MENYETUJUI
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat,
berkah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar ini yang
berjudul STRUKTUR KAYU dari mata kuliah STRUKTUR KAYU.
Kami menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari sempurna, masih ada
kekurangan dan kesalahannya. Saya menerima kritik dan saran yang membantu guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
LEMBAR ASISTENSI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu,
kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kayu sampai saat
ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang untuk memenuhi kebutuhan seperti
veneer biasa, veneer mewah, korek api, patung dan ukiran kayu, bantalan kereta api,
perkakas (mebel), arang dan untuk bahan konstruksi bangunan.
Penyelidikan perumahan dengan memanfaatkan material local sebagai bahan
utama struktur dapat mengurangi biaya konstruksi dan membuka lapangan pekerjaan.
Upaya-upaya untuk pemanfaatan material- material local sebagai bahan struktur di
negara kita perlu di kembangkan mengingat bangsa kita memiliki potensi sumber daya
alam yang beraneka ragam. Bukan hanya desain rumah dan gedung atau bangunan
besar saja yang memiliki bentuk atap yang tertentu, namun desain desain rumah masa
kini pun mempunyai atap rumah yang beragam. Agar bentuk atap yang direncanakan
sesuai dengan rencana maka perlu dibuatkan gambar rencana rangka atap yang sesuai.
Atap adalah bagian atas dari suatu bangunan, yang melindungi gedung dan
penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmo).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan
konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah
satu bagian terpenting.
Menentukan konstruksi atap yang baik adalah tugas yang cukup rumit karena
banyak factor yang saling mempengaruhi seperti bentuk, struktur, konstruksi, maupun
bahan bangunan. Pembentukan atap mengakibatkan persoalan antara bentuk luar dan
ruang atap yang diciptakan. Pada struktur dan konstruksi diadakan sistemrangka batang
atau pelat maupun bahan bangunan yang dipilih sebagai konstruksi atau kuda-kuda atap
sehingga mempengarihi kemiringan.
Rangka atap ini terdiri dari kuda-kuda yang bentuk dan ukuranya sesuai dengan
atap yang direncanakan. Kuda-kuda memegang peranan penting dari atap ke tanah,
umumnya terbuat dari kayu karena murah, ringan, dan mudah didapat. Dibutuhkan
inovasi-inovasi baru mengenai bentuk kuda-kuda dan material penyusunannya ramah
lingkungan dan sesuai dengan kecanggihan teknologi masa kini. Untuk itu perbuatan
bangunan sederhana lebih efektif menggunakan kuda-kuda yang terbuat dari kayu.
C. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan Tugas Besar Struktur Kayu ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai aplikasi dalam bidang pembangunan yang sesungguhnya sebagai sumbangsih
pemikiran dalam inovasi pembuatan struktur kuda-kuda.
BAB II
TEORI UMUM
A. KAYU
Kayu sebagai hasil tumbuhan hutan merupakan sumber kekayaan alam yang
mengikuti peredam alam dengan rantai bahan yang tidak mengalami perubahan yang
mempengaruhi keseimbangan keadaan entropi maupun peredaran karbon dioksida
(CO2). Sebagai bahan bangunan, kayu dapat diperoses dan dikerjakan dengan mudah,
dengan membandingkan energy sedikit dan akhirnya dapat dimusnahkan tanpa
merusak lingkungan. Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang.
Diperkirakan pada abad-abad yang akan datang kayu masih akan selalu dibutuhkan.
Dari segi manfaat bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama
yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia. Membicarakan masalah kayu,
mengerjakan kayu, atau mengkonstruksikan sesuatu kayu berarti harus mengenal sifat-
sifatnya dan mengingat pohon hidup. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu setiap
tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu hatus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Konstruksi bangunan kayu adalah ilmu yang sangat kompleks. Tidak ada
penyelesaian yang pasti bagi suatu permasalahan seperti pada ilmu matematika.
Tetapi, ilmu konstruksi kayu mutahir yang berdasarkan penelitian dan ilmu
pengetahuan teknik dapat memberikan penyelesaian yang optimal dengan
menghindari cacat konstruksi pada setiap bangunan. Konstruksi kayu
mengalami perkembangan luar biasa sejak perang dunia kedua, walaupun
belum demikian terwujud pada bangunan Indonesia.
B. Konstruksi Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda kayu di Indonesia sangat kuat dalam hal khazanah
arsitektur dan kebudaan yang beragam-ragam. Konstruksi kuda-kuda kayu umumnya
merupakan suatu konstruksi penyanggah atau pendukung utama dari atap. Konstruksi
kuda-kuda kayu mempunyai syarat tidak boleh berubah bentuk, terutama jika sudah
berfungsi. Beban-beban atap yang harus diterima konstruksi kuda-kuda kayu melalui
gording-gording yang sedapat mungkin disalurkan/diterima tepat pada titik buhul.
Dengan demikian rangka batang dapat bekerja sesuai dengan perhitungan besarnya
gaya-gaya batang dan juga batang tersebut tidak terjadi tegangan lentur melainkan
hanya terdapat tegangan normal tekan dan tarik. Dimensi konstruksi kuda-kuda kayu
umumnya tidak ditentukan oleh perhitungan yang disebabkan oleh beban saja,
melaikan banyak juga yang ditentukan oleh persyaratan-persyaratan cara tata letak
sambung. Perhitungan harus mempertimbangkan beban-beban yang ada diatap biasa
disebut beban nominal, yaitu beban yang ditentukan dalam Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987. SNI 03-1727-1989 Tata
cara perencanaan pembebanan rumah dan gedung atau penggantinya.
Beban nominal yang ditinjau adalah sebagai berikut:
D : beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, atap,
plafon, partisitetap, tangga, peralatan layap tetap.
L : beban hidup yang timbul oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh kejut, tetapi
tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La : beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan
material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air
W : beban angina termasuk dengan memperhitungkan bentuk aerodinamik bangunan dan
peninjauan terhadap pengaruh terhadap angina topan, puyuh, tornado bila diperlukan.
E : beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989, atau penggantinya.
Kombinasi Pembebanan
1.4D
1.2D + 0.5La
1.2D + 1.6 La + 0.8 W
1.2D + 1.3W + 0.5 La
Kerena keterbatasan panjang kayu yang ada perdagangakan maka untuk suatu
konstruksi kayu yang panjang diperlukan adanya sambungan kayu. Pengertian
sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu
sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan kayu tanpa
alat-alat sambungan sederhana seperti pengikatan, paku, pasak, kelam, atau besi
strip berfungsi sebagai pengaman pada titik letak sambungan.
Dimana :
L = penjang bentang kuda-kuda
I = jarak antara kuda-kuda
n = jumlah titik simpul pada batang tepi atas
gk = b.s kuda-kuda
d. Berat ikatan angin dan alat sambung Gia
Biasanya diambil sebesar 25% dari b.s kuda-kuda.
Jadi besarnya beban mati adalah:
= + + .(2-2)
b. Beban Angin
Tekanan angin tergantung pada bentuk dan tinggi konstruksi serta
besarnya kemiringan atap, dan juga tergantung dari lokasi dimana akan
dibangun dibuat.
Bagian bangunan yang berhadapan dengan datangnya angin menerima
angin tekan dan bagian dibelakangnya menerima angin. Beban angin bekerja
pada bidang yang dikenainya. Pada konstruksi rangka kuda-kuda, beban angin
diasumsikan bekerja di bidang atap pada tiap titik simpul batang tepi atap.
Beban angin terdiri dari :
a. Angin Tekan (W)
W = c.l.a.Wa ..( 2-3 )
b. Angin Hisap
W = -0,4.l.a.Wa ..( 2-4 )
Dimana :
W = tekanan angin/titik simpul
c = koefisien angin tekan
l = jarak kuda-kuda
a = jarak titik simpul
Wa = tekanan angin per m2
-0,4 = koefisien angin hisap
c. Beban Plafon
Untuk bangunan yang ada konstruksi plafon perlu dihitung beban plafon pada
kuda-kuda. Beban plafon dianggap vertical pada tiap titik simpul batang tepi
bawah.
Pf = . l . gf (kg) (2-5)
Pf = berat plafon per titik simpul
= jarak antara titik simpul batang tepi bawah
l = jarak antara kuda-kuda
gf = berat per m2 plafond
D. Alat Sambung
Alat sambung yang dipakai untuk tugas besar struktur kayu ini adalah paku. Paku
merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu.
Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam
berbagai bentuk, dari paku lolos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat
dikenali dari panjang paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditujukan pada
gambar 2.1
Gambar 2.1
Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki kuat cabut
yang besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering menyebabkan pecahnya
kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah dapa kayu, namun karena
ujung tumpung tersebut merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula.
Kepala paku, badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter sunk)
umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kapala paku ini umumnya
sebnding dengan diameter paku. Paku kepala benam di masukan untuk dipasang masuk
terbenam dalam kayu.
E. Spesifikasi Bahan
Bahan untuk kuda-kuda kali ini harus dipilih dari kayu yang baik dan ukurannya
mencukupi dengan ukuran yang dibutuhkan dan mencakup soal yang diberikan. Kayu
bangkirai memiliki mutu kayu E23 dengan dimensi 12cm x 14cm.
F. Kayu Bangkirai
Di dalam negeri lebih dikenal dengan nama kayu bengkirai, sedangkan di luar Indonesia
lebih dikenal dengan nama Yellow Balau atau kadang hanya disebut Balau, yang
sebenarnya merupakan nama dari Malaysia. Kayu ini banyak di temukan di Indonesia,
Malaysia, & Filipina. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan rata-rata kayu
bangkirai, kruing dan kelapa secara beturut-turut untuk kuat tekan sebesar 222,88
kg/cm2, 152,95 kg/cm2 dan 171,12 kg/cm2, serta kuat lentur 435,91 kg/cm2, 194,42
kg/cm2 dan 181,49 kg/cm2, serta untuk kuat geser 18,81 kg/cm2, 19,14 kg/cm2 dan 8,20
kg/cm2. Hasil ini juga menunjukan, bahwa ketiga kayu tersebut termasuk kelas kuat I
terhadap kuat tekan dan kuat lentur. Untuk kuat geser, kayu bangkirai dan ruing
termasuk kelas kuat II, sedangkan kayu kelapa termasuk kelas kuat III.
a. Pohon
Bangkirai bisa berdiameter hingga 120 cm dan tinggi pohon mencapai 40 m.
Diameter rata-rata adalah 70-90 cm.
b. Warna Kayu
Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut
yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan
warna gubal lebil terang. Pada saat baru saja dibelah/dipotong, bagian kayu teras
terkadang terlihat coklat kemerahan.
c. Densitas
Kekerasan kayu Bangkirai cukup tinggi, antara 880-990 kg/cm3 pada
kekeringan MC 12%. Bahkan bisa mencapai 1050 kg/cm3.
d. Pengeringan
Proses pengeringan Bangkirai dengan suhu normal adalah 12-25 hari. Resiko
paling besar adalah kayu melengkung arau bahkan retak pada saat masih di
dalam ruang.
e. Proses mesin
Jenis serat dengan ikatan kuat, proses mesin akan cukup mudah dan halus,
namun setelah beberapa jam berada di udara terbuka, serat bangkirai memiliki
kecenderungan terbuka dan menlintir sehingga kurang cocok untuk konstruksi
yang membutuhkan kesetabilan tinggi.
f. Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis pada
kadar air 15%.
Kode Modulus Kuat Kuat Tarik Kuat Tekan Kuat Kuat Tekan
Mutu Elastisitas Lentur Sejajar Sejajar Geser Tegak Lurus
Lentur Serat Serat Serat
Ew Fb Ft Fc Fv Fc
E26 25000 66 60 46 6.6 24
ANALISA PEMBEBANAN
S11 S12
F G
S13
S7 S8 S10
S5
S6 S9
40
S1 S2 S3 S4
A C D E B
800
Ketentuan :
Panjang
Nama
No Batang Keterangan
Batang
(m)
261 a1 a1 = 2,61 m
a2 = 2,61 m
261 X
X = 1/2 a1 + 1/2 a2
261 a2
= 1/2 x 2,61 + 1/2 x 2,61
= 2,61 m
Wx = 1/6 x b x h2
= 1/6 x 0,12 x (0,14)2
= 0,00039 m3
Wy = 1/6 x b2 x h
= 1/6 x (0,12)2 x 0,14
= 0,00034
cos sin
lt = +
148,572 124,667
= +
0,00039 0,00034
= 747621,64 kg/m2
= 74,762 kg/cm2
74,762 kg/cm2 < lt (daftar II PKKI 1961 hal.6)
74,762 kg/cm2 < 100 kg/cm2
II. Chek Lendutan
Akibat Beban Merata
M = 1/384 x qa x L4
= 1/384 x 147,132 x 3,54
= 57,4974 kg/m3
lx = 1/12 x b x h3
= 1/12 x 0,12 x (0,14)3
= 0,0000274 m4
ly = 1/12 x b3 x h
= 1/12 x (0,12)3 x 0,14
= 0,0000202 m4
E = 22000 kg/cm2 = 2,2E+8 kg/m2 (daftar I PKKI 1961 hal.6)
.cos
Fx = = 7,31 E-3 m
.
.sin
Fy = = 1,44 E-3 m
.
F1 = 2 + 2 = 7,45 E-3 m
F2 = 2 + 2 = 1,72 E-4 m
F = 7,45 E-3 m + 1,72 E-4 m
= 7,62 E-3 < 2 cm
Wy = 1/6 x b2 x h
= 1/6 x 0,122 x 0,14
= 0,000336 m3
.cos .sin
lt = +
135,467 113,669
= +
0,000392 0,000336
= 683879,68 kg/m2 = 68,388 kg/cm2 < lt (daftar II PKKI 1961 hal.6)
= 68,388 kg/cm2 < 100 kg/cm3
Berat Tiap Joint =
555,8
=
8
= 69,475 kg
2. Berat gording = Berat sendiri x L
= 16,632 x 3,5
= 58,212 kg
3. Berat Atap
a. Penutup Atap = Genting
q Atap = 50 kg/m2 (PPPURG 87 hal.6)
Buhul A=B = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 50 x 3,5 x 2,61/2
= 228,38 kg
Buhul F=G = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 50 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 456,75 kg
Buhul H = Berat Sendiri x L x Panjang Miring Batang
= 50 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 456,75 kg
D. Beban Angin
Berat (P) = 25 kg/m2
Berat tiap tiap buhul
a. Buhul A=B
Akibat angin kiri
Tekan = (0,02 0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= 0,4 x 25 x 3,5 x 2,61/2
= 45,68 kg
b. Buhul F=G
Akibat angin kiri
Tekan = (0,02 0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= 0,4 x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 91,35 kg
Akibat Angin Kanan
Hisap = (-0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= (-0,4) x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= -91,35 kg
c. Buhul H
Akibat angin kiri
Tekan = (0,02 0,4)P x L x Panjang Miring Batang
= 0,4 x 25 x 3,5 x (2,61 + 2,61)/2
= 91,35 kg
A. BEBAN MATI
584,437
S11 S12
584,437 584,437
F S13 G
S10
S7 S8
S5
S6 S9
413,067 413,067
40
S1 S2 S3 S4
A C D E B
800
MB = 0
413,067 V = 0
S5
S5 sin 40 + RAV 413,067 = 0
S5 sin 40 + 1583,01 413,067 = 0
S1
1169,943
A S5 =
0,643
= - 1819,507 kg
H = 0
S1 + S5 cos 40 = 0
S1 + (-1819,507 x 0,766) = 0
S1 = 1393,742 kg
Titik Buhul C
V = 0
S6
S6 195,476 = 0
S1 S2 S6 = 195,476 kg
C
H = 0
195,475
S1 S2 = 0
1393,437 S2 = 0
S2 = 1393,437 kg
Titik Buhul F
V = 0
584,437
S11 S11 sin 40 584,437 S5 sin 40 S7 sin 40 S6 = 0
Titik Buhul H
584,437 v = 0
S13
B. BEBAN HIDUP
100
S11 S12
100 100
F S13 G
S10
S7 S8
S5
S6 S9
200 200
40
S1 S2 S3 S4
A C D E B
800
MB = MA = 0
RAV.8 200.8 100.6 100.4 100.2 = 0
RAV.8 1600 600 400 200 = 0
8 RAV = 2800
RAV = 2800 / 8 = 350 kg ( Simetris )
Titik Buhul A
V = 0
H = 0
S5 COS 40 + S1 = 0
233,281 . 0,766 + S1 = 0
S1 = - 178,704 kg
Titik Buhul C
V = 0
S6 S6 -100 = 0
S6 = 100 kg
S1 S2
C
H = 0
S1 S2 = 0
-178,704 S2 = 0
S2 = - 178, 704 kg
Titik Buhul F
100 V = 0
S11
S11 SIN 40 100 S6 S7 SIN 40 S5 SIN 40 = 0
F 0,643 S11 100 100 0,643 S7 + 149,950 = 0
H = 0
S5 COS 40 S11 COS 40 S7 COS 40 = 0
-233,281 . 0,766 0,766 S11 0,766 S7 = 0
0,766 S11 0,766 S7 = 178,693 .**
Eliminasi
S13
C. BEBAN HUJAN
73,08
S11 S12
73,08
73,08
F S13 G
S10
S7 S8
S5
S6 S9
36,54 36,54
40
S1 S2 S3 S4
A C D E B
800
MB = 0
RAV . 8 36,54 . 8 73,08 . 6 73,08 . 4 73,08 . 2 = 0
8RAV 292,32 438,48 292,32 146,16 = 0
8RAV = 1169,28
RAV = 1169,28 / 8 = 146,16
RAV = RBV = 146,16 kg ( Simetris )
Titik Buhul A
V = 0
36,54
S5
RAV 36,54 + S5 SIN 40 = 0
H = 0
S2 S1 = 0
S2 130,589 = 0
S2 = 130,589
Titik Buhul F
73,08
S11
F V = 0
S7
S5 S11 SIN 40 S7 SIN 40 S6 S5 SIN 40 73,08 = 0
S6
0,643 S11 0,643 S7 73,08 + 109,619 73,08 = 0
0,643 S11 0,643 S7 = 36,54 *
H = 0
S11 COS 40 + S7 COS 40 S5 COS 40 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 + 130,589 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 = - 130,589 ..**
Eliminasi
Titik Buhul H
73,08
V = 0
-S13 73,08 S11 SIN 40 S12 SIN 40 = 0
H
S12 -S13 73,08 109,552 109,552 = 0
S11
-S13 292,184 = 0
S13
S13 = - 292,184 kg
D. BEBAN ANGIN
69,98 69,98
58,72 H 58,72
S11 S12
69,98 69,98
S10
S7 S8
S5
S6 S9
34,99 34,99
40
S1 S2 S3 S4
29,36 29,36
A C D E B
800
MB = 0
RAV.8 34,99 . 8 69,98 . 6 69,98 . 4 + 69,98 . 4 + 69,98 . 2 = 0
8RAV 279,92 419,88 279,92 + 279,92 + 139,96 = 0
8RAV 559,84 = 0
RAV = 559,84 / 8 = 69,98 kg
RAV = RBV = 69,98 ( SIMETRIS )
H = 0
RAH 29,36 58,72 58,72 58,72 58,72 29,36 = 0
RAH = 293,6 kg
Titik Buhul A
34,99 S5
V = 0
S5 SIN 40 + 69,98 34,99 = 0
29,36 S1
0,643 S5 = - 34,99
A
RAV S5 = 34,99 / 0,643 = 54,37 kg
H = 0
S1 + S5 COS 40 + 29,36 293,6 = 0
S1 + 41,65 + 29,36 293,6 = 0
S1 = 222,59 kg
Titik Buhul C
V = 0
69,98
S6 69,98 = 0
S6 S6 = 69,98 kg
S1 S2
C
H = 0
S2 S1 = 0
S2 222,59 = 0
S2 = 222,59 kg
Titik Buhul F
69,98 V = 0
S11
S11 SIN 40 S7 SIN 40 - 69,98 S6 S5 SIN 40 = 0
H = 0
S11 COS 40 + S7 COS 40 58,72 S5 COS 40 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 58,72 41,65 = 0
0,766 S11 + 0,766 S7 = 100,37 **
ELIMINASI * DAN **
Titik Buhul H
69,98 69,98 V = 0
-S13 S11 SIN 40 S12 SIN 40 69,98 + 69,98 = 0
58,72 H 58,72
-S13 220,212 220,212 = 0
S11 S12
-S13 = 440,424