Anda di halaman 1dari 39

Struktur Kayu I

Kayu sebagai bahan bangunan , bisa pada konstruksi di bawah atap (terlindung) juga di tempat terbuka (dalam air atau dalam tanah). Faedah yang dirasakan penggunaannya : -bentuk bangunan -alat rumah tangga -perkakas -estetika, perhiasan dll. Karena berasal dari alam dan banyak jenisnya, keterbatasan dari bahan, maka mengetahui jenis serta sifat2nya sangat perlu sehingga dapat menggunakannya secara tepat. Sifat kayu dari pertumbuhan 1. Pertumbuhan : a. Bagian Akar b. Batang pokok c. Bagian tajuk Sebagai bahan bangunan yg akan dipakai untuk konstruksi maka bagian batang pokok yg terpenting diketahui sifat-sifatnya. 2. Struktur Batang Pokok Terdiri dari : - kulit luar (outer bark) = kulit mati - kulit dalam (Bast) = kulit hidup, pengangkut makanan dr daun ke bagian lainnya. - Cambium layer (lapisan kambium) - Lingkaran tahunan (annual ring) - Kayu gubal (sap wood), berwarna putih, pangangkut air dan zat2 lain dari tanah ke daun - Kayu teras atau galih (heart wood) berwarna tua, ky gubal yg tdk bekerja lagi. - Hati (pitch), inti_ - Jari2 teras(rays) yg menghubungkan berbagai bagian pohon utk penyimpanan dan peralihan bahan makanan Kayu teras lebih tahan awet dari serangan bubuk, jamur drpd kayu gubal.. Akan tetapi keawetan ky gubal dapat dipertinggi dg cara pengawetan yaitu memasukkan bahan2 kimia ke dalamnya. Kulit : -bagian luar, melindungi bag dalam dan mudah pecah dan kering -bagian dalam, mengangkut gertah dari daun bersifat lunak dan lembek. Kambium (lapisan sejenis lendir) Terdapat diantara kulit kayu, p-ertubuhqan dg cara pembelahan sel. Sebagian keluar menjadi kulit baru, sebagian lagi ke dalam menjadi kayu muda (gubal) Kayu gubal Teabalnya 1-20 cm, merupakan saluran utk mengangkt zat makanan yg dihisap oleh akar, dibawa ke daun dan diolah sbg pertumbuhan sel yg baru. Kayu teras (heartwood) Berfungsi memperkuat batang kayu berdiri tegak., bagian kayu yg telah menua, keras, padat, krn tidak terdapat zat makanan maka bersifat awet. Sehingga dipakai utk bahan bangunan. Hati kayu (Pitch) Berguna utk menentukan jenis suatu pohon. Bagian ini ada yg lunak dan mudah tembus dan ada juga yg padat dan keras. Jenis Pohon, terbagi berdasarkan :

A. HardWood dan Soft wood B. Menurut jenis daunnya : berjarum atau berdaun lebar. C. Berdasarkan susunan sel2 kayu: berpori, tidak berpori Mata Kayu Pengaruh mata kayu terhadap kekuatan kayu tergantung kepada macam konstruksi, apakah untuk batang tarik, lentur atau tekan. Sifat mata kayu: a. Yang masih sehat, tetap melekat pada kayunya b. Yang telah lapuk/mati, memberi cacat pada kayu dan akan mudah lepas. Sifat2 Fisik 1. Berat jenis, yaitu perbandingan antara berat kayu pada keadaan kering tanur (suhu 1050 C) dengan berat air (40C) yg mempunyai volume sama dg kayu tersebut. Kekuatan kayu akan bertambah besar dengan bertambahnya berat jenisnya. Menghitung berat jenis kayu : Timbang ky berukuran tertentu (1050 C) = 10 gram. Kemudian dimasukkan ky tsb dalam bejana berisi air yang jelas ukuran diameternya, jadi volume air yg naik dapat dukur dan diketahui beratnya = 15 gr. Bj = 10/15 = 0,67 ( volume 1cm3 air = 1gram ) 2.Bobot Isi Berat sebatang kayu dipengaruhi oleh kadar air atau kelembaban kayu. Mempengaruhi bobot isi (volume wight), dan kepadatan (density) Kepadatan adalah berat (kering tungku) dibagi isi (volume) kayu. Bobot isi dinyatakan dalam gram/cm3 atau ton/m3. 3. Kadar air Kayu mempunyai sifat bahan penyerap udara basah. Jumlah uap air dr kayu tergantung kelembaban udara disekelilingnya.. Pada kelembaban udara 0%, kadar air keseimbangan kayu +/- 0%. Pada kelembaban udara 100%,kadar air keseimbangan kayu adalah +/- 30%. Kadar air ini dikenal dg titik jenuh serat. Kadar Air Kayu = KA = {(berat basah kayu berat ky kering tanur) /berat ky kering tanur }x 100%. Kering tanur, dipanaskan 1050 C. Pedoman kadar air kayu untuk bangunan Bangunan kayu Pagar,jembatan dan alat2pertanian Kuda2 terlindung, meja kursi di taman Alat rumah tangga Kotak radio

Kadar air kayu % 18 16 13 6-8

4. Pengerutan dan pengembangan (susut dan kembang) Pengaruh suhu Kayu akan mudah mengembang dan menyusut akibat pengaruh perubahan kadar airnya..Jika kadar air kayu turun hingga melampaui titik jenuh serat akan terjadi penyusutan/pengerutan Pemuaian / pengerutan tegak lurus serat (arah tangensial) lebih besar dari pada pemuaian/penyusutan ke arah radial (searah jari-jari). Penyusutan/ pengembangan yg paling kecil ialah ke arah aksial (sejajar arah serat). % susut = (1 dimensi akhir/dimensi awal) x 100% % kembang = (dimensi akhir/dimensi awal 1 ) x 100% Menghitung akibat penyusutan: Sebuah balok kayu basah (KA 30%) digergaji menjadi papan tebal 2 cm, lebar 25 cm dan panjang 400 cm.. Kemudian papan ini dikeringkan sampai kering angin (KA 12%). Bila susut

(Basah KT) longitudinal, radial dan tangensial berturut-turut 0,5%;3%;6%), papan dianggap radial pada sisi lebar, tangensial pada sisi tebal dan longitudinal pada sisi panjang. Berapa dimensi kering anginnya tsb. Penyelesaian: Berat air yg hilang : 30%-12% = 18% Susut arah longitudinal = 18/30 x 0,5% = 0,3% = 0,003 Susut arah radial = 18 /30 x 3% = 1,8% = 0,018 Susut arah tangensial = 18/30 x 6% = 3,6% = 0,036 Maka dimensi papan pada kering anginnya : Panjang = 400 (1-0,003) = 398,87 cm Lebar = 25(1-0,018) = 24,55 cm Tebal = 2(1-0,036) = 1,928cm Daya hantar panas. Kayu baik sekali sebagai bahan penyekat panas, karena tersusun dari sel2 yg berongga tertutup. Besar kecilnya jumlah rongga tergantung pada kepadatan susunan seratnya. Daya hantar panas (K) dlm satuan kg.cal/m.j.0C yaitu banyaknya panas (kg,kalori) yag diteruskan dalam bahan tiap2 satuan luas(m2) dalam satuan waktu(jam pada perbedaan 10C dengan tebal bahan 1 satuan panjang (m) Daya hantar panas berbagai bahan : Bahan Seng Besi Gelas Beton Bata merah Kayu arah // serat Kayu arah tegak lurus serat

K(Kg.cal/m.j.0C 95 40-50 0,8 0,56 0,35 0,1 0,03

Daya hantar arus listrik. Kayu kering merupakan daya hantar panas yg buruk bagi arus listrik. Daya hantar listrik sangat dipengaruhi kadar airnya.. Makin tinggi kadar airnya makin baik pula daya hantar arus listriknya. Sifat hygroskopis kayu : kurang peka thd kenaikan suhu, sangat peka thd kelembaban udara. Sel2 kayu mengandung air dalam 2 keadaan : 1. Air bebas (free water) yg mengisi rongga sel 2. Air terikat (imbibed water), air yg berada dalam pori2 dinding sel. Air bebas, air ini akan menguap bila kayu tidak tumbuh lagi sampai penguapannya mencapai titik seimbang yg disebut titik jenuh serat (fibre saturation point). Kadar air pada waktu ini berkisar anatar 25 30% (tergantung jenis kayunya). Air terikat, bila proses pengeringan berlanjut, titik jenuh serat terlampaui. Kondisi kayu makin lebih kuat, dengan kata lain sifat kayu akan mengmbang dan menyusut bikla pengaruh kelembaban di sekelilingnya berubah.

Sifat mekanis kayu - Adalah daya tahan kayu thd gaya yag diberikan kepadanya atau besar tegangan yg dipikulnya.

Kekuatan atau gaya dr luar tsb.adalah gaya tarik, gaya tekan, gaya geser dan momen lentur R, radial, menuju pusat T,Tangensi al (arah garis singgung lingkaran batang Aksial( sejajar serat )

Kayu tidak tahan tegangan tarik pada arah tegak lurus serat. Maka bila tegangan tarik cukup besar hingga melebihi kekuatan serat maka timbullah retak-retak kecil pada muka kayu. Air lebih mudah menguap dalam arah sejajar serat. Kayu bersifat anisotrop(non isotropic materials), kekuatannya berbeda-beda pada berbagai arah. Pengeringan Kadar air dalam kayu - dari berat kering, sehingga perubahan kadar air akan mempengaruhi perubahan ukuran Keuntungan pengeringan : -mengurangi berat -menambah kekuatan kayu -menstabilkan ukuran -mengurangi serangan cendawan -memudahkan perekatan -memudahkan pengawetan Perubahan bentuk kayu akibat pengeringan -Terjadi retak yg teratur karena hatinya berada ditengah2 batang pokok -Terjadi retak yg tidak merata karena hatinya tidak terpusat -Papan yg dibuat jauh dari hati kayu (lebih dekat ke kulit) akan lebih banyak mengerut. -Pengeringan dilakukan secara alamiah (udara) dan tetap ditumpuk setelah digergaji dan diberi sekat, agar udara dapat lewat dengan mudah diantara celah2 sekat tsb. Cacat kayu 1. Mata kayu, MKS, MKB (S = sehat, B=busuk) 2. Kayu muda 3. Celah cincin dan teras terlepas 4. Retak batang 5. Pertumbuhan terpuntir 6. Pertumbuhan di kulit (tahi lalat) 7. Pembusukan teras 8. Pembusukan akar 9. Lubang2 akibat serangan serangga,Pelatuk Pengawetan Pengeringan merupakan suatu cara pengawetan alamiah

A. Pengeringan Kayu (Wood seasoning) : 1. Pengeringan udara, sederhana, murah 2. Pengeringan cara tiruan (Artificial drying) : menggunakan ruang pemanas (tungku pengeringan) menurunkan kadar air dibawah 17% Prosesnya 1 4 minggu

3. Pengawetan Kayu Tujuan utama : mencegah atau mengurangi perusakan kayu thd jamur dan serangga perusak kayu. Kayu2 dg klas awet I pada umumnya telah memiliki daya tahan alamiah.(cukup kering, padat serta mengandung zat2 yang tidak dimakan serangga. Jenis2 bahan pengawet Banyak macamnya yang pada umumnya beracun bagi manusia. Untuk tujuan praktis, ditekankan pada sifat2: - beracun bagi serangga pemakan kayu /jamur - permanen, jangka waktu lama - mudah diperoleh, murah harganya - dapat menembus sela serat kayu - Tidak korosif - Tidak beracun bagi tumbuhan disekitarnya - Tidak mudah terbakar - Mudah dikerjakan Terdiri dari 3 golongan besar : a. kelompok ter, untuk bahan bangunan ditempat terbuka(pagar, tiang listrik, jembatan , turap.Mudah terbakar dan sukar dicat. b. Kelompok pangawet larut di air, tidak berbau dan tidak meninggalkan noda, kayu mudah dikerjakan lagi, beracun bagi manusia c. Kelompok dengan pelarut organik, mudah terbakar, mudah menguap, kayu mudah dikerjakan lagi Contoh bahan pengawet: -Berasal dari minyak(bahan dasar kimia toxic ialah Pentha chloropenol -Pengawet yg dicampur air(garam2 arsen, garam chrom dll) Cara pengawetan kayu a. Dengan kwas biasa, kayu harus cukup kering b. Dengan perendaman c. Dengan tekanan, paling baik, karena menggunakan bejana silinder yg tertutup. Tegangan dan Regangan kayu Kayu yg mendapat beban searah serat hingga patah, akan mempunyai grafik hubungan tegangan dan regangan

Tegangan , Diagram Tegangan Regangan kayu

Regangan,

Kayu merupakan bahan yang elastik, pertambahan beban menyebabkan pertambahan tegangan, regangan, hingga akhirnya patah pada tegangan, regangan maksimum. Berdasarkan hukum Hooke : E = / ; E = modulus elastisitas bahan , = beban perluas penampang batang ; = regangan, pertambahan, perpendekan persatuan panjang Lentur pada kayu Perbedaan kemampuan mendukung gaya tekan dan tarik pada kayu menyebabkan distribusi tegangan tampang kayu menjadi tidak seimbang. Akibat beban semakin besar pada bagian tarik tampang terjadi retak2 terlebih dahulu. Akibat retak grs netralsemakin turun hingga akhirnya kayu patah tarik Tegangan , lentur tekan

Regangan, tk

tr Jika kadar air kayu, w = 0%, maka berat kayu tiap satuan volumenya adalah rapat kayu. Di Eropah dan Amerika, angka rapat kayu adalah berat jenis kayu. Contoh : berapa berat papan kayu yg berukuran 2x20x400 cm3, bila kerapatannya 0,7 ? Jawab : kerapatan = berat kayu (gr,kg) pada kadar air 25% / volume kayu (cm3, m3) 0,7 = Berat kayu / 2x20x400 cm3 Berat kayu (KA 25%) = 0,7 x 16000 = 11200 gr = 11,2 kg

Pertambahan Tegangan ijin pada berbagai pembebanan Beban Tiupan Angin Gempa bumi Salju ( 2 bulan ) Beban orang utk lantai Beban kejut Beban selama 7 hr Beban mati + angin Beban muatan tetap dan tidak tetap

Tambahan tegangan ijin (%) 33,3 33,3 15 33,3 100 25 25 25

Faktor pengali tegangan ijin/tegangan diperkenankan, berdasarkan pengaruh keadaan konstruksi dan sifat muatan : Keadaan konstruksi Faktor Pengali Selalu terendam dalam air 2/3 Yg tidak terlindung,tapi kadar lengas kayu selalu tinggi 2/3 Yg tidak terlindung, tapi dapat mengering dg cepat 5/6 Gaya dengan arah yang menyimpang dari arah serat kayu Beban aksial pada kayu yg arah seratnya menyimpang, menyebabkan kayu mengalami sekaligus gaya sejajar serat dan tegak lurus serat. Pada bahan kayu terdapat perbedaan yg besar antara daya dukung // serat dan daya dukung tegak lurus serat, sehingga penyimpangan arah serat pada kayu akan menyebabkan daya dukung kayu menjadi kurang S

Bila > , maka yang dipakai. Rumus yg digunakan untuk menentukan tegangan ijin pada pembebanan yg menyimpang arah serat : 1. Amerika, Inggeris, Australia, rumus Hankinsen:

tk, =

tk // . tk
2

tk // sin + tk .cos 2
2. Jerman,Swedia memakai rumus sinusoida,

tk = tk/ tk/ tk sin


3. Belanda

t k = t k / t k / t k / 90
4. Percobaan Hovo

tk = tk // cos 2 + tk sin 2
5. Yacoby

tk = t k + tk / t k
6. Indonesia

tk = tk/ tk/ tk sin


Keterangan : = tegangan ijin kayu , tk: tekanan ; : sudut antara gaya dan arah serat Panjang Bentang Suatu balok dengan tumpuan sederhana sendi- rol, bentangnya adalah jarak antara kedua titik tumpuan tsb. Pada kenyataannya tumpuan balok kayu jarang dibuat khusus berupa sendi rol seperti konst.Jembatan baja. Alasan-alasan : -Konstruksi sendi rol mahal -Pelaksanaan tumpuan sendi rol pada struktur kayu tidak efektif lagi Untuk itu struktur balok kayu biasanya cukup diletakkan pada tumpuan: -pasangan bata merah

-pasangan batu kali -struktur beton -struktur kolom kayu Panjang perletakan sebuah balok kayu di atas 2 perletakan harus diambil se-tinggi2nya 1/20 jarak antara kedua ujung perletakan. Sebagai jarak bentang harus diambil jarak antara kedua titik tengah perletakan tsb dan se-tinggi2 1,05 x jarak antara kedua ujung perletakan. Bila Ld = bentang bersih, bentang teoritis, L = (1+1/20) Ld = 1,05 Ld. Belanda : bila lebar murplaat baja t : L = Ld + 15 cm atau Ld + t Untuk balok dengan topangan (batang tunjang) : L1 L2 L1

L2

L1 L2

L2

L2

L = (L1 + L2) / 2 Bila perletakan berupa sendi, maka jarak bentang harus diambil jarak kedua titik sendi tsb.Jika balok merupakan balok terusan maka jarak bentang masing2lapngan diambil jarak antara titik tengah masing2 perletakan. Pada balok terusan juga masing2 lapangan dapat dianggap terletak di atas 2 tumpuan, sedangkan tegangan lentur ijin boleh dinaikkan 10%. Apabila perletakan berupa pasangan batu, maka tekanan balok pada perletakan dianggap merata tetapi tegangan yg timbul pd pasangan tsb se-tinggi2nya harus 4/5 tegangan ijin Tegangan balok terlentur Dari mekanika bahan, tegangan untuk bahan elastik terdapat hubungan : lt = M /w ; w = 1/6 bh2 ; lt = M Y / I , ini bila tampangnya berbentuk persegi, lebar b dan tingginya h Nilai tahanan momen, w perlu direduksi jika terdapat sambungan balok. Reduksi karena perlemahan sambungan dapat diambil seperti perlemahan batang tarik (lihat tabel di bawah) Tabel : Perlemahan tampang akibat alat penyambung Jenis alat penyambung Angka perlemahan (%) Paku 10 15 Baut dan gigi 20 25 Kokot dan cincin belah 20 Pasak kayu 30 Perekat / lem 0 Lendutan balok Untuk membatasi perubahan struktur akibat lendutan dan mempertimbangkan pergeseran bagian2 struktur lainnya, PKKI memberikan batasan besarnya lendutan ijin. Untuk mencari besarnya lendutan balok, tergantung pada jenis perletakan dan bentuk pembebanan . Sebagai pedoman atau rumus yang berkaitan dengan hal di atas dapat dilihat pada halaman berikut ini.

a W b W c L/2 d L Pada kasus a : Lendutan f1 = (1/3) (WL3 /EI) ; f2 = WL / G bh (akibat geser) ; G = mod.kekakuan geser = tegangan geser / regangan geser. Pada kasus b : Lendutan f1 = (1/8) (WL3 /EI) ; f2 = WL / 2 G bh (akibat geser) ; W = qL Pada kasus c : Lendutan f1 = (1/48) (WL3 /EI) ; f2 = WL / 4 G bh (akibat geser) ; Pada kasus d : Lendutan f1 = (5/384) (WL3 /EI) ; f2 = WL / 8 G bh (akibat geser) ; W = qL Lendutan maksimum yg diperbolehkan: Macam struktur Balok pada struktur terlindung Balok pada struktur tak terlindung Balok gording, kasau Rangka Batang tak terlindung q L/2 q

Lendutan maksimum (1/300) L (1/400) L (1/200) L (1/700) L

Didalam perhitungan lendutan untuk jembatan muatan2 bergerak tidak perlu digandakan dengan angka kejut. Stabilitas balok terlentur Suatu balok yg nilai banding h/b atau L/bnya besar, maka balok akan menekuk kearah samping atau terpuntir (gejala kippung) dan akan runtuh oleh beban yg lebih kecil dari beban yg diperhitungkan. Penyebab tekuk atau puntir pada balok terlentur antara lain karena pembebanan, kekokohan pada bentangan dan tumpuan balok

Tampak depan L Syarat : b > h/4 b > L/80 b

Tampak atas

L = bentang teoritis. Apabila dimensi lebar balok (b) kurang dari yang disyaratkan, maka kondisi tsb., akan terjadi bahaya tekuk kesamping (kippung). Untuk itu perlu dilakukan pengamanan pada konstruksi dengan memasang balok gelegar penunjang (pengaku) Pedoman nilai banding h/b : h/b < 2 ; tak memerlukan dukungan samping h/b = 2 4 ; ujung balok dan perletakan harus stabil, diberi angker perletakan h/b = 4 6 ; perlu dukungan samping, setiap jarak 2 -3 m (dg balok penunjang) Batang-batang tarik Pada perhitungan mekanika, gaya batang untuk perancangan dapat diketahui besarnya. Dengan memperhatikan perlemahan batang akibat lubang dan sambungan maka ukuran tampang batang tarik dapat ditentukan :

Ptr tr // = Anet

tr //

Anet : luas tampang yang sudah dikurangi akibat lubang alat sambung yang menempatinya. Dengan adanya lubang2 maka tegangan pada tampang menjadi tidak merata. Akan terjadi pemusatan tegangan disekitar lubang. Bahkan lebih tinggi tegangannya dari bagian tepi tampang. Pada pemeriksaan pemusatan tegangan untuk batang baja ternyata pemusatan tegangan yang terjadi 2,5 3 kali tegangan rata2 pada tampang yang utuh. Batang Tekan/Desak Batang tekan pada struktur rangka, kolom/tiang maupun struktur lainnya selalu terjadi kemungkinan tertekuk Untuk batang yang menahan tegangan tekan, panjang tekuk Lk harus diambil sebesar jarak antara 2 titik yang berurutan yang bebas dari tekukan. Bagian2 konstruksi yang akan menghindarkan tekukan harus diperhitungkan terhadap gaya dalam arah tekukan sebesar 1% dari gaya tekan terbesar yang bekerja pada batang2 di sampingnya.

Pk

Pk

Pk

Pk

Lk=L

Lk=2L

Lk=0,7L

Lk=0,5L

Didalam suatu konstruksi tiap2 batang tertekan harus mempunyai angka kelangsingan 150 ; = Lk / imin ;
imin = I min Fbr

imin = jari2 kelembaman minimum ; Imin = Momen inersia minimum; Fbr = luas tampang bruto. Untuk menghindarkan bahaya tekuk maka gaya yang ditahan oleh batang tekan tsb harus digandakan dengan faktor tekuk, , sehingga : S . = tk //
Fbr

= tegangan yang timbul . Besar harus diambil dari daftar III yang sesuai dengan dari batang tekan itu. S = gaya tekan yang bekerja. Untuk penampang bulat ; F = ( / 4) d2 ; I = (/64) d4 ; W = ( /64)d3 Ketentuan Tekuk pada PKKI 1961, bersumber peraturan Jerman DIN 1052, Desember 1943, Holzbauwerke, Berechnung und Ausfuhrung. Garis tekuknya terdiri dari2 cabang yaitu garis lurus Tetmeyer untuk tekuk tidak elastis dan garis hyperbola Euler untuk tekuk elastis. Garis lurus Tetmeyer menyinggung garis hyperbola Euler secara kebetulan di titik proporsional P bahan.Tegangan proporsional bahan adalah, p =100 kg/cm2 Kelangsingan batas b = antara kedua garis didapat dengan membulatkan harga 2 = 10. Hasilnya adalah : kg 10100000 2 2 E cm 2 k = 2 = p ; b = = 10000; b = 100 kg b 100 2 cm Selanjutnya dengan garis Tetmeyer yang menyinggung garis Euler pada titik P(100,100) maka didapat persamaan garis Tetmeyer yaitu : k= - 2 + 300 (kg/cm2) , sedangkan garis Euler adalah : k = 106 / 2 ( kg/cm2) Pada waktu tegangan kritis (k ), terjadi kondisi batang meskipun masih setimbang tetapi sudah mencapai ketimbangan yang labil. Ada sedikit saja gangguan lateral maka batang bisa mengalami kegagalan. Sehingga dibutuhkan pengamanan pada pemakaian garis tekuk. Peraturan Jerman DIN 1052, Desember 1943 memberikan nilai sbb.: 0 100 , angka keamanan = 3,5 100, membesar linear dari = 3,5 pada = 100 s/d = 5 pada = 250 =0=300 kg/cm2 ; = 3,5 ; tk// = 85,7 kg/cm2 = P/A = k = k / kurang populer dalam praktek Jerman mengembangkan suatu cara yg disebut -Verfahren yg diterima oleh duania teknik :

= P/A = tk// / ; = angka tekuk yang dapat dicari dari : tk / = tk// / Dianjurkan dalam rumus angka tekuk ini menggunakan harga teoritisnya yaitu : tk// = (300 / 3,5) kg/cm2 , dengandemikian didapat harga untuk daerah : Tetmeyer : 0 100 ; k= - 2 + 300 (kg/cm2); = 3,5 ; = 300/(300-2 Euler : 100 ; k=106.-2 (kg/cm2) ; = (250 +)10 -2 ; = 3(250 + ) ( / 3,5) 10-6 300 k p

Tetmeyer P(100,100) Euler 16 k (kg/cm2) b 250

3,5

.Rumus perhitungan tekuk yang lazim : = P/A tk// Tetapi sehubungan besarnya kelangsingan betang dalam praktek pada umumnya benda dalam daerah tekuk tidak elastis Tetmeyer maka Jerman mengembangkan suatu rumus perhitungan dimensi yang memenuhi. Rumus ini khusus untuk kayu kelas II dan = 0 s/d = 100, yaitu
b= l Pb l + + 86,5 86 , 5 85 h
2
2

: bila tampang persegi b x h

d=

l P l + + ; bila tampang bulat berdiameter d 75 75 67

Harga : l = panjang tekuk lk, b, h dan d dalam cm, P dalam kg Akibat adanya takikan pada tumpuan

h h a

Tegangan lentur : lt = M / W Tegangan geser : = DS / bI = D x b x h x h/4 / b x1/12 bh3 = 3/2 D/bh , bila penampang persegi b x h

Akibat adanya takikan : = 3/2 D/bh x h/h , bandingkan dengan adanya takikan 1. tidak ada takikan : h = h ; h/h = 1 ; = (3/2) D/bh 2. adanya takikan : h =h; h/h = 2 ; = 3/2 D / bh/2 x2 = 6 D/bh = 4(3/2 D/bh) Berarti 2 = 4 1 Pada konsol atau bentang2 yang pendek, lebih dominan (menentukan) adalah gaya lintang (D) Dimensi suatu balok harus mempunyai 3 syarat sekaligus : 1. Kuat terhadap lenturan , lt = M/W 2. kuat terhadap geseran / lintang , = DS / bI 3. Kaku terhadap lendutan f =( 5/384) (ql4/EI), bila beban terbagi rata. Untuk penampang persegi b x h , terdapat hubungan antara dan , bila baloknya di atas 2 tumpuan sederhana memikul beban terbagi rata : / = L/h ; h = / (L) misalkan : tegangan2 ijin , = 10 kg/cm2 ; lt = 100 kg/cm2 Pada konstruksi bangunan bertingkat, khususnya balok loteng ada beberapa bentuk pembebanan yg harus ditinjau : g=tegangan akibat beban mati;p=teg.akibat beban hidup. a. Pembebanan yg sifatnya tetap, misalnya menimbun barang g = tetap ; p = tidak tetap ; g +1,15 p ijin ; 1,15 = koef. Keamanan b. Pembebanan Se-waktu2 : g + p ijin Tegangan2ijin menurut PKKI dapat digandakan sesuai kondisi dan sifat konstruksi. Ada beberapa cara pemasangan balok loteng yaitu dipasang pada arah melintang ataupun arah memanjang.

Contoh :

e 532 e

W =400 Meletakkan balok2 loteng harus direncanakan seekonomis mungkin. Pembebanan = 400 kg/m2 Merentang bentang kecil, W = 400 cm

1. Ukuran balok 20x24 cm dengan spasi 82 cm pkp, Jumlah balok = (400/82)+1 = 6 balok. 2. Ukuran balok 12x26 cm dengan spasi 64 cm pkp, jumlah balok =(400/64)+1 =7 balok. Jumlah balok = (W/e) +1 , ternyata cara 1 , jumlah baloknya lebih sedikit. Beban merata q = 0,82 x 400 = 328 kg/m, Bentang teoritis = Lt =1,05 x532 = 560 cm M = 1/8 q (Lt)2 = 1/8x328x(5,6)2 = 1285 kgm = 128500 kgcm W = 1/6 bh2 = 1/6x20x242 = 1920 cm3 Kayu kelas II : lt ijin = 100 kg/cm2 ; // ijin = 12 kg/cm2 Tegangan2 yang terjadi : = M/W = 128500 kgcm / 1920 cm3 = 67 kg/cm2 < 100 kg/cm2 (lt ijin) = 3/2 D/bh = 3/2x1/2 q Lt / bxh = 3/4x328x5,6 / 20x24 = 2,87 kg/cm2 < // =12 f = 5/384xqxLt4/EI = (5/384)328(5,6)4 / 105x1/12x20x243 = 1,83 cm < (f ijin) = 560/300 =1,90 cm Untuk mengetahui volume(kubikasi) yang tepat harus diperhitungkan landasan (a) yang diperlukan. Untuk kayu kelas II, tk =25 kg/cm2 F = D/1/2 x tk = 1/2x328x5,6 / x25 = 73,472 cm2 A = F / tk = 73,472 / 25 = 2,94 cm Bila ukuran spasi 64cm ; F = 2x1/2x(400x0,64)5,6/25 =57,34 cm2 ; a = 57,34/25 = 2,29 cm

Perbedaan kubikasi : V1 = 6 (0,20x0,24)(5,32+0,0294x2) = 1,549m3 V2 = 8 (0,12x0,26)(5,32+0,0229x2) = 1,339 m3 Yang mementukan ambil yang terkecil yaitu V2 Konstruksi Atap Perhitungan gording (gulung2) Untuk menghitung tegangan2 yang timbul pada balok gording, menurut teori elastisitas adalah dengan cara superposisi.

Qsin Q

Qcos

Bila sudut kemiringan atap = 450 1. Tinjauan terhadap sumbu x-x Mx =1/4 (Qcos450))L = 1/82 QL Wx = 1/6 bh2 = 1/6 a3 bila ukuran gording a x a cm2 x = Mx/Wx = 1/82QL / 1/6 a3 = 3/42(QL/a3) 2. Tinjauan terhadap sumbu y-y My = (Qsin 450) L = 1/82 QL Wy = 1/6 bh2 = 1/6 a3 bila ukuran gording a x a cm2 y = My/Wy = 1/82QL / 1/6 a3 = 3/22(QL/a3) = x +y =3/2 2 (QL/a3) Cara lain , berdasar Q saja: Mmax = QL ; I = 1/12 a4 ; W = I/y = 1/12a4 /1/2a2 = 1/6 a3/2 = a32/12 = M/W = 1/4QL / {( a32)1/12} = 3/22(QL/a3) Lendutan : Fx = 5/384*q*L4/EIx ; fy = 5/384*q*L4/EIy ; f = (fx2+fy2) , ini berlaku jika balok terletak diatas 2 tumpuan dan dipasang miring. Pada kenyataannya balok gording ditempatkan di atas beberapa tumpuan. Bila 2 tumpuan : f = 5/384*q*L4/EI = 5/48 * 1/8*qL2*L2/EI = 5/48 *MxL2/EI karena M lapangan = 1/8qL2 Pada balok diatas beberapa tumpuan , Mlapangan < 1/8 gL2, sebagai pendekatan diambil M = 1/10 qL2 f = 5/48 x 1/10qL2 x L2/EI =1/10 x1/10 x qL4/EI = 0,01 qL4/EI, balok tidak miring. Karena balok ternyata dipasang miring : fx = 0,01 qL4/EIx ; fy = 0,01 qL4/Eiy ; f = (fx2+fy2) f ijin = L/200 Dolken (kayu bulat)

Qsin

d = diameter

b W =1/6 bh2 = 1/6dcos (dsin)2 = (d3/6) dcos (dsin2) W max., bila dW/d = 0 D3/6(-sin sin2+2cos sin cos) = 0 -sin3+2sin cos2 = 0 ; sin2 = 2 cos2 ; tg2 = 2 ; g=2 ; tg = h/b =2 h : b = 2 : 1 ~ 7 : 5 (ukuran ekonomis) I = 1/12 bh3 = 1/12(dcos )(dsin )3 =d4/12 (cos sin3 ) Imax, bila dI/d = 0 ; d4/12 (-sin4 +3cos 2 sin2 ) = 0 tg = 3 ; h/b = 3 ; h : b = 3 : 1 ~ 7 : 4 (ukuran ekonomis) Balok dengan jorokan (overstek) Balok akan ekonomis bila didesain dengan momen dimana Mv(veld,lapangan) = Mtumpuan atau M+ = M-, dan balok harus (prismatis), berukuran sama sepanjang batangnya. Ms a L a L Ms

Mv = Mlap Ms = 1/8 qL2 - qa2 Ms = Mv ; qa2 = 1/8 qL2 - qa2 ; qa2 = 1/8 qL2 ; a = 1/8L2 ; a = L1/8 = 1/4L2; a = 0,353 L Bila panjang balok total: L1 = a +L+a = 1,7L ; a = (0,35/1,7)L1 = 0,205 L1 Kalau jorokannya hanya satu kiri atau kanan saja, a = 0,3 L1 Contoh :

q A L B a C

Q h=2b

b Balok ABC seperti tergbr. di atas, memikul beban merata q = 300 kg/m dan beban Q bergerak = 1t . Balok kayu kelas II dengan dimensi h = 2b, L = 4m Berapa dimensi kayu yang ekonomis? Berapa seharus panjang a, agar disain menjadi ekonomis? Penyelesaian : 1. Tinjauan yang bekerja hanya beban q saja. 2. Tinjauan beban bekerja bersama-sama. 1. Hanya beban q saja: M = 1/8 qL2 = 1/8(300)(4)2 = 600 kgm ; lt = M/W ; W = M/ lt = 60000 kgcm / 100 kg/cm2 = 600 cm3. ; W = 1/6 bh2 = 1/6b(2b)2 = 2/3 b3.= 600 cm3 ; b3 = 900 cm3. b =9,65 cm., ukuran ini dipasaran tidak ada maka dibulatkan ke atas menjadi 10 cm Kontrol : W = 1/6 bh2 ; h2 = 6W / b = 6 x600 /10 = 360 cm2 ; h = 18,97 ~ 20 cm Tegangan2 yang timbul : Kalau ukuran balok 10 x 20 cm2 : lt = M/W = 60000 kg.cm / 1/6 (10cm)(20cm)2 = 90 kg/cm2 < = 100 kg/cm2 Bila ukuran balok 10 x19 cm2 : lt = 60000 / 1/6(10)(19)2 = 99,7 kg/cm2. < 100 kg/cm2 = 3/2 D/bh = 3/2 x 600 / 10x20 = 4,5 kg/cm2 < ijin = 12 kg/cm2 Lendutan balok : fT = fM + fD di tengah bentang fM = (5/384)ql4/EI = (5/384)300(400)4 / (10)5.(1/12x10x203) = 1,5 cm fD = Mmax/G(F) = ; G = modulus geser ky kelas II = 5000 kg/cm2 fD = 60000 / (5000)(10x20) = 0,06 cm atau dengan = 1,2 ; fD = M/G(F) fT = fM + fD = 1,5 + 0,06 = 1,56 cm > L/300(izin) = 400/300 = 1,3 cm, balok ukuran 10x20cm tidak memenuhi syarat lendutan, sehingga ukuran perlu diperbesar tanpa memeriksa atau lagi. Dicoba ukuran 11 x 22 cm: fM = (5/384) 300(400)4 / (10)5.(1/12x11x223) =1,02 cm fD = 60000 / (5000)(11x22) = 0,05 cm ; fT = 1,07 < 1,3 cm (OK)

2. Beban bekerja bersama-sama : Bila Mnegatip lebih besar dari Mpositip tidak diperbolehkan Mnegatip = Mtumpuan = -1 x a = - a tm ; M1 =1/8 (0,3) 42 = 0,6 tm

Akan ekonomis bila, Mlap = Mtump ; Mlap = M1 Mtump/2 = 0,6 a/2 = a 0,6 = 1,5 a ; a = 0,4 m = 40 cm ; M2 = - 1 (0,4) = -0,4 tm = - 40000 kgcm Wx M / lt ijin = 40000 / 100 = 400 cm3 1/6 bh2 = 400 ; misal b = 11 cm , h2 = 6 (400) / 11 = 218,18 ; h = 14,7 ~ 15 Jadi digunakan ukuran balok 11 x 15 cm2 Kontrol momen lapangan : lt = M/W = 40000 / 1/6 x 11 x 152 = 96,97 kg/cm2 < 100 kg/cm2 (OK) Kontrol geser : Geser terbesar adalah 1 ton= 1000 kg ; = 3/2 x D/bh = 3/2 x 1000 / 11 x 15 = 9,1 kg/cm2 < 12 kg/cm2 (OK) ???? Alat-alat penyambung Hubungan dengan Paku : paku :38x100 d =38mm / 10 = 3,8 mm; panjang, l =100 mm

l Diamater paku ( d ) Cara pemasangan :

a. Pemasangan secara langsung b. Pemasangan dg dibor terlebih dahulu Pada umumnya untuk paku dengan d > 4 mm, apabila kayunya terlalu tipis, kering, kayu dibor dengan ukuran diameter bor (0,75 0,80) d. Pemasangan paku harus tegak lurus arah serat kayu.

1 2

Pemasangan paku yg benar adalah pemasangan no.3 Pemasangan paku sebaiknya tegak lurus gaya yang bekerja, kalau sejajar serat sebaiknya dihindarkan.

s 2 (1) 1

S 3 s (2)

Bila s 12 d, maka paku bekerja dengan satu irisan. Bila s 12 d, maka paku tak mampu memikul gaya, sehingga berfungsi sebagai bahan perekat saja. Pada gbr.2, bila s 8 d, maka paku bekerja dengan 2 irisan.Tapi bila s < 8 d, maka paku bekerja dengan 1 irisan asal s >12d Pemakuan dua arah

3 S8d

s s

s 1 3

pemakuan 2 arah

pemakuan 1 arah

Jarak pemakuan paku baut Pijin d// 1,5 mm r d r (min) = 5 dn dianjurkan 6 dn (dalam praktek) d(min) = 5 dn dianjurkan 6 dn (dalam praktek) d//(min) = 10 dn r

P d//

Pmax

r (max) = 20 dn d(max) = 20 dn d//(max) = 40 dn Dalam perhitungan paku dan baut, deformasi yg menentukan. Deformasi, 1,5 mm Dengan deformasi yg sama.maka gaya yg diijinkan untuk paku jauh lebih besar dari gaya yg diijinkan pada baut. Pijin = Pmax / 2,75 ; bila angka keamanan 2,75. Daya pikul ijin 1 buah paku : a. .Paku dipasang langsung : - bekerja dengan 1 irisan : N1 - bekerja dengan 2 irisan : N2 b. Paku dipasang setelah dibor : - bekerja dengan 1 irisan : N1 - bekerja dengan 2 irisan : N2 DIN 1052 , N1 = 500d2 / (1+d) ; N2 = 2 N1 Bila kondisi kayu dibor dahulu : - N1 = 1,25 N1 - N2 = 2 N1 d = diameter paku dalam cm N dalam kg Misal :Paku 38 x 100 d = 38/10 = 3,8 mm = 0,38 cm N1 = 500(0,38)2 / (1+0,38) = 52,3 kg / paku Pemilihan paku : Dalam peraturan Jerman : dn tk / 7 ; tk = tebal kayu yang tertipis dn tk / 6 ; bila dibor terlebih dahulu

ln s (a)

ln (b)

s 2 4 5

Pada gbr. a :, ukuran tebal tertipis,

tk = 3 cm ; s 12 dn ; ln (tk + s) Pada gbr. b :, ukuran tebal tertipis, tk = 2 cm ; s 8 dn ; ln (tk +t1+ s) ; t1 = 4 cm Pada batang tarik, luas tampang yg diperhitungkan adalah Fn (Fnetto). Misal ada n = 4 buah paku pada tinggi papan, h. Maka hn = h n dn = h 4 dn. n.dn , faktor yang diketahui setelah digambar. Jadi Fn harus ditaksir dahulu. Taksiran mula2, Fn = 80% Fbr

Fn = 95% Fbr (bila pemasangan pakunya jarang) Misal : 2 buah papan ukuran 4 x 21 cm penghubung 2 balok ukuran 14 x 16 cm n paku

16

21 cm

14 4 4

n paku

Hitung banyaknya paku yang diperlukan, gbr letak2 pakunya, bila gaya tarik yang dipikul S = 8600 kg (berarah tegak lurus gambar) Penyelesaian : Diameter paku : dn tk/7 = 4/7 cm = 5,7 mm Paku bkerja dngan 1 irisan, s 12 dn ; ln (tk+12 dn) = (40+12dn) Coba paku 55 x 140 ; s 12 (5,5) = 66 mm ; (40 +66) = 106 mm, l = 140 terlalu panjang. Coba paku 38 x 100 , s 12 (3,8) = 45,6 mm ; (40 +45,6) = 85,6 mm, l = 100 terlalu panjang. Coba paku 31 x 80 , s 12 (3,1) = 37,2 mm ; (40 +37,2) = 77,2 mm < l =80, berarti dapat dipakai. Daya pikul 1 paku : N1 = 500dn2/(1+dn) = 500(0,31)2 / (1 +0,31) = 37 kg Karena pemasangan 2 arah, gaya yang dipikul S/2 = 8600/2 = 4300 kg. Jumlah paku perlu = n = 4300/N1 = 4300/37 = 116 buah d(min) = 6 dn = 6 x 3,1 = 18,6 m ~ ~20 mm = 2 cm 2 r = 12 dn = 12 x 3,1 = 37,2 mm ~ 40 mm = 4 cm Jarak yang bisa diisi = 16 4 = 12 cm; Dalam arah vertikal dapat dimasukkan = (120 / 20) + 1 = 7 paku d//(min) = 12 dn = 12(3,1) = 37,2 mm ~ 40 mm jumlah baris = 116 / 7 = 16,6 ~ 17 baris panjang perlu = 17 x 40 + 2x5 = 690 mm

17x4 = 68 cm

5 cm

2 6x2 16

Tegangan yang dihitung pada pelat penyambung : tr// = S / Fn ; hn = h 7 dn = 21 7(0,31) = 18,83 cm Fn = 2 x 4 x 18,83 = 150,64 cm2 tr// = (8600)/150,64 = 57,1 kg/cm2 < 85 kg/cm2 (OK) Hubungan dengan baut Konstruksi akan mengalami deformasi : -deformasi elastis -Akibat bergesernya sambungan, hal ini terjadi akibat lobang baut yang lebih besar dari ukuran nominal baut.. Sebelum dipasang harus diberikan ring/cincin penutup, dikiri dan kanan kayu untuk mengurangi pergeseran. Penggolongan Golongan I : Kelas kuat I + ky.Rasamala Sambungan dimana baut bekerja dengan satu irisan b = 4,8 = b/d = tebal kayu atau lebar kayu / diameter baut (N) = S = 50 d b1 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 240 d2 ( 1 0,35 sin ) Dipilih yang terkecil . S = kekuatan sambungan(kg); = sudut antara gaya dan serat kayu ; b1 = tebal kayu tepi (cm) ; d = diameter baut. (cm)

S S b2 d b1

Sin : , maksimum = 900 ; minimum = 00 Sambungan dimana baut bekerja dengan dua irisan b = 3,8 = b/d = tebal kayu atau lebar kayu / diameter baut (N) = S = 125 d b3 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 250 d b1 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 480 d2 ( 1 0,35 sin ) Dipilih yang terkecil.

S b1 S b1 d b3 S

Golongan II : Kelas kuat II, Baut bekerja dengan satu irisan : b = 4,8 = b/d = tebal kayu atau lebar kayu / diameter baut (N) = S = 40 d b1 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 215 d2 ( 1 0,35 sin ) Sambungan dimana baut bekerja dengan dua irisan b = 3,8 = b/d = tebal kayu atau lebar kayu / diameter baut (N) = S = 100 d b3 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 200 d b1 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 430 d2 ( 1 0,35 sin ) Dipilih yang terkecil. Golongan III : Kayu Kelas Kuat III Baut bekerja dengan satu irisan : b = 6,8 = b/d = tebal kayu atau lebar kayu / diameter baut (N) = S = 25 d b1 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 170 d2 ( 1 0,35 sin ) Sambungan dimana baut bekerja dengan dua irisan b = 5,7 = b/d = tebal kayu atau lebar kayu / diameter baut (N) = S = 60 d b3 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 120 d b1 ( 1 0,6 sin ) (N) = S = 340 d2 ( 1 0,35 sin ) Dipilih yang terkecil. Jarak dalam perhitungan baut Tepi yg memikul As batang R0 R0 N Rb

eb

Tepi yg tak memikul

Gaya N tarik Untuk 600, Untuk 400 ; e0 8 d

eb 15 d ; R0 5 d ; Rb = ( 5 + / 20 ) d ,

Rb = 8d

Tepi yg tdk memikul As batang

R0

N R0 Rb

e0

Tepi yg memikul

Harga2 max .: eb; e0 dan e// (jarak baut sejajar serat) = 40 d R0 ; Rb dan e ( jarak baut tegak lurus serat) = 20 d

Tekuk cr = Pcr / F = 2EI / F L2 ; I/F = i2 ; cr = 2EI / F L2 = 2E(i / L)2 = 2E / (L/i)2; Lk / i = kelangsingan = panjang tekuk / i = ; cr = 2E / 2 PKKI 61 membatasi 150 Jari-jari kelembaman minimum (i) : Jika P bertambah besar terus, maka batang akan menekuk pada arah yang reaksinya paling kecil, jadi pada penampang arah i minimum. imin , bila Imin P y Tidak free standing x h

ix = Ix/F ; iy = Iy/F ; imin = adalah harga yang terkecil antara ix dan iy Ix = 1/12 (bh3) ; Iy = 1/12 ( b3h) Jika h > b maka Iy < Ix berarti imin = iy ; iy = I min = Iy/F = 1/12(b3h) / bh = 1/12b2 = b1/12 ~ 0,289 b Balok berpenampang b h dapat memberikan kelangsingan terhadap sumbu x dan sumbu y : x = Lkx / ix ; y = Lky / iy ; akan menekuk ke arah yang terbesar imin yg dimaksudkan dalam PKKI adalah imin untuk batang FREE STANDING, tekuk ke segala arah sama. Dimensi yang ekonomis bila x = y ; akibatnya ix = iy ; Lkx = Lky ix = 0,289 h ; iy = 0,289 b ; b=h Batang-batang pada rangka batang dianggap free standing. Tegangan yang timbul pada batang yang mengalami bahaya tekuk(knik) : cr = 2E / 2 , Euler Dalam praktek kita gunakan tk yang jauh lebih kecil dari cr atau tk = cr / ; dimana = angka keamanan = 3,5 Jerman :

tk = P/F ( bila tidak ada bahaya tekuk) tk = tk ijin / w (diberi faktor tekuk bila ada bahaya tekuk) tk ijin / w = 2E / 2 sehingga w = tk ijin 2 / 2 E E dan tk ijin tergantung kepada jenis kayu. Untuk material elastis, terbatas pada daerah elastis , cr = 2E / 2 p = tegangan proporsional, kayu kelas II , p = 100 kg/cm2 2 2E / p ; berapa batas ?? Untuk kayu kelas II , E = 105 kg/cm2, jadi 2 2105 / 100 = 104 = 104 = 100 (min untuk menggunakan rumus Euler Dalam praktek sering kita jumpai < 100, sehingga harus digunakan rumus Tetmeyer Untuk kayu kelas II tk// ijin = 85 kg/cm2 crmax =tk ijin = 3,5 x 85 = 297,5 kg/cm2 cr dari rumus Tetmeyer, cr = a + b =0;, cr = 300 , b = 300 = 100 , cr = 100 ; sehingga : 100 = 100 a + 300 ; a = -2 atau cr = -2 + 300 Menentukan faktor tekuk w w daerah Euler ; w = tk2 / 2E w daerah Tetmeyer tk =cr / = -2 +300 / ; cr = tkijin / w w = tk / (-2+300) Pada kayu kelas II , tk ijin = 85 kg/cm2 : =0;, w = 85 x 3,5 / (-2.0 +300) = 297,5/300 ~ 1,0 = 100 , w = tk2 / 2E = 3,5 x 85 x 1002 / (10x105) = 2,975 ~ 3,00 Contoh : Suatu batang tekan mempunyai = 50 , F = 225 cm2 , berapa nilai Pk? = 50 < 100, digunakan rumus Tetmeyer ; k = -2(50) + 300 = 200 kg/cm2 Pk = F. k= 225.200 = 22500 kg Suatu batang tekan mempunyai = 120 , F = 100 cm2 , berapa nilai Pk? = 120 > 100, digunakan rumus Euler ; k = 2E/2 =10x105 / 1202 = 69,4 kg/cm2 Pk = F. k= 100.69,4 = 6940 kg P y Free standing x

300 cm

h=15cm

b=10

Kemungkinan menekuk terhadap sumbu x : x = Lk/ix = 300 /0,289 x 15 = 69,2 Kemungkinan menekuk terhadap sumbu y : y = Lk/iy = 300 /0,289 x 10 = 103,8 x < y, berarti batang akan menekuk terhadap sumbu y, dengan : y = 103,8 dengan tabel tekuk didapat w = 3,29, Pmax = F tk// ijin / w = 10x15x85/3,29 = 3899 kg~ 3,9 ton. Dengan besarnya Pijin = 3,9 ton didapat tegangan aktual :

tk// = P/F = 3900 / 10x15 = 26 kg/cm2 < tk// ijin = 85 kg/cm2 Panjang Tekuk pada konstruksi rangka batang Batangbatang tekan pada sisi atas rangka batang bila ada beban vertikal karena diperkuat gording menjadi lateral fixed, artinya titik2 buhulnya tidak bisa menekuk keluar bidang gambar.

bebas

S1 a

S2 a A B C

Pada gbr di atas, titik B pada rangka batang tidak lateral fixed. Dasar Teori : 1. Batang ABC merupakan satu batang, tidak putus di B 2. Dimensi batang AB = BC 3. Batang AB dan BC dari bahan yang sama 4. Didapat suatu rumus empiris menghitung panjang tekuk ke arah luar bidang gambar yang terjadi, yang sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya tekan S1 dan S2 Lk = L( 0,75 + 0,25 S2/S1) 0,5 L dimana L = 2 a Bila S1 = S2 didapat Lk = L ; Rumus Lk,gaya S2 harus yang terkecil dari ke dua gaya tekan tsb. Apabila salah satu dari kedua gaya tsb. adalah tarik dalam hal ini S2 merupakan gaya tarik, panjang tekuk menjadi lebih kecil. Contoh : Tentukan dimensi batang ABC dari Kayu Klas II pada rangka di bawah. D E 2t F 4m A S1 a B S2 a C 2t a=3m

MD = 0 ; = 2(300+600) +S1 (400) = 0 ; S1 = -4,5 ton ME = 0 ; = 2(300)+S2 (400) = 0 ; S2 = -1,5 ton Panjang tekuk = Lk = L (0,25+0,75 S2/S1) = 2x300(0,25+ 0,75x 1,5/4,5 = 498 ~500 cm, yang menekuk keluar bidang gbr. Kalau menekuk pada bidang gbr yg berperan adalah batang AB yang mempuyai gaya terbesar. = Lk/i = (498 / 0,289 b) 150 ; sehingga b 11,5 cm Dicoba b = 15 cm, = Lk/i = 498 / 0,289 x 15 = 113 Dari tabel Tekuk didapat w = 3,97

= wP/F = 3,97 x 4500 / 15 x h tk//= 85 kg/cm2 h 14 cm , diambil h = 15 cm Jadi dimensi batang ABC : 15 cm x 15 cm Combined Stresses (tegangan gabungan) Sebagian batang selain menerima gaya aksial juga menerima momen, sehingga terjadi tegangan gabungan pada penampangnya Gaya aksial ; Tarik ; = P / Fnetto Tekan ; = wP / Fbruto Kalau terjadi gaya aksial dan momen :
tk =
wS M + 2 tk // lt F W wS M + 1 tr // F W

Dimana S = gaya tekan, 2 = faktor keamanan = tk// max /lt max = 0,85
tr =

Dimana 1 =tr// max /lt max Disamping itu juga tergantung pada beberapa faktor : a. tegangan lentur terhadap bidang tekuk (sebidang atau tegak lurus) b. Momen dan S(gaya aksial), setempat atau tidak setempat c. wS/F dan M/W ; ambil mana yg dominant(menentukan) Menurut peraturan Belanda (NEN 3852): 1. Sebidang : tk = wS/F + M/W 2. saling tegak lurus : tk = wS/F + (0,5 M/W) Bahaya tekuk selalu di tengah bentang, tidak tergantung letak beban titik yang mengakibatkan momen. Contoh:

10 t 1 gr A 1 gr B (a) 10 t A (b)

1 gr 10 t B

Pada gbr (a) di atas : lt yang dominant jadi: tk = wS/F + M/W lt Pada gbr (b) di atas : tk yang dominant jadi: tk = wS/F + M/W tk Konstruksi yang sering dijumpai dalam keadaan tegangan gabungan misalnya : pada luifel dan batang-batang tekan pada rangka batang akibat dipasang gording di tengah batangnya.

Rangka kuda-kuda

(a) Luifel A (b)

Contoh soal

4t 150

D C B 200 200 1,5 t 5t 4t

3t 4t

1,5 t

Tentukan dimensi batang-batangnya? Sudah dapat kita bayangkan bahwa konstruksi ini perlu penyambungan2 di A, B dan D, jadi harus diusahakan dimensi batangnya tidak mempersulit penyambungan Batang AD dan BD: Dari keseimbangan titik D :tg = ; SAD berupa batang tarik, x 4 = 3 t ; BD berupa batang tekan 5/4x 4 = 5 t Dimensi batang BD : Lk BD = 5/4 x 2 = 2,5 m, misal b = h b = Lk/86,5+ {(Lk/86,5)2 + (S/85)(b/h)} =250/86,5 +{(250/86,5)2+(5000/85)1} = 2,89 +67,21 = 2,89+8,2 = 11,1~11 cm Gelegar ABC : tr = S/Fn + M/W tr// (4000/11xh ) + 0,85(300000/11/6xh2) 85 364 h + 138500 85 h2 = 0 ; 85 h2 364 h 138500 = 0 h = 42,5 cm . perbandingan b dan h terlalu jauh, maka diulangi lagi diambil h = 2 b (4000/ b x 2b) + 0,85 x 300000 / b/6(2b)2 = 85 ; (4000/ 2b2) + 0,85 x 450000 / b3 = 85 ; pers. Pangkat 3 dalam b Setelah b didapat lanjutkan mendimensi batang BD lagi dengan h = 2b

Hubungan Sambungan Secara tradisional : -sambungan gigi - sambungan gigi dan tumit Keadaan I

Bidang pertemuan

(2) pert emu an

(1) pert emu an Arah serat kayu sejajar gaya, =0

Garis kerja gaya

Pada keadaan I seperti ini, = 0: z1 = tk // 1 ( tk // 1 tk 1 ) sin = tk // 1

z 2 = tk // 2 ( tk // 2 tk 2 ) sin = tk // 2

Dalam keadaan pemeriksaan terhadap luas bidang pertemuan, diambil harga terkecil antara z1 dan z2. Keadaan II

(2) pert emu 2an =0 Pada keadaan II ini : 1 0 ; 2 = 0 Keadaan III

(1) pert 1 emu an

900- 2 = 1 1 (2) pert emu an 2 (1) pert emu an

900- 1 = 2

Pada keadaan III ini : z1 z2, jadi ambil harga terkecil Untuk penggunaan kayu yg ekonomis(kekuatan yang diijinkan dari masing-masing kayu dimanfaatkan sepenuhnya) dalam hal ini akan tercapai apabila z1 = z2 Bila kayu yang sama dalam hali ini jenis kayu 1 = jenis kayu 2,agar z1 = z2 maka sin1 = sin 2 ; sin(900-1) = sin(900-2) ; 1 = 2, garis bagi sudut luar. Kalau jenis kayu tidak sama harus dicari dahulu 1 dan 2 dengan persamaan z1 = z2

Sambungan Gigi Gigi yang masuk ada yang miring dan ada yang tegak vertikal S kedalaman gigi,t (1) pert emu an Lv

(2) pert emu an

H = Scos

Kedalaman gigi t berkisar 1,5 3 cm Pada sambungan gigi, gesekan antara kayu dengan kayu didalam perhitungan harus diabaikan h

t / h = cos , jadi h = t/cos , sehingga luas bidang pertemuan h x b =( t /cos) b z1 = tk // 1 ( tk // 1 tk 1 ) sin


z 2 = tk // 2

Dari kedua besaran ini ambil yang terkecil Disini semua gaya S dipikul oleh bidang pertemuan : S = (t/cos) b z ; t = Scos / b.z Pada gigi yang masuknya vertikal : S kedalaman gigi,t (1) pert emu an Lv Luas bidang pertemuan = t x b S (2) pert emu an R H H = Scos

z 2 = tk // 2 ( tk // 2 tk 2 ) sin
Diambil yang terkecil tegangannya. Gaya yang bekerja pada bidang pertemuan adalah : H = Scos = t . b . z t = Scos / b.z Gaya yang diperhitungkan adalah gaya yang tegak lurus bidang pertemuan.

z1 = tk // 1

Hubungan gigi Tunggal Apabila bidang pertemuan merupakan Garis bagi sudut luar = sudut yang dibuat oleh arah serat kayu 1 dan gaya yang bekerja pada bidang pertemuan (Scos1/2) =(900-) ; =900-1/2 ; =(900-900+1/2) = 1/2 Gaya yang bekerja pada bidang pertemuan : S (2) pert emu an S R H

(1) pert emu an Lv

Scos 1/2 1/2 S

Luas bidang pertemuan =( t / cos1/2)b = tb / cos1/2

z = z1 = z2 = tk/ ( tk/ tk ) sin1/2

S cos /2 = ( t b / cos /2)z Jadi t = S(cos/2)2 / b.z , yang hanya berlaku untuk kelas kayu yang sama. Pemeriksaan penampang kayu bawah akibat sambungan S kedalaman gigi,t (1) pert emu an

(2) pert emu an

(h-t)

h Scos

Eksentrisitas, e = h (h-t) = h h + 1/2t = t Dengan adanya eksentrisitas e, maka batang bawah akan mengalami tegangan gabungan. N = S cos ; M = S cos . 1/2t ; = N/F + M/W tk// Dimana : F = (h-t)b ; W = 1/6 b (h-t)2 PKKI 1961 membatasi kedalaman gigi : Untuk 500 maka t h / 4

500 maka t h/6 Untuk itu untuk mendisain perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Penuhi dulu harga tmax 2. t dihitung secara eksak : t = S(cos/2)2 / b.z Bila harga t dari perhitungan ternyata > tmax, berarti hubungan gigi tidak bisa dipakai, sehingga dicari cara lain : 1. h batang tepi bawah diperbesar 2. menggunakan kayu peninggi (Beiholz) Perhitungan panjang kayu muka , Lv PKKI 1961 membatasi Lv 8 t 15 cm Scos = b.Lv.ijin Untuk Lv > 8 t, diagram tegangan geser berupa parabola sehingga tegangan geser rata2 = . Tapi kalau Lv < 8 t , tegangan rata2 = (2/) Lv = Scos / b.rata-rata = (/2)Scos / b.rata-rata Hubungan dengan kayu Peninggi ( Beiholz )

t l

(2) pert emu an m

h1-t

h (1) per mua n Scos

Kayu peninggi dari kayu yang sama : t = Scos21/2 / b. tk// dimana harga t selalu dibulatkan keatas dan tidak terikat pada pembatasan t max. Luas bidang pertemuan antara batang tepi atas dan batang tepi bawah dimana bidang tersebut harus kuat memikul komponen vertikal dari gaya tekan S. Komponen vertikal = gaya V = S sin, dimana V tegak lurus arah serat batang tepi bawah. Sin = ( h1- t ) / m ; m = ( h1- t ) / sin . Luas bidang kontak adalah : b x m = b. ( h1- t ) / sin . Jadi tegangan yang terjadi : tk = V / F = S sin / { b. ( h1- t ) / sin }= S sin2 / b(h1-t) < tkijin Apabila sistem kayu peninggi tidak bisa digunakan maka dapat dilakukan usaha : a. menambah lebar batangnya b. dipakai sistem kombinasi tumit dan gigi, ini hanya bila digunakan apabila <500 Pemilihan dan perhitungan pakunya Jumlah paku perlu, n =Scos / N1 ; N1= daya pikul 1 paku = 500 dn2 / 1+dn Ln (tk + 12dn) karena l > 12 dn ; dn < tk / 7 Prosedur perencanaannya adalah : a. Pilih paku dengan diameter dn tk/7, ln = ...............(lihat tabel) b. Hitung tk + 12 dn karena bekerja dengan satu irisan c. Kontrol apakah ln tk + 12 dn, bila lebih kecil maka paku diperbesar

d. Bila terlalu besar pilih lagi paku yg sesuai e. Apabila sudah memenuhi hitunglah : N1 f. Hitung jumlahnya n Panjang kayu Beiholz dihitung dengan memperhatikan : -jumlah paku -syarat2 jarak antara paku -lebar balok Sambungan gigi dan tumit S1 t1 gigi pere mua n (2) pert emu an tumit perem uan Lv2 S2 t2 h (1) pere mua n Scos

Lv1

Syarat : < 500 ; t2 t1 15 mm ; t2 max = h/4 Asumsi : - Pada bidang kontak gigi bekerja gaya S1 - Pada bidang kontak tumit bekerja gaya S2 - S1 + S2 = S - S1 bisa dihitung dari t1 - S2 bisa dihitung dari t2 Untuk coba2 : S1 = S2 = S t1 = S1 cos2/2 / b z/2 ; t2 = S2cos / b.z2 Apabila t2 > tmax, maka sistem gigi dan tumit tidak bisa dipakai Lv1 hanya menahan gaya S1 Lv2 menahan gaya Stotal atau S1+S2 Lv1 = S1cos / b. , hanya boleh bila Lv1 8 t1 Lv2 = Scos / b. , hanya boleh bila Lv1 8 t2 Menurut PKKI panjang kayu muka terpendek 15 cm Contoh : S1 t1 gigi pere mua n (2) pert emu an tumit perem uan Lv2 S2 t2 h (1) pere mua n Scos

Lv1

Diketahui kduanya balok kayu kls II, balok sisi atas 16*16 cm, balok sisi bawah 16*20 cm ; = 400 < 500, gaya tekan S = 8000 kg t2 tmax = h/4 = 20/4 = 5 cm

z1 = tk/ ( tk/ tk ) sin1/2

t1 t2

z2 = tk/ ( tk/ tk ) sin

= 85-(85-25)sin 20 = 85-60(0,342) = 64,48 kg/cm2 = S1cos2/2 / b.z1 = S1 (cos20)2 / 16(64,48) = S1x0,883 / 1031,68 = S2 cos / b. z2 ;

= 85-60sin400 = 46,43 kg/cm2 t2 = S2cos400 / b. 46,43 = S2.0,766 / 16.46,43 = S2.0,766 / 742,88 S1 =1031,68 t1 / 0,883 ; S2 = 742,88 t2 / 0,766 ; S1 + S2 = S = 8000 kg Persyaratan : t2 t1 1 cm (PKKI) ; t2 t1 1,5 cm (Belanda) Ambil t2-t1 = 1,5; t2 = 1,5+t1 (1031,68 t1 / 0,883)+ 742,88 (1,5+t1) / 0,766 = 8000 64,48 t1 / 0,883 + 46,43(1,5+t1)/0,766 = 500 73,02 t1 +90,92 + 60,61 t1 = 500 ; t1 = {500-(90,92)}/ 133,63 = 3,06 cm ; t2 = 1,5+3,06 = 4,56 cm < tmax = 5 cm (OK) Lv 8 t, sehingga dianggap rata-rata S1 =1031,68 t1 / 0,883 =1031,68 . 3,06 / 0,883 = 3575,24 kg S2 = 742,88 t2 / 0,766 = 742,88 . 4,56 / 0,766 = 4422,37 kg Lv1 = S1cos / b = 3575,24 . 0,766 / 16 . 12 = 14,26 cm Lv2 = S cos / b = 8000 . 0,766 / 16 . 12 = 31,92 cm > 8 x t1 = 8 x 3,06 = 24,48 cm Berarti harus digunakan rumus : Lv2 = /2 (Scos)/b. =(1,57) 8000 . 0,766 / 16 . 12 = 50,11 cm Lv 15 cm (PKKI) Alat Penyambung pasak Salah satu usaha agar balok tersusun merupakan satu kesatuan dalam memikul beban(100% masif), ialah dengan perekat(lem). Kalau dengan pasak lebih kecil dari 100% masif.

Ukuran Pasak : Syarat PKKI : t 1,5 cm ; 5 t ; 15 cm (Bab VI psl 13)

2t

b lv e L Tugas pasak adalah : mencegah perbedaan deformasi yang timbul antara kedua bagian batang sekecil mungkin. I = 1/12 b (2h)3 ; W = 1/6 b (2h)2 Berhubung penggunaan pasak < 100% masif maka I dan W direduksi: W = 80 s/d 90% x 1/6 b(2h)2 I = 60 s/d 70% x 1/12 b (2h)3 Pada konstruksi terlindung: Dengan 2 bagian : I = 0,6 bh3/12 ; W = 0,8 atau 0,9 bh2/6 Dengan 3 bagian : I = 0,3 bh3/12 ; W = 0,7 atau 0,8 bh2/6 Pada konstruksi tak terlindung(jembatan dsb.): Dengan 2 bagian : I = 0,6 bh3/12 ; W = 0,7 atau 0,8 bh2/6 Dengan 3 bagian : I = 0,3 bh3/12 ; W = 0,6 atau 0,7 bh2/6 Angka2 yang terkecil untuk harga2 W dipakai jika diharapkan bahwa pergeseran yang besar akan terjadi, misalnya dipakai pasak kayu sebagai penyusunnya. Kemungkinan2 kerusakan yang terjadi akibat penggunaan pasak sebagai penyambung pada balok tersusun. 1. Pasak retak ditengah tingginya (pada tinggi t), akibat ijin pasak dilampaui, baloknya sendiri masih utuh. N=daya pikul 1 pasal = . b . ijin pasak 2. Baloknya retak akibat . ijin balok dilampaui, lv kurang Daya pikul dari balok, N = lv . b . ijin balok Agar ekonomis, N pasak = N balok ; lv / = ijin pasak / ijin balok lv / > 1untuk membuktikan mutu kayu pasak lebih tinggi dari mutu kayu balok. 3. Bidang pertemuan antara balok dan pasak yang rusak akibat tk// balok dilampaui, tk// = N / t.b < tk// ijin balok ; N = daya pikul 1 pasak Penempatan letak pasak Penempatan pasak yang tepat harus sesuai dengan diagram tegangan geser. = D.S/ b.I (kg/cm2) .b = D.S /.I kg/cm (tegangan geser percm balok) Diagram .b = diagram D, karena S dan I adalah konstan. 2t 2h

Kekuatan perpasak =
bdx
0 e

DS S L = bdx = dx = I I 0 0

Ddx
0

Dimana: L = gaya geser yang ditahan sejumlah pasak; Ddx = luas diagram gaya lintang Sehingga L =( S / I ) x luas diagram gaya lintang Bila N = kekuatan 1 pasak, jumlah pasak perlu, n = L/N

D0

F1

F2 L/2 e1 e2

F3

Supaya daya pikul tiap pasak sama maka luas diagram gaya lintang dibagi luas yang sama misal F1 = F2 = F3 , akan tetapi e1 e2 Dalam praktek, n = L/N x ; = faktor keamanan = 1,25 Contoh :Balok tersusun terdiri dari 2 bagian dari ukuran 15 x 30 cm kayu kelas II. Bentang balok 12 m, memikul beban q = 250 kg/m. Ukuran pasak 2t = 8 cm, = 12 cm ; b = 15cm.Tegangan2 ijin: : pasak = 10 kg/cm2 , balok = 9 kg/cm2 ; tk//balok = 85 kg/cm2 Hitung jumlah dan letak pasak yang diperlukan Solusi: Npasak = b pasak = 12(15(10) = 1800 kg (1buah) D0 = qL = (250)12 = 1500 kg Luas diagram gaya lintang = 1/2D0(L/2) = 1500/2 x 6 = 4500 kgm = 450000 kgcm Bila 100% dianggap masif:

30 h

30

=(1/2h.b)1/4h = 1/8bh2 =(30.15)15=6750 cm3 I = 1/12bh3=1/12.15(60)3 = 270000 cm4 S/I = 0, 025 = 1/40 S

15 Ltotal = S/.I x luas diagram gaya lintang = 0,025 (450000) = 11250 kg Jumlah pasak, n = L/N = 11250/1800 = 6,..... 7 buah (teoritis) Dalam praktek n = nx1,25 = 7,...... 8 buah

Total dengan di bagian kanan diperlukan 16 buah pasak. Menentukan letak dari pasak: Agar pasak2 memikul beban yg sama maka luas diagram gaya lintang dibagi menjadi n bagian yang sama. Ada cara pembagian luas trapesium/segitiga menjadi n bagian yang sama luasnya: 1. Cara Krumbach (pendekatan) 2. Cara integral (lebih tepat) 1. Cara Krumbach b>a F1= F2 = F3 = Fn = F xm = -k1+(k12+mk2) a F1 F2 k1 = a l / b-a b k2 = 2 F l / n(b-a) F=1/2 (a+b) l x1 n=banyaknya bagian trapesium x2 m=nomor urut bag.trap. Untuk diagram gaya lintang bentuk segitiga bila menggunakan rumus di atas, a = 0 x3 D0 l =600 cm x1 l

D0 = 1500 kg. Diagram gaya lintang berbentuk segitiga akan dibagi menjadi 8 bagian yang sama Krumbach: xm = -k1+(k12+mk2) ; a = 0 maka k1 = 0 ; xm = (mk2) k2 = 2 F l / n(b-a) =2(1/2x1500x600)600 / 8x1500 = 45000 x1 = (1x45000) = ....... cm x2 = (2x45000) = ....... cm x3 = (3x45000) = ....... cm x7 = (7x45000) = 555 cm x8 = (8x45000) = 600 cm Secara teoritis pasak harus dipasang di garis titik berat dari trapesium2 tsb. Kontrol terhadap tegangan2 yang timbul:

X7 8 12

Lv X8

x Lv

= x8 - x7 = 600 -555 = 45 cm ; = x = 45-12 = 33 cm

balok = N / Lv.b = 1800 / 33 x15 = 3,7 kg/cm2 < 9 kg/cm2(OK) tk// = N/tb = 1800 / 4 x 15 = 30 kg/cm2 < 85 kg/cm2(OK) Jika teg.geser dilampaui : - menambah jumlah pasak - memperbesar ukuran pasak.

Anda mungkin juga menyukai