Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................1
DAFTAR ISI ............................................ 2
A. PENDAHULUAN ........................................3
B. KONSEP DAN PRINSIP BETON PRATEKAN .................. 4
C. METHODE PRATEGANG ..................................6
1. PRATARIK.......................................... 6
2. PASCATARIK........................................7
D. KEKUATAN LENTUR BALOK PRATEKAN ...................... 8
1. Tendon Dengan Lekatan Penuh (bounded)
................................................. ...
8
2. Tendon tanpa lekatan ............................. 9
E. DESAIN PENAMPANG LENTUR BALOK PRATEKAN ............. 10
F. PROSEDUR DESAIN ....................................11
G. CONTOH PERHITUNGAN ................................. 14
REFERENSI ............................................. 17
2
A. PENDAHULUAN
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan
tekan yang tinggi, tetapi kekuatan tariknya relatif
rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang
mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan
mengombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur,
maka tegangan tekan dipikulkan kepada beton sementara
tegangan tarik dipikulkan kepada baja. Pada struktur
dengan bentang yang panjang, struktur beton bertulang
biasa tidak cukup untuk menahan tegangan lentur sehingga
terjadi retak-retak di daerah yang mempunyai tegangan
lentur, geser, atau puntir yang tinggi. Untuk mengatasi
keretakan serta berbagai keterbatasan yang lain maka
dilakukan penegangan (gaya konsentris) pada struktur
beton bertulang dalam arah longitudinal. Gaya konsentris
bekerja dengan cara mengurangi tegangan tarik di bagian
tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja, yang
meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional
penampang. Jika kapasitas lentur, geser, dan torsional
beton meningkat, maka penampang beton elastis sehingga
kapasitas tekan beton dapat dimanfaatkan secara efektif
pada semua beban bekerja.
Beton Bertulang
Cara bekerja beton bertulang adalah mengombinasikan
antara beton dan baja tulangan dengan membiarkan kedua
material tersebut bekerja sendiri-sendiri, dimana beton
bekerja memikul tegangan tekan dan baja penulangan
memikul tegangan tarik. Jadi dengan menempatkan
penulangan pada tempat yang tepat, beton bertulang dapat
3
sekaligus memikul baik tegangan tekan maupun tegangan
tarik.
Beton Pratekan
Pada beton pratekan, kombinasi antara beton dengan mutu
yang tinggi dan baja bermutu tinggi dikombinasikan
dengan cara aktif, sedangkan beton bertulang
kombinasinya secara pasif. Cara aktif ini dapat dicapai
dengan cara menarik baja dengan menahannya ke beton,
sehingga beton dalam keadaan tertekan. Karena penampang
beton sebelum beban bekerja telah dalam kondisi
tertekan, maka bila beban bekerja tegangan tarik yang
terjadi dapat dikurangi oleh tegangan yang telah
diberikan pada penampang sebelum beban bekerja.
4
tegangan tekan yang merata di seluruh penampang beton
sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton
tersebut. Akibat beban merata (termasuk berat sendiri
beton) akan memberikan tegangan tarik di bawah garis
netral dan tegangan tekan di atas garis netral yang
besarnya pada serat terluar penampang adalah :
𝑀𝑐
Tegangan Lentur : 𝑓= 𝐼
Konsep Kedua
Sistem prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan
Beton Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang
biasa, yaitu beton prategang merupakan kombinasi kerja
sama antara baja prategang dan beton, dimana beton
menahan beton tekan dan baja prategang menahan beban
5
juga membentuk kopel momen dengan gaya tekan pada beton
C untuk melawan momen luar akibat beban luar.
Konsep Ketiga
Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban.
Di sini menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk
membuat keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Pada
desain struktur beton prategang, pengaruh dari prategang
dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga
batang yang mengalami lendutan seperti pelat, balok dan
gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi
pembebanan yang terjadi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut
C. METHODE PRATEGANG
6
Ada dua macam metode pemberian gaya prategang pada beton,
yaitu :
1. Pratarik (Pre-Tension Method)
Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu
sebelum beton dicor, oleh
karena itu disebut pretension method. Adapun prinsip dari
pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
7
Pada metode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana
sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang
disebut duct. Secara singkat metode ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
8
(ditarik dari satu sisi). Ada pula yang ditarik di
kedua sisinya dan diangker secara bersamaan. Setelah
diangkur, kemudian saluran di grouting melalui lubang
yang telah disediakan.
𝑓𝑝𝑦
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≥ 0,85 → 𝛾𝑝 = 0,40
𝑓𝑝𝑢
𝑓𝑝𝑦
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≥ 0,90 → 𝛾𝑝 = 0,80
𝑓𝑝𝑢
9
𝑓𝑝𝑦 = Kuat leleh tendon prategang (MPa)
𝛽1 = Suatu faktor yang besarnya sesuai SNI-03-
2002 pasal 12.2, dimana:
= Untuk 𝑓𝑐′ ≤ 30𝑀𝑃𝑎 → 𝛽1 = 0,85
Untuk 30 < 𝑓𝑐′ < 50𝑀𝑃𝑎 → 𝛽1 = 0,85 − 0,008(𝑓𝑐′ −
30)
Untuk 𝑓𝑐′ ≥ 50𝑀𝑃𝑎 → 𝛽1 = 0,65
𝑓𝑐′ = Kuat tekan beton (MPa)
𝑑 = Tinggi efektif penampang (jarak dari
serat tekan terjauh dari garis netral ke
pusat tulangan tarik non prategang)
𝑑𝑝 = Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat
tendon prategang
𝜌𝑝 = Rasio penulangan prategang, 𝜌 = 𝐴𝑝𝑠
𝑝 𝑏.𝑑𝑝
𝐴𝑝𝑠 = Luas penampang baja prategang
𝑏 = Lebar efektif flens tekan dari komponen
struktur
𝜔 = 𝜌.𝑓𝑦 → 𝜌 = 𝐴𝑠
𝑓𝑐′ 𝑏.𝑑
𝜔′ = 𝜌′.𝑓𝑦 𝑠
→ 𝜌 = 𝑏.𝑑
𝐴 ′
𝑓𝑐′
𝐴𝑠 Luas penampang tarik non prategang
𝐴𝑠 ′ Luas penampang tekan non prategang
10
𝑓𝑝𝑠
𝜔𝑝 ≤ 0,36𝛽1 dimana 𝜔𝑝 = 𝜌𝑝 𝑓 ′
𝑐
2. Untuk komponen struktur dengan tulangan prategang,
tulangan tarik dan tulangan tekan non prategang:
𝑑
𝜔𝑝 + 𝑑 (𝜔 − 𝜔′ ) ≤ 0,36𝛽1
𝑝
ini :
11
𝐴𝑝𝑠 𝑓𝑝𝑠 + 𝐴𝑠 𝑓𝑦 − 𝐴′𝑠 𝑥𝑓𝑠′
𝑎=
0,85𝑓𝑐′ 𝑎𝑏
Dimana b adalah lebar penampang muka tekan balok.
Dengan mengambil momen terhadap pusat berat balok
tekan, kuat lentur nominal menjadi
𝑎 𝑎 𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑝𝑠 𝑓𝑝𝑠 (𝑑𝑝 − ) + 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 − ) + 𝐴′𝑠 𝑓𝑦 ( − 𝑑 ′ )
2 2 2
12
𝑀𝑢 = 𝑀𝑛
Dimana = 0,90 untuk lentur.
13
5. Jika ℎ𝑓 lebih besar dari pada c dan a, analisislah
elemen tersebut sebagai penampang persegi panjang
dengan tulangan tunggal atau rangkap.
6. Carilah indeks penulangan 𝜔𝑝 , 𝜔 dan 𝜔′ untuk kasus 𝑎 <
ℎ𝑓 (sumbu netral di sayap; jadi, gunakan asumsi
penampang persegi panjang)
(a) Penampang persegi panjang dengan baja prategang
saja:
𝑓𝑝𝑠 𝐴𝑝𝑠 . 𝑓𝑝𝑠
𝜔 𝑇 = 𝜔𝑝 = 𝜌𝑝 + ′ =
𝑓𝑐 𝑏𝑑𝑝 𝑓𝑐′
(b) Penampang persegi panjang dengan baja tekan dan
baja tarik non prategang:
𝑑
𝜔 𝑇 = 𝜔𝑝 + (𝜔 − 𝜔′ )
𝑑𝑝
Jika indeks total di (a) atau (b) kurang dari satu
atau sama dengan 0,36𝛽1, maka kuat lenturnya adalah
𝑎 𝑎 𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑝𝑠 𝑓𝑝𝑠 (𝑑𝑝 − ) + 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 − ) + 𝐴′𝑠 𝑓𝑦 ( − 𝑑 ′ )
2 2 2
′
7. Carilah indeks penulangan 𝜔𝑝 , 𝜔 dan 𝜔 untuk kasus 𝑎 <
ℎ𝑓 (sumbu netral di luar sayap), dengan indeks total
𝑑
𝜔 𝑇 = 𝜔𝑝 + (𝜔 − 𝜔′ )
𝑑𝑝
Indeks ini dihitung berdasarkan atas lebar badan 𝑏𝑤 .
Jika indeks total 𝜔 𝑇 < 0,36𝛽1, maka
𝑎 ℎ𝑓
𝑀𝑛 = 𝐴𝑝𝑤 𝑓𝑝𝑠 (𝑑𝑝 − ) + 𝐴𝑆 𝑓𝑦 (𝑑 − 𝑑𝑝 ) + 0,85𝑓𝑐′ (𝑏 − 𝑏𝑤 )ℎ𝑓 (𝑑𝑝 − )
2 2
Di mana
𝐴𝑝𝑤 𝑓𝑝𝑠
𝑎=
0,85𝑓𝑐′ 𝑏𝑤
Dan
𝐴𝑝𝑤 𝑓𝑝𝑠 = 𝐴𝑝𝑠 𝑓𝑝𝑠 + 𝐴𝑠 𝑓𝑦 − 0,85𝑓𝑐′ (𝑏 − 𝑏𝑤 )ℎ𝑓
Jika indeks total 𝜔 𝑇 > 0,36𝛽1, maka penampang tersebut
bertulangan-lebih dan kuat nominalnya adalah
𝑀𝑛 = 𝑓𝑐′ 𝑏𝑤 𝑑𝑝2 (0,36𝛽1 − 0,0𝛽12 ) + 0,85𝑓𝑐′ (𝑏 − 𝑏𝑤 )ℎ𝑓 (𝑑𝑝 − 0,5ℎ𝑓 )
8. Cek apakah penulangan minimum yang diperlukan 𝐴𝑠 >
0,004𝐴.
Juga cek apakah 𝑀𝑢 ≥ 1,2 𝑀𝑐𝑟 untuk menjamin bahwa baja
tarik non prategang yang digunakan memadai, khususnya
pada tendon tak terlekat.
9. Pilihlah ukuran dan jarak tulangan tarik non prategang
dan tulangan tekan, apabila ada.
14
10. Selidiki apakah momen desain 𝑀𝑢 = Mn sama atau
lebih besar dari pada momen ter faktor 𝑀𝑢 . Jika tidak
maka sesuaikanlah desainnya.
Cb = 89,4 cm c’ = 32,5 cm
ee = 84,2 cm ec = 60,4 cm
Sb = 78,707 cm 3 St = 216,210 cm3
15
Jika ada di luar sayap, maka lokasi kedalaman tersebut
lebih besar dari pada a= Apwfps 0,85 fc’bw
0,5fpu = 0,50 x 1,860 = 930 MPa < 1066 MPa, jadi
prosedur pendekatan ACI dapat digunakan untuk
menentukan fps
𝛾𝑝 𝑓𝑝𝑢 𝑑
𝑓𝑝𝑠 = 𝑓𝑝𝑢 (1 − [𝜌𝑝 ′ + (𝜔 − 𝜔′ )])
𝛽1 𝑓𝑐 𝑑𝑝
𝑓𝑝𝑦 1,580
= = 0,85, 𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝛾𝑝 = 0,40
𝑓𝑝𝑢 1,860
𝐴𝑝𝑠 1,287
𝜌𝑝 = = = 0,00206
𝑏𝑑𝑝 257 𝑥 918
𝐴𝑠 1,200
𝜌 = = 0,00275
𝑏𝑑 457 𝑥 995
𝐴𝑝𝑠 𝑓𝑝𝑠 1,674
𝜔𝑝 = 𝑥 ′ = 0,00306 𝑥 = 0,14
𝑏𝑑𝑝 𝑓𝑐 34,5
𝐴𝑠 𝑓𝑦 414
𝜔= 𝑥 ′ = 0,00275 𝑥 = 0,033
𝑏𝑑 𝑓𝑐 34,5
𝜔′ = 0
Untuk f’c = 34,5 MPa, β1 = 0,80
1240 𝑥 10
𝑎= = 24,7 𝑐𝑚 > ℎ𝑓 = 15,7
0,85 𝑥 34,7 𝑥 15,2
16
Jadi sumbu netral ada di luar sayap dan analisis
dilakukan berdasarkan atas penampang T.
𝑎 ℎ𝑓
𝑀𝑛 = 𝐴𝑝𝑤𝑓𝑝𝑠 (𝑑 − ) + 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 − 𝑑𝑝) + 0,85𝑓 ′ 𝑐(𝑏 − 𝑏𝑤)ℎ𝑓 (𝑑𝑝 − )
2 2
27,7
Mn yang tersedia = 1,24 𝑥 106 (91,8 + ) + 1200𝑥414(95,5 −
2
91,8) + 0,85 𝑥 34,5 (45,7 − 15,2)15,7 (91,8 −
15,2
) 𝑥102
2
= 106(96,6+1,83+118,2) N-cm = 2166 kN-m
> Mn yang dibutuhkan = 2037 kN.m
Jadi penampang ini memadai.
17
REFERENSI
18
Pembagian Tugas:
Maykhisti Syahbandaria (A. PENDAHULUAN – B. KONSEP DAN PRINSIP)
19