UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
MALANG
Pendahuluan
Tegangan lentur merupakan hasil dari momen lentur eksternal. Dalam banyak hal,tegangan
tersebut mengontrol pemilihan dimensi geometris penampang beton prategang, baik beton
tersebut pratarik ataupun pascatarik. Proses desain lentur pada elemen beton prategang terdiri
dari, yakni :
Pemilihan geometri prarencana, dan dengan coba-coba dan penyesuaian akan berakhir
dengan penampang akhir dengan detail geometris penampang beton dan ukuran serta
alinyemen strands prategang
Penampang yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan lentur yang meliputi
tegangan beton dan tegangan baja.
Setelah itu, faktor-faktor lain seperti kapasitas geser dan torsi, defleksi dan retak
dianalisis dan dipenuhi
Dalam analisis lentur untuk suatu komponen struktur beton prategang berlaku asumsi berikut:
1. Variasi regangan pada penampang adalah linier, yaitu regangan di beton dan baja yang
melekat padanya dihitung berdasarkan asumsi bahwa penampang bidang datar selalu tetap.
2. Beton tidak menerima tegangan tarik. Hal ini berlaku untuk struktur dengan prategang
penuh (fully prestressed). Pada struktur dengan prategang sebagian (partially prestressed),
tegangan tarik terbatas bisa saja terjadi pada penampang.
3. Tegangan tekan pada beton dan baja (baik baja tulangan maupun tendon) didapat dari
hubungan tegangan dan regangan yang aktual atau diidealisasikan.
Untuk analisis awal, terutama dalam menentukan dimensi penampang dan level dari
prategang, digunakan metode penjumlahan tegangan pada daerah-daerah kritis. Harga
penjumlahan tegangan harus lebih kecil dari tegangan izin material. Analisis lanjutan untuk
menentukan kondisi struktur dilakukan dengan analisis penampang,
Tahap Pembebanan
Beban yang bekerja pada beton prategang adalah beban mati eksternal dan beban hidup
parsial pada kekuatan beton yang berbeda-beda untuk berbagai tahap pembebenan. Tahap-
tahap pembebanan tersebut dapat diringkas sebagai berikut ;
1. Gaya prategang awal Pi pada kondisi transfer, yaitu pada saat gaya prategang
ditransfer dari strand ( tendon ) ke beton.
2. Beban mati total WD dapat di-asumsikan bekerja bersama-sama Pi jika balok ditumpu
sederhana ( tanpa perancah ).
3. Perlu dipertimbangkan jika ada beban mati tambahan seperti beban pekerja, peralatan
dll, WSD ( Superimposed dead load ).
4. Akibat kehilangan gaya prategang jangka pendek ( short term losses ), menyebabkan
gaya prategang menjadi Peo
5. Pada saat layan ( service condition ) diperhitungkan beban-beban hidup (liveload ),
beban gempa ( earthquake load ) dll. Pada saat ini akibat kehilangan gaya prategang
akibat pengaruh waktu ( long term losses ) gaya prategang effektif menjadi Pe.
6. Beban lebih ( overload ) pada kondisi-kondisi tertentu, hal ini mengarah pada kondisi
batas pada keadaan unlimited.
Tegangan Yang Di-Ijinkan Pada Tendon Prategang ( Sesuai ACI Dan SNI )
( sumber : ardi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../Beton+Prategangz.pdf )
Pada kondisi layan, balok diasumsikan homogen dan elastik, sedangkan pemilihan
penampang biasanya didasarkan pada modulus penampang minimum yang diperlukan untuk
menahan semua pembebanan setelah terjadinya kehilangan prategang.
Ditinjau balok prategang di bawah ini.
Di mana : Mr = Mo + Mto+ M,
Pi = prategang awal
Pe = prategang efektif sesudah kehilangan
e = eksentrisitas tendon dari pusat berat penampang beton, cgc
r2 = kuadrat dari jari-jari girasi
St/Sb = modulus penampang atas/bawah penampang beton
Tahap dekompresi
menunjukkan peningkatan regangan baja akibat bertambahnya beban dari tahap prategang
efektif P, bekerja sendiri sampai tahap beban tambahan mengakibatkan tegangan tekan di
beton pada level cgs menjadi nol. Pada tahap ini, perubahan tegangan beton akibat
dekompresi adalah :
Kehilangan prategang :
Jika tegangan di serat beton aktuall samadengan tegangan izin maksimum, maka
perubahan tegangan sesudah kehilangan adalah :
Tegangan netto :
Serat atas
Serat bawah
Modulus penampang
Dimana :
Jadi,
Gambar Tegangan serat maksimum pada balok dengan tendon draped atau harped
Balok dengan Eksentrisitas Tendon Konstan
Balok dengan eksentrisitas tendon konstan adalah balok dengan tendon lurus,
sebagaimana terjadi pada balok pracetak bertumpuan sederhana dengan bentang
sedang. Karena tendon mempunyai eksentrisitas besar di tumouan, yang
menyebabkan terjadinya tegangan tarik besar di serat atas tanoa adanya reduksi
momen akibat tambahan beban M + M + M, maka harus digunakan eksentrisitas
tendon di tengah bentang yang lebih kecil dibandingkan dengan balok seruoa dengan
tendon berbentuk draped.
Tegangan neto
Serat atas
Modulus penampang
Nilai eksentrisitas
Gambar Tegangan serat maksimum di tumpuan penampang balok dengan tendon lurus.
LAMPIRAN
1. Detail geometri penampang
2. Tabel Teagangan Izin
3. Tabel Spesifikasi tendon