PAPER
SISTEM PELAT DUA ARAH
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah : Struktur Beton II
Disusun Oleh :
Willy Dian Prasetyo (1922201098)
Meta Arianda (1922201081)
Rosmauli Marpaung (1922201074)
Dosen Pengampu :
Shanti Wahyuni Megasari, S.T., M.Eng.
ABSTRAK
Desain pelat beton bertulang dibuat berdasarkan standar yang berlaku. Suatu tabel desain
praktis pelat adalah tabel desain yang mudah digunakan di lapangan dan dapat dijadikan
bahan acuan para enginer sipil. Pelat yang ditinjau adalah pelat lantai gedung (SNI 03-2847-
2002), dengan menggunakan metode desain langsung untuk menghitung perencanaan pelat
beton bertulang.
Hasil analisa menggunakan metode desain langsung dan software yang ada, mempunyai
trend yang sama, meskipun nilainya tidak akan sama persis. Program MS Excel digunakan
sebagai alat bantu dalam menghitung desain pelat dengan beberapa variasi. Parameter yang
divariasikan adalah ukuran bentang, ukuran balok dan kolom, beban hidup, f’c, dan fy. Hasil
yang diperoleh berupa nilai momen lentur dan jarak tulangan, yang dituangkan dalam bentuk
tabel-tabel desain.
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................6
1.3 Tujuan................................................................................................................................................6
1.4 Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Pelat................................................................................................................................7
2.2 Syarat-Syarat Tumpuan.....................................................................................................................7
2.3 Tipe Pelat...........................................................................................................................................8
2.4 Sistem Lantai Grid..............................................................................................................................8
2.5 Sitem Pelat dan Balok........................................................................................................................8
2.6 Klasifikasi Pelat..................................................................................................................................9
2.7 Pelat Satu Arah (One Way Slab).......................................................................................................10
2.8 Pelat Dua Arah (Two Way Slab)......................................................................................................10
2.9 Perbedaan Antara Beton Pracetak dan Beton Konvensional...........................................................11
BAB III........................................................................................................................................................12
METODE DAN PEMBAHASAN....................................................................................................................12
3.1 Metode penelitian...............................................................................................................................12
3.2 Pembahasan.......................................................................................................................................12
3.2.1 Dasar Perencanaan...................................................................................................................12
3.2.2 Perhitungan Penulangan...........................................................................................................14
3.2.3 Perencanaan Plat Lantai...........................................................................................................14
3.2.4 Menentukan Tebal Plat.............................................................................................................15
3.2.5 Analisa Pembebanan................................................................................................................16
3.2.6 Menghitung Momen yang Bekerja...........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Pelat adalah salah satu elemen struktur yang dibuat untuk menerima beban mati dan
beban hidup. Sifatnya lebih dominan terhadap lentur, dengan ketebalan yang kecil dan bentuknya
yang lebar. Sistim pelat terdiri dari beberapa macam yaitu sistem flat plate, sistem waffle slab,
sisitem flat slab, rib slab dan sitem pelat konvensional. Sistem pelat konvensional adalah sistem
pelat yang sering digunakan, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang
tidak beraturan.
Pada umumnya, pelat diklasifikasikan ke dalam pelat satu arah dan pelat dua arah.
Dalam mendesain pelat sendiri terdapat beberapa metode yang digunakan, di antaranya metode
desain langsung dan metode rangka ekivalen. Selain itu di dalam desain pelat harus berdasarkan
standart dan aturan yang ada.
Pelat dua arah adalah pelat yang mengalami lentur dalam dua arah, contohnya pelat yang
ditumpu pada keempat sisi yang saling sejajar. Perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek
yang saling tegak lurus tidak lebih dari 2.
Pelat satu arah adalah pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan saja sehingga
lendutan yang timbul hanya satu arah saja yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap tumpuan.
Terdapat beberapa standar yang digunakan dalam desain pelat, yaitu aturan-aturan beton
bertulang yang mengalami beberapa perkembangan dan perubahan. Dalam PBI 1971, memuat
syarat-syarat minimum untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton bertulang yang
dicor setempat maupun yang dibuat sebelumnya, dimana didalamnya terdapat tabel-
tabel/nomogram untuk dijadikan acuan dalam perencanaan. Karena melihat belum adanya tabel
yang dibuat berdasarkan aturan yang baru, yang dapat memudahkan dalam perencanaan, maka
dalam tugas akhir ini, peneliti akan membuat suatu desain praktis pelat konvensional dua arah.
Desain praktis tersebut dibuat berdasarkan peraturan baru yaitu SNI 2847: 2013. Yang mana
nantinya akan menghasilkan suatu tabel desain praktis pelat, dengan berbagai macam variasi
sesuai dengan ukuran–ukuran yang biasa digunakan di lapangan. Desain plat tersebut dibuat
menggunakan salah satu metode yang terdapat dalam SNI 2847; 2013. Desain pelat ini akan
menghasilkan momen, dan jarak tulangan yang akan digunakan. Sehingga diharapkan dapat
digunakan dan dijadikan acuan dalam perencanaan di lapangan.
1.3 Tujuan
1. Kita dapat menjelaskan mengenai makna, sekaligus Fungsi dan Jenis dari Desain Pelat
Dua Arah.
2. Kita dapat memahami Sistem - sistem Pelat Dua Arah serta cara perhitungannya dengan
contoh soal.
3. Kita dapat memahami apa rumus – rumus yang di gunakan dalam Sistem Pelat Dua Arah.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penyusun
Sebagai upaya untuk meningkatkan Ilmu pengethuan di bidangPerancangan Struktur
Beton Bertulang dan menerapkan Ilmu yang diperoleh di bangku kuliah pada Universitas
Lancang Kuning.
2. Bagi Universitas Lancang Kuning Program Studi Teknik Sipil
Sebagai bahan Pustaka untuk memperluas wawasan dan Memperdalam pengetahuan
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang menelaah Perancangan Struktur Beton Bertulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelat adalah salah satu elemen struktur yang dibuat untuk menerima beban mati dan
beban hidup. Sifatnya lebih dominan terhadap lentur, dengan ketebalan yang kecil dan bentuknya
yang lebar. Sistim pelat terdiri dari beberapa macam yaitu sistem flat plate, sistem waffle slab,
sisitem flat slab, rib slab dan sitem pelat konvensional. Sistem pelat konvensional adalah sistem
pelat yang sering digunakan, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang
tidak beraturan.
Yang dimaksud dengan pelat lantai beton yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut, ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan
dengan bentang panjang/lebar bidangnya, pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya
horizontal, sehingga pada bangunan gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur
pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu di pertimbangkan bukan hanya
pembebanan tetapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi.Ada tiga jenis perletakan
pada pelat yaitu:
1. Tertumpu bebas
2. Terjepit penuh/terjepit sempurna
3. Terjepit sebagian/terjepit elastis
Pelat beton bertulang yang langsung di tumpu oleh kolom kolom tanpa balok-balok di
sebut system plat slab system ini di gunakan bila bentang tidak besar dan beban tidak terlalu
berat,sperti bangunan apartemen atau hotel Dan system bangunan ini bayak di guanakan rendah
yang berisiko rendah terhadap beban angin dan gempa.
Sistem lantai grid dua arah memiliki balok-balok yang bersilangan dengan jarak yang relatif rapat
yang menumpu pelat pelat atas yang tipis,ini di maksudkan untuk mengurangi beban sendiri pelat sistem
ini efisien untuk bentang 9 hingga 12 m.
Sitem ini terdiri dari sleb menerus yang di tumpu- tumpu balok-balok monolit yang umumnya di
tempatkan pada jarak sumbu 3m sampai 6m. tebal pelat di tempatkan berdasarkan stuktur yang biasa
mencakup aspek keamanan terhadap bahaya kebakaran sistem ini yang bayak di pakai.\
Pelat Satu Arah adalah pelat beton bertulang yang mempunyai angka perbandingan
antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih besar atau sama dengan 3,0 .
Pada pelat satu arah, momen yang diperhitungkan dalam satu arah Distribusi dgaya dalam pada
pelat satu arah diatas t atau lebih tumpuan dapat di anggap sebagai balok di atas dua atau lebih
tumpuan.Untuk stuktur statis tertentu besar reaksi perletakanya dapat di tentukan dengan
persamaan perseimbngan statika
∑H = 0; ∑V=0; ∑H=0;
Untuk stuktur statis tak tentu, besar reaksi perletakanya dapat di tentukan dengan cara
Clayperon,cara cross dan lain-lainya. Selain cara tersebut di atas
System berdasarkan kondisi tumpuanya, dapat melendut dalam dua arah pelat
lantai/atap gedung,umunya mengunakan pelat dua arah,yang mana pelat tersebut di pikul oleh
balok-balok dan atau kolom, maupun dinding yang tetaknya teratur sehingga panel panel
pelatnya berbentuk empat persegi panjang.di tinjau dari segi pendudkungnya Sistem pelat dua
arah di kelompokan menjadi dua yaitu :
1. Pelat dengan balok
2. Pelat tanpa balok
Pelat tanpa balok ada dua macam yaitu :
a) Di pikul langsung oleh kolom
b) Di pikul oleh kolom dengan kepala kolom atau penebalan pelat di sekitar b kolom.(flat
slab)
pelat dengan balok di mana panel-panel pelatnya berbentuk empat persegi panjang,
besarnya momen maksimum di tumpuan (Mtp) dan di lapangan (Mlap) pada kedua arah dapat
ditentukan dengan menggunakan tabel-tabel yang tersedia dengan tebal pelat tetap yang ditumpu
pada ketiga atau keempat sisinya dngan memperhatikan kondisi tumpuannya.
Bila panel-panel pelatnya tidak berbentuk persegi empat (tidak beraturan), besarnya Mtp
dan Mlap pada kedua arah ditentukan dengan “metode garis leleh” (Yield Line Method). Bila
terdapat lubang pad panel pelat berbentuk persegi empat, besarnya Mtp dan Mlap pada
kedu arah ditentukan dengan “metode jalur” (Strip Method). Pembahasan pelat dua arah
dikhususkan pada panel pelat yang berbentuk empat persegi panjang dengan tebal pelat tetap.
Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban-beban yang
diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang digunakan untuk perencanaan juga
sama, hanya mungkin yang membedakan adalah :
a. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton belum
mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda saat diangkat akan
terjadi retak (crack) atau tidak.Di sini dibutuhkan analisa desain tersendiri, dan tentunya
tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa beton secara konvensional.
b. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan beton pracetak di
stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di proyek. beton
pracetak dibuat di pabrik.
c. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan di sini,
didesain lebih kuat dari yang disambung.
d.
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode penelitian
Dalam penelitian terdapat beberapa sumber data yaitu diantaranya adalah data primer dan
data sekunder.
1. Metode Analisa
Metode Analisa data ini menggunakan SNI 03- 2847-2002,20002. Tata Cara Perencanaan
Stuktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional.
Data yang di peroleh akan di analisis dengan menggunakan perhitungan dan perhitungan
berdasarkan formula yang ada sehingga di dapat parameter nilai nilai yang sesuai dengan
maksud penelitian.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Dasar Perencanaan
Plat beton bertulang adalah struktur yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang
arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Plat beton
bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, plat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal. Sistem perencanaan tulangan plat pada dasarnya dibagi
menjadi 2 macam yaitu plat satu arah (one way slab) dan sistem perencanaan plat dengan
tulangan poko dua arah yang disebut plat dua arah (two way slab). Peraturan-peraturan yang
digunakan dalam perhitungan plat lantai adalah sebagai berikut:
1. Standar tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI 03-2847-
2002).
2. Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (PPURG 1987).
3. Buku “Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang” yang disusun oleh Ir. W.C. Vis
dan Ir. Gideon Kusuma M.Eng.
Pada perencanaan plat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa persyaratan/ketentuan
sebagai berikut :
1. Pada perhitungan plat, lebar plat diambil 1 meter (b=1000 mm)
2. Panjang bentang (L) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002)
a. Plat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung L = Ln+ h dan L ≤ Las-as
b. Plat yang menyatu dengan struktur pendukung Jika Ln ≤ 3,0 m, maka L = Ln Jika Ln
> 3,0 m, maka L = Ln + (2 x 50 mm). (PBI-1971)
Untuk plat dua arah (Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimal plat
bergantung pada αm = α rata-rata, α adalah rasio kekakuan lentur penampang balok
terhadap kekakuan lentur plat dengan rumus berikut :
α = Ecb /Ib Ecp /Ip
1) Jika αm < 0,2, maka h ≥ 120 mm
2) Jika 0,2 ≤ αm< 2 maka dan ≥ 120 mm
Data teknis:
Lx (bentang Panjang) = 3,15 m
Ly (bentang pendek) = 3,00 m
Ukuran balok :
b = 0,20 m
h = 0,30 m
Tebal Keramik (tk) = 0,02 m
Tebal Spesi (ts) = 0,03 m
Mutu Beton (fc') = 20 mpa
Mutu Baja BJ 37(fy) = 240 mpa
Berat jenis beton = 24 KN/m3
Berat jenis Keramik = 22 KN/m3
Berat jenis spesi = 20 KN/m3
Berat Plafond+penggantung = 0,18 KN/m3
3.2.4 Menentukan Tebal Plat
h rencana = 120 mm
Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002
Plat menyatu dengan struktur pendukung.
Ukuran Balok :
b = 0,20 m
h = 0,30 m
Ln = Lx - ((½.b)+( ½.b))
= 3,00 – ((½.0,2) + ( ½ .0,2))
= 2,800 m
= 2800 mm
Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002
= 49,414 mm ≥ 90 mm
karena, h min < 90 mm
49,414 mm < 90 mm
Maka tebal plat yang akan digunakan adalah 120 mm
3.2.5 Analisa Pembebanan
Beban Mati (qd)
Berat Sendiri = 0,12 m x 24 KN/m3 = 2,88 KN/m
Berat Keramik = 0,02 m x 22 KN/m3 = 0,44 KN/m
Berat Spesi = 0,03 m x 20 KN/m3 = 0,6 KN/m
Berat Plafond = 1 m x 0,18 KN/m3 = 0,18 KN/m
Berat total (qd) = 4,10 KN/m
Beban Hidup (ql) = 2,50 KN/m
Kombinasi beban
Pasal 11.2-1 SNI 03-2847-2002
qu = 1,2.D +1,6.L = (1,2 . 4,10 ) + (1,6 . 2,50 ) = 8,92 KN/m
= 120 – 20 –(0,5 x 8 ) = 96 mm
m= Fy = 240 = 14,118
Maka:
As = ρ min x b x dx
= 0,0025 x 1000 x 96
= 240 mm2
Sada = 0,25 x π x 8^2 x 1000 = 209,440 mm
240
Spakai = 200 mm
As ada = 0,25 x π x 8^2 x 1000
200
= 251,327 mm2
Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8– 200 A= 251,3
mm2 dari tabel A-5
Tulangan Lapangan Arah -Y
Mly = 1,539 KNm
Diameter tulangan digunakan (ϕy) = 8 mm
Panjang efektif (dy) = h-decking-1/2 x ϕy-ϕx
= 120- 20 - (0,5 x 8)– 8 = 88 mm
Rn = Mu = 1,539 x 106 = 0,248 mpa
ϕ. b. d2 0,8 x 1000 x 88 ^2
m= Fy = 240 = 14,118
0,85 . Fc' 0,85 x 20
Karena Mutu Baja = 240 mpa, Maka:
As = ρ perlu x b x dx
= 0,0025 x 1000 x 96
= 243,384 mm
Sada = 0,25 x π x 8^2 x 1000
243,384
= 206,528 mm
Spakai = 200 mm
As ada = 0,25 x π x 8^2x 1000
200
= 251,327 mm
Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3 mm2 dari tabel A-5
Tulangan Tumpuan Arah -Y
Mty = -3,776 KNm
Diameter tulangan digunakan (ϕy) = 8 mm
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan dapat di ambil kesimpulan pelat beton bertulang merupakan
bagian stuktur bangunan yang menahan beban permukaan,pelat dapat di tumpu ole balok beton
bertulang dinding pasangan batu atau dinding beton bertulang batang-batang stuktur baja di
tumpu oleh kolom atau stuktur tanah. dalam pembahasan ini penulis melakukan perencanaan
pelat lantai bertulang.
Dari hasil perencaan diatas. Dapat di simpulkan bahwa dari data yang ada pada perancaan
pelat lantai bertulang ternyata hasil dari pembahasan di hasilkan pelat lantai kuat dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asroni, A., 2010, Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.
2. Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.9 September 2018 (705-714) ISSN: 2337-6732
3. Freeckheinz Ilmu Kontruksi bangunan 2 (1980),Yogyakarta:kanisius
4. SNI 03-2847-2002,20002. Tata Cara Perencanaan StukturBeton Untuk Bangunan
Gedung, Badan Standarisasi Nasional.
5. Kusuma ,I,K,S,.Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Beton Dengan
Metode Konvensional dan Precast, Tugas Akhir 2006,Program Studi Teknik sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
6. http://eprints.undip.ac.id/58830/7/BAB_4_PLAT.pdf