A. PRESIPITASI
Presipitasi adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer. Presipitasi terjadi ketika
atmosfer menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut. Presipitasi
yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan
beku, hujan rintik, salju, dan hujan es. Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam siklus air,
dan merupakan sumber utama air tawar di planet ini.Diperkirakan sekitar 505.000 km³ air jatuh
sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398,000 km³ diantaranya jatuh di lautan. Presipitasi perlu diukur
untuk mendapatkan data hujan yang sangat berguna bagi pernecanaan hidrologis, semisal perencanaan
pembangunan bendung, dam, dan sebagainya.
Jumlah presipitasi (misal hujan) dinyatakan dalam mm, sedangkan intensitas curah hujan
biasanya dinyatakan dengan jumlah presipitasi dalam satuan waktu tertentu. Derajat curah hujan
merupakan unsur kualitatif dari intensitas curah hujan. Berikut adalah tabel derajat curah hujan dan
intensitas curah hujan:
Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama. Dengan kata lain, akan
terjadi hujan apabila berlangsung tiga kejadian (C. Asdak, 2002) sebagai berikut:
1. Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi
jenuh.
2. Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.
3. Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut ( sebagai hujan ) karena grafitasi.
Menurut Sri Harto (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi
diantara lain berupa :
1. Adanya uap air di atmosphere
2. Faktor-faktor meteorologis
3. Lokasi daerah
4. Adanya rintangan misal adanya gunung.
B. PERIODE ULANG HUJAN
Periode ulang adalah terminologi yang sering digunakan dalam bidang sumberdaya air, yang
kadang difahami secara berbeda oleh berbagai pihak. Definisi fundamental dari hidrologi statistik
mengenai ”periode ulang” ( Haan,1977): “Periode Ulang adalah rerata selang waktu terjadinya suatu
kejadian dengan suatu besaran tertentu atau lebih besar.”
Curah hujan rancangan adalah curah harian maksimum yang mungkin terjadi dalam periode waktu
tertentu misal 5 tahunan, 10 tahunan dan seterusnya. Metode analisis periode ulang hujan maksimum
dapat dilakukan antara lain dapat dilakukan dengan :
Metoda E.J. Gumbel
Metoda Log Pearson III
Metode Iway Kadoya
Jika laju suatu data hidrologi (x) mencapai sesuatu harga tertentu xi atau kurang dari
(xi). Di perkirakan terjadi kurang sekali dalam T tahun, maka T tahun ini di anggap sebagai
periode ulang dari (xi). (xi) ini disebut data dengan kemungkinan T tahun. (Jika data itu
berupa data curah hujan harian, maka disebut curah hujan harian kemungkinan T tahun).
Kemungkinan suatu curah hujan harian melampaui 200 mm dinyatakan dengan rumus (3.27):
W(xi)= f(x) dx
Perioda ulang ( Tr) adalah bilangan terbalik dari kementakan (p):
Tr =1/p………………………………………….( 6.19)
Menyadari keterbatasan persamaan ( 6.19), maka Tr biasanya diprakirakan dari
data curah hujan serial tahunan dengan bentuk persamaan :
Tr= (n + 1)/m …………………………………..……….. (6.20)
n = jumlah tahun yang diamati,
m = peringkat (ranking) yang akan ditentukan dari data curah hujan/debit.
Contoh : Curah hujan/debit terbesar dalam kurun waktu 10 tahun ditentukan sebagai
peringkat 1, curah hujan terbesar kedua sebagai peringkat 2, dan demikian seterusnya.
Katakanlah untuk peringkat 2 adalah curah hujan dengan intensitas 12 cm dalam 24 jam. Jadi
besarnya periode ulang, Tr = (10 + 1)/2= 5,5 tahun untuk curah hujan 12 cm atau lebih besar.
E. floating bucket
Penakar Hujan Tipe Floating Bucket
Penakar hujan otomatis lainnya adalah penakar hujan tipe floating
bucket. Penakar hujan tipe ini digunakan untuk memfasilitasi
perekaman hujan jarak jauh.
Prinsip mekanisme kerja alat penakar hujan otomatis floating
bucket adalah:
Corong menerima air hujan, yang dikumpulkan dalam wadah persegi panjang.
Dengan memanfaatkan gerakan naik pelampung yang ada dalam bejana akibat
tertampungnya hujan.
Pelampung ini berhubungan dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala yang
menghasilkan rekaman data hujan.
Alat ini dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis
Pada saat air hujan yang tertampung mencapai kapasitas penerimaanya akan
dikeluarkan dari bejana dan pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman data
hujan.
F. weighing bucket
Penakar Hujan Tipe Weighing Bucket
Jenis alat penakar hujan ini terdiri dari corong penangkap air
hujan yang ditempatkan dia atas ember penampung air yang
terletak di atas timbangan yang dilengkapi dengan alat pencatat
otomatis.
Cara kerja alat ini adalah:
Alat pencatat otomatis pada timbangan dihubungkan ke permukaan kertas grafik yang
tergulung pada sebuah kaleng silinder.
Dengan demikian setiap terjadi hujan, air hujan tertampung oleh corong akan
dialirkan ke dalam ember yang terletak di atas timbangan.
Setiap ada penambahan air hujan ke dalam ember dapat tercatat pada kertas grafik.
Setiap periode waktu tertentu gulungan kertas dilepaskan untuk dianalisis.
G. optical
Penakar Hujan Tipe Optical
Penakar hujan tipe optical memiliki sensor untuk menangkap
curah hujan sehigga disebut juga sebagai optical sensor. Penakar
hujan ini bekerja dengan sensor lokal karena baru terekam
ketika hujan mengenai sensor yang terpasang. Cara kerja dari
penakar hujan tipe optical adalah:
Penakar hujan tipe ini memiliki beberapa saluran.
Di setiap saluran terdapat diode laser dan photoresistor detector untuk mendeteksi
gambar yang terekam oleh sensor.
Saat air (baca: ekosistem air) telah terkumpul untuk membuat single drop lalu jatuh
ke batang laser.
Sensor diatur di angle yang tepat sehingga laser bisa langsung mendeteksi seperti
lampu flash.
Flash dari photodeterctor ini bisa dibaca dan dikirim ke recorder.
E. ANALISA DATA HUJAN DAN APLIKASINYA
1. Analisis untuk Karakteristik Hujan
a.Pengisian data kosong
b.Pengecekan kualitas data (uji konsistensi)
c.Menentukan hujan rata-rata DPS
d.Analisis tebal dan intensitas hujan terhadap durasi
e.Hubungan intensitas dengan debit maksimum
3. Uji konsistensi
a. Kegunaan: menguji kebenaran data
b. Data hujan disebut konsisten >> data yang terukur dan dihitung adalah teliti
dan benar serta sesuai dengan fenomena saat hujan itu terjadi
c. Data tidak konsisten, disebabkan:
1.Penggantian jenis dan spesifikasi alat
2.Perkembangan lingkungan sekitar pos hujan
3.Pemindahan lokasi pos hujan
d. Metoda :
1.Observasi lapangan
2.Observasi ke kantor pengolahan data
3.Membandingkan data hujan dengan data untuk iklim yang sama
4.Analisis kurva massa ganda
5.Analisis statistik
4. AnalisisFrekuensi
Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh kejadian ekstrim.
Besarnya kejadian ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadian > kejadian
luar biasa ekstrim terjadi sangat langka
Tujuan analisis frekuensi:
Melihat besaran kejadian ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiaannya
aplikasi distribusi kemungkinan
Frekuensi hujan :
Besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui
Kala Ulang hujan (return period)
Waktu hipotetik diana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui
Analisis frekuensi memerlukan seri data hujan
5. AnalisisIntensitasHujan
Intensitashujan
Tinggikedalamanair hujanper satuanwaktu
Sifatumumhujan:
a. Semakinsingkathujanberlangsungintensitasnyacenderungmakintinggi
b. Semakinbesarperiodeulangnyamakintinggiintensitasnya
Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan dalam
lengkung INTENSITAS-DURASI-FREKUENSI (IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve)