Anda di halaman 1dari 40

BETON PRATEGANG

Baja adalah suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan.


Beton suatu material yang tahan terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan

Dengan mengkombinasikan antara beton dan baja dimana beton yang menahan tekanan
sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan
tarikan yang dikenal sebagai beton bertulang ( reinforced concrete )

Jadi pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik
dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada beton bertulang, penampang
beton tidak dapat efektif 100 % digunakan, karena bagian yang tertarik tidak diperhitungkan
sebagai pemikul tegangan.
Hal ini dapat dilihat pada sketsa gambar disamping
ini. Suatu penampang beton bertulang dimana
penampang beton yang diperhitungkan untuk memikul
tegangan tekan adalah bagian diatas garis netral (
bagian yang diarsir ), sedangkan bagian dibawah garis
netral adalah bagian tarik yang tidak diperhitungkan
untuk memikul gaya tarik karena beton tidak tahan
terha- dap tegangan tarik.

 Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan ( rebar ).

Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah bera t sendiri ( self weight ) yang besar, yaitu 2.400 kg/m3

Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam
keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang ( prestressed concrete ).
Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton pratekan.
Beton bertulang : Cara bekerja beton bertulang adalah mengkombinasikan antara beton
dan baja tulangan dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja sendiri-sendiri,
dimana beton bekerja memikul tegangan tekan dan baja penulangan memikul tegangan
tarik. Jadi dengan menempatkan penulangan pada tempat yang tepat, beton bertulang dapat
sekaligus memikul baik tegangan tekan maupun tegangan tarik.

Beton pratekan : Pada beton pratekan, kombinasi antara beton dengan mutu yang tinggi
dan baja bermutu tinggi dikombinasikan dengan cara aktif, sedangan beton bertulang
kombinasinya secara pasif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara menarik baja dengan
menahannya kebeton, sehingga beton dalam keadaan tertekan. Karena penampang beton
sebelum beban bekerja telah dalam kondisi tertekan, maka bila beban bekerja tegangan
tarik yang terjadi dapat di-eliminir oleh tegangan tekan yang telah diberikan pada
penampang sebelum beban bekerja.
PRINSIP DASAR BETON PRATEKAN
Beton pratekan dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan tekan internal
sedemikian rupa sehingga dapat meng-eliminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban
ekternal sampai suatu batas tertentu.
Ada 3 ( tiga ) konsep yang dapat di pergunakan untuk menjelaskan dan menganalisa sifat-
sifat dasar dari beton pratekan atau prategang :

Konsep Pertama :
Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan yang elastis.

menggambarkan dengan memberikan tekanan terlebih dahulu ( pratekan )


pada bahan beton yang pada dasarnya getas akan menjadi bahan yang elastis.
Dengan memberikan tekanan ( dengan menarik baja mutu tinggi ), beton yang bersifat
getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya tekanan internal ini dapat memikul
tegangan tarik akibat beban eksternal.
Konsep Ketiga :
Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban.
Disini menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Pada
design struktur beton prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga batang
yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi
pembebanan yang terjadi.
Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya prategang F melalui suatu kabel prategang
dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan :

wb = 2 .8. L hF

Dimana :
wb : beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F
h : tinggi parabola lintasan kabel prategang.
L : bentangan balok.
F : gaya prategang.

Jadi beban merata akibat beban ( mengarah kebawah ) diimbangi oleh gaya merata akibat prategang wb yang mengarah
keatas.
Inilah tiga konsep dari beton prategang ( pratekan ), yang nantinya dipergunakan untuk menganalisa suatu struktur beton
prategang.
METHODE PRATEGANGAN
Pada dasarnya ada 2 macam methode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :
Pratarik ( Pre-Tension Method ) Methode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh karena itu
disebut pretension method.
Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut
Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya prategang kemudian diangker pada suatu abutment tetap ( gambar
005 A ).
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan yang sudah disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon
yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan mengering ( gambar 005 B ).
Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya prategang, tendon dipotong dan dilepas,
sehingga gaya prategang ditransfer ke beton ( gambar 005 C ).
Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton tsb. akan melengkung keatas sebelum menerima beban kerja. Setelah
beban kerja bekerja, maka balok beton tsb. akan rata.
Pascatarik ( Post-Tension Method )
Pada methode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang
disebut duct. Secara singkat methode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahap 1 : Dengan cetakan ( formwork ) yang telah disediakan
lengkap dengan saluran/selongsong kabel prategang ( tendon
duct ) yang dipasang me- lengkung sesuai bidang momen balok,
beton dicor ( gambar 006 A ).
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya
prategang,tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam
selongsong ( tendon duct ), kemudian ditarik untuk mendapatkan
gaya prategang. Methode pemberian gaya prategang ini, salah
satu ujung kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik
( ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang ditarik di- kedua sisinya
dan diangker secara bersamaan. Setelah diangkur, ke- mudian
saluran di grouting melalui lubang yang telah disediakan.
( Gambar 006 B ).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi
gaya prategang telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya prategang tendon memberikan
beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya balok
melengkung keatas ( gambar 006 C ).
TAHAP PEMBEBANAN
Beton prategang dua tahap pembebanan, tidak seperti pada beton bertulang biasa. Pada setiap tahap pembebanan harus selalu
diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian yang tertekan maupun bagian yang tertarik untuk setiap penampang. Dua
tahap pembebanan pada beton prategang adalah Tahap Transfer dan Tahap Service.

Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker dilepas dan gaya prategang direansfer ke
beton. Untuk metode pascatarik, tahap transfer ini terjadi pada saat beton sudah cukup umur dan dilakukan
penarikan kabel prategang. Pada saat ini beban yang bekerja hanya berat sendiri struktur, beban pekerja dan
peralatan, sedangkan beban hidup belum bekerja sepenuhnya, jadi beban yang bekerja sangat minimum,
sementara gaya prategang yang bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.

Tahap Service
Setelah beton prategang digunakan atau difungsikan sebagai komponen struktur, maka mulailah masuk ke tahap
service, atau tahap layan dari beton prategang tersebut. Pada tahap ini beban luar seperti live load, angin, gempa
dll. mulai bekerja, sedangkan pada tahap ini semua kehilangan gaya prategang sudah harus dipertimbangkan
didalam analisa strukturnya.
PERENCANAAN BETON PRATEGANG

Ada 2 (dua) metode perencanaan beton prategang, yaitu :


1. Working stress method ( metode beban kerja ) Prinsip perencanaan disini ialah dengan menghitung tegangan yang
terjadi akibat pembebanan ( tanpa dikalikan dengan faktor beban ) dan membandingkan dengan te-gangan yang di-
ijinkan. Tegangan yang di-ijinkan dikalikan dengan suatu faktor ke-lebihan tegangan ( overstress factor ) dan jika
tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan yang di-ijinkan tersebut, maka struktur dinyatakan aman.

2. Limit state method ( metode beban batas ) Prinsip perencanaan disini didasarkan pada batas-batas tertentu yang dapat
dilampaui oleh suatu sistim struktur. Batas-batas ini ditetapkan terutama terhadap kekuatan, kemampuan layan, keawetan,
ketahanan terhadap beban, api , kelelahan dan persyaratan-persyaratan khusus yang berhubungan dengan penggunaan
struktur tersebut. Dalam menghitung menghitung beban rencana maka beban harus dikalikan dengan suatu faktor beban
( load factor ), sedangkan kapasitas bahan dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan ( reduction factor ).
Tahap batas ( limit state ) adalah suatu batas tidak di-inginkan yang berhubungan dengan kemungkinan kegagalan
struktur.
Perencanaan struktur untuk tahap batas kekuatan ( Strength Limit State ), menetapkan bahwa aksi design ( Ru ) harus
lebih kecil dari kapasitas bahan dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan ∅.

Ru ≤ ∅ Rn ( 5.1 )

Dimana :
Ru = aksi desain
Rn = kapasitas bahan
∅ = faktor reduksi

Sehingga untuk aksi design , momen, geser, puntir dan gaya aksial berlaku :

Mu ≤ ∅ Mn
Vu ≤ ∅ Vn
Tu ≤ ∅ Tn
Pu ≤ ∅ Pn

Harga-harga Mu, Vu, Tu dan Pu diperoleh dari kombinasi pempebanan yang paling maksimum, sedangkan Mn, Vn, Tn dan Pn
adalah kapasitas penampang terhadap Momen, Geser, Puntir dan Gaya Aksial.
Faktor Reduksi kekuatan menurut SNI 03 – 2874 – 2002 untuk :
Lentur tanpa gaya aksial ………………………… : ∅ = 0,80
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur …… : ∅ = 0,80
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
: tulangan spiral : ∅ = 0,70
: tulangan sengkang : ∅ = 0,65
Gaya geser dan Puntir …………………………… : ∅ = 0,75

Untuk lebih memahami hal ini agar mempelajari sumbernya, yaitu SNI
03−2874−2002
Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal
sbb. :

1. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban terbatas ( dead load dan
beban konstruksi ).
2. Kehilangan gaya prategang. Untuk perhitungan awal kehilangan gaya prategang ini
biasanya ditentukan 25 % untuk sistem pratarik ( pre-tension ) dan 20 % untuk sistem
pascatarik ( post-tension )
3. Pada kondisi servis dengan gaya prategang efektif ( sudah diperhitungkan kehilangan gaya
prategangnya ) dan beban maksimum ( beban mati, beban hidup dan pengaruh-pengaruh
lain ).
4. Perlu diperhitungkan pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi struktur beton
prategang seperti adanya pengaruh sekunder pada struktur statis tak tentu, pengaruh P delta
pada gedung bertingkat tinggi, serta perilaku struktur dari awal sampai waktu yang
ditentukan.
Pada prinsipnya konsep beton prategang dan beton bertulang biasa adalah sama, yaitu
sama-sama dipasangnya tulangan pada daerah-daerah dimana akan terjadi tegangan tarik.
Bedanya pada beton bertulang biasa, tulangan akan memi- kul tegangan tarik akibat beban,
sedangkan pada beton prategang tulangan yang berupa kabel prategang ( tendon ) ditarik
lebih dahulu sebelum bekerjanya beban luar. Penarikan kabel ini menyebabkan tertekannya
beton, sehingga beton menjadi mampu menahan beban yang lebih tinggi sebelum retak.

Pada dasarnya elemen struktur beton prategang akan mengalami keretakan pada beban
yang lebih tinggi dari beban yang dibutuhkan untuk meretakan elemen struktur dari
beton bertulang biasa. Demikian pula dengan lendutan, untuk beton prategang lendutan- nya
relatif lebih kecil dibandingkan dengan beton bertulang biasa, oleh karena itu
konstruksi beton prategang itu banyak dipergunakan untuk bentangan-bentangan yang
panjang.
MATERIAL BETON PRATEGANG
Beton
Beton adalah campuran dari Semen, Agregat kasar ( split ), Agregat halus ( pasir ), Air
dan bahan tambahan yang lain. Perbandingan berat campuran beton pada umumnya Semen 18
%, Agregat kasar 44 %, Agregat halus 31 % dan Air 7 %. Setelah beberapa jam campuran
tersebut dituangkan atau dicor pada acuan ( formwork ) yang telah disediakan, bahan-bahan
tersebut akan langsung mengeras sesuai bentuk acuan ( formwork ) yang telah dibuat.
Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik ( fc′ ) pada usia 28 hari. Kuat tekan
karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95 % dari pengukuran kuat tekan uniaksial
yang diambil dari tes penekanan contoh ( sample ) beton dengan ukuran kubus 150 x 150
mm, atau silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Jenis-jenis lain tendon yang sering digunakan untuk beton prategang pada sitem pre-tension
adalah seven-wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu bendel kawat teriri dari
7 buah kawat, sedangkan single wire terdiri dari kawat tunggal.
Sedangkan untuk beton prategang dengan sistem post-tension sering digunakan tendon
monostrand, batang tunggal, multi-wire dan multi-strand. Untuk jenis post-tension method
ini tendon dapat bersifat bonded ( dimana saluran kabel diisi dengan material grouting ) dan
unbonded saluran kabel di-isi dengan minyak gemuk atau grease. Tujuan utama dari
grouting ini adalah untuk :
∼ Melindungi tendon dari korosi
∼ Mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton sekitarnya.
Material grouting ini biasanya terdiri dari campuran semen dan air dengan w/c ratio 0,5 dan
admixe ( water reducing dan expansive agent ) Common Types from CPCI Metric Design
Manual
KEHILANGAN GAYA PRATEGANG
Kehilangan gaya prategang itu adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon pada tahap-tahap
pembebanan. Secara umum kehilangan gaya prategang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Immediate Elastic Losses Ini adalah kehilangan gaya prategang langsung atau segera setelah beton diberi gaya prategang.
Kehilangan gaya prategang secara langsung ini disebabkan oleh :
 Perpendekan Elastic Beton.
 Kehilangan akibat friksi atau geseran sepanjang kelengkungan dari tendon, ini terjadi pada beton prategang dengan
sistem post tension.
 Kehilangan pada sistem angkur, antara lain akibat slip diangkur

1. Time dependent Losses Ini adalah kehilangan gaya prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal ini disebabkan
oleh :
 Rangkak ( creep ) dan Susut pada beton.
 Pengaruh temperatur.
 Relaksasi baja prategang.

Karena banyaknya faktor yang saling terkait, perhitungan kehilangan gaya prategang ( losses ) secara eksak sangat sulit
untuk dilaksanakan, sehingga banyak dilakukan metoda pendekatan, misalnya metoda lump-sum ( AASHTO ), PCI method
dan ASCEACI methods.
Perpendekan Elastis Beton
Antara sistem pra-tarik dan pasca tarik pengaruh kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton ini
berbeda. Pada sistem pra-tarik perubahan regangan pada baja prategang yang diakibatkan oleh perpendekan elastis beton
adalah sama dengan regangan beton pada baja prategang tersebut.

1. Sistem Pra-Tarik Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis ( elastic shortening ) tergantung pada rasio antara
modulus elastisitas beton dan tegangan beton dimana baja prategang terletak dan dapat dinyatakan dengan persamaan :

ES = n . fc ( 7.1.1 )

Dimana :
ES = kehilangan gaya prategang
fc = tegangan beton ditempat baja prategang.
n = ratio antara modulus elastisitas baja prategang dan modulus elastisitas beton.
Jadi :

n = ES/EC
Dimana :
ES : modulus elastisitas baja prategang.
EC : modulus elastisitas beton.
Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan memendek ( perpendekan elastis ) dan di-ikuti dengan
perpendekan baja prategang yang mengikuti perpendekan beton tersebut. Dengan adanya perpendekan baja prategang
maka akan menyebabkan terjadinya kehilangan tegangan yang ada pada baja prategang tersebut.

Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal ( Pi ) adalah :

Sehingga kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :
ES = kehilangan gaya prategang
Pi = Gaya prategang awal
AC = Luas penampang beton
AS = Luas penampang baja prategang
n = Ratio antara modulus elastisitas baja ( ES ) dan modulus elastisitas beton pada saat transfer gaya ( ECi )
Contoh Soal 1
Suatu komponen struktur beton prategang dengan sistem pra-tarik panjang
balok L = 12,20 m, dengan penampang 380 x 380 mm diberi gaya prategang
secara konsentris dengan baja prategang seluas AS = 780 mm2 yang
diangkurkan pada abutment dengan tegangan 1.035 MPa. Jika modulus
elastisitas beton pada saat gaya prategang ditransfer ECi = 33.000 MPa dan
modulud elastisitas baja prategang ES = 200.000 MPa, maka hitunglah
kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton. Penyelesaian
Contoh Soal 2
Jika pada contoh 1 diatas digunakan methode pasca tarik dan anggap baja
prategang dengan AS = 780 mm2 terdiri dari 4 buah kabel prategang
masingmasing dengan luas 195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu
dengan tegangan sebesar 1.035 MPa, maka hitunglah kehilangan gaya
prategang akibat perpendekan elastis.
Kehilangan Gaya Prategang Akibat Geseran Sepanjang Tendon Pada
struktur beton prategang dengan tendon yang dipasang melengkung ada gesekan
antara sistem penarik ( jacking ) dan angkur, sehingga tegangan yng ada pada
tendon atau kabel prategang sehungga akan lebih kecil dari pada bacaan pada
alat baca tegangan ( pressure gauge )
Kehilangan prategang akibat gesekan pada tendon akan sangat dipengaruhi oleh
:
 Pergerakan dari selongsong ( wobble ) kabel prategang, untuk itu
dipergunakan koefisien wobble K .
 Kelengkungan tendon/kabel prategang, untuk itu digunakan koefisien
geseran µ
Untuk tendon type 7 wire strand pada selongsong yang fleksibel, harga
koefisien wobble K = 0,0016 ~ 0.0066 dan koefisien kelengkungan µ = 0,15 ∼
0,25

Anda mungkin juga menyukai