Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1

BETON PRATEGANG

Disusun oleh :

NAMA : LEONARDO LAIYAN


NIM : 202173067

Fakultas Teknik
Universitas Pattimura
Ambon
2023
Prinsip Dasar Beton Prategang

Pemberian gaya prategang secara longitudinal sejajar sumbu komponen


struktur dikenal sebagai pemberian prategang linier. Pemberian gaya prategang
dapat dilakukan sebelum atau sesudah beton dicor. Pemberian gaya prategang
sebelum pengecoran beton disebut sebagai sistem pratarik (pre-tension) dan
pemberian gaya prategang sesudah dilakukan pengecoran disebut sebagai sistem
pasca-tarik (post-tension).
Beton prategang mempunyai 2 jenis penegangan, yaitu prategang penuh
(fully-stressed) dan prategang sebagian (partial-stressed). Prategang penuh (fully-
stressed) merupakan pemberian gaya prategang hingga struktur tidak diizinkan
menerima tegangan tarik baik pada masa transfer maupun pada saat layan dan
tegangan pada serat bawah dianggap tidak ada. Sedangkan prategang sebagian
(partial-stressed) merupakan struktur yang direncanakan untuk meneriam
tegangan tarik di penampang selama masa transfer maupun masa layan dan pada
serat bawah memiliki tegangan yang tidak sama dengan nol.
Menurut Nawy (2001) menyatakan bahwa pada balok prategang, balok
diasumsikan bersifat homogen dan elastis. Ketidakmampuan beton untuk
menahan tegangan tarik, digantikan oleh tegangan tekan yang diakibatkan oleh
tendon prategang. Berikut konsep-konsep dasar pemberian prategang. Tinjauan
balok persegi panjang yang ditumpu sederhanan mengalami gaya prategang P
kosentris seperti pada gambar 3.1(a). Tegangan tekan seragam dan mempunyai
intensitas :

𝑃
𝑓= − (3.1)
𝐴𝑐

Dimana:
Ac = b.h
P = gaya tekan
(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 3.1 Distribusi tegangan serat beton pada balok persegi panjang dengan
tendon lurus. (a) Tendon kosentris, hanya prategang. (b) Tendon kosentris, berat
sendiri ditambahkan. (c) Tendon eksentris, hanya prategang. (d) Tendon eksentris,
berat sendiri ditambahkan
Sumber : Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar Jilid 1 (G. Nawy. 2001)

Jika timbul beban tranversal pada balok pada gambar 3.1(b), maka akan timbul
momen maksimum ditengah bentang, maka tegangan pada serat atas menjadi :
𝑃 𝑀𝐶
𝑓𝑡 = − − (3.2)
𝐴𝑐 𝐼𝑔

dan tegangan pada serat bawah menjadi :


𝑃 𝑀𝐶
𝑓 =− +
(3.3)
𝑏 𝐴𝑐 𝐼𝑔

Dimana:
f t = tegangan di serat atas
fb = tegangan di serat bawah
c = h/2, untuk penampang persegi panjang
Ig = bh3/12, untuk momen inersia bruto penampang

Pada konsep ini, gaya prategang P kosentris –P/A mengurangi tegangan


lentur tarik Mc/I di serat bawah sebesar yang dikehendaki bahkan hingga tegangan
tarik hilang sama sekali atau hingga tegangan tarik masih diijinkan ada sesuai
dengan peraturan. Sebaliknya, tegangan tekan P kosentris menambah tegangan
lentur tekan yang terjadi tegangan di serat atas.
Untuk menghindari pembatasan ini, perlu ditambah tegangan tarik di serat
atas dengan cara meletakkan tendon prategang secara eksentris di bawah garis
netral. Jika tendon diletakkan dengan besar eksentrisitas e dari pusat berat beton,
maka akan timbul momen Pe, sehingga tegangan di tengah bentang pada tegangan
serat atas menjadi :
𝑃
𝑓𝑡 = − 𝑃𝑒𝑐 𝑀𝑐 (3.4)
𝐴𝑐 + 𝐼𝑔 − 𝐼𝑔

Sedangkan tegangan pada serat bawah menjadi :


𝑃
𝑓 =−
𝑃𝑒𝑐 𝑀𝑐 (3.5)
𝑏 𝐴𝑐
− 𝐼 + 𝐼
𝑔 𝑔

Dimana: Ac = luas penampang beton


P = gaya tekan
ec = eksentrisitas tendon
Mc = Momen akibat berat sendiri
Ig = Momen inersia beton

A. Metode Prategang
Terdapat 2 metode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :
1. Pratarik (Pre-Tension Method)
Baja diberikan gaya prategang terlebih dahulu sebelum beton dicor. Adapun
prinsip dari metode ini ialah sebagai berikut :

Gambar 3.2 Metode pratarik


Tahap 1 : Kabel pada tendon diberik gaya tarik terlebih dahulu kenudian
diangker pada abutmen tetap (gambar 3.2 (A) ).
Tahap 2 : Kemudian dilakukan pengecoran pada cetakan (framework) yang
sudah disediakan sedemikian rupa untuk melingkupi tendon yang sudah
diberi gaya prategang dan dibiarkan mengering (gambar 3.2 (B) ).
Tahap 3 : Setelah mengering sesuai dengan umur beton yang direncanakan,
kemudian dilakukan pemotogan kabel pada tendon, sehingga terjadi gaya
transfer ke beton. Setelah gaya prategang ditransfer, maka beton akan
melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja, seperti yang terlihat pada
gambar 3.2 (C). Setelah beban mulai bekerja, maka baolik beton tersebut
akan kembali menjadi rata.

2. Pascatarik (Post-Tension Method)


Beton dicetak terlebih dahulu dengan sebelumnya sudah diletakkan saluran
untuk kabel baja dimasukkan ke dalam beton. Saluran ini disebut dengan
duct. Berikut adalah penjelasan tentang metode ini :

Gambar 3.3 Metode pascatarik


Tahap 1 : Penyiapan duct melengkung dan cetakan (framework), kemudian
beton dicor (gambar 3.3 (A) ).
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat menahan gaya prategang,
kemudian kabel baja dimasukkan ke dalam duct/saluran melengkung yang
sudah disediakan. Selanjutnya dilaukan penarikkan dengan menggunakan
jack
hydraulic. Penarikkan ini dilaukan pada salah satu sisi, sedangkan pada sisi
satunya dilakukan pengangkuran mati. Setelah diangkur, kemudian pada
ujung saluran dilakukan grouting (gambar 3.3 (B)).
Tahap 3 : Setelah pengangkura, balokbeton akan menjadi tertekan, maka
beton mengalami transfer gaya. Karena saluran tendon melengkung, maka
balok beton akan melegkung ke atas (gambar 3.3 (C) ).
Prategang Melingkar:
Prategang melingkar adalah teknik prategang di mana gaya-gaya diterapkan pada
struktur melalui kabel, kawat, atau pegas yang ditempatkan di sekitar sirkuit
tertutup. Ini sering digunakan dalam aplikasi struktural seperti jembatan gantung,
menara, dan struktur melingkar lainnya.

Cara Kerja:

Penerapan Gaya:
Gaya prategang diterapkan pada struktur melalui elemen prategang, biasanya
dalam bentuk kawat atau kabel.
Gaya-gaya ini dirancang untuk menahan tegangan yang terjadi saat beban
diterapkan pada struktur.
Distribusi Beban:

Ketika beban diterapkan pada struktur, tegangan yang dihasilkan diseimbangkan


oleh gaya prategang, menjaga struktur tetap stabil dan aman.
Manfaat:

Mengurangi deformasi struktur saat beban diterapkan.


Meningkatkan kekuatan dan stabilitas struktur.
Memungkinkan pembangunan struktur yang lebih ringan dan efisien secara
material.

Prategang Linear:
Prategang linear adalah metode prategang di mana gaya-gaya prategang
diterapkan dalam garis lurus atau linear. Ini bisa berupa tali, kabel, atau batang
baja yang ditarik secara tegang dan ditempatkan dalam posisi sepanjang struktur
yang ingin diperkuat.

Cara Kerja:

Penerapan Gaya:
Gaya prategang diterapkan dalam garis lurus pada elemen struktural, biasanya
dalam bentuk tali atau kabel yang diregangkan dengan kekuatan tertentu.
Stabilisasi Struktur:
Gaya-gaya prategang ini bertujuan untuk menyeimbangkan beban yang
diterapkan pada struktur, mengurangi tegangan yang dihasilkan dan menjaga
kestabilan struktur.

Manfaat:
Mengurangi deformasi struktur dan mencegah retakan.
Meningkatkan kekuatan dan keandalan struktur.
Memungkinkan desain struktur yang lebih ringan dengan kemampuan beban yang
sama.

Baik prategang melingkar maupun linear digunakan untuk meningkatkan kinerja


dan keandalan struktur, dengan masing-masing memiliki aplikasi dan keuntungan
tersendiri tergantung pada desain dan kebutuhan spesifik dari struktur yang akan
dibangun.

Transfer Gaya Prategang

Transfer gaya prategang adalah teknik yang digunakan dalam rekayasa struktur
untuk mengalihkan beban dan gaya pada struktur dari satu elemen ke elemen
lainnya melalui prategang. Prategang adalah teknik di mana tegangan atau gaya
diterapkan pada elemen struktural sebelum beban bekerja, dengan tujuan untuk
mengurangi deformasi atau tegangan yang disebabkan oleh beban bekerja.

Ada beberapa cara transfer gaya prategang dalam struktur:

1. *Kabel Prategang*: Kabel prategang adalah salah satu metode yang paling
umum digunakan. Kabel atau kawat baja ditarik tegang dan diikat pada kedua
ujungnya. Ketika ditarik, kabel ini menimbulkan gaya tarik pada elemen
struktural dan mengurangi deformasi yang mungkin terjadi saat beban bekerja.

2. *Prategang Beton*: Prategang juga dapat dicapai dengan menyuntikkan beton


yang telah dipanaskan ke dalam rongga prategang pada elemen beton. Ketika
beton mendingin dan mengeras, itu menimbulkan gaya prategang pada elemen
beton.
3. *Prategang Komposit*: Prategang dapat dicapai dengan menggabungkan
material yang berbeda secara komposit, seperti fiberglass atau serat karbon,
dengan material lainnya seperti beton atau baja. Material prategang ini kemudian
ditempatkan di dalam elemen struktural untuk menambah kekuatan dan
mengurangi deformasi.

4. *Prategang Terkendali*: Teknik ini melibatkan pemasangan prategang yang


terkendali pada elemen struktural. Artinya, prategang dapat disesuaikan dan
diatur sesuai dengan beban yang diantisipasi atau kondisi struktural yang
berubah.

5. *Prategang Pasif*: Prategang pasif adalah prategang yang diberikan pada


elemen struktural tanpa kemampuan untuk diatur kembali setelah diberikan. Ini
berbeda dari prategang terkendali di mana prategang dapat diatur kembali.

Transfer gaya prategang ini memberikan beberapa keuntungan dalam rekayasa


struktur, termasuk peningkatan kekuatan, pengurangan deformasi, dan
meningkatkan kinerja struktural secara keseluruhan. Hal ini memungkinkan
pembangunan struktur yang lebih ringan, lebih efisien, dan lebih tahan terhadap
beban-beban eksternal.

Dalam konteks rekayasa struktur, "tulangan terdekat" dan "tulangan tak terdekat"
merujuk pada dua jenis tulangan yang digunakan dalam perencanaan dan
konstruksi struktur beton bertulang.

1. *Tulangan Terdekat*:
Tulangan terdekat adalah tulangan yang ditempatkan dekat dengan permukaan
beton yang mengalami tegangan tarik. Tulangan ini ditempatkan sedekat mungkin
dengan permukaan beton untuk membantu menahan dan mendistribusikan
tegangan tarik yang terjadi akibat beban yang diterapkan. Tulangan terdekat ini
sering kali berbentuk tulangan longitudinal (tulangan lurus) yang ditempatkan
sejajar dengan arah tegangan tarik yang terjadi. Misalnya, pada balok beton,
tulangan terdekat sering kali berupa tulangan baja yang ditempatkan di bagian
bawah balok untuk menahan tegangan tarik yang terjadi akibat beban yang
diterapkan di atasnya.
2. *Tulangan Tak Terdekat*:
Tulangan tak terdekat adalah tulangan yang ditempatkan lebih jauh dari
permukaan beton daripada tulangan terdekat. Tulangan ini biasanya ditempatkan
untuk tujuan tambahan seperti meningkatkan kekuatan geser atau menambah
dukungan tambahan. Contohnya adalah tulangan geser (shear reinforcement)
yang ditempatkan secara diagonal di sepanjang panjang balok atau pelat beton
untuk meningkatkan kekuatan struktur terhadap gaya geser yang terjadi.

Pemilihan antara tulangan terdekat dan tulangan tak terdekat bergantung pada
persyaratan struktural tertentu, seperti kebutuhan kekuatan, tahan gempa, atau
persyaratan desain lainnya. Perencana struktur biasanya mempertimbangkan
berbagai faktor, termasuk tegangan yang terjadi, beban yang diterapkan, dan
kondisi lingkungan, untuk menentukan desain tulangan yang optimal.

Tulangan terangkur dan tanpa angkur ujung adalah dua jenis tulangan yang
digunakan dalam konstruksi beton bertulang untuk meningkatkan kekuatan dan
kekuatan struktur.

1. *Tulangan Terangkur (Bent-Up Bars)*:


Tulangan terangkur adalah tulangan baja yang ditempatkan dalam struktur beton
bertulang dan dibengkokkan secara sengaja untuk meningkatkan kapasitas
dukungnya terhadap beban yang diterimanya. Tulangan terangkur biasanya
ditempatkan pada ujung balok, kolom, atau elemen struktural lainnya yang
menerima beban tekanan atau tarik tinggi. Ketika beban diterapkan pada struktur,
tulangan terangkur membantu mengurangi tegangan pada beton dan
meningkatkan kekuatan struktur secara keseluruhan.

2. *Tulangan Tanpa Angkur Ujung (Straight Bars Without Anchorages)*:


Tulangan tanpa angkur ujung adalah tulangan baja yang ditempatkan dalam
elemen struktural beton bertulang tanpa dihubungkan atau diberi perlakuan
khusus di ujungnya. Tulangan ini umumnya digunakan sebagai penguat dalam
bidang beton yang menerima beban tarik, seperti balok atau pelat. Tulangan ini
berfungsi untuk menahan dan mendistribusikan beban tarik yang diterima oleh
beton, mencegah retak, serta meningkatkan kekuatan dan kekakuan struktur.
Perbedaan utama antara keduanya adalah dalam cara penempatannya dan fungsi
masing-masing. Tulangan terangkur dibengkokkan secara sengaja untuk
meningkatkan kapasitas dukungnya, sementara tulangan tanpa angkur ujung
ditempatkan lurus tanpa perlakuan khusus di ujungnya. Keduanya merupakan
komponen penting dalam konstruksi beton bertulang dan digunakan sesuai
dengan kebutuhan desain struktur.

Tulangan prategang dan non-prategang adalah dua jenis tulangan yang digunakan
dalam rekayasa struktural untuk memperkuat dan meningkatkan kinerja struktur
bangunan. Berikut adalah penjelasan singkat tentang keduanya:

1. *Tulangan Prategang (Prestressed Reinforcement)*:


- Tulangan prategang adalah tulangan yang telah dipanaskan atau ditarik secara
mekanis sebelum beton dicurahkan dalam struktur.
- Tujuannya adalah untuk menciptakan tegangan pra-beban di dalam tulangan
dan beton sebelum struktur menerima beban operasionalnya.
- Ketika beban diterapkan pada struktur, tulangan prategang membantu
mengurangi tegangan dalam beton yang disebabkan oleh beban tersebut.
- Metode prategang digunakan untuk meningkatkan kekuatan, kekakuan, dan
daya tahan getaran struktur, serta untuk mengurangi deformasi yang terjadi akibat
beban hidup dan mati.

2. *Tulangan Non-Prategang (Non-Prestressed Reinforcement)*:


- Tulangan non-prategang adalah jenis tulangan yang tidak mengalami
perlakuan prategang sebelumnya dan diletakkan dalam beton saat masih dalam
keadaan biasa.
- Tulangan non-prategang sering digunakan sebagai tulangan tambahan untuk
memberikan kekuatan tambahan pada struktur beton.
- Fungsi utama dari tulangan non-prategang adalah untuk mengontrol retakan,
meningkatkan kekuatan, dan memberikan dukungan struktural tambahan di
wilayah yang membutuhkan penguatan.
- Tulangan non-prategang juga membantu meningkatkan daya tahan struktur
terhadap beban lateral, seperti angin atau gempa.
Kedua jenis tulangan ini digunakan secara bersamaan dalam banyak proyek
konstruksi untuk mencapai kinerja struktural yang optimal, dengan tulangan
prategang memberikan keuntungan tambahan dalam hal pengendalian deformasi
dan peningkatan kapasitas beban.

Tendon
Tendon adalah struktur serabut kuat yang menghubungkan otot dengan tulang.
Tendon berperan penting dalam mentransfer gaya dan gerakan dari otot ke tulang
untuk memungkinkan gerakan tubuh yang lancar. Mereka terdiri dari serat
kolagen yang tersusun rapat dan berkekuatan tinggi, yang memberikan kekuatan
dan kestabilan yang diperlukan untuk menjaga tulang tetap dalam posisi yang
benar saat otot berkontraksi.

Tendon memiliki sifat elastisitas yang memungkinkannya untuk meregang dan


mengembang saat otot berkontraksi atau meregang. Namun, mereka juga cukup
kaku untuk menahan tegangan dan mencegah cedera saat melakukan gerakan
yang kuat atau berulang.

Cedera pada tendon dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor, termasuk
kelebihan penggunaan, trauma langsung, atau faktor-faktor lain seperti kurangnya
pemanasan sebelum olahraga atau kekurangan nutrisi tertentu. Cedera tendon
dapat beragam, mulai dari peradangan (tendonitis) hingga robekan (tendon
rupture), yang semuanya dapat menyebabkan rasa sakit, kelemahan, dan
gangguan dalam fungsi normal tubuh.

Pemulihan dari cedera tendon sering kali memerlukan istirahat yang cukup, terapi
fisik, dan dalam kasus yang lebih serius, mungkin memerlukan intervensi medis
seperti operasi. Pencegahan cedera tendon meliputi pemanasan sebelum aktivitas
fisik, pemeliharaan kekuatan dan fleksibilitas otot, serta perhatian terhadap teknik
yang benar saat melakukan aktivitas fisik atau olahraga.
Kabel konkordansi dan non konkordansi adalah istilah yang umumnya digunakan
dalam konteks geologi, khususnya dalam studi stratigrafi. Mereka merujuk pada
hubungan antara lapisan batuan yang berbeda dan bagaimana mereka
bersinggungan atau tidak.

1. *Kabel konkordansi*:
- Kabel konkordansi mengacu pada hubungan antara dua lapisan batuan yang
berada sejajar atau kontinu tanpa adanya kesenjangan yang signifikan antara
keduanya.
- Dalam hal ini, lapisan-lapisan batuan tersebut terbentuk secara berurutan dan
tidak terputus selama proses pengendapan geologis.
- Kabel konkordansi menunjukkan bahwa formasi-formasi tersebut diendapkan
secara terus-menerus dan seragam di wilayah tersebut.

2. *Kabel non konkordansi*:


- Kabel non konkordansi terjadi ketika ada kesenjangan atau diskontinuitas
dalam urutan lapisan batuan.
- Ini mungkin disebabkan oleh periode ketidakaktifan pengendapan, erosi, atau
peristiwa geologis lainnya yang mengganggu proses pengendapan.
- Kabel non konkordansi bisa mengindikasikan adanya perubahan lingkungan
pengendapan atau kejadian-kejadian geologis yang mempengaruhi daerah
tersebut.

Ketika seorang geolog mempelajari lapisan-lapisan batuan di suatu daerah,


memahami apakah kabel-kabel antara lapisan-lapisan tersebut konkordan atau
tidak konkordan sangat penting. Informasi ini dapat memberikan wawasan yang
berharga tentang sejarah geologis suatu wilayah, termasuk periode pengendapan,
perubahan lingkungan, dan aktivitas geologis yang mungkin terjadi di masa lalu.
Beban gelagar, beban kerja, beban layan, beban retak, dan beban batas adalah
istilah yang umum digunakan dalam bidang teknik struktur dan konstruksi.
Berikut penjelasan singkat tentang setiap istilah tersebut:

1. *Beban Gelagar*: Ini merujuk pada beban yang diterapkan pada gelagar suatu
struktur. Gelagar adalah elemen struktural horizontal yang mendukung beban,
seperti balok atau rangkaian balok pada jembatan atau bangunan. Beban gelagar
dapat berupa beban mati (beban permanen seperti bobot struktur itu sendiri) dan
beban hidup (beban yang berubah-ubah seperti lalu lintas kendaraan atau beban
orang).

2. *Beban Kerja*: Ini adalah total beban yang harus ditanggung oleh struktur
atau elemen struktural tertentu. Beban kerja meliputi semua beban yang
diterapkan baik secara langsung maupun tidak langsung pada elemen tersebut. Ini
mencakup beban hidup, beban mati, beban angin, beban gempa bumi, dan beban
lainnya yang mungkin diperhitungkan.

3. *Beban Layanan*: Ini adalah beban yang diantisipasi pada struktur selama
masa penggunaannya dalam kondisi normal. Beban layanan sering kali dihitung
berdasarkan standar atau kode tertentu yang mengatur desain dan konstruksi
struktur. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa struktur dapat berfungsi
secara efektif dan aman di bawah kondisi penggunaan normal.

4. *Beban Retak*: Ini merujuk pada beban yang menyebabkan munculnya


retakan atau deformasi pada struktur. Beban retak dapat berasal dari berbagai
sumber, seperti beban yang diterapkan secara berlebihan, perubahan suhu, atau
kelelahan material.

5. *Beban Batas*: Ini adalah batas maksimum yang diizinkan untuk diterapkan
pada struktur tanpa menyebabkan kegagalan atau kerusakan. Beban batas harus
ditentukan dengan hati-hati selama proses desain struktur untuk memastikan
keamanan dan kinerja struktur yang memadai.

Dalam prakteknya, pemahaman yang baik tentang beban-beban ini sangat penting
dalam merancang dan membangun struktur yang aman, efisien, dan tahan lama.

Anda mungkin juga menyukai