BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Dalam perencanaan struktur gedung, yang paling utama adalah kemampuan
struktur untuk menahan beban, yang dalam hal ini adalah struktur yang direncanakan
adalah struktur beton. Untuk mampu melayani pembebanan yang terjadi, maka
perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dan harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726-2012 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. Adapun
data-data tugas pada desain ini yaitu sebagai berikut:
1. Gedung yang direncanakan adalah gedung dengan fungsi sebagai Rumah Sakit.
2. Bangunan gedung terletak di Kota Medan.
3. Bangunan gedung tersebut akan berdiri pada jenis tanah sedang.
4. Gedung direncanakan memiliki 8 tingkat lantai dengan tinggi lantai dasar 3.5 m dan
tinggi antar lantai adalah sebesar 3.5 m, dan panjang bentang balok adalah sebesar 8
m dan 6 m.
Perhitungan konstruksi beton bertulang mengacu pada metode ultimit sesuai
dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2013 tentang Persyaratan
Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung (PPIUG) tahun 1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726-2012 tentang
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Tugas yang harus dilakukan yaitu mendesain dimensi dan penulangan pelat, balok
dan kolom, serta menyajikan hasil desain komponen struktur tersebut sesuai dengan
gambar teknik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis menyusun desain ini adalah :
1. Untuk menyelesaikan tugas desain sebagai syarat kelulusan untuk mata kuliah
struktur beton II.
2. Untuk lebih memahami proses perencanaan beton pada bangunan gedung.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Dari hasil percobaan percobaan di ketahui bahwa beton kuat menahan gaya
tekan akan tetapi tidak kuat menahan gaya tarik, karena beton adalah material yang
bersifat kaku atau plastis (tidak elastis). Di dalam kenyataannya bahwa beton akan
menerima gaya-gaya aksial, momen lentur, gaya geser, maupun momen puntir yang
besar atau kombinasi dari gaya-gaya tersebu, dan untuk menahan gaya tarik tersebut
maka pada daerah tarik beton di pasang besi tulangan yang bertujuan untuk mendukung
kelemahan dari beton terhadap gaya yang bekerja, karena besi tulangan memiliki kuat
tarik yang besar.
2.2 Pelat
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban
transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan dari pelat. Beberapa tipe
pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya :
Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh
kolom-kolom tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban
yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom
penumpu, biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap
2.4 Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga beban
aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak tiga kali dimensi
laterial terkecil (Dipohisodo,1994). Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton
bertulang. Kolom beton (tiang beton) adalah beton bertulang yang diletakkan dengan
posisi vertikal. Kolom berfungsi sebagai pengikat pasangan dindng bata dan penerus
beban dari atas menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi.
Seperti kita ketahui bahwa kolom adalah bagian dari struktur atas dalam posisi
vertical yang berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan meneruskan beban
diatasnya. Sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan
rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal.
Sebagian dari suatu kerangka bangunan dengan fungsi dan peran seperti tersebut.
Kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur bangunan.
2.5 Pembebanan
Spesifikasi pembebanan dapat mengacu pada peraturan pembebanan Indonesia
(SNI) atau peraturan pembebanan Amerika (ACI).
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari seluruh bagian bangunan yang permanen, besar
beban tetap dan lokasinya juga tetap. Beban mati bergantung pada berat jenis material
c. Beban lingkungan
1) Gempa bumi
2) Angin
3) Tekanan tanah / air
4) Genangan air hujan
5) Perbedaan suhu dan perbedaan penurunan
6) Beban atap
Beban atap adalah beban minimum pekerja dan peralatan / material konstruksi
selama masa pembangunan dan perawatan / perbaikan.
Genangan air hujan:
1) Atap harus dapat memikul beban dari air hujan yang terkumpul pada saat saluran
tersumbat.
2) Keruntuhan pada tampungan:
Genangan air hujan terjadi di daerah defleksi maksimum
Akibat meningkatkan defleksi
Mengakomodasikan penambahan air
Potensi keruntuhan
Kombinasi beban yang digunakan pada perencanaan ini ada beberapa kombinasi
antara lain seperti :
1) 1,4 DL
2) 1,2 DL + 1,6 LL
3) 1,2 DL + LL + E
4) 0,9 DL + E
Beban gempa (E) dianggap bekerja 100% pada sumbu utama (arah x) bersamaan
dengan 30% pada daerah tegak lurus sumbu utama (arah y). Maka kombinasi beban di
atas dapat dijabarkan menjadi 18 kombinasi sebagai berikut:
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + LL + Fx + 0,3 Fy
4. 1,2 DL + LL + Fx - 0,3 Fy
5. 1,2 DL + LL - Fx + 0,3 Fy
6. 1,2 DL + LL - Fx - 0,3 Fy
7. 1,2 DL + LL + 0,3 Fx + Fy
8. 1,2 DL + LL + 0,3 Fx - Fy
9. 1,2 DL + LL - 0,3 Fx + Fy
10. 1,2 DL + LL - 0,3 Fx - Fy
11. 0,9 DL + Fx + 0,3 Fy
12. 0,9 DL + Fx - 0,3 Fy
13. 0,9 DL - Fx + 0,3 Fy
14. 0,9 DL - Fx - 0,3 Fy
15. 0,9 DL + 0,3 Fx + Fy
16. 0,9 DL + 0,3 Fx - Fy
17. 0,9 DL - 0,3 Fx + Fy
18. 0,9 DL - 0,3 Fx - Fy
BAB III
DESAIN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY DESIGN)
Karena dalam denah bangunan terdapat balok dengan satu ujung maupun dua
ujung menerus, maka untuk simplifikasi desain, digunakan tinggi balok yang paling
besar, yaitu:
h = 432,432 mm (maksimum)
Karena fy tidak sama dengan 420 MPa, maka harus dikoreksi dengan faktor:
Selain itu, tebal pelat perlu juga dikontrol terhadap SNI pasal 9.5.3.3:
lnmax= 6000 - 1/2 . 300 1/2 .300 = 6550 mm
lnmax= 6000 - 1/2 . 300 1/2 .300 = 6550 mm
= lnmax / lnmin = 6550/6550 = 1
Kemudian dihitung faktor :
= (4Ecb .Ib / lb) / (4Ecs .Is /ls)
Karena Ecb = Ecs dan lb = ls, maka: = Ib/Is
Untuk menentukan Ib, perlu ditentukan dulu lokasi titik pusat luasan:
A = 700200 + 400300= 260000 mm2
Luas y 3 4
A(y-yc)2
No y-yc (mm) Io = 1/12 bh (mm )
(mm2) (mm) (mm4)
1 140000 100 -138.462 466666666,7 2684023669
2 120000 400 161.538 1600000000 3131360947
Ib = I0 + A . y2 = 17939809237 mm4
Maka, 1 = Ib/Is = 17939809237/2483333333 = 7,224
b + hb
A1 t
h
A2 hb = h - t
y1 y2 Atot A.y yc
A (y-yc)2
3
Io = 1/12 bh (mm ) 4
Ib = (Io+Ay2)
(mm4)
46666666,7 2684023669
7882051282
160000000 3131360947
73333333,3 2466435986
9321568627
160000000 4521799308
5700*(0.8+400/1400)
=
36 + 9*1
= 137,524 mm ~ 140 mm
b + 2h b
A1 t
h
A2 hb = h - t
b hb
y1 y2 Atot A.y yc
1432291667 2680820381
11856658755
1600000000 6,1435E+10
5700*(0.8+400/1400)
= =137,524 mm > 90mm
36 + 9*1
=140 mm
= 137,524 mm ~ 140 mm
Maka, digunakan tebal pelat = 140 mm.
700
450 450
BAB IV
PEMBEBANAN
(LOAD IDENTIFICATION)
4.2 Pembebanan
1. Pelat Lantai
A. Atap
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 52,50 kg/m2
Water proofing = 5,00 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 25,00 kg/m2
Plafon + penggantung = 18,00 kg/m2+
100,50 kg/m2
= 1,005 kN/m2
Beban Hidup (LL)
Untuk atap rumah sakit = 100,00 kg/m2
= 1,00 kN/m2
B. Lantai 2 - 7
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 5 2,50 kg/m2
Keramik = 24,00 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 25,00kg/m2
Plafon + penggantung = 18,00kg/m2 +
119,50 kg/m2
= 1,195kN/m2
` Beban Hidup (LL)
Lantai rumah sakit = 250,00 kg/m2
= 2,5 kN/m2
C. Lantai (Dasar)
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 5 2,50 kg/m2
D. ReduksiBebanHidup
B. Hidup B. Hitung B. Hitung
Lantai Reduksi
kg/m2 kg/m2 kN/m2
Atap 0.4 100 40 0.4
7 0.5 250 125 1.25
6 0.6 250 150 1.5
5 0.7 250 175 1.75
4 0.8 250 200 2
3 0.9 250 225 2.25
2 1 250 250 2.5
1 1 250 250 2.5
Dasar 1 250 250 2.5
2. Balok Tepi
Beban balok tepi dimaksudkan bahwa hanya pada balok tepi struktur yang
menggunakan dinding, selanjutnya pembatas ruangan diasumsikan menggunakan fiber
yang dianggap tidak membebani balok interior ataupun struktur. Adapun beban balok
tepi hanya dibebankan pada balok tepi struktur lantai 1 hingga lantai 7, sedangkan atap
tidak dibebani (tidak ada lagi dinding atau ruangan di atasnya), dan beban balok tepi
merupakan beban mati (DL).
Berikut besar beban balok tepi tersebut:
Berat dinding pasangan bata merah = 250,00 kg/m2
Maka berat dinding pada balok adalah berat dinding dikalikan dengan tinggi dinding
(per lantai) yang dikurangi dengan tinggi balok , yaitu:
Berat dinding =250 kg/m2 x ( 3,5 m 0,7 m ) = 700 kg/m
Data Lainnya
Faktor reduksi (R) : 8 (SNI Tabel 9, Pasal 7.2.2)
Faktor keutamaan gedung (I) : 1,5 (Tabel 1 & 2, SNI Pasal 4.1.2)
SS : 0,526 (diperoleh dari data PUSKIM)
Cara perhitungan beban gempa dilakukan secara otomatis dengan software ETABS,
dengan menggunakan metode ASCE 7-10 dengan arah X dan arah Y
Metode ASCE 7-10
Gempa Arah Y
Jumlahtingkat, N = 8
BebanTerfaktor/Ultimate (P = U x lx x ly x N) = 5487 KN
b = h = A0.5 = 0,89 m
Beban gempa (E) dianggap bekerja 100% pada sumbu utama (arah x) bersamaan
dengan 30% pada daerah tegak lurus sumbu utama (arah y). Maka kombinasi beban di
atas dapat dijabarkan menjadi 18 kombinasi sebagai berikut:
1) 1,4 DL Kombinasi 1
2) 1,2 DL + 1,6 LL Kombinasi 2
3) 1,2 DL + LL + Ex + 0,3 Ey Kombinasi 3-1
4) 1,2 DL + LL + Ex - 0,3 Ey Kombinasi 3-2
5) 1,2 DL + LL - Ex + 0,3 Ey Kombinasi 3-3
6) 1,2 DL + LL - Ex - 0,3 Ey Kombinasi 3-4
7) 1,2 DL + LL + 0,3 Ex + Ey Kombinasi 3-5
8) 1,2 DL + LL + 0,3 Ex - Ey Kombinasi 3-6
9) 1,2 DL + LL - 0,3 Ex + Ey Kombinasi 3-7
10) 1,2 DL + LL - 0,3 Ex - Ey Kombinasi 3-8
11) 0,9 DL + Ex + 0,3 Ey Kombinasi 4-1
12) 0,9 DL + Ex - 0,3 Ey Kombinasi 4-2
13) 0,9 DL - Ex + 0,3 Ey Kombinasi 4-3
14) 0,9 DL - Ex - 0,3 Ey Kombinasi 4-4
15) 0,9 DL + 0,3 Ex + Ey Kombinasi 4-5
16) 0,9 DL + 0,3 Ex - Ey Kombinasi 4-6
17) 0,9 DL - 0,3 Ex + Ey Kombinasi 4-7
Ta = Ct*hnx
Cu = 1,4
Ta.Cu = 0,935 1,4 = 1.309 detik
(SLAB DESIGN)
6.1 Umum
Untuk penyederhanaan, desain pelat lantai 1 (dasar) sampai lantai atap akan
disamakan dengan mengambil gaya dalam terbesar.
8m ( Bentang panjang)
6m ( Bentang pendek)
Dari data spesifikasi perencanaan pelat lantai, dapat dihitung rasio tulangan dan
momen pikul maksimum pelat lantai.
a. Momen pikul maksimum pelat lantai (Kmaks)
Momen pikul maksimum pada pelat lantai berdasarkan ukuran penampang efektif
pelat lantai diperoleh sebagai berikut.
1 0,85
0,05 f c' 28
0,85
0,05 20.75 28
0,90
7 7
Kmaks
382,5 1 f c, 600 f y 225 1
600 f y
2
b. Rasio tulangan ()
Rasio tulangan pelat pelat lantai dihitung berdasarkan mutu beton dan tulangan
yang digunakan, sesuai dengan ketentuan berikut.
Rasio tulangan minimum (min):
f c' 20,75
min 0,003
4f y 4 400
Rasio tulangan seimbang (balance):
1 0,90
Catatan
Jika perlu< min, maka pakai = min.
Jika min< perlu, maka pakai = perlu.
Jika perlu> maks, maka perhitungan diulang.
2 1,771
1 1 115
0,85 20.75
12,191 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
A s perlu 537,541
perlu 0,00467
bd 1000 115
min 0,003 < perlu 0,003
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen negatif yang dipasang pada
daerah tumpuan bentang pendek, yakni besi D10 dan spasi tulangan 130 mm.
2 0,963
1 1 115
0,85 20.75
6,457 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
As perlu 284,733
perlu 0,0025
bd 1000 115
min 0,003 > perlu 0,003
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen positif yang dipasang pada
daerah lapangan bentang pendek, yakni besi D10 dan spasi 130 mm.
2 2,064
1 1 115
0,85 20 .75
14,35 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
As perlu 361,599
perlu 0,0031
bd 1000 115
min 0,003 > perlu 0,003 , maka digunakan min
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen negatif yang dipasang pada
daerah tumpuan bentang panjang, yakni besi D10 dan spasi 210 mm.
2 0,852
1 1 115
0,85 20 .75
5,699 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
PERENCANAAN BALOK
(BEAM DESIGN)
7.1 Umum
Untuk penyederhanaan, balok yang akan direncanakan adalah balok dengan gaya
dalam yang terbesar. Dalam keruntuhan balok yang paling mempengaruhi adalah gaya
momen, maka dalam perencanaan balok ini didasarkan pada balok dengan gaya momen
terbesar.
Desain balok mencakup desain tuangan lentur (longitudinal bar), tulangan
transversal / sengkang (stirrups) dan tulangan torsi.
Balok yang direncanakan adalah balok interior (balok B19 di lantai 5), balok
interior (balok B11 di lantai 3), balok eksterior (balok B7 di lantai 3), balok eksterior
(balok B8 di lantai 4), dan balok anak (balok B25 di lantai 1), balok anak (balok B26 di
lantai 1)
Tu = 13,3593 kN.m > Tth = 13,065 kN.m, maka balok Butuh tulangan torsi
0,749997 MPa < 2,25538 MPa ... Besar penampang cukup kuat !!!
Tn = Tu/ = 17,8124 kN
Ao = 0,85 . Aoh = 186660 mm2
beef
ec = 0.003
a c
hf
h d dt - c
hw
As
bw
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 189,47 kN.m
d = (700 - 40) = 640 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( .fy . j . d) = (189,47 . 106 )/ (0.90 . 400 . 0.95 . 650)
= 839,39 mm2
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 231,41 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = As + Al = 839,39 + 231,41 = 1070,80 mm2
As min 1 = (0,25 . fc0,5 . bw . d) / fy = 845,56 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 1039,5 mm2
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
beef
hf As
dt - c
h
hw d
a c
ec = 0.003
bw
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = -329,92 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( . fy . j . d) = 1484,12 mm2
As min1 = (0,25 . fc0,5 . 2.bw . d) / fy = 1691,12 mm2
Karena . Mn = 477,27 kN.m > |Mu| = 329,92 kN.m, maka besar penampang
balok cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Tahanan momen negatif menggunakan tulangan 6 tulangan D-22
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 639,00 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 450 mm
fc = 20.75 MPa
fyt = 240 MPa
= 0,75
Vc = 0,17 . . fc0,5 . bw . d = 218,31 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . . Vc = 81,87 kN
Karena 0,5 . Vc = 81,87 kN < |Vu| = 214,24 kN, maka dibutuhkan sengkang
untuk membantu balok menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 818,66 kN > |Vu| = 214,24 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu > (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,68 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
Av+t = 2 . 0,25 . .102 = 157,00 mm2
Karena s > smaks, maka spasi sengkang perlu adalah s = 231,68 mm. Digunakan
spasi sengkang s = 230 mm.
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 200 mm
db 10 mm ( > 0,042 . s = 6,3 mm)
Tu = 6,9524 kN.m < Tth = 12,787 kN.m, maka balok Tidak Butuh tulangan torsi
0,18591 MPa < 2,25538 MPa ... Besar penampang cukup kuat !!!
beef
ec = 0.003
a c
hf
h d dt - c
hw
As
bw
j = 0,95
= 0,90
Mu = 58,9664 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( .fy . j . d) = (58,9664. 106 )/ (0.90 . 400 . 0.95 . 660)
= 261,24 mm2
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 120,43 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = As + Al = 261,24 + 120,43 = 381,67 mm2
As min 1 = (0,25 . fc0,5 . bw . d) / fy = 845,56 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 1039,50 mm2
Karena . Mn = 256,62 kN.m > Mu = 58,97 kN.m, maka besar penampang balok
cukup menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
beef
hf As
dt - c
h
hw d
a c
ec = 0.003
bw
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = -223,68 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( . fy . j . d) = 990,96 mm2
As min1 = (0,25 . fc0,5 . 2.bw . d) / fy = 1691,12 mm2
Karena . Mn = 477,27 kN.m > |Mu| = 223,68 kN.m, maka besar penampang
balok cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Pengecekan Spasi Tulangan Tarik
s = (700 - 2.40 6.22) / 2 = 296,89,00 mm (spasi aktual)
smin = 25 mm (> db = 22 mm) SNI
fs = 2/3 . fy = 2/3 . 400 = 266,67 MPa
cc = 40 mm (selimut bersih)
smax = 380 (280/fs) 2,5 . cc = 298,99 mm
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Tahanan momen negatif menggunakan tulangan 6 tulangan D-22
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik distribusi gaya
geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat tumpuan (8 m), Vu:
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 639,00 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 450 mm
fc = 20.75 MPa
fyt = 240 MPa
= 0,75
Vc = 0,17 . . fc0,5 . bw . d = 218,31 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . . Vc = 81,87 kN
Karena 0,5 . Vc = 81,87 kN < |Vu| = 27,28 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu balok menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 818,66 kN > |Vu| = 27,28 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu > (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,66 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
Karena s > smaks, maka spasi sengkang perlu adalah s = 239,24 mm. Digunakan
spasi sengkang s = 240 mm.
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 200 mm
db 10 mm ( > 0,042 . s = 6,3 mm)
Tu = 64,4218 kN.m > Tth = 13,065 kN.m, maka balok Butuh tulangan torsi
1,5502 MPa < 2,25538 MPa ... Besar penampang cukup kuat !!!
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 128,44 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( .fy . j . d) = (128,44. 106 )/ (0.90 . 400 . 0.95 . 660)
= 569,01 mm2
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 1115,92 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = As + Al = 569,01+ 1115,92 = 1684,92 mm2
As min 1 = (0,25 . fc0,5 . bw . d) / fy = 845,56 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 1039,50 mm2
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 275,89 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( . fy . j . d) = 1222,28 mm2
As min1 = (0,25 . fc0,5 . 2.bw . d) / fy = 1691,12 mm2
As min2 = (1,4 . 2.bw . d) / fy = 2079,00 mm2
Digunakan 6 tulangan ulir dengan diameter 25 mm
As = n (0,25 . . db2) = 2943,75 mm2 ( > As perlu = 1222,28 mm2 ... OK !!! )
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Tahanan momen negatif menggunakan tulangan 6 tulangan D-22
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik distribusi gaya
geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat tumpuan (8 m), Vu:
Vu = 88,61 kN
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 639,00 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 450 mm
fc = 20.75 MPa
fyt = 240 MPa
= 0,75
Vc = 0,17 . . fc0,5 . bw . d = 218,31 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . . Vc = 81,87 kN
Karena 0,5 . Vc = 81,87 kN < |Vu| = 88,61 kN, maka dibutuhkan sengkang untuk
membantu balok menahan gaya geser Vu.
Pengecekan Kecukupan Penampang
Vs maks = 0,66 . fc0,5 . bw .d . 1/1000 = 873,24 kN (SNI Pasal 11.4.7.9)
Vc+Vs maks = 218,31 + 873,24 = 1091,54 kN
Karena (Vc + Vs maks) = 818,66 kN > |Vu| = 88,61 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu > (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,68 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
Av+t = 2 . 0,25 . .102 = 157,00 mm2
Karena s > smaks, maka spasi sengkang perlu adalah s = 136,47 mm. Digunakan
spasi sengkang s = 130 mm.
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 200 mm
db 10 mm ( > 0,042 . s = 6,3 mm)
Tu = 22,33 kN.m > Tth = 12,787 kN.m, maka balok Butuh tulangan torsi
0,529MPa < 2,25538 MPa ... Besar penampang cukup kuat !!!
Tn = Tu/ = 29,7733 kN
Ao = 0,85 . Aoh = 186660 mm2
fyt = 400 MPa
(At/s) = (Tn . Cot ) / (2 .Ao . fyt) = 0,19938 mm2/mm
Al = (At/s) Ph (fyt/fy) Cot2 = 386,8013 mm2
Al min = [(0,42 . fc0,5 . Acp)/fy] - (At/s) Ph (fyt/fy) = 1440,03 mm2
beef
ec = 0.003
a c
hf
h d dt - c
hw
As
bw
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 46,71 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( .fy . j . d) = (46,71. 106 )/ (0.90 . 400 . 0.95 . 660)
= 206,95 mm2
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 386,80 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = As + Al = 206,95 + 386,80 = 593,75 mm2
As min 1 = (0,25 . fc0,5 . bw . d) / fy = 845,56 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 1039,50 mm2
Karena . Mn = 282,6 kN.m > Mu = 46,71 kN.m, maka besar penampang balok
cukup menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
beef
hf As
dt - c
h
hw d
a c
ec = 0.003
bw
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = -217,66 kN.m
d = (700 - 40) = 660 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( . fy . j . d) = 964,31 mm2
As min1 = (0,25 . fc0,5 . 2.bw . d) / fy = 1691,12 mm2
As min2 = (1,4 . 2.bw . d) / fy = 2079,00 mm2
Digunakan 6 tulangan ulir dengan diameter 22 mm
As = n (0,25 . . db2) = 2279,64 mm2 ( > As perlu = 964,31 mm2 ... OK !!! )
Karena . Mn = 477,27 kN.m > |Mu| = 217,66 kN.m, maka besar penampang
balok cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Pengecekan Spasi Tulangan Tarik
s = (700 - 2.40 6.22) / 2 = 296,89 mm (spasi aktual)
smin = 25 mm (> db = 22 mm) SNI
fs = 2/3 . fy = 2/3 . 400 = 266,67 MPa
cc = 40 mm (selimut bersih)
smax = 380 (280/fs) 2,5 . cc = 298,99 mm
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Tahanan momen negatif menggunakan tulangan 6 tulangan D-22
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik distribusi gaya
geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat tumpuan (8 m), Vu:
Vu = 9,52 kN
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 639,00 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 450 mm
fc = 20.75 MPa
fyt = 240 MPa
= 0,75
Vc = 0,17 . . fc0,5 . bw . d = 218,65 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . . Vc = 81,99 kN
Karena 0,5 . Vc = 81,99 kN < |Vu| = 9,52 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu balok menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 819,94 kN > |Vu| = 9,52 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu > (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,66 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 200 mm
db 10 mm ( > 0,042 . s = 6,3 mm)
Tu = 0,0038 kN.m < Tth = 3,395 kN.m, maka balok Tidak Butuh tulangan torsi
0,58616 MPa < 2,25534 MPa ... Besar penampang cukup kuat !!!
Tn = Tu/ = 0,00506 kN
Ao = 0,85 . Aoh = 29835 mm2
fyt = 400 MPa
(At/s) = (Tn . Cot ) / (2 .Ao . fyt) = 0,00021 mm2/mm
Al = (At/s) Ph (fyt/fy) Cot2 = 0,1677 mm2
Al min = [(0,42 . fc0,5 . Acp)/fy] - (At/s) Ph (fyt/fy) = 816,371 mm2
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 37,68 kN.m
d = (350 - 40) = 310 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( .fy . j . d) = (37,68 . 106 )/ (0.90 . 400 . 0.95 . 310)
= 355,40 mm2
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 0,17 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = As + Al = 355,40 + 0,17 = 355,56 mm2
As min 1 = (0,25 . fc0,5 . bw . d) / fy = 198,58 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 244,13 mm2
Karena . Mn = 81,54 kN.m > Mu = 37,68 kN.m, maka besar penampang balok
cukup menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = -70,95 kN.m
d = (350 - 40) = 310 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( . fy . j . d) = 669,19 mm2
AZHAR RIADY (1407113785) 75
DESAIN STRUKTUR BETON II
As min1 = (0,25 . fc0,5 . 2.bw . d) / fy = 397,16 mm2
As min2 = (1,4 . 2.bw . d) / fy = 488,25 mm2
Digunakan 4 tulangan ulir dengan diameter 16 mm
As = n (0,25 . . db2) = 803,84 mm2 ( > As perlu = 669,19 mm2 ... OK !!! )
Karena . Mn = 72,78 kN.m > |Mu| = 70,95 kN.m, maka besar penampang balok
cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Tahanan momen negatif menggunakan tulangan 4 tulangan D-16
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 292,00 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 450 mm
fc = 20.75 MPa
fyt = 240 MPa
= 0,75
Vc = 0,17 . . fc0,5 . bw . d = 49,88 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . . Vc = 18,70 kN
Karena 0,5 . Vc = 18,70 kN < |Vu| = 46,16 kN, maka dibutuhkan sengkang untuk
membantu balok menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 187,05 kN > |Vu| = 46,16 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu > (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,33 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
Karena s > smaks, maka spasi sengkang perlu adalah s = 146 mm. Digunakan
spasi sengkang s = 140 mm.
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 200 mm
db 10 mm ( > 0,042 . s = 6,3 mm)
Tu = 0,0464 kN.m < Tth = 2,929 kN.m, maka balok Tidak Butuh tulangan torsi
Tn = Tu/ = 0,06186 kN
Ao = 0,85 . Aoh = 29835 mm2
fyt = 400 MPa
(At/s) = (Tn . Cot ) / (2 .Ao . fyt) = 0,002592 mm2/mm
Al = (At/s) Ph (fyt/fy) Cot2 = 0,1677 mm2
Al min = [(0,42 . fc0,5 . Acp)/fy] - (At/s) Ph (fyt/fy) = 703,773 mm2
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 22,44 kN.m
d = (350 - 40) = 310 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( .fy . j . d) = (22,44 . 106 )/ (0.90 . 400 . 0.95 . 310)
= 211,70 mm2
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 2,05 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = As + Al = 211,70 + 2,05 = 213,75 mm2
As min 1 = (0,25 . fc0,5 . bw . d) / fy = 198,58 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 244,13 mm2
Karena . Mn = 62,78 kN.m > Mu = 22,44 kN.m, maka besar penampang balok
cukup menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = -48,51 kN.m
d = (350 - 40) = 310 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
As = (Mu . 106) / ( . fy . j . d) = 457,57 mm2
As min1 = (0,25 . fc0,5 . 2.bw . d) / fy = 397,16 mm2
As min2 = (1,4 . 2.bw . d) / fy = 488,25 mm2
AZHAR RIADY (1407113785) 83
DESAIN STRUKTUR BETON II
Digunakan 4 tulangan ulir dengan diameter 14 mm
As = n (0,25 . . db2) = 615,44 mm2 ( > As perlu = 457,57 mm2 ... OK !!! )
Karena . Mn = 58,04 kN.m > |Mu| = 48,51 kN.m, maka besar penampang balok
cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Tahanan momen negatif menggunakan tulangan 4 tulangan D-14
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik distribusi gaya
geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat tumpuan (6 m), Vu:
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 293,00 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 225 mm
fc = 20.75 MPa
fyt = 240 MPa
= 0,75
Vc = 0,17 . . fc0,5 . bw . d = 50,05 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . . Vc = 18,77 kN
Karena 0,5 . Vc = 18,77 kN < |Vu| = 38,78 kN, maka dibutuhkan sengkang untuk
membantu balok menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 187,69 kN > |Vu| = 38,78 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu > (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,33 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
Karena s > smaks, maka spasi sengkang perlu adalah s = 146 mm. Digunakan
spasi sengkang s = 140 mm.
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 200 mm
db 10 mm ( > 0,042 . s = 6,3 mm)
BAB VIII
PERENCANAAN KOLOM
(COLUMN DESIGN)
8.1 Umum
Untuk penyederhanaan, kolom-kolom bangunan akan didesain dengan dimensi
dan detail penulangan yang sama, menggunakan beban kolom terbesar (momen biaksial
dan gaya aksial).
Kolom yang direncanakan adalah kolom C6 dengan dimensi 1000 x 1000 mm,
kolom interior yang berada pada bagian dalam gedung rumah sakit lantai 1.
Properti material dan dimensi kolom adalah sebagai berikut:
Material Beton Material Baja Tulangan Dimensi Kolom
fc = 20.75 MPa fy = 400 MPa b = 1000 mm
1 = 0,85 Es = 200000 MPa h = 1000 mm
Ec = 21409,5 MPa
Digunakan Tulangan
Longitudinal 28 D-22
Tulangan Transversal :
Sengkang Persegi D-10
Gambar 8.4 Diagram interaksi gaya aksial dan momen ( dua arah)
Vc = 0,17 . [(1 + Nu) / (14 . Ag)] fc0,5 . bw . d = 544,5715 kN (SNI Pers. 11- 4)
0,5 . . Vc = 204,2143 kN
SNI 7.7.1
Dengan selimut beton = 40 mm memenuhi semua kondisi, maka sudah OK !!!
Selimut bersih = 40 mm
t = 1,3
e =1
=1
fyt e
ld = 0.5
db = 1228.6 mm (> 300 mm)
1.7(f 'c)
0.24efy
Ldh = db = 385,5 mm ( >8db = 176 mm dan > 150 mm )
0.5
(f 'c)
Kolom yang direncanakan adalah kolom C11 dengan dimensi 900 x 900 mm,
kolom interior yang berada pada bagian dalam gedung rumah sakit lantai 5.
Digunakan Tulangan
Longitudinal 24 D-22
Tulangan Transversal :
Sengkang Persegi D-10
Gambar 8.8 Diagram interaksi gaya aksial dan momen ( dua arah)
Maka dari gambar diagram interaksi di atas dapat disimpulkan bahwa penulangan
kolom di atas sudah memenuhi syarat kekuatan. Akan tetapi, masih ada persyaratan
detail penulangan yang harus diperiksa secara manual.
Vc = 0,17 . [(1 + Nu) / (14 . Ag)] fc0,5 . bw . d = 821,3102 kN (SNI Pers. 11- 4)
0,5 . . Vc = 307,9913 kN
SNI 7.7.1
Dengan selimut beton = 40 mm memenuhi semua kondisi, maka sudah OK !!!
Selimut bersih = 40 mm
t = 1,3
e =1
=1
fyt e
ld = 0.5
db = 1228.6 mm (> 300 mm)
1.7(f 'c)
0.24efy
Ldh = db = 385,5 mm ( >8db = 176 mm dan > 150 mm )
0.5
(f 'c)
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh kombinasi beban
yang dibantu dengan software ETABS, maka dari perencanaan struktur bangunan
rumah sakit 8 lantai ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Tulangan Tulangan
Kolom Dimensi
Longitudinal Sengkang
1000 x
Bawah 28 D-22 D10-175
1000
Atas 900 x 900 24 D-22 D10-175
9.2 Saran
Berdasarkan proses dalam perencanaan struktur bangunan kantor ini, saran yang
perlu dikembangkan pada perencanaan ini adalah:
1. Perlu dilakukan analisis struktur secara menyeluruh. Perlu ditambahkan beban lateral
yaitu angin agar struktur bangunan lebih teruji sebagai bangunan tingkat tinggi yang
berfungsi sebagai kantor.
2. Pada pembebanan yang ada, perlu ditambahkan beban yang lebih detail lagi, seperti
beban tangga, lift, pendingin ruangan dan lainnya.
Asroni, H. A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu
LAMPIRAN