Tak ada gading yang tak retak, istilah ini menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada yang
sempurna, termasuk beton. Sebagaimana kami ulas pada postingan sebelumnya (Faktor
Penyebab Keretakan Beton), bahwa ada dua jenis keretakan yang terjadi pada beton :
Retak Beton Saat Pembuatan dan Retak Beton Setelah Pembuatan.
Tulisan kami berikut ini bermaksud melengkapi postingan tersebut. Kalau pada “Faktor
Penyebab Keretakan Beton” kita hanya membahas faktor penyebabnya, kali ini kita tidak
akan membahas tentang solusi mengatasi beton yang terlanjur retak.
Setidaknya, ada 6 (enam) bidang beton yang cenderung retak, mari kita simak satu-persatu
retak beton tersebut berikut solusi mengatasinya :
Alternatif solusi :
1. Untuk balok beton yang di bawahnya terdapat dinding, dapat dibuat kolom/tiang kecil
tambahan disekitar retakan. Fungsi kolom ini adalah untuk menopang balok dan membantu
menyalurkan beban ke bawah/pondasi.
2. Untuk balok beton yang di bawahnya tidak memungkinkan diberi kolom tambahan,
pertama-tama diberi injeksi epoxy pada retakan, kemudian dilakukan pembesaran dimensi
balok dengan perkuatan eksternal.
3. Untuk retakan kecil, cukup dilakukan penambalan dengan plesteran. Tujuannya agar
tulangan besi tidak berhubungan langsung dengan udara luar yang dapat menyebabkan karat
a. Retak geser
Retak dengan pola diagonal/miring pada kolom biasanya disebut retak geser, yang disebakan
oleh gaya pada arah horisontal/datar. Retak geser seperti ini cukup membahayakan bila tidak
segera di tangani, karena bisa menyebakan kolom roboh dan tidak mampu menopang
bangunan.
b. Retak lentur
Retak dengan pola horisontal/datar biasanya disebut retak lentur, disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan pada kolom. Seperti halnya retak geser, retak lentur perlu ditangani dengan
cermat.
c. Selimut beton terkelupas
Selimut beton pada kolom terkelupas, dapat disebakan oleh rendahnya kualitas/mutu beton
yang digunakan, sehingga kekuatan beton terhadap tekanan berkurang dan selimut beton
mudah pecah. Kontrol terhadap tahapan pembangunan sangat diperlukan untuk mencegah
penurunan kualitas beton.
d. Tulangan bengkok
Kerusakan pada kolom dimana tulangan besi utama terlihat bengkok. Secara kasat mata
terlihat kolom sedikit bengkok. Hal ini diakibatkan kurangnya jumlah dan atau kurangnya
ukuran besi pengikat (sengkang).
Alternatif solusi :
1. Untuk retak diagonal dan retak horisontal perlu dilakukan pemeriksaan kekuatan kolom,
apabila kolom masih cukup kuat cukup dilakukan grouting dengan cairan epoxy pada daerah
tekan.
2. Jika setelah di analisa kolom kurang kuat, maka diperlukan pelebaran ukuran kolom.
Pelebaran ini dilakukan untuk memperkuat kolom sehingga mampu menahan beban di
atasnya.
3. Untuk retak-retak kecil, cukup dilakukan penambahan dengan plesteran agar tulangan besi
tidak berhubungan dengan udara luar yang dapat menyebabkan karat.
Alternatif Solusi :
1. Siapkan cairan kimia khusus yang sifatnya mengikat dan cepat kering (epoxy), selanjutnya
suntikkan/grouting pada daerah retakan.
2. Untuk waterstop yang sobek harus diganti dengan yang baru.
Tulisan ini adalah kelanjutan dari “6 Solusi Mengatasi Retak Beton”. Sebelumnya kita
hanya membahas 3 macam retak yang sering terjadi pada beton. Kali ini kita lanjutkan, pada
apa saja sering terjadi keretakan tersebut dan bagaimana solusi mengatasinya :
4. Retak Beton Dinding Pagar
Sering kita jumpai dinding pagar tembok yang miring atau hampir roboh. Tentu saja akan
membahayakan bila dinding roboh dan menimpa lingkungan di sekitarnya atau orang yang
melintas. Apa saja penyebab dinding pagar tembok roboh ? Pertama letak pondasi kurang
dalam sehingga tidak mampu menahan beban dinding pagar di atasnya, akibatnya dinding
miring. Kedua, dinding pagar tembok terkena beban angin/dorongan yang besar. Adanya
perubahan karateristik tanah di sekitar pondasi pagar yang mengakibatkan daya dukung tanah
berkurang, sehingga memperlemah pondasi.
Alternatif Solusi :
1. Gali tanah di sekitar pondasi, luruskan pagar yang miring dengan penambahan perkuatan
sementara, berupa penopang kayu/besi pada dinding pagar.
2. Buat pondasi dan sloof di belakang pagar sebagai tempat dudukan kolom/tiang penopang.
3. Buat kolom/tiang berbentuk segitiga untuk menahan kemiringan pagar. Ukuran tiang
disesuaikan dengan beban dinding yang ditopang.
Alternatif Solusi :
1. Buat pondasi baru yang berada dekat dengan pondasi yang turun. Tujuannya untuk
membagi beban yang berlebih.
2. Padatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara manual atau dengan
bantuan mesin stamper sehingga daya dukung tanah meningkat.
3. Perbaiki ketinggian balok dan dinding yang rusak akibat penurunan pondasi.
4. Buat tiang di atas pondasi baru untuk menghentikan penurunan.
Konsultan perencana kadangkala mengalami kegagalan akibat kesalahan dalam dalam perencanaan
sebuah bangunan yaitu hasilnya tidak tepat seperti ukuran struktur beton, jumlah ukuran besi yang
diperlukan, dan kualitas beton yang akan digunakan.
Hal ini harus diperhatikan karena kekuatan beton tanpa campuran khusus berumur ±28 hari. Jika umur
beton belum sampai 28 hari maka belum bisa menerima beban maksimal. Jika pembebananya terjadi
diluar kapasitas beton maka kemungkinan akan terjadi retak bahkan bisa patah.
Penyebab salah satu struktur beton retak dikarenakan cetakan beton yang tidak kuat, seperti pada
balok atau plat lantai sehingga mengalami lendutan dan akan terjadi keretakan apabila lendutannya
diluar batas maksimal. Penyebab lainnya seperti membongkar bekisting terlalu cepat sehingga beton
belum benar-benar mengeras.
Disaat proyek sudah start maka perlu dilakukan pengawasan yang sangat teliti pada saat pelaksanaan,
untuk memastikan bahan dan alat yang dipakai sesuai dengan gambar kerja seperti spesifikasi ukuran
dan jumlahnya.
Curing merupakan perawatan beton yang perlu dilakukan supaya beton tidak retak, cara
pelaksaanaannya adalah dengan melakukan penyiraman, tutup beton dengan karung basah dan
sebagainya.
Penyebab struktur beton retak yang seperti ini tidak bisa dicegah karena penyebabnya dari alam,
seperi gempa, longsor, tsunami.
Karatan pada besi juga sumber retaknya beton, maka saat penyimpanan barang pada lokasi proyek
perlu diperhatian tempat penyimpanan yang aman supaya besi tidak mudah berkarat.
h. Mengandung zat kimia yang berlebihan pada beton
Pada saat pengecoran jika mengandung zat kimia atau kadar lumpur melebihi kapasitas atau
berlebihan dapat menyebabnya keretakan struktur beton, dan kekuatan beton dapat melemah.
i. Dan berbagai penyebab lainnya struktur beton retak yang terjadi diluar kendali.
a. Perhitungan yang direncanakan pada struktur beton dilakukan dengan benar dan teliti serta
pada struktur beton diberikan factor keamanan, seperti penambahan beban pada struktur beban
diantisipasikan jika terjadi hal-hal yang yang tidak inginkan seperti bencana alam.
b. Merencanakannya bekisting yang sesuai dengan kebutuhannya supaya struktur beton
menahan beban sesuai perencanaan.
c. Pengecekan dan pengawasan yang ketat pada pekerjaaan pelaksanaan bekisting, pemasangan
besi, pengecoran, dan perawatan beton, hal tersebut untuk mencegahnya kerusakan atau
keretakan pada struktur beton.
d. Melakukan injeksi beton yang merupakan bahan kimia yang dapat menghilangkan keretakan
beton.
e. Pada struktur balok dan kolom yang mengalami keretakan atau diperlukan untuk penambahan
kekuatan struktur beton maka perlu diberikan besi tulangan tambahan dan pembesaran
dimensi beton.
f. Penyimpanan besi sebaiknya jangan ditempat terbuka karena mngakibatkan besi karatan dan
membahayakan bagi beton.
g. Memastikan semuanya sesuai dengan gambar kerja yang telah direncanakan, umur beton
sampai 28 hari sehingga baru memberi beban.
h. Hingga berbagai kreatif lainnya untuk mengatasi struktur beton retak.
1.Retak
Jika permukaan kolom atau balok retak, langkah pertama yang dilakukan adalah mengecek
apakah keretakan itu ada pada selimut beton atau pada “daging” beton. Keretakan pada
selimut beton bisa diatasi dengan menambal keretakan (patching) menggunakan bahan
material perbaikan struktur berbahan dasar polymer. Atau bisa juga menggunakan campuran
semen dan air. Bila ternyata keretakan ada pada “daging” beton, maka metode perbaikannya
bisa menggunakan metode grouting atau injection. Proses pengerjaan metode grouting adalah
dengan membongkar retakan hingga dasar retakan atau sampai terlihat daging betonnya.
Pastikan beton yang ada di sekeliling retakan tidak rontok. Setelah itu, tuang material
perbaikan struktur berbahan dasar semen pada celah retakan. Sebaiknya gunakan bounding
agent (bahan seperti lem) untuk mempermudah proses perekatan antara beton lama dan
material perbaikan struktur. Bounding agent bisa juga diganti dengan air. Siram air pada
permukaan beton lama pada celah retakan. Advertisment Sedangkan proses metode injeksi
dimulai dengan menutup permukaan retakan menggunakan material berbahan epoxy. Setelah
itu, buatlah lubang di sepanjang retakan dengan jarak antarlubang sekitar 25 cm dan tutuplah
lubang dengan selang karet. Masukkan material perbaikan struktur berbahan dasar epoxy ke
dalam selang karet. Jika material itu keluar pada salah satu selang karet, maka segera tutup
lubang selang itu. Masukkan kembali material epoxy ke lubang yang lain. Ulangi proses itu
hingga semua selang karet tertutup. Jika semua selang karet tertutup, ini berarti semua celah
pada retakan sudah terisi material epoxy.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Panduan Perbaikan Kerusakan pada
Kolom atau Balok",
https://nasional.kompas.com/read/2008/05/02/0836221/panduan.perbaikan.kerusakan.pada.ko
lom.atau.balok.
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik untuk
digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai
keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus +
aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa keunggulan dari beton
adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya
tarik dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan memungkinkan
pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan gaya
tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan
aman.
Karena kelebihan yang dimilikinya, maka penggunaan beton bertulang sebagai bahan struktur
utama bangunan sangat populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan dibandingkan material
lain seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja. Penerapan beton bertulang pada
struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti tiang
pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok, plat beton, dan dinding geser (shear
wall).
Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton bertulang jika dibandingkan
dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga memiliki masalah yang dapat
mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang sering dijumpai adalah masalah
keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul
pada saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi.
Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur bangunan pasti akan
terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut dapat ditolerir
karena tidak berbahaya atau retakan tersebut membahayan struktur bangunan secara
keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal, karena
pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi
beton secara langsung.
Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada beton bertulang yaitu
retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah beton selesai
dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor yang melatarbelakangi
terjadinya retakan tersebut. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya keretakan pada
beton bertulang tersebut? Berikut ini kami uraikan untuk Anda..
Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton
Bertulang
1. Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan keretakan kita
harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal
pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir,
air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami
pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung
pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton
bertulang tersebut.
Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari volume
beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut
dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan mengalami
keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak mengalami
pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang berdiri sendiri
melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton bertulang
bekerja menahan beban-beban pada bangunan.
Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian terjadi
pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.
2. Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang.
Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada
saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air
dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu
tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.
6. Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang
tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton
terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut
adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat lendutan, serta
gaya geser.
Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan
struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan
dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin
(1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung permukaan
beton tersebut.
Faktor- Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Setelah Pembuatan Beton
Bertulang
1. Pengaruh lingkungan
Karena beton bertulang pada bangunan mengalami kontak langsung dengan cuca luar,
pengaruh cuaca ini sedikit banyakanya memberi andil dalam keretakan pada beton sehingga
konstruksi bangunan yang berumur cukup lama banyak mengalami retakan. Salah satu
pengaruh lingkungan yang menyebabkan beton retak adalah akibat dari air hujan. Akibat
sekian lama beton pada bangunan tua menerima air hujan secara langsung, lama – kelamaan
air hujan masuk meresap kedalam pori-pori beton yang kemudian mencapai tulangan pada
beton.
Apabila saat air hujan telah mengenai baja tulangan, maka akan terjadi reaksi antara baja
tulangan dengan tulangan yang menyebakan baja tulangan menjadi berkarat atau korosif.
Akibat korosifnya baja tulangan dan ditambah faktor luas seperti pembebanan mengakibatkan
beton akan mengalami retak-retak.
2. Pembebanan
Setelah struktur beton bertulang sudah jadi dan bangunan secara keseluruhan telah siap untuk
digunakan, maka struktur beton bertulang tersebut akan menerima beban-beban. Beban-
beban yang bekerja pada struktur beton bertulang secara umum terdiri atas bebean sendiri dan
beban luar (beban akibat angin, manusia, beban gempa, dsb).
Apabila struktur beton bertulang tersebut menerima beban sesuai dengan kapasitas atau kuat
dukung beban yang direncanakan, seharusnya struktur beton tersebut akan baik-baik saja.
Tetapi kadangkala beton akan menerima beban diluar kemampuannya, dan biasanya
pembebanan yang melebihi kapasitas yang telah direncanakan itulah yang menyebabkan
keretakan pada struktur beton.
Pada saat terjadi keretakan, besi tulangan (pada daerah tarik) tersebut mulai mengambil alih
secara penuh beban tarik yang terjadi. Artinya beton (daerah tarik) sudah tidak memikul
beban tarik. Beban tarik dialihkan ke besi tulangan. Secara struktural kondisi ini memang
dirancang seperti itu dan kekuatan struktur masih dapat dipertanggung jawabkan. Beton yang
retak saat beban mulai bertambah sama sekali tidak berarti ada kegagalan struktur.
Lokasi retakan yang terjadi saat beban mulai membesar adalah pada daerah tumpuan / ujung
balok sisi atas dan tengah bentang di sisi bawah. Pengalaman saya, retak yang terjadi hanya
1-2 retakan di satu tempat observasi. Dimana tebalnya juga tidak besar. Bahkan seringkali
hanya retak rambut. Keretakan seperti ini mestinya tidak perlu diperbaiki sama sekali. Ini
kondisi yang alamiah terjadi dan memang perhitungannya sudah memperhitungkan retak itu
akan terjadi.
Jika retak beton yang terjadi masih wajar seperti retak halus atau retak rambut , maka tidak
perlu diperbaiki. Tidak perlu juga untuk khawatir, karena perhitungan struktur beton memang
sudah tidak memperhitungkan beton yang mengalami retak. Namun jika retak yang terjadi
cukup parah, perlu dilakukan penelitian yang lebih rinci yang melingkupi perhitungan
struktur sesuai kondisi lapangan. Apakah cukup ditutup dengan epoxy, memperbesar dimensi
struktur beton bertulangnya atau diberi perkuatan tambahan.
Pada artikel berikutnya kami akan uraikan tentang tata cara perawatan beton dan bagaimana
memperbaiki beton bertulang yang retak.