Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STRUKTUR BETON II

“KEGAGALAN PADA BETON BERTULANG BESERTA


CARA PENANGANANNYA”

Dosen Pengampuh : Aziz Susanto, S.T., M.T.


Tanggal : 27 Maret 2018

PUTRI DAMAYANTI

NPM : 14.301010.006

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2018
KEGAGALAN YANG TERJADI PADA BETON

1. Keruntuhan Struktur Kolom Bertulang

Kegagalan struktur pada kolom beton diperlihatkan pada Gambar 1.


Umumnya, kolom didesain tanpa memperhatikan detail penulangan sehingga
kolom runtuh dengan perilaku getas (brittle). Struktur kolom menanggung beban
aksial tekan yang sangat besar sehingga akan mengalami regangan tekan
(compressive strain), jika melebihi kapasitas, selimut beton akan pecah dan
degradasi kapasitas dalam menahan beban (Gambar 1.(a)). Untuk menjaga
kapasitas kolom beton, diperlukan detail penulangan sengkang yang cukup dan
memenuhi standar.

Gambar 1. Keruntuhan struktur beton bertulang

Kegagalan struktur akibat kesalahan desain seperti sambungan lewatan


tulangan (lap splice) pada kolom yang dipasang tidak jauh di atas lantai atau
pondasi akan mengalami keruntuhan seperti pada Gambar 2.b dimana pada dasar
kolom adalah daerah yang dibolehkan terjadi sendi plastis. Seharusnya, sambungan
lewatan pada kolom hanya dibolehkan di tengah kolom dan harus dipasang dengan
tulangan sengkang tertutup (hoops), dengan kait 135o, yang masing-masing
jaraknya cukup rapat dengan detail seperti pada Gambar 2.

2
Gambar 2. Detail Tulangan Sengkang (SNI 03-2847-2002, 2002)

Gambar 3. Pengait hook yang biasa ditemukan pada bangunan yang runtuh,
dimana tidak tersedia detail yang memenuhi

Kegagalan struktur lainnya yang terjadi pada kolom yaitu keruntuhan akibat
geser yang bersifat getas (Gambar 2.c) dan tulangan longitudinal mengalami tekuk
(Gambar 2.d) disebabkan buruknya pengekangan inti beton. Keruntuhan pada
kolom dapat dihindari jika tulangan sengkang tersedia dan dipasang dengan detail
yang baik. Bila hal ini terpenuhi, kolom dapat berperilaku daktail dan akan
berdeformasi lebih jauh sebelum mengalami keruntuhan dibandingkan kolom tanpa
tulangan sengkang, seperti yang terlihat pada Gambar 4.

3
Gambar 4. Kurva hubungan Tegangan-Regangan pada beton yang terkekang
(confined) dan tanpa kekangan (unconfined)

2. Keruntuhan Tingkat Lunak (Soft Story)

Keruntuhan tingkat lunak (soft story) merupakan keruntuhan yang


mengindikasikan reduksi kekakuan lateral dibandingkan kekakuan lateral lantai-
lantai diatasnya. Keruntuhan ini dapat terjadi pada semua lantai, tetapi umumnya
sangat kritis terjadi pada lantai dasar karena gaya yang terbesar terjadi di lantai ini,
dimana terjadi diskontinu kekuatan dan kekakuan struktur pada sambungan dengan
lantai kedua. Kondisi diskontinu dapat disebakan oleh struktur pada lantai dasar
lebih lemah dibandingkan di atasnya atau lebih lentur sehingga menghasilkan
deformasi lateral akibat gempa yang sangat besar pada lantai dasar sehingga beban
terkonsentrasi pada sambungan dengan lantai dua.

Jika semua lantai bangunan memiliki kekuatan dan kekakuan struktur yang
relatif sama, bangunan tersebut akan berdeformasi lateral akibat beban gempa
dengan distribusi yang merata di setiap lantai sehingga akan berperilaku daktail.
Jika lantai dasar bangunan lebih fleksibel, biasanya karena didesain jauh lebih
tinggi dibandingkan lantai-lantai di atasnya, diskontinu pada dinding geser yang
dibangunan berhenti di lantai dua atau tidak diteruskan hingga ke pondasi,
persentase terbesar dari deformasi keseluruhan bagunan akan terkonsentrasi di sini
sehingga mengalami keruntuhan seperti pada Gambar 5.

4
Gambar 5. Keruntuhan daktail dan keruntuhan akibat tingkat lunak

Lantai dasar lebih Perubahan kekakuan Diskontinu dinding


fleksibel di atas lantai dasar geser

Gambar 6. Tipe Tingkat Lunak

Ketika Gempa Padang, 29 September 2010, beberapa bangunan mengalami


keruntuhan di mana kolom-kolom di lantai dasar tidak mampu menahan deformasi
lateral yang disebabkan respon struktur terhadap gempa. Bangunan pertokoan
(Gambar 8) dengan struktur beton 3 lantai mengalami keruntuhan pada lantai dasar
dan menyisakan lantai 2 dan 3. Keruntuhan tingkat lunak juga terjadi pada kantor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sumatera Barat (Gambar
9) yang dibangun pada tahun 1983. Bangunan struktur beton 3 lantai ini mengalami
keruntuhan dengan deformasi lateral 250 mm (simpangan antar tingkat drift 6%) di
lantai dasar.

5
Bangunan yang menyita sorotan media adalah Hotel Ambacang dimana 200
orang tewas tertimpa reruntuhan bangunan. Awalnya, Hotel Ambacang adalah
bangunan struktur beton 2 lantai, dibangun sekitar awal tahun 1990an. Kemudian
direnovasi dengan menambahkan tiga lantai diatasnya dengan kombinasi struktur
baja dan beton. Bangunan yang pada zaman kolonial Belanda digunakan sebagai
pusat perdagangan mengalami keruntuhan akibat tingkat lunak dimana lantai dasar
dan lantai dua luluh lantah.

Gambar 7. Keruntuhan akibat tingkat lunak (soft story) pada Gempa Padang 29
September 2009 (Mw = 7,6) (Dewobroto, 2009)

Gambar 8. Keruntuhan tingkat lunak pada lantai dasar dari Gedung BAPPPEDA
Sumatera Barat (kiri) dan Hotel Ambacang (kanan) ketika Gempa Padang, 30
September 2009 (Dewobroto, 2009)

6
Untuk menghindari fenomena tingkat lunak, lantai tersebut didesain
memiliki kekakuan lateral lebih dari 70% kekakuan lateral tingkat diatasnya atau
lebih dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat diatasnya (SNI 1726-2002).

Gambar 9. Persyaratakan kekakuan lateral untuk menghindari

keruntuhan tingkat lunak

Perkuatan struktur dapat dilakukan terhadap bangunan eksisting dengan cara


misalnya, penambahan bresing baja pada lantai dasar. Salah satu yaitu
menggunakan link bresing eksentris, dengan cara link dipasang secara vertikal dan
dihubungkan langsung dengan slab beton. Link geser diharapkan akan mendisipasi
energi gempa yang diterima struktur dan berdeformasi inelastis leleh akibat geser
sehingga mereduksi resiko kerusakan yang ditanggung oleh struktur beton.

7
Gambar 10. Perkuatan struktur dengan link bresing eksentris

(Mazzolani et al, 2004)

3. Retak (Cracks)

Retak (Cracks) adalah pecah pada beton dalam garis-garis yang relative
panjang dan sempit, retak ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab: diantaranya :
evaporasi air dalam campuran beton terjadi dengan cepat akibat cuaca yang panas,
kering atau berangin. Retak akibat keadaan inidisebut plastic cracking,
Bleedingyang berlebihan pada beton, biasanya akibat prosescuringyang tidak
sempurna. Retakan bersifat dangkal dan saling berhubungan pada seluruh
permukaan pada plat, retak jenis ini disebut crazing. Pergerakan struktur,
sambungan yang tidak baik pada pertemuan kolom dengan balok atau plat, atau
tanah yang tidak stabil. Retakan bersifat dalam atau lebar, retak jenis ini disebut
random cracks Reaksi antara alkali dan agregat, retakan yang terbentuk sekitar 10
tahun atau lebih setelahpengecoran dan selanjutnya menjadi lebih dalam dan lebar,
retakan saling berhubungan satu sama lain.

8
4. Voids

Voids adalah lubang-lubang yang relatif dalam dan lebar pada beton. Void
pada beton dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab: diantaranya :Pemadatan yang
dilakukan dengan vibrator kurang baik, karena jarak antar bekisting dengan
tulangan atau jarak antar tulangan terlalu sempit sehingga bagian mortar tidak dapat
mengisi rongga antara agregat kasar dengan baik. Voidyang terjadi berupa lubang-
lubang tidak teratur yang disebut honey combing. Bocor pada bekisting yang
menyebabkan air atau pasta semen keluar, akan lebih parah jika campuran banyak
mengandung air, atau banyak pastasemen atau gradasi agregat yang kurang baik.
Keadaan ini disebut sand streaking.

5. Scalling/spalling/erosion

9
Scalling/spalling/erosion adalah kelupasan dangkal pada permukaan,yang
dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab, diantaranya: Eksposisi yang berulang-
ulang terhadap pembekuan dan pencairan sehingga permukaan terkelupas, keadaan
ini disebut scalling Melekatnya material padapermukaan bekisting sehingga
permukaan beton terlepas dalam kepingan atau bongkah kecil, keadaan ini
disebutspalling Terlepasnya partikel-partikel sehalus debu yang dapatterdiri dari
semen yang sangat halus atau agregat yang sangat halus, terlepas akibat abrasi
misalnya saat lantai disapu, hal semacam ini disebut dusting. Terdapatnya material
organic dalam campuran, kontaminasi yang reaktf atau korosi pada tulangan dapat
menimbulkan rongga pada beton yang disebut sebagai popouts, juga dapat
disebabkan ekspansi agregat yang pouroussegera setelah pengecoran sampai
setahun lebih tergantung permeabilitas beton dan ketidakstabilan volume agregat
yang digunakan. Disintegrasi beton pada titik-titik dimana terdapat aliran air
turbulen akibat pecahnya gelembung-gelembung pada air, erosi seperti ini sering
disebut water cavitation. Erosi oleh air dimana abrasi oleh benda-benda padat yang
tersuspensi dalam air terhadap permukaan beton mengakibatkan disintegrasi beton
sepanjang alur aliran air.

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai