BETON PRATEGANG
Fakultas Teknik
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Perintis Kemerdekaan, I/33 Tangerang, Kota Tangerang
2019
A. RUANG LINGKUP BETON PRATEGANG
Beton adalah meterial yang kuat terhadap kondisi tekan, akan tetapi material
yang lemah terhadap kondisi tarik. Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 8 sampai 14
persen dari kuat tekannya. Rendahnya kapasitas tarik beton menimbulkan terjadinya
retak lentur pada taraf pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau
mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan
dalam arah longitudinal elemen struktural. Gaya ini mencegah berkembangnya retak
dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian
tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja sehingga dapat meningkatkan
kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang tersebut. Penampang dapat
berperilaku elastis, dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat
secara efektif dimanfaatkan di seluruh tinggi penampang beton pada saat semua
beban bekerja di struktur tersebut
Gaya longitudinal yang diterapkan tersebut di atas disebut gaya prategang,
yaitu gaya tekan yang memberikan prategang pada penampang di sepanjang bentang
suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal
atau beban hidup horizontal transien. Gaya prategang ini berupa tendon yang
diberikan tegangan awal sebelum memikul beban kerjanya, yang berfungsi
mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik pada saat beton mengalami beban
kerja, mengantikan tulangan tarik pada struktur beton bertulang biasa.
Pada beton bertulang biasa, gaya tarik yang berasal dari momen lentur
ditahan oleh lekatan yang terjadi antara tulangan dan beton. Akan tetapi, tulangan di
dalam komponen struktur beton bertulang tidak memberikan gaya dari dirinya pada
komponen struktur tersebut, suatu hal yang berlawanan dengan aksi baja (tendon)
prategang yang menghasilkan gaya dari dirinya sehingga memungkinkan pemulihan
retak dan defleksi akibat momen lentur tersebut. Pemberian gaya prategang berupa
tendon, guna mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik, ini yang dikenal sebagi
beton prategang.
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam
kontruksi. Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu
tingkat yang diinginkan. Prategang meliputi tambahan gaya tekan pada struktur
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini
retak pada beton dapat dihilangkan. Pada beton bertulang, prategang pada umumnya
diberikan dengan menarik baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja
tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang
akan jauh lebih kokoh dari elemen beton bertulang biasa. Prategangan juga
menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau
bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton prategang adalah mempunyai kuat tekan
yang cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan
mengalami rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan
prategang yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk
menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah
terjadinya keretakan
Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang
bekerja.
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan
yang terjadi akibat beban eksternal.
Dapat ditambahkan bahwa beton prategang, dalam arti seluas-luasnya, dapat
juga termasuk keadaan (kasus) dimana tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh
regangan-regangan internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada konstruksi
yang melengkung (busur). Tetapi dalam tulisan ini pembahasannya dibatasi dengan
beton prategang yang memakai tulangan baja yang ditarik dan dikenal sebagai tendon.
beton prategang adalah beton yang didalamnya terdapat kawat baja yang diberi
tegangan dahulu dengan cara ditarik terus stelah itu di cor dan dipasang.Beton
prategang sangat baik untuk digunakan pada bangunan tingkat tinggi karena memiliki
kuat tarik dan tekan sama baiknya dan dibanding beton biasa beton memilki kadar usia
yang panjang.Beton ini memakai baja mutu tinggi sehingga dalam pembuatannya juga
memakan cost yang tidak sedikit.
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser, pengikatan
dan dukungan.
Dalam daerah angker, yang tegangan-tegangan dukungnya menjadi lebih tinggi, beton
berkekuatan tinggi selalu lebih disukai untuk menghindarkan pengangkuran yang
khusus, sehingga dapat memperkecil biaya.
Pada beton prategang penting untuk mengetahui diagram tegangan-regangan untuk
memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis penampang.
Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca
hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.
b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya prategang dan
mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Yang menjadi penting juga dalam baja
prategang adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram tegangan-regangan baja
prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa
Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung
dari diameter baja dan bentuknya.
Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap
untuk setiap diameter.
Beton, khususnya beton mutu tinggi, adalah komponen utama dari semua elemen beton
prategang. Dengan demikian, kekuatan dan daya tahan jangka panjang beton prategang
harus diperoleh dengan menggunakan jaminan kualitas dan kontrol kualitas yang
memadai pada tahap produksinya. Kekuatan tekan kubus 28 hari minimum yang
ditentukan di dalam peraturan I.S. adalah 40 N/mm2 untuk batang pratarik dan 30
N/mm2 untuk batang pascatarik. Perbandingan standar kekuatan silinder terhadap
kekuatan kubus dianggap sebesar 0,8 bila tidak tersedia data percobaan yang relevan.
Kadar semen minimum sebesar 300 sampai 360 kg/m3 telah ditetapkan terutama
untuk memenuhi persyaratan daya tahan. Untuk mengamankan terhadap susut
yang berlebihan, peraturan B.S. menetapkan bahwa kadar semen dalam
campuran sebaiknya tidak melebihi 530 kg/m3. Tegangan beton sesaat sesudah
penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan tegangan sebagai fungsi
waktu) tidak boleh melampaui nilai sebagai berikut :
Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut diatas, maka harus dipasang
tulangan tambahan (non-prategang atau prategang) dalam daerah tarik untuk memikul
gaya tarik total dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penampang utuh
yang belum retak. Tegangan beton pada kondisi beban layan (sesudah
memperhitungkan semua kehilangan prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh
melampaui nilai berikut:
3. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang ada pada awalnya
t = waktu (hari)
α = faktor yang bergantung pada tipe semen dan kondisi perawatan = 4,00 untuk semen
tipe I yang dirawat basah dan 2,30 untuk semen tipe III yang dirawat basah
= 1,00 untuk semen tipe I yang dirawat uap dan 2,30 untuk semen tipe III yang dirawat
uap
β = faktor yang bergantung pada parameter-parameter yang sama dengan ”α”, dengan
nilai masing-masing 0,85; 0,92; 0,95 dan 0,98
Pada dasarnya, ada dua jenis susut: susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar di
cetakan. Susut pengeringan terjadi sesudah beton mongering dan sebagian besar proses
hidrasi kimiawi di pasta semen telah terjadi. Gambar 2.3 menunjukkan peningkatan
regangan susut sh terhadap waktu. Kelajuannya berkurang terhadap waktu karena
beton yang lebih tua lebih tahan terhadap tengangan dan ini berarti beton tersebut
mengalami lebih sedikit susut, sedemikian sehingga regangan susut menjadi hamir
asimtotis terhadap waktu.
1. Agregat. Agregat beraksi menahan susut pasta semen. Beton dengan modulus
elastisitas tinggi atau dengan permukaan kasar lebih dapat menahan proses susut.
2. Rasio air/semen. Semakin tinggi rasio air/semen, semakin tinggi pula efek susut.
3. Ukuran elemen beton. Baik laju maupun besar total susut berkurang apabila volume
elemen beton semakin besar. Namun, durasi susut akan lebih lama untuk komponen
struktur yang lebih besar karena lebih banya waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan
untuk mencapai daerah dalam.
6. Bahan tambahan. Efek ini bervariasi bergantung pada jenis bahan tambahan.
7. Jenis semen. Semen yang cepat mongering akan susut lebih banyak dibandingkan
jenis-jenis lainnya.
8. Karbonasi. Susut karbonasi disebabkan oleh reaksi antara karbondioksida (CO2) yang
ada di atmosfir dan yang ada di pasta semen.
D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BETON PRATEGANG
1. Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan
korosif.
2. Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
3. Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan
akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
4. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai
secara efektif.
5. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton
biasa.
6. Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka struktur dengan
bentang besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan Natural Frequency dari struktur
berkurang, sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila
struktur itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.
7. Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap korosif.
8. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh penampang dipakai secara
efektif. Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika
dibandingkan dengan beton bertulang.
9. Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan yang
mengurangi tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada tegangan geser beton
prategang). Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam untuk bentang panjang
membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang tempat tumpuan.
10. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja
tulangan biasa (1/5 – 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima pondasi.
11. Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-retak
pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).
b. Kelemahan beton prategang
1. Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang lebih
tinggi), yang harganya lebih mahal.
E. PROSES PEMASANGAN
prategang biasanya diberikan kepada anggota beton dengan tulangan baja yang sangat
dikencangkan (kawat, untai, atau bar) bereaksi pada beton. Para highstrength prategang
baja yang paling sering dikencangkan menggunakan jack hidrolik. Operasi tensioning dapat
terjadi sebelum atau setelah beton cor dan karenanya, anggota pancang diklasifikasikan
sebagai pretensioned atau pasca-dikencangkan.
Pretensioned beton
tinggi beton menyebabkan penurunan yang signifikan dalam regangan tarik di berikat, baja
prategang dan kehilangan prategang yang relatif tinggi.
Pasca dikencangkan beton
Dengan bekisting dalam posisi, beton cor di sekitar saluran berongga yang tetap untuk
setiap profil yang diinginkan. Tendon baja biasanya di tempat, tanpa tekanan di dalam
saluran selama menuangkan beton, atau sebagai alternatif dapat berulir melalui saluran
pada beberapa waktu kemudian. Ketika beton telah mencapai kekuatan yang diperlukan,
yang tendon dikencangkan. Tendon dapat ditekankan dari satu ujung dengan ujung
berlabuh atau mungkin ditekankan dari kedua ujungnya.
Tendon tersebut kemudian berlabuh di setiap akhir menekankan. Beton dikompresi selama
operasi menekankan dan pratekan dipertahankan setelah tendon yang berlabuh oleh
bantalan pada pelat penjangkaran akhir ke beton.Pasca-dikencangkan tendon juga
memaksakan gaya transversal ke anggota mana pun arah
perubahan kabel. Setelah tendon telah berlabuh dan tidak lebih menekankan diperlukan,
saluran-saluran yang berisi tendon sering diisi dengan grout di bawah tekanan. Dengan cara
ini, tendon terikat beton dan lebih efisien dalam mengendalikan retak dan memberikan
kekuatan batas. Tendon Berikat juga cenderung menimbulkan korosi atau menyebabkan
masalah keamanan jika tendon yang kemudian hilang atau rusak. Dalam beberapa situasi,
bagaimanapun, khususnya di Amerika Utara dan Eropa, tendon tidak grout untuk alasan
ekonomi dan tetap secara permanen terikat. Sebagian besar beton pratekan situ adalah
pasca-dikencangkan. Jack hidrolik relatif ringan dan portabel membuat di lokasi pasca-
tensioning proposisi menarik. Post-tensioning juga digunakan untuk konstruksi segmental
besar-span girder jembatan.Prategang juga dapat dikenakan pada anggota baru atau yang
ada dengan menggunakan tendon eksternal atau seperti
perangkat sebagai jack datar. Sistem ini berguna untuk operasi prategang sementara tapi
dapat dikenakan tinggi tergantung waktu kerugian.
F. SEJARAH BETON PRATEGANG
Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari
California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton
prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu
pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak paten untuk
memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang diterapkan dalam
waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan kekuatan baja. Untuk
mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat pada tahun 1908
mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J. Mandl dan M. Koenen dari
Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Eugen Freyssonet dari
Perancis yang pertama-tama menemukan pentingnya kehilangan gaya prategang dan usaha
untuk mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya membangun jembatan pelengkung pada
tahun 1907 dan 1927, maka disarankan untuk memakai baja dengan kekuataan yang sangat
tinggi dan perpanjangan yang besar. Kemudian pada tahun 1940 diperkenalkan sistem
prategang yang pertama dengan bentang 47 meter di Philadelphia (Walnut Lane Bridge)
seperti gambar dibawah ini :
Setelah Fresyssinnet para sarjana lain juga menemukan metode-metide prategang. Mereka
adalah G.Magnel (Belgia), Y.Guyon (Perancis), P. Abeles (Inggris), F. Leonhardt (Jerman),
V.V. Mikhailov (Rusia), dan T.Y. Lin (Amerika Serikat). Sekarang telah dikembangkan banyak
sistim dan teknik prategang. Dan beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak
dipakai, setelah melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen beton
prategang, misalnya pada jembatan, komponen bangunan seperti balok, pelat dan kolom,
pipa dan tiang panjang, terowongan dan lain sebagainya. Dengan beton prategang dapat
dibuat betang yang besar tetapi langsing.