,212
S11 = 220,212 / 0,643 = 342,475 kg

Titik Buhul H

69,98 69,98 V = 0
-S13 S11 SIN 40 S12 SIN 40 69,98 + 69,98 = 0
58,72 H 58,72
-S13 220,212 220,212 = 0
S11 S12
-S13 = 440,424

S13 S13 = - 440,424 kg

Anda mungkin juga menyukai