Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan struktur merupakan unsur terpenting dalam pembangunan agar
dapat menghasilkan suatu struktur yang kuat, nyaman, ekonomis dan aman selama
masa layannya. Perencanaan struktur meliputi perilaku struktur dengan dasar-
dasar pengetahuan dalam dinamika, statika, mekanika bahan dan analisis struktur.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan struktur antara lain
penetapan beban struktur, pemilihan susunan dan ukuran dari elemen struktur
sehingga beban yang bekerja dapat dipikul secara aman dan perpindahan yang
terjadi masih dalam batas yang diisyaratkan.
Salah satu tahapan terpenting dalam merencanakan struktur bangunan
adalah pemilihan jenis material yang akan digunakan. Jenis material yang umum
digunakan dalam dunia konstruksi adalah baja, beton bertulang dan kayu. Material
baja telah digunakan sejak lama karena memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan material yang lain. Dalam perencanaan konstruksi, baja
dapat digunakan sebagai kolom, balok ataupun rangka atap.
Komponen struktur yang memikul beban-beban akibat gravitasi adalah
balok. Profil balok baja yang paling umum dan efisien digunakan adalah profil
IWF. Perancangan balok dapat didesain bergantung pada gaya geser dan momen
lentur yang bekerja pada komponen balok. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
pembebanan yang dapat dipikul oleh profil yang akan digunakan dalam
perancangan.(Novia Eka Damayanti, 2017)
Namun struktur baja memiliki komponen sambungan yang harus didesain
sedemikian rupa agar tiap elemen dapat menyalurkan beban dengan baik sampai
pada pondasi. Sistem sambungan yang baik akan mengoptimalkan kekuatan
masing-masing elemen yang akan disambung sehingga mengurangi resiko
terjadinya kegagalan struktur.
Sambungan balok ke balok merupakan salah satu sambungan yang berperan
penting dalam memikul pembebanan yang terjadi pada suatu struktur. Sambungan
tersebut biasanya didesain sebagai sambungan yang memikul gaya geser akibat
beban yang diberikan pada pelat lantai. Salah satu sambungan balok ke balok
yang sering digunakan saat ini adalah tipe sambungan flush end plate.
Sambungan ini dimodelkan agar dapat menyalurkan beban dengan baik dari
balok anak terhadap balok induk. Sistem sambungan balok ke balok ini
dinamakan sambungan flush end plate karena dimensi panjang dan lebarnya sama
dengan dimensi tinggi dan lebar pada balok anak. Sambungan ini terdiri dari
elemen yang akan disambung, pelat penyambung atau pelat akhir (end plate),
lateral plate, pelat pengaku (stiffener) dan baut. Pelat akhir (end plate) adalah
pelat baja yang berada pada ujung balok anak yang akan disambung. Lateral plate
adalah pelat penahan lateral yang berada diantara flange bagian atas dan bawah
balok induk. Sedangkan pelat pengaku (stiffener) digunakan sebagai pengaku
pada lateral plate dengan web balok induk. Baut digunakan sebagai penyambung
antara end plate balok anak dan lateral plate pada balok induk.(Tawoeda dkk.,
2017)
Berdasarkan latar belakang di atas, laporan ini mengambil judul Analisa
Kekuatan Balok Baja pada Ruang Tunggu Administrasi Keuangan UMSU, Jl.
Muchtar Basri, Glugur Darat, Medan. Sehingga nantinya dapat diketahui dan
ditinjau apa saja prosedur desain perencanaan balok baja khususnya balok IWF
250x125x6x9 dalam perhitungan suatu struktur balok baja

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dalam penelitian ini terdapat rumusan
masalah yaitu bagaimana pembebanan ultimate pada perencanaan balok
menggunakan profil IWF dengan dimensi yang sudah ada.

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan
struktur balok baja terhadap lentur dan geser sesuai dengan standar keamanan dan
kekuatan SNI 1729:2015.
BAB 2
LANDASAN TEORI

1.1. Pengertian Balok

Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen
kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom-
kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang
sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring balok dengan kolomnya bersifat
kaku tidak mudah berubah bentuk.Pola gaya yang tidak seragam dapat
mengakibatkan balok melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan
internal material.Balok terbagi dari beberapa macam, yaitu:

A. Balok Kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang
oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.

B. Balok Baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat
ditopang oleh balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang beban.
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk membangun
rangka bermacam-macam struktur mencakup bangunan satu lantai sampai
gedung pencakar langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi (on-
site) maka biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai
spesifikasi disain. Hasilnya berupa konstruksi rangka structural yang relative
cepat dan akurat. Baja structural dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi
tahan api yang tidak terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan
secara drastic karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi
kualifikasi sebagai konstruksi tahan api.Balok baja berbentuk wide-flange
(W) yang lebih efisien secara structural telah menggantikan bentuk klasik I-
beam (S). Balok juga dapat berbentuk channel (C), tube.

C. Balok Beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan
bentuk cetakannya.

2.2. Pengertian Baja

Baja adalah logam yang paling banyak digunakan. Seperti yang telah
diuraikan didepan bahwa baja pada dasarnya adalah paduan besi dan karbon
dengan sedikit unsur lain, ini dinamakan baja karbon (carbon steel). Bila
baja itu mengandung juga unsure lain dalam jumlah yang cukup besar
sehingga akan merubah sifatnya maka baja itu dinamakan baja paduan
(alloy steel).(Wahid Suherman, 1987).
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsur karbon sangat
menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa
terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja
karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur.
.
1. Baja Karbon
a. Baja Karbon Rendah
Kadar karbon sampai 0,25 % sangatvluas pengunaannya, sebagai
baja kontruksi umum, untuk baja profil rangka bangunan, baja tulang
beton, rangka kendaraan, mur baut, pelat, pipa dan lain-lain. Baja ini
kekeuatannya relatip rendah, tetapi keuletannya tinggi.
b. Baja Karbon Mengah
Kardar karbon 0,25-0,55 % lebih kuat dan keras,dan dapat
dikeraskan. Pengunaan hampir sama dengan baja karbon rendah,
digunakan untuk yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan yang
lebih tinggi. Juga banyak digunakan sebagai baja kontruksi mesin,
untuk poros, roda gigi, rantai dan lain-lain.
c. Baja Karbon Tinggi
Kadar karbon lebih dari 0,55 % dengan sifat mekanik lebih kuat
dan keras dari baja karbon rendah dan menengah tetapi keuletan dan
ketangguhan lebih rendah. Baja jenis ini digunakan terutama untuk baja
perkakas dan biasanya memerlukan sifat tahan aus misalnya untuk mata
bor, tap dan mesin perkakas tangan.

2. Baja paduan
Baja paduan adalah baja yang mempunyai kadar karbon sama
dengan baja lunak, tetapi ditambah dengan sedikit unsur – unsur
paduan.Penambahan unsur ini dapat meningkatkan kekuatan baja tanpa
mengurangi keuletannya. Baja paduan banyak digunakan untuk kapal,
jembatan, roda kereta api, ketel uap, tangki-tangki dan dalam
permesinan.
a. Baja paduan rendah
Low aloy steel atau baja paduan dengar kadar unsur paduan rendah
(kurang dari 10 ), mempunyai kekuatan dan ketanguhan lebih tinggi
daripada baja karbon dengan kekuatan yang sama. Hardenability dan
sifat tahan korosi pada umumnya lebih baik. Banyak digunakan sebagai
baja kontruksi mesin (Wahid Suherman,1987 :73). Secara garis besar
baja dapat di kelompokan menjadi dua yaitu baja karbon dan baja
paduan. Namun pada penelitian ini akan di bahas mengenai baja paduan
rendah.
b. Baja paduan tinggi
High alloy steel baja paduan dengan unsur paduan tinggi,
mempunyai sifat khusus tertentu, baja tahan karat(stainless steel), baja
perkakas (tool steel, misalnya High Speed Steel,HSS), baja tahan panas
(heatresisting).
2.3. Pola Keruntuhan Baja
Pola Keruntuhan Pada struktur baja, dikenal beberapa jenis pola keruntuhan
yang sering terjadi antara lain:
1. Akibat tekuk (Buckling)
Beban tekuk didefinisikan sebagai bahan batas yang menyebabkan
balok tertekuk. Jika balok dibebani dengan beban aksial, maka balok akan
terdefleksi lateral dan mengalami tekuk apabila beban ditingkatkan terus. Jika
beban bekerja kurang dari beban tekuk dan beban diambil dari balok maka
balok akan kembali ke posisi semula. Fenomena tekuk terdiri dari empat tipe,
yaitu:

2. Tekuk Lokal (Local Buckling)


Tekuk lokal merupakan tekuk yang terjadi pada elemen pelat
penampang (sayap atau badan) karena pelat yang terlalu tipis. Bila
tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan kritis pelat,
maka akanterjadi tekuk lokal. Tekuk lokal pada elemen pelat dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan prematur pada keseluruhan
penampang, atau setidaknya akan menyebabkan tegangan tidak merata
dan mengurangi kekuatan keseluruhan.
3. Tekuk Lentur (Flexural Buckling)
Tekuk lentur merupakan tekuk yang terjadi jika batang desak tertekuk
terhadap sumbu utamanya atau sumbu yang memiliki radius girasi
terkecil. Tekuk ini dapat terjadi pada batang yang menggunakan profil yang
memiliki penampang simetris ganda atau antisimetrisganda (seperti profil I
atau Z), profil yang memiliki penampang simestris tunggal (seperti profil
kanal, L sama kaki, L double). Tekuk lentur menyebabkan elemen batang
mengalami lentur terhadap sumbu lemah batang.
4. Tekuk Torsional (Torsional Buckling)
Tekuk torsional merupakan tekuk yang terjadi denganterpelintirnya
batang terhadap sumbu longitudinalnya (sumbu yang sejajar dengan beban).
Tekuk torsional umumnya terjadi pada profil simetris ganda yang memiliki
tampang yang sangat langsing.
5. Tekuk Lentur Torsional (Flexural Torsional Buckling)
Tekuk lentur torsional merupakan tekuk yang terjadipada batang desak
jika secara bersamaan melentur dan memutar. Tekuk torsional lentur
umunya terjadi padaprofil simetris tunggal (seperti profil kanal, L
dengan panjang kaki yang sama, L ganda, dan T) dan profil tidak simetris
(profil L dengan panjang kaki berbeda). Lentur-torsi tekuk adalah
membungkuk simultan dan memutar dari anggota. Hal ini terutama terjadi
pada saluran, ter struktural, ganda-sudut bentuk, dan sudut tunggal yang
sama

2.4. Sifat mekanik baja struktural:


1. Stiffness (kekakuan)
Sifat bahan yg dapat renggang terhadap tegangan tinggi tanpa diikuti
regangan yg besar. Ini adalah ketahanan pada deformasi. Kekakuan bahan
yakni fungsi dari Modulus elastisitas E. Sebuah material yg memiliki nilai E
tinggi seperti baja, E = 207.000 Mpa, dapat berdeformasi lebih kecil pada
beban (maka kekuatannya lebih tinggi) daripada material dgn nilai E lebih
rendah, contohnya kayu dgn E = 7000 Mpa atau kurang.
2. Strength (kapabilitas)
Sifat bahan yg ditentukan oleh tegangan paling besar material bisa
renggang sebelum rusak (failure). Ini akan didefinisikan oleh batas
proposional, titik mulur atau tegangan maksimum. tak ada satu nilai yg
lumayan dapat buat mendefinisikan kemampuan, dikarenakan perilaku bahan
tidak sama pada beban & sifat pembebanan.
3. Elasticity (elastisitas)
Sifat material yg bisa kembali ke dimensi awal sesudah beban
dihilangkan. Amat sulit memastikan nilai pas elastisitas. Yg dapat dilakukan
yaitu menentukan rentang elastisitas atau batas elastisitas.
4. Ductility (keuletan)
Sifat bahan yg dapat deformasi pada beban tarik sebelum benar-benar
patah (rupture). Material ulet yaitu material yg dapat ditarik jadi kawat tipis
panjang dgn gaya tarik tanpa rusak. Keliatan ditandai dgn % perpanjangan
panjang ukur spesimen selagi uji tarik & % pengurangan luas penampang.
Besar keuletan bisa dinyatakan dgn pendapat yang merupakan berikut :
 Persen Pertambahan = (pertambahan panjang ukur : panjang ukur awal) x
100 %
 Pengurangan luas = ((luas awal - luas akhir) : Luas awal) x 100%
5. Brittleness (kegetasan)
Menunjukkan tak adanya deformasi plastis sebelum rusak. Material yg
getas dapat tiba-tiba rusak tanpa adanya tanda terlebih dulu. Material getas
tak memiliki titik mulur atau proses pengecilan penampang (necking down
process) & kekuatan patah = kebolehan maksimum. Material getas,
contohnya : Besi cor, batu, & semen cor, yg rata-rata lemah dalam uji tarik,
maka penentuan kebolehan dgn memakai uji tekan.
6. Malleability (kelunakan)
Sifat bahan yg mengalami deformasi plastis kepada beban tekan yg
bekerja sebelum benar-benar patah. Rata Rata material yg amat sangat liat
merupakan pula cukup lunak.
7. Toughness (ketangguhan)
Sifat material yg dapat menahan beban impack tinggi atau beban kejut.
Apabila sebuah benda mendapat beban impack, sehingga sebahagian energi
diserap & sebahagian energi dipindahkan. Pengukuran ketangguhan = luasan
di bawah kurva tegangan-regangan dari titik asal ke titik patah.
8. Resilience (kelenturan)
Sifat material yg bisa menerima beban impack tinggi tanpa
memunculkan tegangan lebih terhadap batas elastis. Ini menunjukkan bahwa
energi yg diserap selagi pembebanan disimpan & dikeluarkan kalau material
tak dibebani. Pengukuran kelenturan sama dgn pengukuran ketangguhan.

Berdasarkan SNI 03-1729-2002, mutu material baja diklasifikasikan


menjadi 5 kelas mutu, berdasarkan tegangan leleh (fy) dan tegangan putusnya (fu),
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 2.1: Sifat Mekanis Baja.


Tipe–Tipe Profil Baja:

1. Wide Flange (IWF)


WF biasa digunakan untuk: balok, kolom, tiang pancang, top &
bottom chord member pada truss, composite beam atau column,
kantilever kanopi, dll.Istilah lain: IWF, WF, H-Beam, UB, UC, balok
H, balok I, balok W.

2. Lipped Channel (CNP)


Biasa digunakan untuk: purlin (balok dudukan penutup atap), girts
(elemen yang memegang penutup dinding misalnya metal sheet, dll),
member pada truss, rangka komponen arsitektural. Istilah lain: balok
purlin, kanal C, C-channel, profil C.

3. H-Beam
H-Beam biasa digunakan untuk : balok, kolom, tiang pancang, top
& bottom chord member pada truss, composite beam atau column,
kantilever kanopi, dll.Istilah lain: IWF, WF, H-Beam, UB, UC, balok
H, balok I, balok W.

4. Plat Hitam
Pelat baja datang dengan berbagai standar ukuran dan tingkatan
untuk memenuhi persyaratan Anda baik untuk penggunaan secara
langsung, di roll atau fabrikasi. Semua produk pelat baja telah melalui
protokol kontrol kualitas yang ketat.Pengunaan : pembuatan tangki, plat
lambung kapal dan lainnya.

5. Besi Siku
Kami menyediakan besi siku lobang dan besi siku biasa. Besi siku
berbentuk siku sama kaki yang digunakan untuk penggunaan umum
dengan ukuran mulai 50 mm sampai 250 mm.Besi Siku Lobang dapat
digunakan untuk Rak Lemari, Sandaran buku,dll. Sedangkan untuk besi
siku biasa dapat digunakan untuk baja struktural atau kegunaan lainnya
dengan tipe yang tersedia adalah equal angle dan unequal angle.

6. Stell Pipe
Penggunaan : bracing (horizontal dan vertikal), secondary beam
(biasanya pada rangka atap), kolom arsitektural, support komponen
arsitektural (biasanya eksposed, karena bentuknya yang silinder
mempunyai nilai artistik) Istilah lain: steel tube, pipa.

7. T-Beam (Hot-Rolled)
Sebuah T-beam, digunakan dalam konstruksi, adalah sebuah
struktur load-bearing logam, yang berbentuk penampang T. Bagian atas
T penampang berfungsi sebagai flange melawan tegangan tekan.
Sedangkan Web dari balok di bawah flens berfungsi untuk melawan
tegangan tarik dan untuk menyediakan pemisahan tekanan dari
kekuatan tekuk. Pengunaan: balok lantai, balok kantilever (kanopi)
Istilah lain: balok T.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Tunggu Administrasi Keuangan


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

1.2 Cara Pengambilan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan 2 cara


yaitu

1. Observasi

Cara pengambilan data ini melakukan observasi (pengamatan)


langsung ke tempat penelitian tepat nya di Ruangan Tunggu Administrasi
Keuangan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Dokumentasi

Inilah beberapa dokumentasi di Ruangan Tunggu Administrasi


Keuangan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Gambar 3.2.a Ruang tunggu administrasi keuangan Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.

Gambar 3.2.b Pengukuran balok pada ruang tunggu administrasi keuangan


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
BAB 4

Analisa Perhitungan Kekuatan Balok Baja Pada Ruang Tunggu


Administrasi Keungan UMSU

Profil baja WF 250x125x6x9 berat 29,6 kg/m, adalah profil gilas (hotrolled) yang
ukurannya mengacu pada "Tabel Profil Kontruksi Baja" dengan mutu baja adalah
BJ41, profil baja WF tidak dipasang pertambahan lateran (lateral bracing) dan
beban adalah terbagi merata sebagai mana terlihat pada gambar berikut:]

Penyelesesain:
Properti Penampanga
Beban (Wt) : 29,6 kg/m
Luas penampang (A) : 37,66 cm2
Modulus Elasisitas (E) : 200000 Mpa
Jari-jari inersia (rx) : 10,4 cm
Momen Inersia (Ix) : 4060 cm4
Momen Inersia (Iy) : 294 cm4
𝐼𝑥 4060
Modulus Penampang (Sx) :𝑦 = = 324,8 cm3
12,5

BJ41 : Fy = 250, Fu = 410


1. Rasio Lebar-tebal
1 𝑏𝑓
a. Sayap (Flange) : λf = 𝑥
2 𝑡𝑓
1 125
=2 𝑥 9

= 6,94

𝐸
λpf = 0,38 √𝑓𝑦

200000
= 0,38 √ 250

= 10,75

𝐸
λrf = 1,0 √𝑓𝑦

200000
= 1,0 √ 250

= 28,28
Maka = λpf > λf → Sayap Kompak
h
b. Badan (Web) : λw = tw
250−(9x2)
= 6

= 38,67
𝐸
: λpw = 3,76 √𝑓𝑦

200000
= 3,76 √ 250

= 106,35
𝐸
: λrw = 5,70 √𝑓𝑦
200000
= 5,70 √ 250

= 161,22
Maka λpw > λw → Badan Kompak
Sayap (Flange) dan Badan (Web) dari profil yang direncanakan adalah
kompak (c) – kompak (c), maka sesuai SNI 1729:2015 dilakukan prosedur
analisis sesuai dengan pasal F2
2. Menentukan kekuatan terhadapan momem plastis
Mn = Mp = Fy x Zx
Nilai Zx dari profil 250 x 125 x 6 x 9 adalah
Zx = bf x tf x (d-tf ) + 0,25 x tw x h2
= 125 x 9 x (250-9) + 0,25 x 6 x (250 – (2x9)2
= 351861 mm3
Maka: Mn = Mp = 250 x 351861
= 87965250 N.mm
= 87,97 KN.m
3. Menentukan kekuatan terhadapa Tekuk Torsi Lateral (F2) AISC 2010
Bentang balok = L = Lb = 3,7 m
Panjang batang maksimum
𝐸
Lp = 1,76 x ry x √𝐹𝑦

200000
= 1,76 x ry x √ 250

= 139 cm → 1,39 m
Panjang batang pengaruh tegangan residu :

𝐸 𝑗𝑐 𝑗𝑐 2 0,7𝑓𝑦 2
Lr = 1,95 x rts x 0.7𝑓𝑦 √𝑆𝑥ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥ℎ𝑜) + 6,76 ( )
𝐸

Untuk profil I-Wf simetri ganda , c = 1


Jarak antara titik berat sayap, ho = d-tf = 250 – 9 = 241 mm
1
Konstanta torsi, J = 3 × (2 × 𝑡𝑓 3 × 𝑏𝑓 + 𝑡𝑤 3 × ℎ𝑜
1
= 3 × (2 × 93 × 125 + 63 × 241)

= 78102 mm4
1
×𝐼𝑦×ℎ𝑜
 rts2 = 2
𝑆𝑥
1
×294×104 ×241
=2 324,8×103

= 1090,73 mm2
= 33,03 mm

𝐸 200000
 = 0,7×250
0,7𝑓𝑦

= 1142,86

𝑗𝑐 78102×1
 = 324,8×103 ×241
𝑆𝑥ℎ𝑜

= 9,98 x 10-4
= 0,000998

0,7×𝑓𝑦 0,7×250
 =
𝐸 200000

= 0,00088
Maka
Lr = 1,95 x 33,02 x 1142,86

√0,000998√(0,000998)2 + 6,76 × (0,00088)2

= 4351,20 mm → 4,35 m
Dikarenakan
Lp = 1,39 m < Lb = 3,7 m < Lr = 4,35 m
Maka

4. Momen nominal terhadap kondisi batas Tekik Torsi Lateral adalah :


𝐿𝑏−𝐿𝑝
Mn = 𝑐𝑏 [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0,7 × 𝑓𝑦 × 𝑆𝑥 (𝐿𝑟−𝐿𝑝 ))] ≤ 𝑀𝑝

12,5×𝑀𝑚𝑎𝑥
Adapun Cb = [2,5×𝑀𝑚𝑎𝑥+3×𝑀𝑎+4×𝑀𝑏+3×𝑀𝑐]
𝐿
𝑄𝑢×𝐿 𝐿 𝐿
 Ma = × 4 − 𝑄𝑢 × 4 × 4
2 2
𝑄𝑢×𝐿2 𝑄𝑢×𝐿2
= −
8 32
4𝑄𝑢×𝐿2 −𝑄𝑢×𝐿2
= 32
3𝑄𝑢×𝐿2
= 32
3×(3,7)𝑄𝑢
= 32

= 1,283Qu

1
 Mb = Mmax = 8 × 𝑄𝑢 × 𝐿2
1
= 8 × 𝑄𝑢 × 3,72

= 1,711Qu

3×𝑄𝑢×𝐿2
 Mc = 32
3×(3,7)2 ×𝑄𝑢
= 32

= 1,283
Maka
(12,5×1,711)𝑄𝑢
Cd = [(2,5×1,711)+(3×1,283)+(4×1,711)+(3×1,283)]𝑄𝑢

= 1,14
Dengan demikian

Mn =1,14 [87,97 × 106 − (87,97 × 106 − 0,7 × 250 × 324,8 × 103 ) ×


3700−1390
(4350−1390)] ≤ 𝑀𝑝

= 72590616,89
= 72,59 KN.m ≤ Mp = 87,97 KN.m (Terjadi Tekuk Torsi Lateral)

5. Kuat Lentur Balok


Maka yang berpengaruh adalah momen nominal akibat kondisi batas
tekyuk torsi lateral:
Mu = ØMn
1
× 𝑄𝑢 × 𝐿2 = 0,9 × 72,59
8
1
× (1,2𝑄𝐷 + 1,6𝑄𝐿) × 3,72 = 65,331
8
65,331
1,2(29,6 × 10−2 ) + (1,6𝑄𝑑) = ×8
13,69
38,18−0,36
QL = 1,6

QL= 23,64
Maka Qu = 1,2(29,6 x 10-2) + 1,6(23,64)
= 38,18 KN/m
Atau cara lain :
Mu = ØMn
= 0,9 x 72,59
= 65,331 KN.m
Jika Q = Qu dan Mmaks = 1,711Qu
Maka Mmaks = Mu
Mmaks = 1,711Qu
65,331 = 1,711Qu
65,331
Qu = 1,711
Qu = 38,18 KN.m

Maka besar nilai beban terbagi merata yang dapat diterima oleh balok
adalah sebesar 38,18 KN.m

Analisa Kuat Geser


Kuat geser balok : Profil Wf 250 x 125 x 6 x 9

6. Analisa Struktur

𝑄𝑢×𝐿
Rav = Rbv = 2

38,18×3,7
= 2

= 70,63 KN (↑)

Gaya geser/ Lintang

Va = Rav = 70,63 KN

Vc = Va – Qu x 1,85 = 70,63 – (38,18 x 1,85)

=0

Vb1 = Vc1 – Qu x 1,85 = 0 – (38,18 x 1,85)

= -70,63 KN

Vb2 = Vb1 + Rbv = -70,63 + 70,63

=0
7. Analisa kuat geser nominal pelat badan profil Wf gilas (hotrolled)
1
ℎ 𝐸 2
Cek : Pelat badan 𝑡𝑤 < 2,24 (𝐹𝑦)
1
250−(2×9) 200000 2
< 2,24 ( 250 )
6
38,67 < 63,36
Maka
Nilai Qv = 1,0
Cv = 1,0
ØVn = Qv x 0,6 x Fy x Aw x Cv > Vu atau Vmaks
1
= 1,0 x 0,6 x 250 x ( 250 x 6 ) x 1000 > Vu = Vmaks
𝑄𝑢×𝐿
= 225 KN > Vmaks = 2
= 225 KN > 70,63 → Profil aman terhadap geser

Jadi beban titik maksimum Q = Qu = 38,19 KN/m didasarkan pada kuat


lentur profil Wf sampai plastis, pada kondisi yang jaub dibawah kapasitas
geser (tidak menetukan)
BAB V
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Balok baja diruang tunggu administrasi aman terhadap dari kuat geser
2. Balok baja yang digunakan di ruang tunggu administrasi keuangan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara adalah balok iwf dengan
dimensi 250x150x6x9 mm.

4.2 Saran
1. Agar lebih teliti dalam mengukur dimensi balok baja.
DAFTAR PUSTAKA

Dewobroto, W. (2016). “Struktur Baja (Perilaku, Analisa & Desain-AISC 2010)


Edisi ke-2”. Universitas Pelita Harapan, Tanggerang.

Fatoni, Z. (2016). Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Sifat Kekerasan Pisau


Penyayat Batang Karet. 4, 56–63.

Novia Eka Damayanti. (2017). 2015. Analisa Pembebanan Ultimate pada


Perencanaan Balok Baja untuk Profil IWF Berdasarkan SNI 1729:2015.
Universitas Lampung.

Tawoeda, J. G., Handono, B. D., Pangouw, J. D., Teknik, F., Sipil, J. T., Sam, U.,
& Manado, R. (2017). Pengaruh Variasi Panjang Pelat Pengaku Flush End,
5(9), 571–578.

Suherman, W. (1987). “Pengetahuan Bahan”, Institut Teknologi Surabaya Rochim


Suratman, Dkk. 1986.”Paduan Pengujian Teknik dan Metalografi” Institut
Teknologi Bandung.

Sucipta, A., Saggaff, A., & Muliawan3, S. (2013). Analisa Pola Keruntuhan
Konstruksi Rangka Atap Dengan Menggunakan Profil Baja Ringan. Jurnal
Teknik Sipil Dan Lingkungan, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai