Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1 STRUKTUR BETON 3

KERUNTUHAN STRUKTUR

Disusun Oleh :
1. Biantoro Pambudi 01.2019.1.90718

Dosen Pembimbing :
Jaka Propika, ST. MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL


INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi

tarik: kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 % dari kuat tekannya. Karena rendahnya

kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada paraf pembebanan yang masih rendah.

Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau

eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen struktual. Gaya ini mencegah

berkembangnya retak dengan cara mengeleminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik

dibagian tumpuan dan daerah krisis pada kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkatkan

kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang tersebut. Penampang dapat berperilaku

elastis, dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul tekan pada semua beban bekerja

distruktur tersebut.

Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi (berarah

vertikal) maupun beban-beban lain, seperti beban angin (dapat berarah horizonal), atau juga

beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur, menyebabkan adanya lentur dan

deformasi pada elemen struktur beton. Lentur pada balok merupakan adanya regangan yang

timbul karena adanya beban luar. Salah satu kegagalan konstruksi bagunan gedung yang

cukup fatal adalah keruntuhan geser yang diakibatkan oleh kombinasi beban-beban yang

bekerja. Beban yang melebihi kapasitas penampang dari beton bertulang akan mengakibatkan

retakan-retakan disepanjang beton tersebut baik retak struktur maupun non struktur. Retakan-

retakan tersebut dapat terjadi lebih awal dan pada akhirnya akan berakibat terjadi keruntuhan

yang tiba-tiba, agar keruntuhan tidak terjadi maka perlu diperhatikannya material yang akan

digunakan, pembuatan campuran maupun maupun dalam pelaksanaan konstruksinya. Dalam


pembuatan beton bertulang harus dipastikan keamanan struktur terhadap keruntuhan yang

mungkin terjadi selama umur bangunan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis dari mekanisme keruntuhan pada struktur beton ?

2. Apakah yang menjadi penyebab keruntuhan pada stuktur beton ?

3. Bagaimanakah solusi perbaikan dari keruntuhan tersebut ?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sumber informasi tambahan

mengenai jenis – jenis mekanisme keruntuhan struktur yang terjadi pada sebuah bangunan

serta perbaikan apa yang bisa digunakan.


BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Lentur Tarik

Pada daerah yang mengalami keruntuhan lentur, retak terutama terjadi pada

sepertiga tengah bentang, dan tegak lurus terhadap arah tegangan utama. Retak-retak ini

disebabkan oleh tegangan geser v yang sangat kecil dan tegangan lentur f yang sangat

dominan yang besarnya hampir mendekati tegangan utama horisontal ft(max). Dalam keadaan

runtuh lentur demikian, beberapa retak halus vertikal terjadi di daerah tengah bentang sekitar

50% dari yang diakibatkan oleh beban runtuh lentur. Apabila bebannya terus bertambah,

retak retak di tengah bentang juga bertambah, dan retak awal yang telah terjadi akan semakin

lebar dan semakin panjang menuju sumbu netral penampang. Jika balok tersebut dalam

kondisi underreinforced, maka keruntuhan ini merupakan keruntuhan yang daktail yang

ditandai dengan lelehnya tulangan tarik terlebih dahulu.

Gambar 1. Keruntuhan Tarik

Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga tulangan

tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu apabila regangan baja (Ɛs)

lebih besar dari regangan beton (Ɛy). Penampang seperti itu disebut penampang under-

reinforced, perilakunya sama seperti yang diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail

(terjadinya deformasi yang besar sebelum runtuh ). Semua balok yang direncanakan sesuai
peraturan diharapkan berperilaku seperti itu. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton

bertulang, keruntuhan tarik terjadi apabila :

 < b

Perbaikan :

Pada kerusakan atau keruntuhan yang terjadi pada balok tersebut dapat dilakukan
perbaikan dengan perkuatan menggunakan material komposit berupa Fiber Reinforced
Polymer (FRP) atau dengan Sika Carbon yang ditempelkan pada bagian bawah balok.

2.2 Mekanisme Lentur Tekan

Keruntuhan Lentur Tekan adalah keruntuhan yang disebabkan karena jumlah tulangan

baja relatif banyak maka keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih

elastis, yaitu apabila regangan baja (Ɛs) lebih kecil dari regangan beton (Ɛy). Penampang

seperti itu disebut penampang overreinforced, sifat keruntuhannya adalah getas (non-daktail).

Suatu kondisi yang berbahaya karena penggunaan bangunan tidak melihat adanya deformasi

yang besar yang dapat dijadikan pertanda bilamana struktur tersebut mau runtuh sehingga

tidak ada kesempatan untuk menghindarinya terlabih dahulu. Pada perencanaan tulangan

lentur balok beton bertulang, keruntuhan tekan terjadi apabila :

 > b

Gambar 2. Keruntuhan Tekan


Perbaikan :

Kerusakan dengan kondisi tulangan belum luuh yang kerap terjadi adalah retak,

beton hancur sebagian dan selimut beton lepas. Menurut Ir. Sondra Gosali (Sales dan

Marketing Manager PT. Sika Indonesia) menjelaskan bahwa ada tiga metode perbaikan,

yaitu patching (plester), grouting (menambah dengan campuran beton dan aditif) dan

injection

2.3 Mekanisme Geser

Keruntuhan akibat geser pada pembebanan balok, diketahui bahwa transfer beban

ketumpuan melampaui mekanisme momen lentur dan gaya geser yang terjadi secara

bersamaan. Pola keruntuhan (retak) yang terjadi akibat kedua mekanisme tersebut terlihat

berbeda dari komponen tegangan utama yang terjadi. Bagian yang menerima lentur dan

geser, materialnya mengalami tergangan utama biaksial dengan orientasi diagonal, sehingga

retaknya pun terbentuk diagonal pada daerah yang mengalami tegangan tarik. Perhatikan

pada daerah lentur murni, retak yang terjadi cenderung berorientasi vertikal. Keruntuhan

balok akibat geser (akibat tegangan biaksial) bersifat getas dan terjadinya tiba-tiba. Berbeda

dengan kerumtuhan lentur yang bersifat daktail, didahului dengan timbulnya lendutan besar

yang dapat digunakan sebagai “pertanda”.

Gambar 2. Keruntuhan Geser


Oleh karena itu, dalam perencanaan struktur, semua elemen harus didesain

sedemikian agar kekuatan gesernya lebih besar dari yang diperlukan sehingga dapat dijamin

bahwa keruntuhan lentur akan terjadi lebih dahulu.

Gambar 3. Keruntuhan Geser Tekan

Perbaikan :

Pada Kerusakan atau keruntuhan yang terjadi dapat dilakukan perbaikan dengan

perkuatan menggunakan Resin Epoxy. Resin Epoxy adalah larutan yang digunakan untuk

merekatkan serat fiber pada beton atau objek yang ingin diperkuat. Campuran resin epoxy terdiri

atas bahan padat dan cair yang saling larut. Campuran dengan resin epoxy yang lain dapat

digunakan untuk mencapai kinerja tertentu dengan sifat yang diinginkan. Atau juga dapat

dilakukan dengan menambahkan fiber carbon untuk mengganti tulangan yang kurang baik

tulangan utama, maupun tulangan geser. Perbaikan bisa juga dengan metode

konvesional dengan melakukan penebalan pada elemen struktur dan memberinya tulangan

tambahan

2.4 Mekanisme Tarik diagonal

Keruntuhan Tarik Diagonal adalah keruntuhan yang terjadi setelah keretakan miring

tanpa peringatan yang cukup, yang terjadi karena kuat tarik diagonal lebih kecil dari kuat

lentur. Keruntuhan ini terjadi pada balok dengan resiko a/d sekitar 2,5 – 5,5. Keretakan

dimulai dengan terbentuknya retak lentur vertikal di tengah bentang, yang akan menyebar

akibat meningkatnya beban ke daerah dengan momen lebih kecil dan gaya geser besar,
sehingga terjadi keretakan lentur geser. Dengan meningkatnya gaya geser, retak akan melebar

dan merambat sampai ke sisi balok runtuh. Keruntuhan bersifat getas dan lendutan yang

terjadi relative kecil.

Gambar 4. Keruntuhan Tarik Diagonal

Perbaikan :

Salah satu penyelesaian kerusakan akibat tarik diagonal adalah menggunakan metode

injeksi beton dengan menggunakan material Epoxy Resin Grout. Perbaikan beton retak dan

pecah adalah dengan bantuan tekanan rendah dan secara perlahan memasukan material epoxy

resin grout ke dalam jalur retakan sehingga beton yang telah terpisah akibat retak dan

pecah dapat saling mengikat kembali sehingga mengembalikan kekuatan struktur beton

dan terhindar dari keruskan yang lebih besar

2.5 Kegagalan Angkur

Mekanisme penyaluran gaya geser horizontal yang terjadi dari balok baja ke pelat

beton ditransfer seluruhnya oleh penghubung geser, dalam hal ini adalah angkur besi beton.

Yang mana kekuatan dan luas bidang kontak tulangan angkur beton tersebut dengan beton

sangat mempengaruhi kapasitas suatu angkur besi beton untuk dapat mentransfer geser

horizontal. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya deformasi pada angkur besi beton

yaitu: bentuk dan ukurannya, lokasinya pada balok, lokasi momen maksimum, dan cara

pemasangannya pada balok baja. Dalam perencanaan pemasangan angkur besi beton pada

beton, ACI mengenai Anchorage to Concrete secara umum dapat menjadi acuan, peraturan
lain dapat kita adopsi dari European Organisation for Technical Approvals (EOTA) yang juga

telah menetapkan pedoman teknisnya “Guideline for European Technical Appropal of Metal

Anchors for Use in Concrete (ETAG-001)”. Berbagai macam kegagalan yang mungkin

terjadi diakibatkan oleh berbagai pembebanan (tarik, geser) antara lain sebagai berikut: steel

failure, pull-out failure, concrete cone failure, splitting failure.

Gambar 5. Kegagalan Angkur

Perbaikan :

Faktor jarak antara angkur terluar dengan ujung beton dan ketebalan beton

mempengaruhi karakteristik beban. Posisi angkur terluar dan ketebalan beton akan

memberikan pengaruh dalam disain suatu pemasangan angkur

2.6 Kegagalan Lekatan Tulangan

Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perencanaan dan analisis struktur

beton bertulang adalah lekatan batang tulangan baja dengan beton yang mengelilinginya

berlangsung sempurna tanpa terjadi penggelinciran atau pergeseran. Berdasarkan atas

anggapan tersebut maka pada waktu komponen struktur beton bertulang bekerja menahan
beban akan timbul tegangan lekat pada permukaan singgung antara batang tulangan dengan

beton (Dipohusodo, 1994).

Tulangan polos dapat terlepas dari beton karena terbelah di arah memanjang bila

adhesi atau perlawanan gesek cukup tinggi, atau dapat terlepas keluar dengan meninggalkan

lobang bulat di dalam beton untuk adhesi dan tahanan gesek yang rendah. Batang tulangan

berprofil direncanakan untuk merubah pola perilaku dan memperkecil andalan atas gesekan

dan adhesi, dan lebih mengandalkan tahanan dari gerigi terhadap beton. Keruntuhan lekatan

(bond failure) tulangan berprofil di dalam beton berbobot normal hampir selalu merupakan

keruntuhan akibat terbelahnya beton. Pada pola keruntuhan pembelahan ini, beton terbelah

menjadi dua atau tiga bagian karena aksi baji (wedging) dari gerigi terhadap beton (Wang,

1993). Kuat lekat tulangan dengan beton tergantung pada faktor-faktor utama sebagai berikut:

o lekatan antara beton dan tulangan baja

o efek gripping (memegang) sebagai akibat dari susut pengeringan beton di sekeliling

tulangan

o tahanan gesekan terhadap gelincir dan saling mengunci pada saat tulangan mengalami

tegangan tarik

o efek kualitas beton (kekuatan tarik dan tekannya)

o efek penjangkaran ujung tulangan

o diameter, bentuk dan jarak tulangan.

Gambar 6. Kegagalan Lekatan Tulangan


Perbaikan :

Salah satu penyelesaian dari permasalahan ini adalah dengan penggunaan pen-

binder, yaitu pemasangan perkuatan tulangan pengekang pada kolom, khususnya kolom

lingkaran dengan menggunakan tulangan 2x setengah lingkaran. Hal ini merupakan salah

satu contoh tulangan pengekang yang memerlukan elemen pengikat agar pada saat beton aksial

dan lateral bekerja tidak mengakibatkan kegagalan kolom karena hancurnya inti beton.

Bisa juga dengan menambahkan bahan kimia polimer styrene butadiene latex pada

campuran beton yang umum disebut dengan Beton latex atau beton modifikasi latex dan

lebih dikenal dengan sebutan Latex-modified Concrete (LMC), yaitu gabungan beton normal

yang dibuat dari tiga unsur utama pembuat beton yang terdiri dari semen, agregat dan air,

yang diberi bahan tambahan cairan Sika-Latex Emulsion yaitu bahan latex sintetis yang

bersifat elastomerik, berbentuk cair dan berwarna putih seperti susu. Styrene butadiene latex

terdiri dari partikel organic yang dapat menyebar dalam air.

2.7 Kegagalan Tekan

Pada kolom dengan kondisi P = 0 (lentur murni), mempunyai daktilitas kurvatur lebih

besar daripada daktilitas kurvatur kolom dengan kondisi ragam keruntuhan balance, artinya

daktilitas turun seiring dengan peningkatan beban aksial yang diterima oleh kolom. Kondisi P

= 0 (lentur murni) hanya dialami oleh balok dan tidak mungkin dialami oleh kolom, karena

kolom merupakan elemen struktur yang terkena beban aksial tekan tanpa memperhatikan

apakah momen lentur juga bekerja padanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

daktilitas elemen lentur (balok) lebih besar daripada elemen tekan (kolom). Beban aksial

yang mendominasi pada kolom mengakibatkan perilaku kegagalan tekan tidak dapat

dihindarkan.
Gambar 7. Kegagalan Tekan

Perbaikan :

Salah satu perbaikan akibat kegagalan tekan adalah menggunakan sistem

perkuata Concrete jacketing. Concrete jacketing adalah salah satu dari sekian banyak teknik

yang digunakan dalam perbaikan dan perkuatan beton bertulang. Concrete Jacketing

dilakukan dengan cara memperbesar penampang melintang beton bertulang yang telah

ada dengan lapisan baru beton tambahan yang juga diperkuat dengan tulangan. Concrete

jacketing adalah suatu sistem perkuatan atau perbaikan beton dengan cara meyelimuti beton

yang telah ada dengan beton tambahan


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari informasi mengenai mekanisme keruntuhan struktur yang telah

diterangkan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam sebuah perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan perlu diperhatikan aspek perkuatan atau daya dukung

yang diberikan bagi struktur utama Kolom dan Balok. Di setiap perencanaan yang

ada terdapat aspek persyaratan yang harus dimiliki dan disesuaikan dengan syarat

umum yang dipakai dalam pembangunan yang berupa peraturan – peraturan SNI

ataupun spesifikasi yang diberikan.

Selain itu juga dalam hal ini, perbaikan – perbaikan yang diberikan diatas,

tidak semua dapat diaplikasikan dengan semua bentuk, lingkungan ataupun kondisi

dari bangunan tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan dan uji sampling

dalam menentukan perbaikan apa yang dapat dilakukan

Anda mungkin juga menyukai