Anda di halaman 1dari 89

STRUKTUR BETON BERTULANG 3

PRESTRESSED CONCRETE
Pengenalan Umum Beton Prategang

• Apakah yang dimaksud dengan beton


prategang?
• Bagaimanakah bentuk beton prategang?
• Perbedaan beton prategang dan beton
bertulang?
Pengenalan Umum Beton Prategang

Apakah yang dimaksud dengan beton prategang?

”Merupakan integrasi teknologi bahan beton


bertulang dalam menggabungkan bahan beton
mutu tinggi dan baja mutu tinggi untuk
menghasilkan bahan komposit lanjutan yang
dapat bekerja secara efektif merata pada suatu
penampang struktur dalam melawan gaya-gaya
dalam baik tekan maupun tarik sama baiknya
secara bersamaan”
Pengenalan Umum Beton Prategang

Beton dgn Metode prategang merupakan material


penggabungan beton dan baja yang saling bekerja
sama. Untuk mewujudkan kerjasama yang cukup
baik pada sistem prategang antara beton dan baja
maka diperlukan material material penyusun
dengan kualitas yang cukup baik.

Dibutuhkan :
1. Beton mutu tinggi
2. Baja mutu tinggi
Pengenalan Umum Beton Prategang

BETON BERKEKUATAN TINGGI


• Beton : digunakan mutu yg cukup tinggi
lebih tinggi
dari kebutuhan beton bertulang
fc’ > 28 - 55 Mpa (Amerika)
fc’ > 35 Mpa ( Eropa )
Guna :
- Ekonomis, hemat biaya pengangkuran
- Tarik dan geser tinggi
- Retak kecil
- Modulus elastisitas tinggi, regangan
rangkak kecil shg lossing kecil
Pengenalan Umum Beton Prategang

PERSYARATAN KEKUATAN

Kekuatan tekan pada beton yang disyaratkan oleh


beberapa peraturan diantaranya adalah 40 MPa utk
Pratarik & 30 MPa utk pascatarik.

Untuk dapat mewujudkan beton mutu tinggi


beberapa hal yg hrs diperhatikan :
1. Kadar semen : 300 – 360 & max 530 kg/m3
2. Kadar air : serendah mungkin
3. Proses pemadatan
Pengenalan Umum Beton Prategang
Beberapa Hal yg perlu diperhatikan untuk
mewujudkan beton yg berkualitas :

• Susut Beton
Perubahan deformasi beton krn kehilangan
kelembaban yg bertahap.
• Rangkak Beton
Seiring perjalanan waktu.
• Karakteristik Tegangan & Regangan
Berhubungan dengan kekuatan beton dalam
menerima beban. Berhubungan dengan Modulus
Elastisitas
Pengenalan Umum Beton Prategang

SYARAT – SYARAT TEGANGAN BAJA

• Syarat tegangan ijin yg diperlukan ditetapkan


oleh beberapa peraturan.
• Diantaranya ACI :
- Awal : 80 % kuat tarik ultimit
-Transfer : 70 % kuat tarik ultimit
- Beban Kerja : -
Pengenalan Umum Beton Prategang

Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton


pratekan/prategang.

Beton bertulang :
Cara bekerja beton bertulang adalah mengkombinasikan
antara beton dan baja tulangan dengan membiarkan
kedua material tersebut bekerja sendiri-sendiri, dimana
beton bekerja
memikul tegangan tekan dan baja penulangan memikul
tegangan tarik. Jadi dengan menempatkan penulangan
pada tempat yang tepat, beton bertulang dapat sekaligus
memikul baik tegangan tekan maupun tegangan tarik.
Pengenalan Umum Beton Prategang

Beton prategang :

Pada beton prategang, kombinasi antara beton dengan


mutu yang tinggi dan baja bermutu tinggi dikombinasikan
dengan cara aktif, sedangan beton bertulang kombinasinya
secara pasif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara
menarik baja dengan menahannya kebeton, sehingga beton
dalam keadaan tertekan. Karena penampang beton
sebelum beban bekerja telah dalam kondisi tertekan, maka
bila beban bekerja tegangan tarik yang terjadi dapat di-
eliminir oleh tegangan tekan yang telah diberikan pada
penampang sebelum beban bekerja.
Pengenalan Umum Beton Prategang

Beton Bertulang
• Pada kondisi elastis hanya bagian
penampang diatas garis netral yang
mengalami gaya tekan sedangkan pada
bagian garis netral tidak diperhitungkan
untuk menahan gaya
• Kelemahan lain dari beton bertulang
adalah berat sendiri (bayangkan berapa
besar berat penampang yang tidak
diperhitungkan dalam menahan tarik)
Beton Prategang
Untuk mengatasi hal ini beton diberi tekanan awal pada bagian tariknya
sebelum beban-beban bekerja.
Pengenalan Umum Beton Prategang

PRINSIP DASAR BETON PRATEGANG


Beton prategang dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan
tekan internal sedemikian rupa sehingga dapat meng-eliminir tegangan tarik
yang terjadi akibat beban ekternal sampai suatu batas tertentu.
Ada 3 ( tiga ) konsep yang dapat di pergunakan untuk menjelaskan dan
menganalisa sifat-sifat dasar dari beton prategang
Konsep Pertama :
Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan
yang elastis.
Eugene Freyssiinett menggambarkan dengan memberikan tekanan terlebih
dahulu ( pratekan ) pada bahan beton yang pada dasarnya getas akan
menjadi bahan yang elastis. Dengan memberikan tekanan ( dengan menarik
baja mutu tinggi ), beton yang bersifat getas dan kuat memikul tekanan, akibat
adanya tekanan internal ini dapat memikul tegangan tarik akibat beban
eksternal. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini :
Pengenalan Umum Beton Prategang

Tendon konseutris
Mc

F + M. c’

M. c
FA

AKIBAT AliIBAT AKIBAT


GAYA PRATEGA.NG F MOMEN EK3TEKNAL M F DAY M
Pengenalan Umum Beton Prategang

Akibat diberi gaya tekan ( gaya prategang ) F yang bekerja pada pusat berat
penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh
penampang beton sebaesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tsb.
Akibat beban merata ( termasuk berat sendiri beton ) akan memberikan tegangan
tarik dibawah garis netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya
pada serat terluar penampang adalah :

Kalau kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen lentur
ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang adalah
:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Kalau kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen lentur
ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang adalah :
a. Diatas Garis Netral :

Tidak boleh melebihi tegangan hancur beton

b. Dibawah Garis Netral :

Tidak boleh lebih kecil dari 0

Konsep Kedua :
Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton
prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton,
dimana beton menahan beban tekan dan baja prategang menahan beban tarik.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengenalan Umum Beton Prategang

Pada beton prategang, baja prategang ditarik dengan gaya prategang T yang
mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk
melawan momen akibat beban luar. Sedangkan pada beton bertulang biasa,
besi penulangan menahan gaya tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk
kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan momen luar
akibat beban luar.
Pengenalan Umum Beton Prategang
Konsep Ketiga :
Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban.
Disini menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat
keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Pada design struktur beton
prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai keseimbangan berat
sendiri, sehingga batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar
tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi. Hal
ini dapat dijelaskan sbagai berikut :
Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya
prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban
akibat gaya prategang yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan :

Dimana :
wb : beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F
h : tinggi parabola lintasan kabel prategang.
L : bentangan balok.
F : gaya prategang.
Pengenalan Umum Beton Prategang

Jadi beban merata akibat


beban ( mengarah kebawah )
diimbangi oleh gaya merata
akibat prategang wb yang
mengarah keatas.
Pengenalan Umum Beton Prategang

METODE PRATEGANGAN
Pada dasarnya ada 2 macam methode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :

Pratarik ( Pre-Tension Method )


Methode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh karena itu
disebut pretension method.
Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya prategang kemudian diangker
pada suatu abutment tetap ( gambar A ).
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan yang sudah disediakan
sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan
mengering ( gambar B ).
Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya prategang,
tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke beton ( gambar C ).

Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton akan melengkung keatas sebelum
menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tsb. akan rata.
Pengenalan Umum Beton Prategang

BETOli Dlfi OR

(B)

TEhfiON DILEP.4S
G.A3".4 PPMTEG.DC DFIRSFEP. KE BEION

(C)
Pengenalan Umum Beton Prategang

Pasca tarik ( Post-Tension Method )


Pada metode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana sebelumnya telah disiapkan
saluran kabel atau tendon yang disebut duct.
Secara singkat methode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tahap 1 : Dengan cetakan ( formwork ) yang telah disediakan lengkap dengan


saluran/selongsong kabel prategang ( tendon duct ) yang dipasang melengkung sesuai
bidang momen balok, beton dicor ( gambar A ).
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon atau
kabel prategang dimasukkan dalam selongsong ( tendon duct ),kemudian ditarik untuk
mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang ini, salah satu ujung
kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang
ditarik dikedua sisinya dan diangker secara bersamaan. Setelah diangkur, kemudian
saluran di grouting melalui lubang yang telah disediakan. ( Gambar B ).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya prategang
tendon memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya balok
melengkung keatas ( gambar C ).
Pengenalan Umum Beton Prategang

Karena alasan transportasi dari


pabrik beton kesite, maka
biasanya beton prategang dengan
sistem post-tension ini
dilaksanakan secara segmental
(balok dibagi bagi, misalnya
dengan panjang 1 sampai 1,5 m ),
kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan di site,
setelah balok segmental dirangkai.
Pengenalan Umum Beton Prategang

TAHAP PEMBEBANAN
Beton prategang dua tahap pembebanan, tidak seperti pada beton bertulang
biasa. Pada setiap tahap pembebanan harus selalu diadakan pengecekan atas
kondisi pada bagian yang tertekan maupun bagian yang tertarik untuk setiap
penampang. Dua tahap pembebanan pada beton prategang adalah Tahap
Transfer dan Tahap Service.

1. Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker dilepas
dan gaya prategang direansfer ke beton. Untuk metode pascatarik, tahap
transfer ini terjadi pada saat beton sudah cukup umur dan dilakukan
penarikan kabel prategang. Pada saat ini beban yang bekerja hanya berat
sendiri struktur, beban pekerja dan peralatan, sedangkan beban hidup
belum bekerja sepenuhnya, jadi beban yang bekerja sangat minimum,
sementara gaya prategang yang bekerja adalah maksimum karena belum
ada kehilangan gaya prategang.
Pengenalan Umum Beton Prategang

2. Tahap Service
Setelah beton prategang digunakan atau difungsikan sebagai komponen
struktur, maka mulailah masuk ke tahap service, atau tahap layan dari
beton prategang tersebut. Pada tahap ini beban luar seperti live load,
angin, gempa dll, mulai bekerja, sedangkan pada tahap ini semua
kehilangan gaya prategang sudah harus dipertimbangkan didalam analisa
strukturnya.

Pada setiap tahap pembebanan pada beton prategang harus selalu dianalisis
terhadap kekuatan, daya layan, lendutan terhadap lendutan ijin,nilai retak
terhadap nilai batas yang di-ijinkan. Perhitungan untuk tegangan dapat
dilakukan dengan pendekatan kombinasi pembebanan, konsep kopel internal
( internal couple concept ) atau methode beban penyeimbang ( load balancing
method ), yang akan dibahas pada kuliah-kuliah berikutnya.
Pengenalan Umum Beton Prategang

PERENCANAAN BETON PRATEGANG


Ada 2 (dua) metode perencanaan beton prategang, yaitu :

1. Working stress method ( metode beban kerja )


Prinsip perencanaan disini adalah dengan menghitung tegangan yang terjadi akibat
pembebanan (tanpa dikalikan dengan faktor beban) dan membandingkan dengan
tegangan yang diijinkan. Tegangan yang diijinkan dikalikan dengan suatu faktor
kelebihan tegangan (overstress factor ) dan jika tegangan yang terjadi lebih kecil dari
tegangan yang di-ijinkan tersebut, maka struktur dinyatakan aman.

2. Limit state metthod ( metode beban batas )


Prinsip perencanaan disini didasarkan pada batas-batas tertentu yang dapat
dilampaui oleh suatu sistim struktur. Batas-batas ini ditetapkan terutama terhadap
kekuatan, kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap beban, api , kelelahan
dan persyaratan-persyaratan khusus yang berhubungan dengan penggunaan struktur
tersebut. Dalam menghitung menghitung beban rencana maka beban harus dikalikan
dengan suatu faktor beban ( load factor ), sedangkan kapasitas bahan dikalikan
dengan suatu faktor reduksi kekuatan ( reduction factor ).
Pengenalan Umum Beton Prategang

Tahap batas ( limit state ) adalah suatu batas tidak di-inginkan yang berhubungan dengan
kemungkinan kegagalan struktur. Kombinasi pembebanan untuk Tahap Batas Kekuatan
( Strength Limit State ) adalah :

Berdasarkan SNI 03-2874-2002


1. U = 1,4 D …………………………………………. ( 4 )
2. U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( A atau R ) ………………. ( 5 )
3. U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 ( A atau R ) ……… ( 6 )
4. U = 0,9 D ± 1,6 L …………………………………... ( 7 )
5. U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E ………………………….. ( 8 )
6. U = 0,9 D ± E ………………………………………. ( 9 )

Dimana : U = Kuat perlu


D = Dead Load ( Beban Mati )
L = Live Load ( Beban Hidup )
A = Beban Atap
R = Beban Air
Hujan W = Beban
Angin
E = Beban Gempa
Pengenalan Umum Beton Prategang

Catatan :
a. Jika ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan didalam perencanaan,
maka pada persamaan 5, 7 dan 9 ditambahkan 1,6 H, kecuali bila akibat tekanan
tanah H akan mengurangi pengaruh beban W dan E, maka pengaruh tekanan tanah
H tidak perlu diperhitungkan.
b. Jika ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida F
diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban fluida 1,4 F harus ditambahkan
pada persamaan 4, dan 1,2 F pada persamaan 5.
c. Untuk kombinasi beban ini selanjutnya dapat dipelajari dalam buku code beton SNI
03 – 2874 – 2002
Perencanaan struktur untuk tahap batas kekuatan ( Strength Limit State ), menetapkan
bahwa aksi design ( Ru ) harus lebih kecil dari kapasitas bahan dikalikan dengan suatu
faktor reduksi kekuatan .
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang
Hal-hal yang perlu diketahui :

• Eksentrisitas tendon dapat mempengaruhi tegangan yang ditimbulkan.


Oleh kabel prategang sehingga dapat disesuaikan dalam mendesain
kekuatan beton prategang
• Tegangan tidak akan bertahan secara konstan seiring berjalannya waktu
• Tegangan setiap waktu berubah dikarenakan meningkatnya tegangan
tekan beton yang berimplikasi terhadap meningkatnya modulus elastis
beton.
• Secara umum, tegangan pada beton prategang akan berkurang
dikarenakan dua faktor besar yaitu, immediate loss dan time dependent
loss.
• Untuk metode pemberian tegangan yang berbeda yaitu metode pre-
tensioning dan Post-tensioning, peluruhan tegangan dapat dikategorikan
secara umum pada tabel berikut :
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Kehilangan
Tipe Metode Transfer
Tegangan
Kategori Kehilangan
Tegangan Pre- Post- Interval
Total
Tensioned Tensioned Waktu
Elastic Saat Saat transfer
-
Shortening (ES) transfer Berurutan
Sebelum
Immediate dan Sesudah
Friction (F)
Loss Sesudah transfer
transfer
Anchorage Sesudah Sesudah
Setting Loss (A) transfer transfer
Relaxation of Sesudah Sesudah
Tendon (R) transfer transfer
Time-
Creep of
Dependent - Saat jacking -
Concrete (CR)
Loss
Shrinkage of Saat jacking
- -
Concrete (SH)
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Secara kronologis, kehilangan tegangan pada beton prategang digambarkan sbb :

3-8 % Loss 10-15 % Loss 0 % Loss


0

0
Pj Pi Pe Pe
Jacking Initial Effective Effective

diabaikan

Beban : Beban : Beban :


1. Prategang 1. Prategang 1. Prategang
2. Berat Sendiri 2. Berat Sendiri 2. Berat Sendiri
3. SIDL 3. SIDL
4. Beban Hidup
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Immediate Loss
Disebabkan akibat adanya elastic shortening (perpendekan pada beton
prategang) dan anchorage slip (slip pada baji angkur)
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Maka menyamkan persamaan 3.1 dan 3.2, akan didapatkan hasil

Atau
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Dimana :
app -— tegangan beton pada level tendon
E -— modulus elastisitas beton
Act = kehilangan regangan
tendon Arr;, = kehilangan
tegangan tendon
Eg -- modulus elastisitas tendon (195.000 Mpa)

Perlu di tekan kan bahwa tegangan beton pada level tendon (ocp) merupkan
tegangan yang diakibatkan oleh sistem prategang itu sendiri ditambah
dengan tegangan akibat beban mati ditengah bentang,
Pada sistem Pasca tarik, perubahan tegangan beton pada level tendon
bervariasi. Sebagai contoj, Jika terdapat 4 tendon yang ditarik secara
bergabtian maka tendon ke-4 tidak akan mengalami kehilangan tegangan
pada beton prategang. Seballiknya, tendon pertama akan mengalami 3 kali
kehilangan tegangan pada beton prategang.
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Secara cepat, kehilangan rata-rata pada sisrtem pasca tarik untuk beton
prategang dapat dicari melalui persamaan berikut :

Friksi dan Wobble


Selain terjadinya elastis shortening , pada immediate loss, terjadi juga
kehilangan tegangan akibat friksi yang lebih dikenal dengan fenomena
kehilangan tegangan akibat friction and wobble.
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Kehilangan ini terjadi akibat friksi antara kabel dan selongsong yang
diilustrasikan pada gambar berikut :
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Dari ilustrasi tersebut maka, akan didapati bahwa,

Maka, jika koefisien geser friksi dinotasikan dengan simbol μ, kehilangan gaya
prategang akibat friksi sepanjang dx adalah,

Dikarenakan sudut dα sangat kecil, maka secara radian, persamaan 3.5


menjadi,

Sehingga, kehilangan gaya prategang akibat friksi dapat didekati dengan cara
substitusi persaman 3.5 kedalam persamaan 3.6 sehingga akan didapatkan ,
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Sedangkan akibat terjadi perubahan kelengkungan (biasanya terjadi pada


tendon parabola maupun tendon dengan kurvature yang berubah) , terjadi juga
kehilangan prategang seperti yang diilustrasukan oleh gambar 3.3 berikut :
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Sehngga, akibat kehilangan sepanjang segmen dx, kehilangan prategang


dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : K = koefisien wobble

Sehngga, akibat friksi dan perubahan kelengkungan, total gaya prategang


yang hilang adalah,

Atau :
Pengenalan Umum Beton Prategang

Mengintegralkan kedua sisi persamaan 3.9 , akan didapatkan hasil,

Atau :

Perlu diperhatikan, bahwa nilai μ bervariasi antara 0,05-0,3 sedangkan K juga


bervariasi dan bergantung dengan spesifikasi tendon (bergantung kepada
manufaktur). Berdasarkan SNI-2847-2002 , koefisien μ dan K digambarkan
melalui tabel 3.2
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang
Tabel

Koef.Wobble, K
Deskripsi Kof.Friksi, μ
(1/mm)
Tendon Dengan Tendon 0,003-0,0049 0,15-0,25
Lekatan
Kawat batang 0,003-0,02 0,08-0,3
Strand 7 wire 0,0016-0,0066 0,15-0,25

Mastic Tendon 0,0033-0,0066 0,05-0,15


Tendo Coated Strand 7 wire 0,0033-0,0066 0,05-0,15
n Tendon 0,001-0,0066 0,05-0,15
Tanpa Pre-
Lekata Greased Strand 7 wire 0,001-0,0066 0,05-0,15
n
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Untuk mendaptkan nilai sudut, α, maka jika tendon merupakan parabola


tunggal, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencari peramaan parabola
tendon tersebut dan menurunkan persamaan tersebut sehingga didapatkan
fungsi sudut. Tendon tunggal parabola tersebut diilutrasikan melalui gambar
3.2. Berdasrkan gambar tersebut, persamaan parabola yang terbentuk secara
umum adalah,

Dan, menurunkan persaman diatas terhadap nilai x, akan didapatkan gradien


garis, θ sebagai berikut :
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Untuk parabola tunggal, maka diperlukan gradien pada titik awal (x=0) dan titik
ujung (x=L) saja, yang hasilnya adalah identik untuk parabola simetris. Namun,
untuk tendon tidak tunggal, penurunan perubahan garis pada transisi perlu
dilakukan menggunakan trigonometeri dan kesaman segitiga pada parabola.
Gambar 3,4 menunjukkan contoh parabola tidak tunggal.
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Berdasarkan gambar diatas, dapat didefinisikan bahwa:


Tipe Kehilangan Tegangan Prategang
Selain kehilangan tegangan akibat fenomena friksi dan wobble, kehilangan
tegangan juga dapat terjadi akibat adanya slip pada angkur dan hanya terjadi
pada pemberian tegangan pasca tarik. Gambar dibawah merupakan ilustrasi
kehilangan tegangan akibat selipnya baji pada angkur.
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang
Dari Gambar 5.3 bawah, dari hubungan geometri dapat diketahui bahwa

Dengan elongasi material prategang yang terjadi, secara mekanika bahan


adalah

Maka dengan mengintegralkan kedua sisi :

Mensubstitusikan persamaan 3.14 dan 3.15 maka akan didapat persamaan


Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Persamaan 3.16 dapat diatur kembali dan akan didapat persamaan berikut :

Pada persamaan 3.17 dan gambar 3.3 dapat disimpulkan :


Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Atau dapat ditulis :

Time Dependent Loss (long Term)


Kehilangan prategang akibat perpendekan elastik (elastik shortening) dapat
secara langsung dihitung menggunakan parameter nyata atau asumsi seperti
yang sudah didiskusikan pada sub bab 3.2 waktu dari dimulainya proses
pengecoran sampai dengan pelepasan kabel prategang pada beton tersebut
sebenarnya sangat penting dalam merencanakan konstruksi untuk memastikan
bahwa kekuatan awal beton dapat tercapai. Kehilangan prategang akibat susut
dan rangkak (creep dan shrinkage) maupun relaksasi dari baja merupakan
fenomena kehilangan gaya prategang yang bergantung dengan waktu dan
interdependen. Hal ini dikarenakan material penyusun beton prategang memiliki
properti yang bergantung dengan waktu.
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Waktu yang dipertimbangkan untk kehilangan long term ini adalah sekitar 28 hari
(672 jam). Akibat variabel yang bergantung waktu ini juga, tendon bertambah
panjang seiring dengan waktu seperti yang ditunjukkanpada gambar 3.6 berikut :

Sebagai tambahan, proses pembentukan stand wire pada tendon prategang


secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu dengan stress relieving dan proses
strain tempering. Secara diagram alir, proses pembentukan strand wire ini dapat
digambarkan melalui 3.7 sebagai berikut :
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Dari penjabaran pada Gambar 3.7, low relaxation strand merupakan suatu proses
pembentukan strand dimana kabel-kabel prategang dililit, kemudian ditarik
sembari dipanaskan. Sedangkan stress relieved strand merupakan suatu proses
pembentukan stand dimana kabel kabel prategang dililit, dipanaskan, kemudian
didinginkan tanpa ditarik. Sehingga, sesuai dengan istilahnya, relasasi yang
dialaimi oleh strand slow relaxation akan lebih rendah sedemikian sehingga gaya
yang hilang akan lebih kecil dibandingkan tendon stress relieved. Sehingga,
penggunaan tendon low relaxation lebih disukai.

Relaksasi kabel Tendon

Kehilangan tegangan yang dialami tendon yang dibentuk secara stress relieved
dan low relaxation dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Pengenalan Umum Beton Prategang

Biasanya, tahap tinjauan tersebut dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap pertama
dilakukan pada waktu satu jam sampai dengan 18 jam (saat transfer) dan tahap
kedua dilakukan pada waktu 18 jam – 720 jam.
Tipe Kehilangan Tegangan Prategang

Rangkak Beton (creep)

Kehilangan akibat rangkak beton dapat dicari dengan persamaan berikut :

Namun, pasa umumnya beban SIDL (super imposed dead load/ beban mati
tambahan) diberikan diatas struktur setalah adanya DL (dead load/beban mati)
sehingga, kehilangan total menjadi,
Pengenalan Umum Beton Prategang

Susut Beton (Shrinkage)


Kehilangan akibat susut beton dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut :
Pengenalan Umum Beton Prategang

Pertama, akan dihitung luas dari


penampang beton tersebut. Akan dibagi
menjadi dua segmen sebagai berikut:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Kemudian, akan dihitung nilai titik pusat gravitasi penampang. Dengan

Maka ;
Pengenalan Umum Beton Prategang

Kemudian, akan dihitung nilai inersia dari penampang tersebut. Inersia tiap bagian
ialah :

Sehingga dapat dihitung inersia penampang :


Pengenalan Umum Beton Prategang

Kemudian, akan dihitung modulus penampang serta nilai α:


Pengenalan Umum Beton Prategang

Nilai e maksimum penmapang ialah:

Setelah itu, akan dihitung nilai momen maksimum di tengah bentang. Akan dihitung
terlebih dulu beban merata akibat berat sendiri:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Sehingga, momen maksimum akibat beban mati:

Sehingga, momen maksimum akibat beban total:


Pengenalan Umum Beton Prategang

Batas tegangan untuk kondiis initial ialah:

Batas tegangan untuk kondiis efektif ialah:


Pengenalan Umum Beton Prategang

a. Akan dilakukan pengecekan penampang. Akan dihitung terlebih dahulu nilai Zbmin:

Karena,

Maka, penampng memenuhi syarat,


Pengenalan Umum Beton Prategang

b. Dengan R = 0.8 akan didesain gaya prategang awal minimum menggunakan


diagram magnel sesuai dengan ketentuan SNI 2817:2013 dengan 5 persamaan.
Persamaan 4.5:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.6:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.7:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.8a:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.8b:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Lima permasaan tersebut kemudian diplot, membentuk grafik sebagai


berikut:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Sehingga, P‹,inimum ditentukan oleh persamaan (7) dengan e = 754.255


maka ‹, inimum•

1
— 1.6286 x 10 * 1 x 754.255 -F 4.3977 x 10*'
0
!°i

p 66823 x 10*
t ’ N

P; — 5994380.571 N — 5994.3805 N
Pengenalan Umum Beton Prategang

Kemudian, dengan asumsi kehilangan seketika (intermediate loss) 10%,


maka akan dihitung nilai gaya jacking
Pengenalan Umum Beton Prategang

Syarat i:

Syarat ii:

Syarat iii:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Sehingga, dipilih nilai yang maksimum dari ketiga syarat tersebut,


sehingga didapatkan:

d. Terdapat lima persamaan untuk menentukan lokasi tendon yang


feasible. Kelima pesamaan tersbut akan dinamakan persamaan 9, 10,
11,12a, dan 12b.
Akan dihitung terlebih dahulu persamaan momen untuk balok tertumpu
sederhana. Untuk kondisi beban mati saja:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Untuk kondisi beban total:

Kemudian, akan dihitungkan juga nilai P efektif:


Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.9:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.10:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.11:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.12a:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Persamaan 4.12b:

Kemudian, bentang balok akan dibagi menjadi 10 bagia. Untuk tiap titik,
akan dihitung nilai e yang bersangkutan. Hasil perhitungan dalam bentuk
tabulasi ialah sebagai berikut:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Tabel 4. J [.Jnrr0l› F‹•u si”ble Pei1 asariqaia Teodui Sebelum Oibatasi Fenainpantj

Fq ’J S13,73\ 740,068 9\ &\ 08 \ 041,85 J I I 7,296 i 142,445


Eq. i 0 619,1 77 845,5 \ 4 \ 021,534 i 147,2961 222,742 T 247,891
Eq.1 I -459,38d -gJ,4J§ 3 i 7,34d 560.O7J5 70d.71 7s<gss
Eq.12a -J 13 -833,1S3 -59&433 -430,776 -330,182 29&65
4,94
-IN 93.32 -851SO1 -d10,773 -d6S,137 -4\6,59d
Ep12b —1630,23

Eq.9 J1l7,296 1041a 916,108 740,O6B 513,731


Eq.10 \222,742 J\47,2 \ 02?,5 845,514 6i9,J77
Eq.1i z05,7i 56D,074 54 -2gpyy gg,ygj
3\7,346
-i J4,94
Eq.TJa 830.1az & s4 776 -59&433 -8Z3,153
-1630,23
Eq.\3b -465,137 -610,773 -853,50\ -1 9 32
N lai tersebut kcnluJiitn dipl‹›t clcngan hasil se6agai berikul.
Pengenalan Umum Beton Prategang

Nilai tersebut kemudian diplot dengan hasil sebagai berikut:


Pengenalan Umum Beton Prategang

Namun, terdapa beberapa nilai yang melebihi dimensi penampang. Oleh


karena itu, akan ditentukan batas atas dan batas bawah dari nilai tersebut.

Karena terdapat nilai yang melebihi nilai tersebut, maka akan dicut-off
berddasarkan nilai tersebut. Sehingga, nilai e pada tabel sebelumnya menjad
sebagai berikut:
Pengenalan Umum Beton Prategang

*^ ! 4• 2 Daerah Feasible Pemasangan Tendon Sesuda h DibaLasi Penampang

8T 4,2 53 Eq.9 e s13,731 74Q068 814,255 8T 4,255 B1 4.2S5


8t4.255 Eg.10e 6›9,177 8i4,253 814J5S s».›ss a1xyss
3t7.3dd1 EN-* I e -459.38t -z2,4721 560j£I ›‹ 705,7099 7s4,2»
Ip.12a e -60s,74S -605,745 -598,433 430,776 , -330,182 -296,ss
Fq,12b e -60s,745 I -so5,7ts -so*' as -sos.›«s-»ss,y3:i" -«ia>Q

740a Eq,9e 814,2S5 814,255 s14,255 313,731


s144SS *%e ” B14,255 814,255 814,zs5 6J9;\77
-22,4721 *PU’ • 705,7099 .0735 3J 7,3§b1 -459,38T
Eq,12ae -33o,J82 —430,776 -598,433 -d0S,745 3.745
Eq.13be Ws,J37 -605,745 -605.745“ -605,74S -603,745

Nilai tersebut diplot, membeni uk grsfA «b'dQifi bcr,t


it:
Pengenalan Umum Beton Prategang

-600
-400

200
400

1000

Pars. 1 g-•¥• •- Pers. 1 I Psr6. 1 2a Parg 12D

G»wbar 4. 10 Daerah Feasible Pemasangan Tendon 5e‹udah Dibatasi Penampang


Pengenalan Umum Beton Prategang

Dimana daerah terasir menunjukan daerh feasible, sebagaimana dibatasi oleh


persamaan 9 dan 11 dengan batas nilai sebagai berikut (nilai tendon terpasang
harus berada diantara nilai oleh persamaa 9 dan 11 pada tabel di bawah):
Pengenalan Umum Beton Prategang

e. Untuk menentukan apakah tendon yang terasang berada di dalam daerah


feasible, maka akan dihitung posisi tendon yang terpasang berdasarkan
persamaan berikut:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Kemudian, nilai x akan dimasukkan sesuai dengan nilai x yang digunakan


perhitungan kelima persamaan pada soal d. sebagai berikut contoh untuk x = 0:

Perhitungan dilakukan dari x = 0 hingga x = 30000, dengan hasil perhitungan


dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Kemudian, nilai tersebut diplot pada grafik sebelumnya, sebagaimana dapat


dilihat pada Gambar 4.11:
Pengenalan Umum Beton Prategang

Terlihat bahwa tendon yang terpasang berada dalam daerah tendon yang feasible.
Pengenalan Umum Beton Prategang

f. Akan dihitung ledutan yang terjadi dengan metode rasional. Untuk


menentukan lendutan yang trjadi, terlbih dahulu akan dihitung modulus
elastisitas dari betn, yakni:

Dengan menganngap nilai R = 0.75, maka nilai prategang efektif ialah:

Gaya merata ke atas akibat prategang efektif ialah:


Pengenalan Umum Beton Prategang

Lendutan total yang terjadi ialah:

Lendutan jangka pendek yang terjadi ialah:

Lendutan jangka panjang yang terjadi ialah:


Pengenalan Umum Beton Prategang

Maka, lendutan akibat beban hidup ialah:

Batasan lendutan hidup pada jembatan ialah:

Didapatkan bahwa lendutan yang terjadi melebihi batas lendutan.

Anda mungkin juga menyukai